IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. TPS
Berdasarkan hasil observasi lapangan diperoleh jumlah TPS sebanyak 86
buah. TPS tersebut tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Batang. Dari 15
(lima belas) kecamatan tersebut ada beberapa kecamatan yang tidak memiliki
fasilitas TPS.
Tabel 4.1. Persebaran TPS Kabupaten Batang
Daerah
Sumber: Hasil Observasi Lapangan (2013)
Daerah pelayanan kebersihan di Kabupaten Batang masih terbatas di sebelas
kecamatan seperti yang tertera dalam tabel di atas. Empat kecamatan lainnya yaitu
Kecamatan Kandeman, Kecamatan Tulis, Kecamatan Reban, dan Kecamatan
Pecalungan belum mendapatkan pelayanan kebersihan dari pemerintah.
Pelayanan kebersihan di Kabupaten Batang dibagi menjadi dua daerah
pelayanan. Daerah pelayanan utama yaitu daerah pelayanan dalam kota yang
meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Batang, Kecamatan Warungasem,
dan Kecamatan Wonotunggal. Sedangkan untuk pelayanan luar kota terbatas
hanya untuk kawasan pasar saja yaitu Kecamatan Bandar, Kecamatan Blado,
Kecamatan Subah, Kecamatan Banyuputih, Kecamatan Gringsing, Kecamatan
IV-2
Gambar 4.1. Persebaran TPS di Kabupaten Batang per Kecamatan
Dari grafik di atas diketahui bahwa persebaran TPS di Kabupaten Batang
tidak merata, dimana 67,44% berada di Kecamatan Batang dan sisanya berada di
luar Kecamatan Batang (Lihat Gambar 4.2). Hal ini menunjukan bahwa timbulan
sampah terbesar berada di Kecamatan Batang.
Gambar 4.2. Peta Persebaran TPS di Kabupaten Batang 0
10 20 30 40 50 60 70
B
u
ah
(satu
an
)
Kecamatan
IV-3
Jika dikelompokkan sesuai daerah pelayanannya maka untuk pelayanan
dalam kota terdapat 78 buah TPS dan untuk luar kota terdapat 8 buah TPS.
Berikut disajikan grafik persebaran TPS berdasarkan daerah pelayanannya
Gambar 4.3. Persebaran TPS di Kabupaten Batang per Daerah Pelayanan
4.1.1.Analisis Kesesuaian Lokasi TPS
Analisis kesesuaian lokasi TPS dilakukan sesuai dengan tabel variabel
kesesuain lokasi TPS pada bab 3. Data diperoleh melalui observasi dan
pengamatan lapangan. Untuk mengetahui jarak TPS terhadap sumber sampah
yaitu pemukiman dilakukan fungsi buffer sesuai ketentuan dalam variabel yaitu
sejauh 500 m, 1000 m, 1500 m , dan >1500 m. Dari fungsi tersebut dapat
diketahui jarak TPS terhadap sumber sampah. Untuk analisis kondisi jalan,
penempatan TPS, dan aktivitas dominan TPS maka dilakukan observasi langsung
ke lapangan melalui pengamatan. Berikut disajikan gambar analisis buffer jarak
TPS terhadap sumber sampah dalam gambar 4.4 dan tabel kesesuaian lokasi
persebaran TPS di Kabupaten Batang. 0
IV-4
Gambar 4.4. Buffer Sumber Sampah terhadap TPS
Dari tabel kesesuaian lokasi TPS akan diketahui nilai setiap variabel dari
masing-masing TPS. Tabel kondisi TPS di lapangan dapat dilihat pada lampiran.
Dalam bab ini variabel tersebut dilambangkan sebagai berikut:
A = Jarak
B = Kondisi Jalan
C = Penempatan TPS
D = Aktivitas Dominan
Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS
No. Nama A B C D Keterangan
(4) (3) (2) (1)
1. TPS RM Kulu Asri 3 4 2 2 2 28 Sesuai
2. TPS SPBE 4 2 2 2 28 Sesuai
3. TPS Cepokokuning 4 2 2 2 28 Sesuai
4. TPS SDN 01 Cepokokuning 4 2 2 2 28 Sesuai
5. TPS Rowobelang 4 2 2 2 28 Sesuai
6. TPS Perum Pasekaran 4 2 2 2 28 Sesuai
7. TPS Balai Desa Pasekaran 4 2 2 2 28 Sesuai
8. TPS SMP 4 Batang 4 2 2 2 28 Sesuai
9. TPS Gg. Botol 4 2 2 2 28 Sesuai
IV-5
Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS (Lanjutan)
No. Nama A B C D Keterangan
(4) (3) (2) (1)
11. TPS SMA 2 Batang 4 2 2 2 28 Sesuai
12. TPS Kalisalak (Kebun) 4 2 2 2 28 Sesuai 13. TPS Kalisalak (Lapangan) 4 2 2 2 28 Sesuai
14. TPS Kalisalak (Bupati
Bintoro) 4 2 2 2 28 Sesuai
18. TPS Indomaret Kalisari
IV-6
Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS (Lanjutan)
No. Nama A B C D Keterangan
50. TPS Kantor Lurah Klidang
IV-7
Tabel 4.2. Kesesuaian Lokasi TPS (Lanjutan)
No. Nama A B C D Keterangan
(4) (3) (2) (1)
77. TPS Kuburan 4 2 2 2 28 Sesuai
78. TPS SMP 1 Warungasem 4 2 2 2 28 Sesuai
79. TPS Pasar Bandar 4 2 2 1 27 Sesuai
80. TPS Pasar Blado 4 2 2 1 27 Sesuai
81. TPS Pasar Bawang 4 2 2 1 27 Sesuai
82. TPS Limpung 4 2 2 2 28 Sesuai
83. TPS Pasar Tersono 4 2 1 1 25 Sesuai
84. TPS Pasar Subah 4 2 2 1 27 Sesuai
85. TPS Pasar Banyuputih 4 2 2 1 27 Sesuai
86. TPS Pasar Gringsing 4 2 2 1 27 Sesuai
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari tabel tersebut selanjutnya disajikan dalam grafik kesesuaian lokasi
TPS.
