• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

M ODEL-M ODEL PEM BELAJARAN

Slamet Suyanto FM IPA UNY

A. Pengertian’

M odel pembelajaran dikembangkan menggunakan ISD (Inst ruct ional Syst em Design), suat u ilmu yang mempelajari sist em inst ruksional (Reigelut h, 1983: 6-10) dan merupakan bagian dari t eknologi inst ruksional (inst ruct ional t echnology) (Anglin, 1995:15). Set iap model dikembangkan berdasarkan t eori belajar t ert ent u. M isalnya Const ruct ivist M odel, dikembangkan berdasarkan const ruct ivism e, M ind M apping, Problem Solving, dan Concept At t ainment dikembangkan berdasarkan t eori Informat ion processing. Jadi t idak ada model pembelajaran yang t idak didasarkan oleh suat u t eori belajar dan pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, sepert i menggunakan ADDIE yait u Analyze, Design, Develop, Implement , and Evaluat e. Analisis dilakukan t erhadap isi (cont ent ), sisw a, sekolah, dan kebut uhan lainnya unt uk menent ukan met ode, st rat egi, at au pendekat an pembelajaran. Berdasarkan analisis kebut uhan t ersebut disusunlah desain pembelajaran, lalu diujicobakan. Ujicoba dilakukan kepada sisw a yang beragam kondisinya, di berbagai sekolah, dan di berbagai Negara. Jika ujicoba t ersebut memberikan hasil yang baik (posit ive effect s size), maka dit et apkan menjadi model pembelajaran.

B. Rumpun M odel

(2)

Rumpun

M odel

No. M odel Rnh Struk Lev Org. Dasar Teori

IN F O R M A T IO N P R O C E S S IN G

1 Concept at t ainment C+A M M SG Jerome Bruner 2 Induct ive Thinking C+A H+M M +L SG Hilda Taba 3 Inquiry Training C+A M M SG Richard Suchman 4 Advance Organizer C L L SG David Ausubel

5 M emory C M M SG H. Lorayne, J. Lucas

6 Cognit ive Grow t h C+A M M SG Piaget , Irving, Sullivan 7 Scient ific Inquiry C+A H+M M SG J.Schw ab

P E R S O N A L M O D E L

8 Nondirect ive Teaching A L H I Carl Rogers 9 Aw areness Training A M +L H I Peris, Schut z

10 Synect ics C+A M M I+SG Gordon, Hunt

11 Concept ual Syst ems C+A M M I+SG Hunt 12 Classroom M eet ing A M M LG Glasser

S O C IA L I N T E R A C T IO N

13 Group Invest igat ion C+A L H G Thelen, Dew ey 14 Social Inquiry C+A M M G M assialas, Cox 15 Laborat ory M et hod A+P L H G NTL

16 Jurisprudent ial C+A M M G Oliver, Shaver 17 Role-Playing A+P M M G Shafel & Shafel 18 Social Simulat ion A+P H L G Boocock, Guet zkow

B E H A V IO R A L M O D E L S

19 Cont ingency M anag. C+P H L I+G BF Skiner

20 Self-cont rol A M L I BF Skiner

21 Relaxat ion A M M I Rimm, M ast ers

(3)

24 Desensit izat ion A L M I Wolpe 25 Direct Training P M L G Gagne, Smit h

C. Information Processing

Informat ion Processing merupakan bagian dari kognit ivisme yang membahas bagaimana ot ak memperoleh informasi, memproses informasi, menyimpan, dan menggunakannya. Berbagai model pembelajaran yang t ermasuk didalam rumpun ini ant ara lain adalah:

1. Concept At t ainment 2. Induct ive Thinking 3. Inquiry

4. Discovery

5. Advance Organizer 6. M emory

7. Problem Solving

8. Problem -Based Learning

D. Personal M odel

Rumpun ini didasarkan at as t eori perkembangan individu, yait u unt uk mengembangkan kemampuan dalam diri seseorang. Set iap orang dibekali Tuhan dengan berbagai kemampuan dan keberbakat an yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran. M odel-model pembelajaran yang t ermasuk rumpun ini ant ara lain:

(4)

