• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempelajari Pengaruh Lama Pelayuan Dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Teh Daun Jambu Biji (Psidium Guajava)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Mempelajari Pengaruh Lama Pelayuan Dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Teh Daun Jambu Biji (Psidium Guajava)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Teh (Camelia sinensisL)

Teh adalah suatu produk yang dibuat dari daun muda (pucuk daun) dari tanaman teh Camellia sinensis L. Daun teh mengalami beberapa proses

pengolahan untuk dapat menjadi produk sepeti teh hitam dan teh hijau. Untuk membuatnya, daun biasanya dilayukan dan kemudian digulung dengan alat pemutar OTR (Open Top Roller), kemudian dihamparkan ke udara agar

teroksidasi atau terfermentasi. Daun kemudian dikeringkan dengan udara panas, dan dihasilkan teh hitam (Harler, 1966).

Secara botanis terdapat dua jenis teh yaitu Thea Sinensis dan Thea

Assamica. Thea Sinensis ini juga disebut teh jawa yang ditandai dengan ciri-ciri tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil,

pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua. Thea Assamica

mempunyai ciri-ciri tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat

(Soehardjo, dkk., 1996).

Di Indonesia, sebagian besar tanamannya berupa Camelia sinensis L

varietas Assamica. Salah satu kelebihan dari varietas Assamica ini adalah kandungan polifenolnya yang tinggi. Sehingga sangatlah beralasan bila teh Indonesia lebih berpotensi dalam hal kesehatan dibandingkan teh Jepang maupun

teh China yang mengandalkan varietas Sinensis sebagai bahan bakunya. Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu kerabat tanin terkodensasi

(2)

dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa menyegarkan. Beberapa vitamin yang

dikandung teh diantaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A walaupun diduga keras menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama

flouride yang dapat memperkuat struktur gigi (Unpad, 2010).

Manfaat teh antara lain adalah sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel

yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah dan melancarkan sirkulasi darah. Maka tidak heran bila minuman ini disebut-sebut sebagai

minuman kaya manfaat. Selain manfaat teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat itu adalah kafein. Kafein pada teh

dapat menyebabkan proses penyerapan makanan menjadi terhambat. Batas aman untuk mengkonsumsi kafein dalam sehari adalah 750 mg/hari atau setara dengan 5 cangkir teh berukuran 200 ml (Kompasiana, 2009).

Pada daun teh segar, kadar tanin pada tahap pengolahan teh hitam secara berturut-turut semakin kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau terdapat

sebaliknya. Meskipun semua komponen tanin dari hasil berbagai penelitian diketahui mempunyai kemampuan untuk penyembuhan penyakit ginjal, namun tanin dalam bentuk epigalokatekin galat merupakan tanin predominan dari teh

hijau yang paling berkhasiat. Tanin memiliki rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi (Ramayanti, 2003).

(3)

Proses ini untuk mengurangi kadar air dalam daun. Setelah pelayuan, dilakukan penggilingan. Hancurnya membran daun saat penggilingan menyebabkan

keluarnya sari teh dan minyak essensial sehingga memunculkan aroma khas (Rinto, 2008).

Komponen bioaktif utama dalam teh yang berperan dalam memberikan

efek fisiologis disebut katekin. Katekin ini terdiri dari 4 jenis yaitu epicathecin

(EC), epigallocathecin (EGC), epicathecin gallate (ECG), dan epigallocathecin

gallate (EGCG). Komponen katekin ini lebih banyak terdapat dalam teh hijau dibandingkan teh hitam. Dalam teh hitam, sebagian besar katekin dioksidasi menjadi teaflavin dan tearubigin (Hartoyo,2009).

Adapun taksonomi dari tanaman teh seperti dibawah ini : Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Teaceae

Genus : Camelia

Species : Camelia sinensis L

(Wikipedia, 2011a).

Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava)

Jambu batu (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu biji, jambu

siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari ke

(4)

Kindom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotylopsida Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceaea

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava

(Wikipedia, 2011b).

Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh dengan subur di daerah dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar

antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan ketinggian antara 5-1200 m dari permukaan laut. Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang

serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28oC di siang hari (Akhmad, 2007).

Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang

pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain selain tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam

psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin (Ipteknet, 2007).

