BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan
berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara
tentang kebudayaan tidak akan pernah lepas dari masyarakat pendukungnya.
Demikian pula berbicara tentang masyarakat tanpa mengetahui budaya yang
mendominasi pola-pola interaksi yang mewujudkan masyarakat itu sendiri,
merupakan suatu hal yang sulit dilaksanakan karena kebudayaan dan masyarakat
keduanya amat erat kaitannya. Tari sebagai kesenian termasuk ke dalam ranah
budaya.
Penelitian menganalisis pola budaya tari sebagai budaya satu masyarakat,
tidak akan lepas dari masyarakat pendukung tari itu sendiri yang berlaku di dalam
masyarakat pendukungnya. Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri
atas unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan sebagai kesatuan. Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sansekerta) buddayah, yang merupakan bentuk jamak kata buddhi, yang berarti “budi” atau “akal”. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (dalam
Agossa, 2013,hlm.2)bahwa:
Kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah: (1) Wujud kebudayan sebagia suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dan sebagainya. (2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, (3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Kesenian merupakan salah satu unsur penting dalam kebudayaan yang
memang mengalami perkembangan dari setiap waktunya. Pada perkembangan
dalam hal ini dapat didasari dengan berkembangnya cara berpikir manusia yang
cenderung dinamis. Kesenian merupakan bagian dari warisan nenek moyang
yang perlu dikembangkan dan dipertahankan agar kesenian tersebut tidak hilang
Kesenian adalah komponen sosiokultural yang sifat universal. Isi dari kesenian adalah kesan-kesan atau pengungkapan-pengungkapan simbolik yang bersifat fisik, mempunyai nilai estetis, emosional intelektual bagi para anggota masyarakat.
Kesenian bagi masyarakat dahulu merupakan pewarisan dari nenek
moyang dapat dilihat dari beberapa kesenian yang masih erat kaitannya dengan
kepercayaan animisme. Pada beberapa kesenian yang masih erat kaitannya
dengan kepercayaan animisme biasanya digunakan sebagai upacara ritual, namun
tidak sedikit karena perkembangan zaman fungsi kesenian sebagai sarana ritual
berubah menjadi fungsi kesenian sebagai sarana hiburan. Hal demikian terjadi
karena biasanya jika kesenian yang digunakan sebagai sarana ritual hanya dapat
dinikmati oleh kalangan masyarakat tertentu saja berbeda dengan hiburan yang
memang dapat dinikmati oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan.
Kesenian tradisional merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan, suatu
bentuk kreativitas masyarakat yang merupakan karya-karya dari manusia dalam
suatu wilayah tertentu. Kesenian tradisonal bersumber dari budaya dan tradisi
masyarakat setempat, tradisi sering kali diartikan sebagai perkembangan modal
yang diperlukan oleh setiap etnik agar selalu hidup. Tradisipun sering kali
dihubungkan dengan kebiasaan sosial masyarakat tersebut yang memang sudah
membudaya dalam kehidupan sosial atau yang membudaya dalam kehidupan
masyarakat.
Kerjasama dan semangat masyarakat menjadi gagasan saat menciptakan
karya seni. Kebiasaan yang sudah tertanam di kehidupan masyarakat
dilingkungannya akan sangat mempengaruhi pada seorang koreografer. Seni
tradisipun dapat di artikan sebagai seni yang diselenggarakan untuk kelangsungan
tradisi/adat istiadat suatu wilayah. Tidak hanya itu, masyarakat inilah yang
menentukan segala bentuk perubahan yang terjadi pada kesenian yang ada
dilingkungannya. Caturwati (dalam Lasmawanti, 2013, hlm. 10) menyatakan
Seni tradisi merupakan suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya, pengolahannya berdasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya. Cita rasa disini mempunyai pengertian yang luas, termasuk nilai kehidupan tradisi, pandangan hidup, pendekatan falsafah, rasa etis, dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan.
Karya seni yang dimiliki setiap wilayah di bumi Indonesia memang sangat
beragam, seperti seni tradisi yang berkembang di daerah Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan mengalami perubahan walaupun tidak
semua susunan koreografinya namun hanya dibagian tertentu berkembang dari
yang aslinya karena tuntutan zaman yang serba ingin instan sehingga beberapa
bentuk mengalami pemadatan, di antaranya: Tari Sembah, Bedana, Mayang,
Mantok, Khakot, Sunda Lilik, Indako, Butetop, Kenui, Melayang, Gawi Waya,
Ngarak Lampung, Bedayo, dan Tari Tupping. Tari Tupping adalah salah satu
contoh dari kesenian yang mengalami pemadatan dan pergeseran fungsi.