Gambar 4.5. Kesesuaian Lokasi TPS
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 100% (86 buah) persebaran
TPS di Kabupaten Batang sudah berada di lokasi yang sesuai. Namun perlu
ditinjau lagi tidak hanya berdasarkan nilai semata, tapi juga dari variabel tiap TPS 100%
0% 0%
Kesesuaian Lokasi TPS
IV-8
apakah sudah benar 100% sesuai jika dilihat dari tiap paramaternya. Sebagai
contoh adalah TPS Yos Sudarso memiliki nilai 26 dimana sudah termasuk kriteria
sesuai, tapi juga perlu dilihat kekurangannya untuk perbaikan seperti pada TPS
Yos Sudarso tersebut penempatan TPS masih di badan jalan/mengganggu sarana
umum. Untuk itu perlu dicarikan lokasi khusus di daerah sekitarnya agar TPS
berada pada lokasi khusus untuk TPS.
Berikut disajikan Peta Persebaran TPS berdasarkan kondisinya.
Gambar 4.6. Peta Persebaran TPS dengan Kondisinya
4.1.2.Analisis Kondisi dan Kapasitas TPS terhadap Volume Sampah
TPS merupakan perwadahan sebelum sampah diangkut menuju TPA. Jadi
TPS harus mampu menampung sementara sampah-sampah tersebut sebelum
dipindahkan ke TPA. TPS minimal harus mampu menampung volume sampah
dengan umur 1 hari sebelum dipindahkan ke TPA. Jika kapasitas TPS tidak
mampu menampung volume sampah per hari maka TPS tersebut dikatakan tidak
memenuhi. Volume sampah di Kabupaten Batang yaitu volume sampah yang
IV-9
Berikut adalah data volume sampah Kabupaten Batang.
Tabel 4.3. Volume sampah Kabupaten Batang
No. Daerah Layanan Kecamatan Volume/hari (m3)
1. Dalam Kota
Batang
121,89 Warungasem
Wonotunggal
2. Luar Kota
Bandar
23,08 Blado
Subah
Banyuputih
Gringsing
Tersono
Limpung
Bawang
Sumber: Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Batang (2013)
Volume sampah terdata di Kabupaten Batang merupakan volume sampah
yang masuk ke TPA Randukuning setiap harinya. Volume sampah yang masuk ke
TPA merupakan sampah yang diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah yang
beroperasi sesuai daerah pelayanannya.
Gambar 4.7. Volume sampah Kabupaten Batang Dalam Kota
84% Luar Kota
16%
IV-10
Dari diagram volume sampah di atas diketahui bahwa 86% sampah di
Kabupaten Batang berasal dari daerah pelayanan dalam kota yaitu Kecamatan
Batang, Kecamatan Warungasem, dan Kecamatan Wonotunggal. Sedangkan 26%
sampah berasal dari daerah pelayanan luar kota yaitu Kecamatan Bandar, Blado,
Subah, Banyuputih, Gringsing, Limpung, Tersono, dan Bawang.
Selanjutnya berdasarkan hasil observasi lapangan diketahui kapasitas TPS
di Kabupaten Batang sebesar 407,29 m3 untuk daerah pelayanan dalam kota dan
248,25 m3 untuk daerah pelayanan luar kota. Kapasitas total TPS diperoleh dari
penjumlahan kapasitas tiap TPS yang masih memiliki bentuk fisik atau
kemampuan untuk menampung sampah.
Di bawah ini disajikan grafik kapasitas TPS di Kabupaten Batang
berdasarkan daerah pelayanannya.
Gambar 4.8. Kapasitas TPS di Kabupaten Batang
Berdasarkan grafik tersebut diketahui kapasitas TPS dalam kota lebih besar
dari kapasitas TPS luar kota. Hal ini sebanding dengan jumlah timbulan sampah
di Kabupaten Batang dimana sebagian besar timbulan sampah berasal dari daerah
pelayanan dalam kota.
Secara umum kapasitas TPS yang tersedia telah memenuhi kebutuhan untuk
IV-11
ke TPA. Kapasitas yang ada dibandingkan dengan volume sampah harian untuk
mengetahui kemampuan daya tampung TPS terhadap timbulan sampah. Berikut
penyajiannya dalam bentuk grafik.
Gambar 4.9. Kapasitas TPS terhadap Volume Sampah
Untuk menganalisis kemampuan individu tiap TPS, maka dilakukan
pembahasan yang lebih mendetail. Kemampuan perwadahan atau kapasitas
penampungan TPS juga dipengaruhi oleh kondisi TPS tersebut. Dari observasi
dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa kondisi fisik perwadahan TPS di
Kabupaten Batang tidak semuanya dalam kondisi bagus. Ada yang rusak bahkan
hancur. Hampir setengah atau 43,02% TPS di Kabupaten Batang dalam kondisi
rusak dan hancur. Kondisi perwadahan yang rusak dapat mengurangi kemampuan
TPS dalam menampung sampah, sedangkan TPS dengan kondisi hancur maka
tidak lagi mampu untuk menampung sampah. Sampah yang tidak tertampung
karena perwadahan yang hancur mengakibatkan sampah berserakan sehingga
dapat merusak estetika lingkungan.
Grafik Kapasitas TPS terhadap Volume Sampah
Kapasitas
IV-12
Berikut disajikan diagram kondisi TPS di Kabupaten Batang.
Gambar 4.10. Kondisi TPS di Kabupaten Batang
Dari data yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui rata-rata volume
sampah di TPS sebelum diangkut ke TPA. Rata-rata volume sampah per TPS
dapat dihitung dengan membagi volume sampah masuk TPA dengan jumlah TPS
eksisting.
Berikut adalah cara perhitungannya (Hendrawan, 2004)
rata−rata = � � �ℎ � ��
�ℎ � � �
Untuk dalam kota diperoleh rata-rata sampah 1,56 m3 dan untuk luar kota
sebesar 2,88 m3. Selanjutnya dapat dibandingkan antara kapasitas TPS eksisting
dengan volume sampah untuk mengetahui apakah TPS telah memenuhi kebutuhan
kapasitas atau tidak. Berikut disajikan tabel analisis kondisi dan kapasitas dari
masing-masing TPS terhadap volume sampah di Kabupaten Batang.
Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah
No. NAMA Daerah
Pelayanan Kecamatan Kondisi
Kapasitas
Grafik Kondisi TPS di Kabupaten Batang
Bagus
Rusak
IV-13
Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah (Lanjutan)
No. NAMA Daerah
Pelayanan Kecamatan Kondisi
Kapasitas
Cepokokuning Dalam Kota Batang Bagus 3,48 1,56 Memenuhi
5. TPS Rowobelang Dalam Kota Batang Rusak 3,696 1,56 Memenuhi
(Bupati Bintoro) Dalam Kota Batang Rusak 7,128 1,56 Memenuhi
15. TPS Balai Desa
Kalisari (Depan) Dalam Kota Batang Rusak 10,23 1,56 Memenuhi
IV-14
Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah (Lanjutan)
No. NAMA Daerah
Pelayanan Kecamatan Kondisi
Kapasitas
(Perempatan) Dalam Kota Batang Bagus 4,284 1,56 Memenuhi
IV-15
Tabel 4.4. Kapasitas dan Kondisi TPS terhadap Volume Sampah (Lanjutan)
No. NAMA Daerah
Pelayanan Kecamatan Kondisi
Kapasitas
Warungasem Dalam Kota Warungasem Rusak 2,079 1,56 Memenuhi
64. TPS Pasar
Warungasem Dalam Kota Warungasem Bagus 54 1,56 Memenuhi
65. TPS Warungasem 1 Dalam Kota Warungasem Bagus 2,64 1,56 Memenuhi
66. TPS Kantor Kades
Warungasem Dalam Kota Warungasem Rusak 5,712 1,56 Memenuhi
67. TPS Warungasem 2 Dalam Kota Warungasem Bagus 3,4 1,56 Memenuhi
68. TPS KUA
Warungasem Dalam Kota Warungasem Rusak 5,2 1,56 Memenuhi
69. TPS Kantor POS
Warungasem Dalam Kota Warungasem Bagus 2,89 1,56 Memenuhi
70. TPS Masin 1 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,89 1,56 Memenuhi
71. TPS Masin 2 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,89 1,56 Memenuhi
72. TPS Masin 3 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,916 1,56 Memenuhi
73. TPS Cuci Motor Dalam Kota Warungasem Bagus 3,24 1,56 Memenuhi
74. TPS
Mj. Tholabuddin 1 Dalam Kota Warungasem Bagus 3,3 1,56 Memenuhi
75. TPS
Mj. Tholabuddin 2 Dalam Kota Warungasem Bagus 3,3 1,56 Memenuhi
76. TPS SD Cepagan 2 Dalam Kota Warungasem Rusak 2,34 1,56 Memenuhi
77. TPS Kuburan Dalam Kota Warungasem Bagus 2,21 1,56 Memenuhi
78. TPS SMP 1
Warungasem Dalam Kota Warungasem Bagus 3,672 1,56 Memenuhi
79. TPS Pasar Bandar Luar Kota Bandar Bagus 59,15 2,88 Memenuhi
Banyuputih Luar Kota Banyuputih Rusak 7,5 2,88 Memenuhi
86. TPS Pasar Gringsing Luar Kota Gringsing Bagus 43 2,88 Memenuhi
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar persebaran TPS di
IV-16
menampung sampah sementara sebelum diangkut ke TPA. Dari beberapa TPS
terdapat 5 (lima) TPS yang tidak memenuhi. TPS samsat dan TPS SMP 9 Batang
yang kekurangan daya tampung, serta TPS Gapura Kasepuhan, TPS RE
(Jembatan), dan TPS Pasar Blado dengan kondisi hancur sehingga TPS tidak
berfungsi semestinya untuk menampung sampah. Kondisi TPS yang rusak atau
hancur menyebabkan sampah tidak berada pada tempatnya dan berceceran
sehingga mengganggu estetika. Untuk TPS yang tidak memenuhi tersebut harus
segera dilakukan penambahan kapasitas dan perbaikan.
Gambar 4.11. Peta Persebaran TPS dengan Kapasitasnya
TPS yang tidak memenuhi tersebut berasal dari daerah pelayanan dalam
kota sebanyak 4 buah yang semuanya terdapat di Kecamatan Batang, sedangkan 1
(satu) buah lagi berasal dari daerah pelayanan luar kota yang terletak di
IV-17
Berikut adalah analisis kapasitas TPS terhadap volume sampah yang
disajikan melalui grafik.
Gambar 4.12. Kondisi Kapasitas TPS
Dari uraian kesesuaian lokasi TPS dan kapasitas TPS dapat diketahui bahwa
TPS di Kabupaten Batang telah sesuai namun perlu dilakukan beberapa perbaikan
seperti pemindahan lokasi TPS yang berada di badan jalan serta perbaikan untuk
TPS yang hancur dan kekurangan daya tampung.
4.2. TPA
Penentuan lokasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan regional
dan tahapan penyisih (penilaian). Dalam setiap tahapan akan disaring dan
dianalisis sehingga terjadi pengurangan daerah yang layak untuk dijadikan lokasi
TPA. Dalam tahapan tersebut akan diuraikan mengenai daerah mana yang sesuai
untuk dijadikan lokasi TPA sesuai parameter pembatasnya. Dari analisis tersebut
nantinya juga dapat digunakan untuk menganalisis keberadaan TPA Randukuning
Batang apakah sudah berada pada zona layak TPA atau tidak. Peta Persebaran
TPA Kabupaten Batang dapat dilihat dalam gambar 4.13. Memenuhi
Kapasitas 94% Tidak Memenuhi
Kapasitas 6%
IV-18
Gambar 4.13. Peta Persebaran TPA Kabupaten Batang
4.2.1.Analisis Tahap Regional
Tahap regional ini merupakan penyaringan awal yang akan menghasilkan
zona layak dan tidak layak TPA.
1. Geologi
Fasilitas pengurugan sampah (TPA) tidak dibenarkan berlokasi di daerah
bahaya geologi seperti zona patahan, zona volkanik aktif dan daerah rawan
pergerakan tanah (longsor). Untuk mencegah potensi penyebaran lindi dipilih
jenis batuan yang mempunyai sifat permeabilitas rendah. Jenis batuan tersebut
yaitu batuan lanau atau batuan lempung. Di Kabupaten Batang tidak ditemukan
zona patahan aktif dan pergerakan tanah yang terjadi relatif stabil. Daerah yang
dianggap tidak layak adalah daerah dengan formasi batuan pasir dan beku hasil
proses pembekuan magma dari gunung berapi. Contoh batuan beku yaitu batu
granit, batu andesit, batu gamping atau batuan berongga dan batuan berkekar
lainnya. Batuan-batuan tersebut merupakan material kasar hasil rombakan batuan
gunung api.
Batuan di daerah Kabupaten Batang disusun oleh berbagai macam jenis
IV-19
batuan. Berikut adalah jenis batuan tersebut beserta litologi penyusun dari formasi
batuan tersebut:
Tabel 4.5. Formasi Batuan Kabupaten Batang
No. Formasi Litologi
1. Formasi Damar Batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat
2. Alluvium Kerikil pasir, lanau dan lempung, endapan sungai dan rawa
3. Batuan
Gunungapi Dieng
Lava andesit dan andesit kuarsa, serta batuan klastika
gunungapi
4.