Manfaat Daun Jambu Biji

Daun jambu biji ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak

(5)

biji memang mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak tersebut terbukti

dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Daun jambu biji juga bermanfaat untuk mengobati penyakit lainnya seperti diabetes melitus, maag, sakit perut (diare dan mencret), sakit perut atau diare pada bayi yang masih menyusu, masuk

angin, beser (sering kencing) berlebihan, prolapsisani, sariawan, sakit kulit, obat luka baru (Ipteknet, 2007).

Daun jambu biji mengandung komponen kimia yang bermanfaat bagi tubuh. Adapun komponen kimia daun jambu biji dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia daun jambu biji

Komponen daun jambu biji Jumlah

Tannin 3-8 %

Dalam perdagangan teh internasional dikenal tiga golongan teh, yang pengolahannya berbeda-beda dan dengan demikian juga bentuk serta cita rasanya,

(6)

mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya.

Disamping itu teh hitam tidak mengandung unsur-unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari

bahan-bahan non teh (Radiana, 1985).

Produk teh memiliki berbagai persyaratan mutu untuk menjamin kualitas

teh yang dihasilkan, adapun spesifikasi persyaratan mutu teh pada Tabel 2. Tabel 2. Spesifikasi persyaratan mutu teh

Jenis uji Satuan Spesifikasi

Kadar air (maks) % b/b 8

Kadar ekstrak dalam air (min) % b/b 32

Kadar abu total (min - maks) % b/b 4 -8

Kadar abu larut dalam air dari abu total (min) % b/b 45

Kadar serat kasar (maks) % b/b 3

Besi (Fe) ppm -

Timbal (Pb) ppm -

Tembaga (Cu) (maks) ppm 2

Seng (Zn) (maks) ppm 150

Timah (Sn) (maks) ppm 40

Raksa (Hg) (maks) ppm 40

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1995).

Kandungan senyawa-senyawa kimia dalam daun teh sangat kompleks dan

belum seluruhnya diketahui dengan baik. Senyawa kimia dalam daun teh dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu : substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi aromatis dan subtansi enzim (Panuju, 2008). Adapun komposisi kimia

(7)

Tabel 3. Komposisi kimia daun teh segar

Komponen daun segar teh Satuan (%)

Protein 16,0

Lemak 8,0

Klorofil dan pigmen 1,5

Pati 0,5

Polifenol yang dapat difermentasi 20,0

Polifenol lain 10,0

Kafein 4,0

Gum dan gula-gula 3,0

Asam amino 7,0

Pectin 4,0

Mineral 4,0

Sumber : Harler (1966)

Pelayuan Teh

Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat di dalam daun dan menurunnya

kandungan air. Proses pelayuan umumnya dilakukan pada alat Withering trough

selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan

yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak

(Andrianis, 2009).

Tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air daun teh hingga 70%

(8)

memakan waktu 12 hingga 17 jam. Pada akhir pemrosesan daun teh menjadi layu dan lunak hingga mudah untuk dipilin (Foodinfo, 2009).

Kustamiyati (1982) dalam Putratama (2009), selama proses pelayuan terjadi perubahan kimia, seperti berkurangnya kandungan zat padat, berkurangnya pati dan gum, naiknya kadar gula, berkurangnya protein, naiknya asam amino,

terjadinya pembongkaran protein menjadi asam-asam amino. Senyawa katekin tidak mengalami perubahan salama pelayuan, tetapi karena kandungan air turun

maka kadar katekin menjadi tinggi.

Persyaratan pelaksanaan pelayuan antara lain :

- Kadar air harus diturunkan sedemikian rupa sehingga mempermudah proses

fermentasi.

- Suhu udara panas harus sedemikian rupa sehingga reaksi-reaksi kimia yang

menjadi dasar untuk fermentasi dapat berlangsung dengan baik, umumnya temperatur yang baik 28-30o

- Pembalikan daun sebanyak 2-3 kali. C.

- Waktu untuk melayukan harus cukup lama, sehingga reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dengan leluasa yaitu antara 16-18 jam dalam keadaan normal.

