• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nanda Nurani Putri 21020112120024 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nanda Nurani Putri 21020112120024 BAB V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan

Pelaku yang ada di Sentra Batik Tulis Lasem yaitu: 1) Pengunjung

2) Karyawan showroom 3) Karyawan restoran 4) Pelatih batik 5) Pengelola

6) Petugas lapangan

5.1.2 Kelompok Kegiatan

Aktivitas yang berlangsung di Sentra Batik Tulis Lasem dibagi menjadi: A. Kegiatan Utama

Kegiatan utama merupakan kegiatan inti yang terdiri dari: 1) Kegiatan wisata sejarah dan koleksi batik tulis Lasem 2) Kegiatan pelatihan membatik/workshop

B. Kegiatan Pendukung

Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan utama. Kegiatan pendukung terdiri dari:

1) Kegiatan pemasaran 2) Kegiatan pengelolaan

C. Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang dilakukan untuk melengkapi berlangsungnya kinerja sentra batik dan melayani pengunjung. Terdiri dari:

1) Parkir kendaraan

2) Kegiatan makan dan minum 3) Kegiatan ibadah

4) Kegiatan penarikan/transfer uang

D. Kegiatan Servis

Kegiatan servis bertujuan untuk menunjang berlangsungnya kinerja sentra batik dan melayani pengunjung secara tidak langsung.

1) Kegiatan keamanan 2) Kegiatan kebersihan

3) Kegiatan mekanikal dan elektrikal

5.1.3 Program Ruang

Tabel 5.1 Program ruang

(2)

No. Kelompok

Penitipan Barang 2,5 m2

2. Ruang Pamer Tetap

Ruang Introduksi 7,5 m2

Ruang Pamer 1 60 m²

Ruang Pamer 2 87 m²

Ruang Pamer 3 45 m²

Ruang Pamer 4 100 m2

Ruang Pamer Temporer 100 m²

3. Ruang Audiovisual

Ruang Penitipan Barang 1,25 m2

Ruang Baca 104 m2

Ruang Rak Buku 4,5 m2

Gudang 12 m2

5. Ruang Pengelolaan Benda Koleksi

(3)

3. Ruang Pelatihan

TOTAL KELOMPOK RUANG KEGIATAN UTAMA 2.566 m²

BESARAN RUANG KEGIATAN PENDUKUNG

(4)

1. Area Pemasaran

TOT AL KELOMPOK RUANG KEGIATAN PENDUKUNG 1.088,15~ 1.088 m²

BESARAN RUANG KEGIATAN PENUNJANG

(5)

2. Ruang Sholat Pria 19,2 m²

TOT AL KELOMPOK RUANG KEGIATAN PENDUKUNG 1.733 m²

BESARAN RUANG KEGIATAN SERVIS

1. Janitor 4 m²

TOTAL KELOMPOK RUANG KEGIATAN SERVIS 75,6 m² TOTAL KESELURUHAN:

5.462,6 m² ~ 5.463 m² Sumber: Analisa penulis

Lokasi berada di Kecamatan Lasem dengan peraturan KDB maksimal 60%, RTH minimal 40% dan KLB = 3,0 dengan luas total bangunan 5.463 m2. Direncanakan luas

bangunan yang berada di lantai dasar sebesar 4.916,7 m2 (90% dari total

keseluruhan). Sehingga:

KLB = Luas lantai dasar : Luas tapak minimal Luas tapak minimal = Luas lantai dasar : KLB

= 4.619,7 m2 : 0,6

= 8.194,5 m2

Maka kebutuhan lahan minimal adalah +8.195 m2.

5.1.4 Hubungan Kelompok Ruang

A. Hubungan Kelompok Ruang Makro

Hubungan kelompok ruang makro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatannya secara makro yaitu kegiatan utama, kegiatan pendukung dan kegiatan servis.

(6)

Hubungan kelompok ruang mikro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatannya mikro pada masing-masing kelompok kegiatan makro, misalnya kelompok kegiatan pemasaran dan kelompok kegiatan pengelola tergolong dalam kelompok kegiatan utama.

Gambar 5.1 Organisasi Ruang Sumber: Analisa penulis

5.1.5 Lokasi dan Tapak

Tapak berada di Jl. Bonang, Desa Tasiksono, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang dengan luas lahan +18.000 m2.