Tari Tupping awalnya hanya dinamakan “Tupping” saja. Tupping menurut
sejarah penciptaannya (Darmawan) merupakan tarian sakral yang dulunya hanya
boleh ditarikan oleh kaum bangsawan atau keturunan dari Radin petinggi yang
ada di Lampung, yang di ambil dari cerita zaman dahulu yang berawal dari
penjajahan Belanda terhadap masyarakat Desa Kuripan Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan. Menurut sejarahnya zaman penjajahan Belanda,
Radin Intan melakukan pengintaian dan pengawasan guna untuk melindungi dan
mengelabui penjajah. Dadaunan yang berwarna hijau digunakan penutup baju
atau tubuh agar tidak di ketahui bahwa ada pengintai dari masyarakat Desa
Kuripan terhadap penjajah Belanda. Masyarakat Lampung memiliki istilah yang
disebut Radin. Radin merupakan sebuah gelar atau jabatan untuk keturunan Raja
yang ada di Lampung. Jika di Jawa, Radin itu sama halnya dengan Raden.
Tupping pada awalnya hanya dapat ditarikan oleh kaum bangsawan
(keturunan Radin Intan). Kini mengalami perubahan dan mulai berkembang
keluar tembok keraton, dan kini bisa dipelajarai dan ditarikan oleh remaja atau
masyarakat desa tersebut dan bisa dipadatkan berdasarkan kebutuhan zaman. Saat
Tupping dipertunjukkan, sesajen merupakan bagian yang harus ada, apabila
adanya musibah/berakibat dari salah satu penari mengalami kesurupan (tidak
sadarkan diri). Tupping dahulu disajikan pada acara upacara adat atau hajatan
yang memang bersifat sakral dan bentuk pertunjukannya Tupping bukan hanya
mengutamakan keindahan dan keterampilan penarinya saja, namun penari akan
memiliki hubungan/ komunikasi dengan sesuatu yang di keramatkan pada saat
mengalami kesurupan.
Semakin berkembangnya zaman, maka kondisi dan situasi sangat
mempengaruhi seni tradisi daerah yang mempunyai seni tradisi yang diagungkan
ditandai dengan berubahnya nama Tupping menjadi Tari Tupping. Perubahan ini
berawal pada tahun 1984 seorang budayawan yang bernama Bapak Darmawan
mempunyai ide untuk membuat Tari Tupping. Pertunjukan Tari Tupping
dibawakan oleh 12 orang penari laki-laki yang mengenakan Tupping (topeng).
Garap gerak Tari Tupping menggambarkan pasukan perang yang sedang
berjaga-jaga dengan karakter jenaka dengan isi garap untuk mengelabuhi lawan.
Pada dasarnya Bapak Darmawan menciptakan Tari Tupping tidak
melepaskan kaidah-kaidah gerak yang ada dalam Tupping, garap gerak dipadatkan
sesuai kebuthan dan tuntutan zaman dengan tidak menghilangkan garap isi
sebelumnya, dipadatkan dengan wujud memadatkan gerak yang berulang-ulang
yang sebelumnya gerak diulang tiga kali dalam gerak baru dipadatkan menjadi
satu kali, yang tadinya ada gerak yang diulang empat dipadatkan menjadi dua kali,
kebutuhan tersebut karena zaman yang menuntut harus instan, dan singkat. Jika
pada Tupping sesajen merupakan hal yang wajib dan penari harus dari kaum
bangsawan (keturunan Radin Intan), tapi jika dalam Tari Tupping penggunaan
sesajen tidak dilakukan dan penari tidak harus dari kaum laki-laki bangsawan.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai data otentik yang didapat langsung dari lapangan
untuk mengumpulkan data kemudian menganalisis hal-hal yang dapat diangkat
dan di jadikan objek penelitian sebagai upaya pelestarian kesenian daerah
setempat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan dokumentasi
mengenai Tari Tupping lebih lanjut, penelitian ini di lakukan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan melalui penelitian yang berjudul “Tari Tupping Di Desa
adanya penelitian terhadap masalah Tari Tupping, maka pengetahuan masyarakat
terhadap TariTupping akan bertambah.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang telah di
paparkan sebelumnya, maka penelitian merumuskan beberapa permasalahan di
antaranya:
1. Bagaimana latar belakang Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan?
2. Bagaimana struktur penyajian Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan?
3. Bagaimana Rias dan Busana Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Merujuk dari rumusan masalah di atas, diharapkan peneliti mampu menjawab
beberapa permasalahan yang diteliti dan tujuan. Adapun tujuan dalam penelitian
yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mendeskripsikan dan memperoleh
gambaran secara umum tentang Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui latar belakang Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan
b. Mengetahui bagaimana struktur penyajian Tari Tupping di Desa
Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan
c. Mengetahui bagaimana Rias, Busana, dan Iringan Tari Tupping di
D. Manfaat Signifikansi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya:
1. Teori
Sebagai sarana pengetahuan untuk mengetahui dan lebih dalam akan
Tari Tupping.