- Umumnya persentase daun layu berkisar antara 47-49%, kondisi dan mutu dari daun sangat menentukan lama pelayuannya dan kadar air daun setelah pelayuan

(Hamdani dkk, 2009).

Arifin (1994) dalam Putratama (2009), Suhu pelayuan dianjurkan tidak

(9)

reaksi oksidasi enzimatis pada tahap pengolahan berikutnya atau bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya reaksi oksidasi enzimatis tersebut. Tidak terjadinya

atau terhambatnya reaksi oksidasi enzimatis akan menyebabkan sifat-sifat khas (warna, rasa, dan flavor) teh hitam yang diinginkan tidak terbentuk.

Selama proses pelayuan terjadi perubahan fisik dan perubahan kimia pada

daun. Perubahan fisik yaitu berkurangnya kadar air yang mengakibatkan daun menjadi layu dan tangkai menjadi lunak, sedangkan perubahan kimianya adalah

perubahan asam-asam amino yang mengakibatkan pembentukan aroma dan rasa (Lase, 2010).

Perajangan Teh

Secara kimia, proses perajangan merupakan awal proses terjadinya oksidasi enzimatis yaitu enzim polifenol oksidasi dengan bantuan oksigen. Pada proses tahap kedua ini mengakibatkan dinding sel pada daun teh menjadi rusak

(Widhia, 2010).

Perajangan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh

menjadi rusak. Cairan sel akan keluar di permukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh (Andrianis, 2009).

Tujuan utama perajangan dalam pengolahan teh hitam adalah :

- Memarkan dan rajang seluruh bagian pucuk agar sebanyak mungkin sel-sel daun mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung

secara merata

(10)

- Memeras cairan sel daun keluar sehingga menempel pada seluruh permukaan partikel-partikel teh

(Tenggaramaleber, 2011).

Fermentasi Teh

Fermentasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh enzim-enzim yang

menyebabkan serangkaian perubahan kimia pada daun teh. Hampir sebagian besar proses-proses perubahan kimia yang berhubungan dengan pengolahan teh adalah

oksidasi polifenol oleh oksigen dari udara dengan bantuan enzim oksidase dalam jangka waktu tertentu (Nasution dan Wachyuddin, 1975).

Ketika proses penggilingan telah sempurna, daun teh ditempatkan dalam

bak-bak atau diletakkan di atas meja, sehingga enzim-enzim yang ada di dalam daun teh bersentuhan dengan udara dan mulai teroksidasi. Hal inilah yang

menghasilkan bau, warna, dan mutu dari teh (Wikipedia, 2012a).

Peristiwa oksidasi enzimatis di mulai pada awal penggulungan merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oksidase. Suhu

terbaik yaitu 26,7o

Akibat dari fermentasi dan oksidasi, sebagian zat-zat yang sangat berguna

bagi kesehatan seperti katekin, vitamin berubah atau sebagian hilang selama pembuatan teh hitam, namun tidak ada satupun dari proses-proses ini yang

dilakukan dalam memproduksi teh hijau (Fulder, 2004). Pada tahap ini daun teh berubah warna dari hijau menjadi coklat muda, selanjutnya berubah coklat tua. C serta kelembaban di atas 90%. Oxidasi senyawa polifenol, terutama epigalocatechin dan galatnya akan menghasilkan quinon-quinon yang

(11)

Perubahan warna daun sebaiknya terjadi pada suhu 26o

Proses fermentasi harus didukung dengan adanya kondisi yang dapat

menjamin keberhasilan proses tersebut. Oleh karena diperlukan adanya pengendalian proses maupun pengendalian mutu. Pengendalian suhu dan

kelembaban menggunakan humidifier agar suhu terjaga pada range 18-24 C. Tahap ini merupakan tahap kritis dalam menentukan rasa teh, jika oksidasi dibiarkan terlalu lama, rasa

akan berubah menjadi seperti busuk. Proses oksidasi berlangsung kurang lebih satu setengah sampai dua jam (Food-info, 2009).