Batuan
Gunungapi
Jembangan
Lava andesit dan batuan klastika gunungapi
5. Kipas alluvium Bahan rombakan gunung api telah tersayat
6. Endapan danau
dan alluvium Pasir, lanau, lumpur dan lempung setempat tufan
7. Kaligetas Breksi vulkanik, aliran lava, tuf, batu pasir tufan,
Batu pasir tufan, dan konglomerat sebagian kalsit
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang (2013)
Berdasarkan tabel di atas daerah yang layak dijadikan lokasi TPA yaitu
formasi yang memiliki jenis batuan lempung atau lanau karena mempunyai sifat
permeabilitas rendah. Daerah yang termasuk ke dalam kriteria tersebut yaitu:
Tabel 4.6. Formasi Batuan Layak Lokasi TPA
No. Formasi Litologi
1. Formasi Damar Batu lempung tufan, breksi gunungapi, batu pasir
IV-20
Tabel 4.6. Formasi Batuan Layak Lokasi TPA (Lanjutan)
No. Formasi Litologi
2. Alluvium Kerikil pasir, lanau dan lempung, endapan sungai
dan rawa
3. Endapan danau dan
alluvium
Pasir, lanau, lumpur dan lempung setempat tufan
4. Kaligetas Breksi vulkanik, aliran lava, tuf, batu pasir tufan,
batu lempung
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Daerah tersebut memiliki luas 38.614,82 Ha atau 45,13% dari luas
Kabupaten Batang. Daerah tersebut meliputi wilayah Kabupaten Batang bagian
selatan, bagian tengah, dan sedikit di bagian utara. Wilayah administrasi yang
masuk ke dalam zona tidak layak lokasi TPA berdasarkan jenis batuannya yaitu
berada di Kecamatan Bawang, Blado, Reban, Bandar, Wonotunggal, Limpung,
Tersono, dan sebagian kecil di Kecamatan Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih,
dan Pecalungan. Gambar 4.14 adalah hasil analisis daerah yang tidak layak
dijadikan lokasi TPA terhadap jenis batuan penyusunnya.
IV-21
Dari peta penyisih geologi diketahui bahwa TPA eksisting (Randukuning)
berada di zona layak terhadap jenis batuan penyusunnya. TPA Randukuning
berada pada Formasi Damar dimana batuan penyusunnya terdapat unsur batuan
lempung yang memiliki permeabilitas rendah sehingga tepat untuk dijadikan
lokasi TPA.
2. Rawan Bencana
Potensi bencana yang berkaitan dengan analisis lokasi TPA sampah adalah
bencana banjir dan longsor. Dalam analisis rawan bencana ini masih berkaitan
dengan lingkup geologi yaitu berupa daerah volkanik dan rawan gerakan tanah
atau longsor. Selain bencana volkanik dan longsor, potensi bencana yang
berkaitan dengan analisis lokasi TPA yaitu kawasan rawan banjir dan abrasi.
Bencana-bencana tersebut dianggap dapat merusak kontruksi sarana dan prasarana
TPA dan menyebabkan terjadinya pencemaran atau penyebaran limbah
diakibatkan terbawa oleh air banjir. Daerah layak TPA harus berada di kawasan
bebas banjir 25 tahunan.
Gambar 4.15. Peta Faktor Pembatas Rawan Bencana
Dari Peta Rawan Bencana Kabupaten Batang terlihat bahwa Kabupaten
IV-22
bagian selatan wilayah Kabupaten Batang berdekatan dengan Dataran Tinggi
Dieng. Di samping bencana gunung api, terdapat wilayah dengan status rawan
longsor yang berada di sebagian Kecamatan Bawang, Kecamatan Tersono,
Kecamatan Gringsing, dan Kecamatan Subah. Wilayah dengan daerah rawan
longsor tersebut dinilai tidak cocok digunakan sebagai tempat calon lokasi TPA.
Secara umum Kabupaten Batang masih termasuk zona aman dari potensi gempa
dan memiliki wilayah dengan pergerakan tanah yang relatif stabil. Untuk zona
rawan banjir tersebar di sebagian kecil Kecamatan Batang, Kecamatan Tulis, dan
Kecamatan Gringsing. Sedangkan zona rawan abrasi berada di sebagian kecil
pesisir Kecamatan Batang, Kecamatan Subah, dan Kecamatan Gringsing. Total
luas dari faktor pembatas rawan bencana yaitu 4.469,98 Ha atau 5,22% dari luas
Kabupaten Batang
Dari peta rawan bencana diketahui bahwa TPA Randukuning Batang tidak
berada pada daerah rawan bencana baik itu bencana banjir, tanah longsor, maupun
abrasi.
3. Hidrologi
Fasilitas pengurugan limbah atau sampah tidak diinginkan berada pada
suatu lokasi dengan kedalaman air tanah yang dangkal. Permukaan air yang
dangkal lebih mudah dicemari lindi. Disamping itu, lokasi sarana tidak boleh
terletak di daerah dengan sumur-sumur dangkal yang mempunyai lapisan kedap
air yang tipis atau pada batu gamping yang berongga. Lahan yang berdekatan
dengan badan air akan lebih berpotensi untuk mencemarinya, baik melalui aliran
permukaan maupun melalui air tanah. Lahan yang berlokasi jauh dari badan air
akan memperoleh nilai yang lebih tinggi dari pada lahan yang berdekatan dengan
badan air. Iklim setempat hendaknya mendapat perhatian juga. Makin banyak
hujan, makin besar pula kemungkinan lindi yang dihasilkan, disamping makin
sulit pula pegoperasian lahan. Oleh karenanya, daerah dengan intensitas hujan
yang lebih tinggi akan mendapat penilaian yang lebih rendah dari pada daerah
IV-23
Gambar 4.16. Peta Faktor Pembatas Kedalaman Air Tanah
Dari Peta Kedalaman Air Tanah Kabupaten Batang diketahui kedalaman air
tanah paling dangkal berada di kawasan utara atau pesisir Kabupaten Batang yaitu
antara 0-5 m. Semakin ke arah selatan kedalaman air tanah semakin dalam. Hal ini
berbanding lurus dengan topografi Kabupaten Batang yaitu berupa daerah
perbukitan dan pegunungan di bagian tengah sampai ke selatan. Dari kondisi
tersebut wilayah yang tidak layak dijadikan lokasi TPA yaitu berada di sebagian
besar Kecamatan Batang dan sebagian kecil daerah pesisir di Kecamatan
Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih dan Gringing. Total luas dari faktor
pembatas kedalaman air tanah yaitu 5.915,78 Ha atau 6,91% dari luas Kabupaten
Batang.