2. Praktisi
a. Departemen Pendidikan Seni Tari
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai penambah
referensi bagi peningkatan wawasan atau pengetahuan tentang Tari
Tupping, serta untuk menambah pustaka atau referensi pada
Departemen Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan
Mendapatkan tambahan dokumentasi mengenai Tari Tupping dan
diharapkan dapat mengupayakan pelestarian dan pengembangan untuk
Tari Tupping.
c. Lembaga Pendidikan
1) Menambah sumber kepustakaan yang bersifat informasi,
khususnya dalam pengetahuan mengenai Tari Tupping sebagai
salah satu kesenian tradisional.
2) Sebagai sumber referensi bagi mahasiswa Departemen Pendidikan
Seni Tari untuk seluruh mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai
kesenian daerah.
d. Peneliti Lain
Untuk menambah acuan dalam wawasan di bidang seni budaya,
khususnya untuk Tari Tupping yang berada di Kabupaten Lampung
E. Sistematika Penulisan
JUDUL
Judul skripsi dirumuskan secara ringkas, komunikatif dan dengan
menggunakan bahasa ilmiah yang baik dan benar. Judul skripsi ini adalah
“Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan”.
HALAMAN PENGESAHAN
Halaman pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas
bahwa semua isi dari skripsi telah disahkan oleh pembimbing I,
pembimbing II dan ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari.
PERNYATAAN
Pernyataan tentang keaslian skripsi bahwa skripsi yang ditulis
benar-benar asli karya sendiri dan bebas dari plagiarism, oleh sebab itu
pernyataan tersebut harus ditandatangani oleh penulis.
ABSTRAK
Abstrak untuk skripsi ini diuraikan secara singkat dan lengkap
memuat beberapa hal mengenai judul, hakekat penelitian, tujuan
penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan,
hasil dan kesimpulan.
DAFTAR ISI
Daftar isi ditulid dengan judul dan subjudul dan diberikan nomor
halamannya, hal ini agar mempermudah para pembaca.
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar ditulis dengan nama gambarnya dan diberikan
nomor halamannya, hal ini agar mempermudah para pembaca.
DAFTAR BAGAN
Daftar bagan ditulis dengan nama bagan dan diberikan nomr
halamannya, apabila dalam skripsi terdapat table maka harus dicantumkan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I pendahuluan merupakan pengantar, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah mengenai penjelasan dan alasan masalah tersebut
rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat Tanya setelah didahului
uraian tentang masalah penelitian. Tujuan penelitian menyajikan hasil
penelitian yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan, terdapat
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab II kajian teoritis memaparkan mengenai teori yang mendukung
dalam penelitian ini yang mempunyai peran yang sangat penting. Kajian
teoritis berisi tentang penelitian terdahulu, seni pertunjukan, pengertian
tari, kesenian tradisional, fungsi tari di masyarakat, tari yang berfubgsi
sebagai sarana ritual, struktur penyajian tari tradisional, unsur-unsur
pendukung tari.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III Metode Penelitian memaparkan metode penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, penelitian, definisi operasional,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,
skema atau alur penelitian, analisis data.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan memaparkan
mengenai hasil hasil penelitian yang terdiri dari Latar Belakang Tari
Tupping di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan, Struktur Penyajian Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan, Rias Busana dan Iringan Tari
Tupping di Desa Kuripan Kecamatan Penegahan Kabupaten Lampung
Selatan. pembahasan terdiri dari Analisis Latar Belakang Tari Tupping di
Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan,
Analisis Struktur Penyajian Tari Tupping di Desa Kuripan kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan, Analisis Rias Busana dan
Iringan Tari Tupping di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasisebagai hasil
penelitian. Rekomendasi yang dipaparkan setelah kesimpulan ditujukan
kepada Lembaga Kebudayaan Lampung Selatan, Para Pelaku Seni dan
Lingkungan Seni Lainnya, Penelitian Selanjutnya, Generasi Penerus.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka memuat semua yang tertulis (buku, dokumentasi
resmi dan sumber-sumber lainnya), semua sumber tertulis maupun tidak
harus dicantumkan.
LAMPIRAN
Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian
dan penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah.
RIWAYAT HIDUP