o C. Apabila suhu dibawah 18o

Teh hitam, diperoleh melalui proses fermentasi oleh enzim yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri (enzim polifenol oksidase). Prosesnya dimulai

dengan melayukan daun teh tersebut pada palung pelayu, kemudian digulung sehingga sel-sel daunnya rusak. Selanjutnya dilakukan fermentasi pada suhu

antara 22-28

C, maka proses fermentasi akan berjalan lambat. Apabila kelembaban udara dibawah 90%, maka menyebabkan bubuk teh yang

diproses akan mengalami penguapan air dan menurunkan mutu teh. Kelembaban udara yang dipersyaratkan dalam proses fermentasi adalah 90 - 98%

(Putratama, 2009).

o

Theaflavin adalah merupakan senyawa yang menentukan mutu teh hitam

yang dihasilkan. Senyawa ini yang berperan untuk membuat warna seduhan teh menjadi kuning dan menentukan karakter ‘brightness’ dan ‘briskness’ dan

thearubigin membuat warna seduhan teh warna kecoklatan, membentuk kemantapan seduhan ‘body’ atau ‘strength’ (Harler, 1966).

(12)

Warna dan mutu belum sempurna

Fermentasi optimum (warna dan mutu seduhan baik)

Warna dan mutu sudah menurun

Kurang Fermentasi Lewat Fermentasi

Polifenol oksidase dan katekol oksidase merupakan enzim yang aktif selama proses fermentasi. Selain itu adalah enzim pektinase yang bekerja

memecah pektin. Sebagai hasil polifenol oksidase terutama adalah teaflavin. Reaksi lebih lanjut menghasilkan tearubigin sebagai hasil kondensasi dengan asam-asam amino (Mayuni, 1982).

Pemberhentian proses fermentasi yang terlalu awal akan menghasilkan teh yang warnanya terlalu muda, mutu rendah dan cita rasanya belum terbentuk

sempurna. Sebaliknya waktu fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan teh yang berwarna gelap, cita rasa kurang dan aromanya mulai menurun. Berdasarkan literatur yang dikutip dari Kamal (1985), hubungan antara lama fermentasi dan

mutu seduhan teh dapat dilihat pada Gambar 1.

(13)

Pengeringan Teh

Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis

senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Adanya pengeringan maka kadar air dalam teh

menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam penyimpanan

(Arifin, 1994).

Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis pada

saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini akan memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang

digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95o

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan teh adalah C selama 20-22 menit (Andrianis, 2009).

1. Suhu udara dan volume udara yang dihembuskan 2. Jumlah teh basah yang dimasukkan ke pengering

(14)

Penelitian Tebelumnya

Pada pengolahan teh, lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap kadar

air, kadar abu, kadar tanin, dan uji organoleptik. Sedangkan pemberhentian proses fermentasi yang terlalu cepat akan menghasilkan teh yang warnanya terlalu muda, mutu rendah, dan cita rasanya belum terbentuk sempurna. Sebaliknya waktu

fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan teh yang berwarna gelap, cita rasa kurang, dan aromanya mulai menurun. Dan untuk menghasilkan teh dengan

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia daun jambu biji
Tabel 2. Spesifikasi persyaratan mutu teh
Tabel 3. Komposisi kimia daun teh segar
Gambar 1. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh

Referensi

Dokumen terkait

Kadar serat dari beras analog (Tabel 3) yang diformula dengan ditambah maupun tanpa ditambah tepung kedelai mengandung serat yang relatif tinggi.. Hal ini memang

Penulisan skripsi yang berjudul “Mafia Buku pada Komunitas Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan” berawal dari ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana sistem mafia

Anggaran Desa Muntang dipergunakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa,

LKS sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran, sehingga seolah-olah penggunaan LKS dapat menggantikan kedudukan seorang guru. Hal ini dapat dibenarkan, apabila LKS

Pada penelitian ini yang akan dikaji adalah ketakbiasan dan uji kesesuaian pada model analisis faktor konfirmatori dengan menggunakan metode maximum likelihood

Japanese encephalitis (JE) disebabkan oleh virus genus Flavivirus dari famili Flaviviridae yang merupakan penyakit zoonotik yang dapat menyebabkan radang otak pada

When existing septic tank systems have failed, commonly due to the soil becoming unable to absorb increased wastewater flows resulting from improvements in the water

Tujuan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini adalah untuk mengetahui strategi yang diterapkan oleh BPRS Hareukat dalam menghimpun dana dan perhitungan bagi