Selain ditinjau dari air tanah hal yang perlu diperhatikan juga yaitu air
permukaan atau badan-badan air. Jarak TPA terhadap sungai ditetapkan sejauh
150 meter dan untuk garis pantai sejauh 250 meter. Jarak atau buffer ini berfungsi
sebagai sempadan untuk mencegah pencemaran oleh limbah atau sampah dari
TPA. Dari ketentuan tersebut dilakukan buffer terhadap sungai-sungai di
Kabupaten Batang. Daerah sempadan sungai tersebut tidak layak dijadikan
IV-24
Kabupaten Batang dari Kecamatan Batang sampai ke Kecamatan Gingsing.
Daerah buffer tersebut tidak layak dijadikan lokasi TPA.
Gambar 4.17. Peta Faktor Pembatas Air Permukaan
Total luas dari faktor pembatas badan sungai yaitu 22.559,40 Ha atau 26,
36% dari luas Kabupaten Batang. Sedangkan total luas faktor pembatas dari buffer
garis pantai yaitu 944,25 Ha atau 1,10% dari total luas Kabupaten Batang.
Peta penyisih kedalaman air tanah ditampilkan pada Gambar 4.16,
sedangkan peta penyisih air permukaan ditampilkan pada Gambar 4.17.Dari peta
tersebut diketahui bahwa TPA Randukuning berada pada lokasi dengan
kedalaman air tanah antara 10-15 m dan berada jauh dari air permukaan baik
sungai maupun air laut sehingga kemungkinan pencemaran terhadap air sangat
kecil.
Potensi pencemaran juga berhubungan dengan intensitas hujan. Faktor curah
hujan bukan merupakan pembatas utama. Namun, jika memungkinkan maka
dipilih zona layak TPA dengan curah hujan yang paling sedikit di daerah tersebut.
Lokasi TPA sebaiknya berada di daerah yang memiliki intensitas hujan paling
IV-25
penyebaran dan produksi lindi yang berlebihan dari timbunan sampah di lokasi
TPA.
Gambar 4.18. Peta Faktor Pembatas Curah Hujan
Dari Peta Curah Hujan Kabupaten Batang diketahui terdapat 4 (empat) kelas
curah hujan yaitu <13,6 mm/hari, 13,61-20,7 mm/hari, 20,71-27,7 mm/hari, dan
27,31-34,8 mm/hari. Curah hujan terendah berada di bagian utara Kabupaten
Batang dan semakin besar di bagian selatan wilayah Kabupaten Batang.
Kecamatan Batang, Warungasem, Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih, dan
Gringsing dinilai lebih layak untuk dijadikan lokasi TPA berdasarkan intensitas
hujan. Total luas dari faktor pembatas curah hujan yaitu 62.184,89 Ha atau
72,67% dari luas Kabupaten Batang.
4. Topografi
Tempat pengurukan limbah tidak boleh terletak pada suatu bukit dengan
lereng yang tidak stabil. Suatu daerah dinilai lebih bila terletak di daerah landai
dengan topografi rendah. Topografi dapat menunjang secara positif maupun
negatif pada pembangunan sarana ini. Lokasi yang tersembunyi di belakang bukit
atau di lembah mempunyai dampak visual yang menguntungkan karena
tersembunyi. Namun suatu lokasi di tempat yang berbukit mungkin lebih sulit
IV-26
pembangunan jalan pada daerah berbukit. Selain itu kemiringan lereng berkaitan
dengan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA. Semakin terjal maka semakin
sulit dan mahal kontruksi dan operasionalnya.
Gambar 4.19. Peta Faktor Pembatas Topografi
Pada peta kemiringan lereng dapat diketahui bahwa Kabupaten Batang
memiliki tiga bagian wilayah secara umum yaitu daerah pesisir di bagian utara,
dataran rendah di bagian tengan, dan pegunungan di bagian selatan. Secara
terperinci yaitu dearah datar (kemiringan 0-8%) berada di kawasan pesisir
Kecamatan Batang, Kandeman, Tulis, Subah, Banyuputih, dan Gringsing. Daerah
landai (kemiringan 8-15%) meliputi Kecamatan Batang di bagian selatan,
Kandeman, Tulis, Bandar, Subah, Pecalungan, Limpung, Banyuputih, dan sedikit
Kecamatan Gringsing dan Tersono. Daerah agak curam (kemiringan 15-25%)
berada di Kecamatan Tersono, Kecamatan Bandar di bagian selatan, dan
Kecamatan Blado dan Bawang di Bagian utara. Daerah curam (25-40%) tersebar
di sebagian kecil wilayah Kecamatan Subah, Pecalungan, Bandar, Blado dan
Bawang. Daerah sangat curam (kemiringan > 40%) berada di wilayah Kabupaten
Batang bagian selatan yaitu di Kecamatan Blado dan Bawang. Daerah yang sangat
IV-27
menyebabkan kelongsoran yang berakibat fatal terutama saat terjadi hujan atau
rembesan air yang tinggi.
Dari uraian di atas daerah yang tidak layak dijadikan lokasi TPA yaitu
wilyah dengan kemiringan yang curam atau memiliki topografi kelerengan lebih
dari 20%. Kawasan tersebut sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Batang
bagian selatan yaitu Kecamatan Blado, Bawang, Reban Bandar, Tersono, dan
sebagian wilayah Subah, Pecalungan, dan Gringsing. Total luas dari faktor
pembatas topografi yaitu 30.033,23 Ha atau 35,10% dari luas Kabupaten Batang.
Dari peta tersebut menunjukkan bahwa TPA Randukuning berada pada
lokasi layak terhadap kondisi topografi yaitu berada pada kelerengan antara
8-15% dimana termasuk ke dalam topografi landai.
5. Penggunaan Lahan
TPA tidak diperkenankan berada dalam jarak 3000 meter dari landasan
lapangan terbang yang digunakan oleh penerbangan turbo jet atau dalam jarak
1500 meter dari landasan lapangan terbang yang digunakan oleh penerbangan
jenis piston. Lokasi pengurugan sampah dapat menarik kehadiran burung
sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu lalu lintas penerbangan. Disamping
itu, lokasi TPA tidak boleh terletak di dalam wilayah yang diperuntukkan bagi
daerah lindung perikanan, satwa liar dan pelestarian tanaman. Jenis penggunaan
tanah lainnya yang biasanya dipertimbangkan kurang cocok adalah daerah
konservasi dan hutan. Lokasi TPA juga tidak diperkenankan berada di lahan
produktif seperti sawah dan sebaiknya jauh dari daerah pemukiman.
Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Batang tidak terdapat
bandar udara maupun kawasan penerbangan lainnya. Kawasan hutan tersebar di
bagian selatan, tengah, timur, dan utara Kabupaten Batang. Kawasan yang masih
layak dikonversi atau digunakan sebagai lokasi TPA adalah daerah tegalan dan
kebun campur yang tersebar di seluruh Kabupaten Batang. Dalam tahapan
penyisih lokasi TPA terhadap penggunaan lahan harus dilakukan dengan cermat
untuk mengurangi singgungan dengan masyarakat dan mencegah kerusakan alam
IV-28
dari pemukiman. Total luas dari faktor pembatas penggunaan lahan yaitu
76.218,71 Ha atau 89,07% dari luas Kabupaten Batang.
Gambar 4.20. Peta Faktor Pembatas Penggunaan Lahan
Dari peta tersebut diketahui bahwa TPA Randukuning berada pada lokasi
tidak layak terhadap faktor pembatas penggunaan lahan. Lokasi TPA
Randukuning terlalu dekat dengan pemukiman yaitu <300 m. Berdasarkan
validasi lapangan (perhitungan dapat dilihat dalam lampiran), diperoleh jarak
antara pemukiman terdekat dengan TPA Randukuning yaitu 265 m. Jarak yang
terlalu dekat dengan pemukiman dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan
maupun kenyamanan masyarakat sekitar. Jadi TPA Randukuning tidak layak
terhadap penggunaan lahan.
4.2.2.Hasil Penyaringan Tahap Regional
Setelah dilakukan analisis regional seperti yang telah dijelaskan di atas,
maka diperoleh zona layak lokasi TPA Kabupaten Batang. Daerah yang layak
digunakan sebagai lokasi TPA dapat dilihat dalam Peta Zona Layak Kabupaten
Batang pada Gambar 4.21. Total luas lahan yang dapat digunakan sebagai lokasi
TPA yaitu sekitar 1.423,11 Ha atau 1,66% dari total luas wilayah Kabupaten
IV-29
Gambar 4.21. Peta Zona Layak TPA
Dari zonasi layak TPA dapat digunakan untuk menganalisis keberadaan
TPA Randukuning. Berikut adalah kondisi TPA Randukuning terhadap kriteria
Regional.
Tabel 4.7. Kondisi TPA Randukuning terhadap Kriteria Regional
No. Kriteria Kondisi Keterangan
1. Geologi
a. Jenis Batuan
Berada pada Formasi Damar dengan
dengan litologi batu lempung tufan,
breksi gunungapi, batu pasir tufan
berlapis silangsiur dan konglomerat
Layak
b. Garis
Patahan Tidak berada pada zona patahan Layak
c. Rawan
Bencana
Tidak berada di daerah rawan gempa,
banjir, dan gerakan tanah/longsor Layak
2. Hidrologi
a. Muka air
tanah
Berada pada daerah dengan kedalaman
IV-30
Tabel 4.7. Kondisi TPA Randukuning terhadap Kriteria Regional (Lanjutan)
No. Kriteria Kondisi Keterangan
b. Aliran
sungai Jauh dari aliran sungai (±1,2 km) Layak
c. Garis pantai Jauh dari garis pantai (±4,8 km) Layak
3. Topografi Berada pada kelerengan antara 8-15% Layak
4. Tata guna lahan
Jauh dari Bandara (±80 km) Layak
Tidak berada pada daerah banjir 25
tahunan Layak
Jarak terhadap pemukiman terdekat
yaitu < 300 m Tidak Layak
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari tabel tersebut diketahui bahwa TPA Randukuning tidak layak terhadap
kriteria regional dimana letaknya yang terlalu dekat dengan pemukiman.
Selanjutnya daerah yang layak digunakan sebagai lokasi TPA dapat dilihat
pada tabel 4.8. Sebagian besar daerah yang masih layak digunakan sebagai lokasi
TPA yaitu berupa daerah kebun campur dan tegalan. Kedua jenis lahan tersebut
masih layak dikonversi menjadi lokasi TPA dengan pertimbangan lahan tersebut
dinilai kurang produktif dan mempunyai zona penyangga alami berupa
pepohonan.
Tabel 4.8. Daerah Zona Layak Lokasi TPA
No. Zona Layak TPA
Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Ha)
1. Warungasem Lebo, Candiareng 96,64
2. Kandeman Tragung, Juragan 67,01
3. Tulis Ponowareng, Kenconorejo 78,84
4. Subah Kemiri Barat, Kemiri Timur, Gondang,
IV-31
Tabel 4.8. Daerah Zona Layak Lokasi TPA(Lanjutan)
No. Zona Layak TPA
Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Ha)
5. Banyuputih Kedawung, Banyuputih, Kalibalik,
Penundan, Banaran, Timbang 559,03
6. Gringsing Ketanggan, Sawangan, Krengseng, Plelen,
Surodadi, Sentul, Tedunan 420,10
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari zona layak TPA yang telah diperoleh tersebut kemudian harus
dipertimbangkan lagi beberapa faktor penting lainnya sebagai penyisih seperti
lokasi sumber sampah, aksesibilitas menuju lokasi TPA, keberadaan kawasan
lindung, dan ketersediaan lahan. Proses ini bertujuan untuk memilih lokasi terbaik
dari beberapa lokasi yang lolos dari tahap regional.
Setiap wilayah Kabupaten/Kota pasti memiliki centroid sampah atau daerah
timbulan sampah terbesar. Di Kabupaten Batang daerah penghasil sampah
terbesar berada di Kecamatan Batang. Kacamatan Batang merupakan salah satu
dari 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Batang yang mendapat pelayanan utama
untuk kebersihan dari Dinas Kebersihan Kabupaten Batang. Dua Kecamatan yang
lainnya yaitu Kecamatan Warungasem dan Kecamatan Wonotunggal. Kecamatan
Batang sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan
perdagangan dengan jumlah penduduk yang padat sehingga menjadikannya
sebagai pusat timbulan sampah di Kabupaten Batang. Dalam kaitannya dengan
penempatan lokasi TPA, hendaknya lokasi TPA berada tidak terlalu jauh dari
lokasi pengambilan sampah. Hal ini erat kaitannya dengan faktor biaya
operasional untuk pengangkutan sampah menuju lokasi TPA. Semakin jauh lokasi
TPA dengan sumber sampah maka semakin besar biaya operasional yang
dibutuhkan. Dari hal tersebut lokasi yang dapat dipertimbangkan untuk lokasi
TPA yaitu berada di Kecamatan Warungasem.