Gambar 5.2 Tapak terpilih dan kondisi sekitarnya Sumber: Google Earth diakses pada tanggal 13 April 2016

Batas tapak adalah sebagai berikut

Sebelah Utara : Lahan pertanian dan tambak garam C. Organisasi Ruang

Main Entrance Showroom

Museum G. Pelatihan

Parkir Pengelola

Restoran Mushola

(7)

Sebelah Timur : Lahan pertanian Sebelah Selatan : Lahan pertanian Sebelah Barat : Lahan pertanian

Tapak berada di SWP II dengan peraturan bangunan KDB maksimal 60%, KLB = 3,0 dan RTH minimal 40%. Tapak berada di antara lahan pertanian dan tambak garam.

5.2 Konsep Perancangan 5.2.1 Sistem Utilitas

A. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami dimaksimalkan melalui bukaan-bukaan pada permukaan dinding yang lebar serta penggunaan material kaca sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan.

Pencahayaan buatan dilakukan dengan menempatkan titik-titik lampu pada ruang-ruang yang tidak terjangkau cahaya matahari. Pencahayaan buatan juga dimanfaatkan untuk aspek estetika misalnya penggunaan decorative lighting untuk area pamer, showroon dan titik-titik tertentu.

B. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan menggunakan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami yang diterapkan berupa cross ventilation. Dapat dibantu dengan penggunaan roster untuk memasukkan angin ke dalam bangunan. Penggunaan roster disesuaikan dengan orientasi bangunan dan arah angin untuk memaksimalkan angin yang masuk.

Penghawaan buatan terdiri dari AC dan exhaust fan. AC digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan pengkondisian udara secara total dan pada ruangan dengan barang-barang elektronik. Sedangkan exhaust fan digunakan untuk menghisap udara di dalam ruang untuk dikeluarkan sekaligus menarik udara segar dari luar agar masuk ke dalam ruangan.

C. Jaringan Air Bersih

(8)

Air kotor terdiri dari limbah cair, limbah padat dan air hujan. Limbah cair berasal dari pembuangan air lavatory/pantry/wastafel, limbah atau kotoran padat dari WC dan air hujan yang jatuh ke area bangunan. Limbah cair dialirkan menuju saluran drainase untuk kemudian disalurkan ke riol kota sedangkan limbah padat ditampung ke sumur peresapan kemudian meresap ke peresapan. Air hujan ditampung dengan talang air kemudian dialirkan menuju saluran drainase dan disalurkan menuju riol kota. Untuk air hujan yang langsung jatuh ke tanah dapat ditampung oleh bak kontrol kemudian disalurkan ke drainase dan riol kota.

Sumber: Analisa penulis

E. Jaringan Listrik

Sumber energi listrik diperoleh dari PLN, sedangkan sumber tenaga cadangan didapatkan dari generator set (genset). Genset digunakan saat aliran listrik dari PLN terputus. Untuk bangunan berlantai dua atau lebih, energi listrik disalurkan dari gardu PLN ke Main Distributuion Panel (MDP) yang terletak di lantai dasar bangunan kemudian disalurkan ke panel-panel listrik atau Sub-Distribution Panel (SDP) yang berada di setiap lantai bangunan.

Sumber: Analisa penulis

F. Jaringan Limbah

Limbah proses membatik dapat ditangani dengan cara sebagai berikut:

•Limbah cair

Limbah cair sisa proses membatik tidak merusak lingkungan karena proses pembatikan menggunakan bahan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Limbah-limbah cair tersebut ditangani dengan cara dialirkan menuju saluran drainase untuk kemudian disalurkan ke riol kota.

•Limbah padat

Gambar5.4Skema jaringan air kotor

Limbah Padat Septictank

Limbah Limbah Cair Saluran Drainase

Peresapan

Transfer Switch MDP SDP

Penerangan

Pompa

(9)

Limbah padat berupa cairan malam yang mengeras. Cairan malam bekas pakai dapat ditampung dan disimpan untuk kemudian dilelehkan sebagai bahan pembuatan batik dengan kualitas yang lebih rendah.

G. Jaringan Sampah

Sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah menurut jenisnya ke dalam tempat sampah kertas, sampah plastik/kaca dan sampah organik. Tempat sampah disediakan di tiap lantai gedung dan di luar bangunan di pinggir jalur sirkulasi. Pengumpulan sampah dilakukan setelah jam kerja, dilakukan seleksi untuk sampah yang bisa didaur ulang sedangkan sampah yang tidak bisa didaur ulang akan dibuang di TPS dan akan diangkut angkut oleh petugas sampah kota menuju ke TPA.

Sumber: Analisa penulis

H. Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran

Jenis-jenis pencegahan bahaya kebakaran yang akan digunakan adalah:

Fire safety plan. Berupa perencanaan bangunan dengan memperhatikan

jalur evakuasi/penyelamatan (evacuation escape). Sistem yang digunakan adalah interin evacuation escape berupa tangga darurat dalam massa bangunan yang lebih dari satu lantai.