E. Social M odel

Rumpun ini mengembangkan kemampuan bekerjasama dan kemampuan sosial. Pembelajaran kooperat if merupakan esensi dari rumpun ini. M elalui kerjasama t im yang baik, hasil belajar akan lebih baik daripada belajar sendiri. M odel pembelajaran kooperat if ant ara lain sebagai berikut :

1. Group Discussion 2. Group Invest igat ion 3. Social Inquiry 4. Laborat ory M et hod 5. Jurisprudent ial 6. Role-Playing 7. Social Simulat ion 8. Jigsaw

9. STAD (St udent Team Achievement Division) 10. TGT (Team Game Tournament )

11. Dyad

12. NHT (Number Head Toget her)

F. M odel Pembelajaran Terpadu

(5)

menggunakan filosofi “ t he w hole is bet t er t han t he sum of it s individual.” Art inya bahw a keseluruhan lebih baik dari jumlah individual di dalamnya. M enurut Fogart y dalam bukunyaThe M indful School,(1991) ada sepuluh model pembelajaran berdasarkan t ingakat ket erpaduannya. Kesepuluh model t ersebut adalah sebagai berikut :

1. Fragment ed (t erpisah) 2. Connect ed (t erkoneksi) 3. Nest ed (t ersarang) 4. Sequenced (t erurut ) 5. Shared (t eriur) 6. Webbed (t erjalin) 7. Threaded

8. Int egrat ed 9. Immersed 10. Net w ork

(6)

G. Pendekatan (Approach)

Di samping model-mengembangkan berbaga

el-model pembelajaran, para ahli inst ruksio gai st rat egi dan pendekat an pembelaja

(7)

mengident ifikasi dua pendekat an pembelajaran; sedangkan Biological Science Curriculum St udy (BSCS) menaw arkan 4 macam pendekat an. Selain it u masih ada pendekat an penemuan (Discovery) dan Cont ext ual Teaching and Lear ning. Berikut pendekat an-pendekat an pembelajaran:

1. Explorat ory Approach 2. Exposit ory Approach 3. Human Approach 4. Inquiry Approach 5. Ecological Approach 6. M olecular Approach 7. Discovery

8. CTL (Cont ext ual Teaching and Learning)

H. Standar Proses

M elalui Perat uran M ent eri Pendidikan Nasional No. 41 t ahun 2007, Pemerint ah menet apkan st andar proses pendidikan, meliput i jumlah sisw a per kelas, jam belajar, persiapan pembelajaran, dan proses pembelajaran, sert a penilaian pembelajaran. Di dalam Permen t ersebut , disarankan pembelajaran menerapkan 5 fase:

1. Pembukaan 2. Int i

a. Eksplorasi b. Elaborasi c. Konfirmasi 3. Penut up

(8)

baru. Set elah sisw a t ert arik, maka langkah selanjut nya adalah melakukan eksplorasi, yait u mengkaji persoalan melalui berbagai cara sepert i pengamat an, pengukuran, eksperiment asi, dalam rangka memperoleh dat a pemecahan persoalan. Langkah ini dilanjut kan dengan konsept ualisasi. Set elah sisw a memahami konsepnya, guru mengelaborasi kegiat an, sepert i bagaimana menerapkan konsep t ersebut pada kehidupan sehari-hari at au melakukan pengayaan t erkait konsep t ersebut . Langkah berikut nya adalah konfirmasi yait u mengecek kebenaran konsep dan penget ahuan yang diperoleh sisw a. Kegiat an penut up adalah menyampaikan apa yang harus dilakukan sisw a t erkait apa yang t elah dipelajari dan t opik yang akan dipelajari selanjut nya.