Masih berkaitan dengan aspek operasional, lokasi TPA hendaknya memiliki
IV-32
menghemat biaya perencanaan pembuatan TPA sebaiknya memanfaatkan sarana
jalan yang sudah ada serta berada pada jalur rute pengangkutan sampah yang telah
ada. Daerah seperti wilayah utara Kabupaten Batang bagian timur sebagian besar
akses jalannya belum terlalu baik dikarenakan daerahnya yang masih banyak
terdapat hutan dengan pemukiman yang sedikit serta letaknya yang jauh dari pusat
pemerintahan. Untuk itu daerah-daerah seperti wilayah utara Kecamatan Subah,
Banyuputih, dan Gingsing kurang dipertimbangkan untuk lokasi TPA.
Penempatan TPA sebaiknya memudahkan lalu-lalang kendaraan pengangkut
sampah tetapi juga tidak mengganggu arus lalu lintas umum. Penempatan TPA
diusahakan tidak terlalu dekat dengan jalan raya yaitu dengan batas minimal 500
meter agar tidak menimbulkan gangguan estetika dan kenyamanan lalu lintas
umum.
Selanjutnya ketersediaan lahan untuk lokasi TPA Rekomendasi merupakan
faktor utama yang harus dipertimbangkan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan
lahan TPA sampah di Kabupaten Batang yaitu sekitar 4 Ha untuk masa pelayanan
10 tahun. Lokasi dengan luas yang besar dianggap lebih tepat.
Selain itu juga perlu dipertimbangkan keberadaan kawasan lindung.
Berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah di
Kabupaten Batang terdapat beberapa cagar alam dan hutan lindung yang tersebar
di beberapa daerah seperti Cagar Alam Peson Subah I dan II, Cagar Alam
Ulolanang Kecubung yang berada di Kecamatan Subah dan Hutan Lindung yang
ada di Kecamatan Reban dan Bawang. Di wilayah tersebut sebaiknya tidak
digunakan sebagai lokasi TPA agar tidak mengganggu habitat yang dilindungi.
Dari tahapan regional dan pertimbangan faktor-faktor di atas dari sekian
banyak lokasi yang layak untuk TPA, maka dipilih 3 zona lokasi TPA
rekomendasi. Zona tersebut berada di Desa Candiareng Kecamatan Warungasem,
Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih, dan Desa Banaran Kecamatan
IV-33
Berikut adalah peta lokasi TPA Rekomendasi terpilih.
Gambar 4.22. Peta Lokasi TPA Rekomendasi
Dari peta di atas lokasi TPA Rekomendasi ditandai dengan lingkaran
berwarna hijau. Berikut adalah ketiga lokasi tersebut:
1. Zona 1
Zona 1 terletak di Desa Candiareng Kecamatan Warungasem. Zona 1 berada
pada Formasi Damar yang memiliki litologi batu lempung tufan, breksi
gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat. Jenis
batuan tersebut memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga layak
untuk dijadikan lokasi TPA. Untuk kondisi topografi zona 1 berada pada
kemiringan lereng antara 8-15% dan berada pada dearah dengan kedalaman
muka air tanah antara 5-10 m. Intensitas hujan pada daerah ini antara
13,6-20,7 mm/hari. Lokasi desa Candiareng berada pada jalur angkut sampah dan
terdapat akses jalan beraspal menuju lokasi tersebut. Selain itu letak Desa
Candiareng dekat dengan sumber sampah yang berada di Kecamatan Batang
dan memiliki luas lahan yang cukup untuk masa penimbunan lebih dari 10
IV-34
2. Zona 2
Zona 2 terletak di Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih. Zona 2 berada
pada Formasi Damar yang memiliki litologi batu lempung tufan, breksi
gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat. Jenis
batuan tersebut memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga layak
untuk dijadikan lokasi TPA. Untuk kondisi topografi zona 2 berada pada
kemiringan lereng antara 8-15% dan berada pada dearah dengan kedalaman
muka air tanah antara 15-25 m. Intensitas hujan pada daerah ini antara
13,6-20,7 mm/hari. Lokasi desa Kalibalik berada pada jalur angkut sampah dan
terdapat akses jalan beraspal menuju lokasi tersebut serta memiliki luas
lahan yang cukup untuk masa penimbunan lebih dari 10 tahun.
3. Zona 3
Zona 3 terletak di Desa Banaran Kecamatan Banyuputih. Zona 3 berada
pada Formasi Damar yang memiliki litologi batu lempung tufan, breksi
gunungapi, batu pasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat. Jenis
batuan tersebut memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga layak
untuk dijadikan lokasi TPA. Untuk kondisi topografi zona 1 berada pada
kemiringan lereng antara 8-15% dan berada pada dearah dengan kedalaman
muka air tanah antara 15-25 m. Intensitas hujan pada daerah ini antara
13,6-20,7 mm/hari. Lokasi Desa Banaran berada pada jalur angkut sampah dan
terdapat akses jalan beraspal menuju lokasi tersebut serta memiliki luas
lahan yang cukup untuk masa penimbunan lebih dari 10 tahun.
4.2.3.Penilaian Menggunakan SNI 19-3241-1994
Penilaian TPA menggunakan SNI 19-3241-1994 digunakan untuk
memberikan nilai bagi masing-masing calon lokasi TPA. Penilaian ini meliputi
banyak kriteria mulai dari kondisi umum lokasi, kondisi fisik, biologis, sosial
masyarakat, dan lain-lainnya. Penjelasan deskripsi kondisi diperoleh dari data
primer, data sekunder, dan hasil observasi lapangan. Dari penilaian ini nantinya
dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing calon lokasi TPA
IV-35
kemungkinan bahaya lingkungan yang akan ditimbulkan. Pada tahap ini juga tetap
dilakukan penilaian untuk TPA Randukuning, sehingga dapat dibandingkan nilai
TPA Rekomendasi dengan TPA Eksisting di Kabupaten Batang .
1. TPA Randukuning
TPA Randukuning berlokasi di Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman
dengan luas lahan yaitu 2,5 Ha. TPA Randukuning telah beroperasi sejak
tahun 1995 dan direncanakan berakhir masa layanannya sampai tahun 2005.