Fire alarm. Sistem deteksi yang digunakan berupa fire/heat detector dan

smoke detector yang dipasang di plafon.

Fire protection. Sistem yang bekerja saat kebakaran terjadi dalam gedung

yang terdiri dari sprinkler system dipasang pada dinding dan plafon, fire

extinguiser yang dapat diletakkan dimana saja berbentuk tabung CO2 untuk

kebakaran setempat, hydrant box cabinet yang ditempatkan di sekitar bangunan dengan radius jangkauan 30 meter, serta hydrant plillar yang ditempatkan di luar bangunan dengan suplay air dari dinas pemadam kebakaran setempat.

I. Sistem Telekomunikasi

Jaringan komunikasi harus memiliki kemudahan dan kecepatan dalam penyampaian informasi intern maupun ekstern serta biayanya yang murah. Untuk alat komunikasi dalam (intern) digunakan intercom pada ruang-ruang yang membutuhkan. Sedangkan untuk komunikasi luar (ekstern) menggunakan jaringan

(10)

telepon dari PT Telkom dengan sistem SLTO (Sentral Telepon Langganan Otomatis) dengan sistem jaringan seperti berikut ini:

Sumber: Analisa penulis

J. Sistem Keamanan

Untuk sistem keamanan digunakan bantuan satpam dan pemasangan kamera CCTV pada spot-spot tertentu yang butuh pengawasan ketat. CCTV dapat dilihat di ruang kontrol keamanan.

K. Jaringan Transportasi

Jaringan transportasi dalam bangunan menggunakan tangga dan ramp untuk transportasi vertikal. Sedangkan transportasi luar bangunan digunakan stepping stone untuk area hijau dan penghubung gedung.

5.2.2 Struktur Bangunan

Sistem struktur yang digunakan adalah sistem strungkur standar untuk bangunan 1-2 lantai dan struktur untuk tanah berkontur seperti penggunaan talud. Untuk modul bangunan, modul horizontal didapatkan dengan memperhitungkan modul ruang yang efektif, sedangkan modul vertikal ditentukan dengan mempertimbangkan sistem utilitas (terutama plumbing) dan ketinggian bukaan-bukaan pada bangunan. Penggunaan bahan bangunan yang digunakan akan lebih dominan ke bahan-bahan alam atau bahan-bahan yang menonjolkan kesan tradisional.

5.2.3 Konsep Arsitektural

Konsep arsitektural berhubungan dengan pola sirkulasi yang berupa pencapaian frontal dan pola konfigurasi organik yang responsif terhadap kondisi tapak. Penekanan pada aspek desain disesuaikan dengan konsep arsitektur neo vernakular. Karakter yang ditunjukkan oleh langgam ini adalah perpaduan antara tradisional dengan modern. Bangunan tidak sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip bangunan tradisional tapi menampilkan bentuk karya baru dengan dasar prinsip tradisional tersebut. Ciri-ciri arsitektur neo vernakular:

1) Menggunakan atap bubungan

2) Menggunakan material batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

3) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan

4) Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan

5) Warna-warna yang kuat dan kontras

Gambar5.7Skema jaringan telekomunikasi

(11)

Gambar

Gambar 5.1 Organisasi Ruang

Referensi

Dokumen terkait

Aditya Cahyo Nugroho, 2018, The Victorian Concept of Nature and the Creation of Dystopian Ecology in H.G Wells’ The War of the Worlds and Garrett Putnam Serviss’ Edison’s

Dengan demikian, tegangan masuk total pada basis adalah 1,8 V dc,ditambah sumber sinysl ac yang kecil.. Bila kapasitor penggandeng kaku, semua tegangan sumber

dengan baik, sebagian kecil (20%) lagi dapat melakukan peer assessment.. dengan cukup baik, dan hampir separuh siswa (35%) berkategori

Dari uraian diatas sebagai bentuk sistem dari solusi yang diajukan maka penulis tertarik untuk membangun suatu aplikasi sistem pendukung keputusan berbasis WebGIS

Özetle; dinamik geometri ortamında matematik çalışan öğrencilerin yazılım ile etkileşimleri nin, bu yazılımı bir mikro dünya olarak kullanabilmesi ne ve yazılım

1. Sebuah kumparan memiliki 1000 lilitan, dan induktansi dirinya berharga 0,4 henry. Bila pada kumparan tersebut terjadi perubahan kuat arus dari 10 A menjadi 2 A selama0,1 sekon,

Namun, kemampuan menulis siswa yang rendah dapat ditingkatkan oleh guru dengan cara membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan guru dalam proses pembelajaran