I. 5-E dari BSCS

BSCS mengembangkan model pembelajaran dengan 5 fase yang meliput i:

1. Engage 2. Explore 3. Explain 4. Elaborat e 5. Evaluat e

(9)

J. M enggunakan M odel

Banyak sekali penerapan model pembelajaran di Indonesia yang t idak berhasil padahal di Negara asalnya model t ersebut sangat berhasil . Hal ini t erkait banyak variabel yang harus diperhit ungkan oleh guru. Pert ama adalah konsist ensi penerapan sint aks dari model t ersebut . Sering para guru mengubah sint aks dari model sehingga t idak sepert i aslinya. Kedua, kondisi sisw a kit a berbeda dengan sisw a di Negara di mana model t ersebut digunakan. Group Invest igat ion mungkin sulit dit erapkan di Indonesia karena sisw a t idak t erbiasa melakukan invest igasi. Unt uk it u sisw a perlu dilat ih dan dibiasakan melakukan invest igasi sebelum guru menerapkan model Group Invest igat ion. Ket iga, sarana pembelajaran kit a mungkin ket inggalan jauh dari Negara di mana model t ersebut digunakan. Unt uk melakukan invest igasi mungkin sisw a membut uhkan count er, t hermomet er udara, hygromet er, salinomet er, loup, mikroskop binokuler dan sebagainya. Kadang peralat an yang sederhana sepert i it u t idak t ersedia di sekolah. M asih banyak fakt or lain yang perlu dipert imbangkan di dalam penerapan suat u model pembelajaran agar hasil belajarnya baik. Unt uk it u diperlukan adapt asi model -model pembelajaran yang ada dengan kondisi dan sit uasi riil di masing-masing sekolah.

K. Penutup

(10)

Daftar Pustaka

Anglin, G. J. (1995).Inst ruct ional Technology. Englew ood, Colorado: Libraries Unlimit ed, Inc.

Anonim (2009).Inst ruct ional Design.

ht t p:/ / w eb2.uw indsor.ca/ courses/ edfac/ mort on/ index.ht m

BSCS. (2009).BSCS St udy of 5Es.ht t p:/ / w w w .BSCS.org/

Blankchard, A. (2000).Cont ext ual Teaching and Learning. ht t p:/ / w w w .horizonshelpr.org/ cont ext ual/

Bruner, Jerome. (1996).Toward a Theory of Inst ruct ion. Cambridge, M A: Harvard Universit y Press.

College of Educat ion, Universit y of Houst on (2009).Const ruct ivism. ht t p:/ / w w w .coe.uh.edu/ courses/ cuin6373/ idhist ory/ index.ht ml

DePot t er, B. (1992). Quant um Learning: M embiasakan Belajar nyaman dan menyenangkan. Terjemahan Alaw iyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa.

Edut ec, Wikipedia (2009). Inst ruct ional Design.ht t p:/ / edut echw iki.unige.ch/ en/ M ain_Page Gagne, R., Briggs, L. & Wa ger, W. (1992). Principles of Inst ruct ional Design (4t h Ed.). Fort

Wort h, TX: HBJ College Publishers

Gardner, How ard (2003). M ult iple Int elligences.ht t p:/ / t ip.psychology.org/ gardner.ht ml

Johnson, D.W., Johnson, R.T., St anne, M .B., (2000), “Cooperat ive Learning M et hods: A M et a-Analysis” .Ht t p:/ / w w w .clcrc.com

Joice, B. & M arsha Weil. (1992). M odels of Teaching. Needham Height , M assachuset t s: Allyn and Bacon.

Romiszow ski, A.J. (1981). Designing Inst ruct ional Syst ems. New York, NY.: Nichols Publishing Company.

Slavin, R. E. (19986). Learning Toget her.American Educat ion, 10(2), 6-13

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa memiliki pengetahuan tentang hakikat filologi, sejarah perkembangan, dan penerapan teori filologi terhadap naskah Jawa.. Mata kuliah

Penasehat Akademik PPS

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen Prakualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi, maka Pokja Pengadaan Konsultansi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa

This version of the algorithm Context does not distinguish transition probabilities which are closer than the threshold level used in the pruning decision. Our first theorem proves

Page 1 of 24 Universitas Negeri

Sehubungan dengan paket tersebut diatas, setelah dilakukan pembukaan dokumen penawaran hanya satu peserta yang memenuhi persyaratan dokumen penawaran sedangkan dua peserta lagi tidak

Undangundang No 27 tahun 2007 mengatur bahwa reklamasi harus dapat menjamin keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat, menjamin keseimbangan antara

[r]