Namun, karena perlakuan khusus, yaitu dilakukan pembongkaran sel
sampah setiap lima tahun sekali maka sampai saat ini TPA Randukuning
masih tetap digunakan sebagai TPA. Meskipun pada analisis regional TPA
Randukuning tidak berada pada zona layak TPA, tetapi berdasarkan Perda
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang TPA
Randukuning Batang direncanakan masih tetap digunakan sampai tahun
2031. Jika berdasarkan sistem pengelolaannya yaitu sistem open dumping,
maka TPA Randukuning dianggap tidak layak lagi untuk dioperasikan
sebagai TPA.
Tabel 4.9. Penilaian SNI 19-3241-1994 TPA Randukuning Batang
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
I. UMUM
IV-36
Tabel 4.9. Penilaian SNI 19-3241-1994 TPA Randukuning Batang (Lanjutan)
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
5. Bahaya banjir tidak ada bahaya banjir 10 2 20
kurang dari 15 menit dari
centroid sampah 1 5 50
10. Jalan masuk truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan
sedang ( ≤ 300 jiwa / ha ) 5 4 20
11. Lalu lintas terletak < 500 m pada lalu lintas
rendah 8 3 24
12. Tata guna tanah mempunyai dampak sedang
terhadap tata guna tanah sekitar 5 5 25 13. Pertanian tidak ada dampak terhadap
pertanian sekitar 5 3 15
17. Estetika operasi perlindungan tidak
terlihat dari luar 10 3 30
Jumlah 551
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari hasil penilaian berdasarkan SNI 19-3241-1994 diketahui bahwa TPA
Randukuning memperoleh skor 551 dimana termasuk ke dalam kriteria layak
sedang meskipun tidak masuk ke dalam zona layak TPA pada analisis regional.
Berikut adalah foto lokasi TPA Candiareng.
IV-37
2. Desa Candiareng
Desa Candiareng berlokasi di Kecamatan Warungasem dengan luas potensi
untuk lokasi TPA yaitu 36 Ha. Berikut adalah kondisi dan hasil penilaian
SNI 19-3241-1994 untuk Desa Candiareng.
Tabel 4.10. Penilaian SNI 19-3241-1994 Desa Candiareng
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
I. UMUM
1. Batas Administrasi dalam batas administrasi 10 5 50 2. Pemilik hak atas
tanah
lebih dari satu pemilik hak dan
atau status kepemilikan 3 3 9
kurang dari 15 menit dari
centroid sampah 10 5 50
10. Jalan masuk
truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan
sedang ( ≤ 300 jiwa / ha ) 5 4 20
11. Lalu lintas terletak < 500 m pada lalu lintas
rendah 8 3 24
12. Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit
terhadap tata guna tanah sekitar 10 5 50 13. Pertanian tidak ada dampak terhadap
IV-38
Tabel 4.10. Penilaian SNI 19-3241-1994 Desa Candiareng (Lanjutan)
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
16. Kebisingan, dan bau
terdapat zona penyangga yang
terbatas 5 2 10
17. Estetika operasi perlindungan tidak
terlihat dari luar 10 3 30
Jumlah 512
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari hasil penilaian berdasarkan SNI 19-3241-1994 diketahui bahwa Desa
Candiareng memperoleh skor 512 dimana termasuk ke dalam kriteria layak
sedang. Berikut adalah foto lokasi Desa Candiareng.
Gambar 4.24. Lokasi TPA Rekomendasi Desa Candiareng
3. Desa Kalibalik
Desa Kalibalik berlokasi di Kecamatan Banyuputih dengan luas potensi
untuk lokasi TPA yaitu 43 Ha. Berikut adalah kondisi dan hasil penilaian
SNI 19-3241-1994 untuk Desa Kalibalik.
Tabel 4.11. Penilaian SNI 19-3241-1994 Desa Kalibalik
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
I. UMUM
1. Batas Administrasi dalam batas administrasi 10 5 50 2. Pemilik hak atas
tanah
lebih dari satu pemilik hak dan
IV-39
Tabel 4.11. Penilaian SNI 19-3241-1994 Desa Kalibalik (Lanjutan)
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
II. LINGKUNGAN
lebih dari 60 menit dari centroid
sampah 1 5 5 12. Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit
terhadap tata guna tanah sekitar 10 5 50 13. Pertanian tidak ada dampak terhadap
pertanian sekitar 5 3 15
17. Estetika operasi perlindungan tidak
terlihat dari luar 10 3 30
Jumlah 498
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari hasil penilaian berdasarkan SNI 19-3241-1994 diketahui bahwa Desa
IV-40
Berikut adalah foto lokasi Desa Kalibalik.
Gambar 4.25. Lokasi TPA Rekomendasi Desa Kalibalik
4. Desa Banaran
Desa Banaran berlokasi di Kecamatan Banyuputih dengan luas potensi
untuk lokasi TPA yaitu 37 Ha. Berikut adalah kondisi dan hasil penilaian
SNI 19-3241-1994 untuk Desa Banaran.
Tabel 4.12. Penilaian SNI 19-3241-1994 Desa Banaran
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
I. UMUM
1. Batas Administrasi dalam batas administrasi 10 5 50 2. Pemilik hak atas
tanah
lebih dari satu pemilik hak dan
IV-41
Tabel 4.12. Penilaian SNI 19-3241-1994 Desa Banaran (Lanjutan)
No. Parameter Keterangan Nilai Bobot Total
9. Transpot sampah (satu jalan)
lebih dari 60 menit dari centroid
sampah 1 5 5 12. Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit
terhadap tata guna tanah sekitar 10 5 50 13. Pertanian tidak ada dampak terhadap
pertanian sekitar 5 3 15
17. Estetika operasi perlindungan tidak
terlihat dari luar 10 3 30
Jumlah 473
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Dari hasil penilaian berdasarkan SNI 19-3241-1994 diketahui bahwa Desa
Banaran memperoleh skor 473 dimana termasuk ke dalam kriteria layak sedang.
Berikut adalah foto lokasi Desa Banaran.
Gambar 4.26. Lokasi TPA Rekomendasi Desa Banaran
Dari parameter dan bobot penilaian SNI 19-3241-1994 dapat dilihat bahwa
nilai tertinggi untuk TPA Rekomendasi terletak di Desa Candiareng Kecamatan
Warungasem dengan nilai 512, kemudian Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih
dengan nilai 498, dan Desa Banaran Kecamatan Banyuputih dengan nilai 473.
IV-42
evaluasi tersebut maka lokasi di Desa Candiareng dianggap lebih baik dari dua