BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang ini investasi telah menjadi kegiatan yang sangat
penting bagi sektor permodalan. Berdasarkan teori
pembelian (dan produksi) dari
digunakan untuk produksi yang akan datang (http://id.wikipedia.org). Investasi
dapat didefinisikan sebagai pengeluaran suatu jumlah dana dari investor atau
pengusaha dalam membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit dimasa
yang akan datang (Bangun 2005).
Investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset riil dan
investasi pada aset keuangan. Investasi pada pasar modal termasuk dalam
kegiatan investasi pada aset keuangan. Pasar modal merupakan tempat dimana
perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya. Menurut
Husnan (2003) Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Menurut Usman (1990:62), umumnya surat-surat berharga
yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga
bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Surat berharga yang
kepemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih lanjutnya dapat juga
didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan,
sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan
(http://jurnal-sdm.blogspot.com).
Dalam melakukan investasi di pasar modal diperlukan keahlian dan
keterampilan khusus menganalisis kondisi pasar, sebab investasi di pasar modal
memiliki resiko yang cukup tinggi. Bagi investor yang kurang memiliki
pengalaman dan pengetahuan tentang transaksi pasar modal, dapat meminta
bantuan pedagang efek (dealer), perantara pedagang efek (broker) atau
perusahaan efek (securities company ) (Pakpahan, 2012) . Untuk itu investor
harus dapat memahami saham mana yang memiliki nilai investasi yang baik,
setidaknya keuntungan yang diberikan dapat mengcover return investasi bebas
resiko dan menutupi resiko investasi.
Indeks LQ45 merupakan kumpulan dari emiten saham yang diseleksi
berdasarkan tingkat transaksi setiap enam bulan sekali yaitu awal februari hingga
awal agustus, oleh karena itu emiten yang termasuk dalam LQ45 biasanya
menjadi saham favorit bagi investor karena diyakini saham yang terpilih dalam
LQ45 merupakan saham yang memiliki kinerja perusahaan yang baik, namun
demikian walau tergolong dalam indeks LQ45, investor tetap harus menganalisis
nilai saham perusahaan yang akan dibeli. Hal ini dilakukan karena kondisi pasar
terus berubah kedepannya tergantung pada kondisi ekonomi global. Selain itu
Salah satu teknik analisis dalam penilaian saham yang dapat digunakan
adalah analisis fundamental. Analisis fundamental adalah analisis untuk
menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan
(jogiyanto, 2003:89). Pada kenyataannya nilai pasar suatu saham berbeda dengan
nilai intrinsik saham. Apabila nilai intrinsik suatu saham lebih besar dari harga
pasar saham saat ini, artinya harga saham tersebut sangat rendah, maka kondisi ini
disebut undervalued, sebaliknya apabila nilai intrinsik suatu saham lebih kecil
dari nilai pasar saham saat ini, artinya harga saham tersebut terlalu tinggi, kondisi
ini disebut overvalued (fakhruddin & hadianto, 2001:93). Nilai pasar suatu saham
setelah IPO terbentuk berdasarkan hukum supply and demand, dimana
ekuilibrium dari hukum pasar tersebut akan membentuk suatu harga pasar saham,
namun tentunya ada beberapa alasan investor untuk membeli saham tersebut,
beberapa alasan tersebut dapat berupa kondisi keuangan dari perusahaan,
keuntungan yang diperoleh dimasa depan dan pertumbuhan laba dimasa lalu serta
penilaian terhadap perusahaan.
Mardiana (2011), pernah meneliti nilai saham perdana PT.Bank DKI
dengan metode Two Stage free Cash Flow To Equity dan Relative Valuation
dengan melakukan perkiraan keuangan perusahaan 5 tahun kedepan. Dari
proyeksi laporan keuangan tersebut didapat estimasi nilai perusahaan yang
merupakan present value dari aliran kas bebas yang dihasilkan dimasa yang akan
datang. Proyeksi dari aliran kas yang didiskontokan ini menciptakan suatu nilai
Namun kenyataanya, beberapa perusahaan memiliki penurunan rasio imbal
hasil atas modal (ROE) yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam
mengelola modalnya untuk menghasilkan laba mengalami penurunan, bahkan
terjadi penurunan laba di periode berikutnya, sedangkan harga pasar saham
mengalami peningkatan diperiode berikutnya. Hal ini menjelaskan ada
faktor-faktor lain yang menyebabkan harga saham tersebut naik. Beberapa saham
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Laporan Keuangan 2007 – 2009
Sumber: Annual Report emiten LQ45 setelah diolah
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat gambaran umum proyeksi keuangan
perusahaan secara acak emiten LQ45 pada periode 2007 – 2009. Dari data di atas
kita dapat melihat ROE Astra Agro Lestari (AALI) pada 2008 sebesar 51%
kemudian pada 2009 turun menjadi 26,7%, hal ini menggambarkan terjadi
penurunan kemampuan imbal hasil atas modal Astra Agro Lestari, kemudian laba
bersih yang diperoleh pada 2008 sebesar 2,6 triliun rupiah terjadi penurunan
menjadi 2 triliun rupiah pada 2009. Namun jika kita lihat pada harga sahamnya
justru terjadi sebaliknya dimana sebelumnya pada 2008 harga saham penutupan
Astra Agro Lestari sebesar 9.800 rupiah, kemudian pada 2009 terjadi kenaikan
signifikan yaitu menjadi 22.750 rupiah.
Hal serupa juga dapat dilihat pada saham Astra International (ASII)
dimana pada 2008 ROE Astra International 28% kemudian mengalami penurunan
menjadi 25% pada 2009, hal ini mengindikasikan kemampuan imbal hasil
perusahaan juga mengalami penurunan dari periode sebelumnya, sedangkan harga
saham penutupan pada 2009 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu
sebesar 11.100 rupiah pada 2008 menjadi 35.000 rupiah pada 2009. Begitu juga
dengan beberapa saham lain seperti Indosat (ISAT), dan United Tractors (UNTR)
yang rata-rata mengalami penurunan imbal hasil terhadap modal, namun
mengalami peningkatan nilai sahamnya.
Sedangkan penurunan harga saham rata-rata pada 2008 lebih disebabkan
oleh kondisi pasar global yang saat itu sedang tertekan, sehingga dampaknya juga
terasa pada pasar modal di Asia, bahkan di Indonesia IHSG menurun tajam akibat
berkembangnya sentimen negatif di pasar modal, sehingga terjadi kepanikan di
kalangan investor yang menyebabkan nilai perusahaan yang memiliki
fundamental bagus juga ikut turun nilai sahamnya.
Berdasarkan fenomena di atas terlihat bahwa kenaikan laba tidak selalu
diikuti dengan kenaikan harga saham begitu begitu juga sebaliknya, hal ini
dikarenakan harga saham mempunyai unsur PVGO. PVGO adalah suatu peluang
pertumbuhan terhadap perusahaan yang diharapkan investor karena adanya
manfaat ekonomis yang akan diterima investor di masa mendatang akibat dari
Pada umumnya PVGO dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, beberapa
diantaranya diduga Return on Assets (ROA). ROA adalah suatu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba terhadap aset keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka
semakin besar pula tingkat keuntungan perusahaan dan semakin baik posisi
perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Hal ini dapat
dilihat melalui besarnya ROA salah satu emiten LQ45 PT. Astra Agro Lestari
(AALI), dimana pada tahun 2007 tingkat ROA sebesar 36,9% sedangkan tingkat
laba pada 2007 adalah 1,9 triliun rupiah, kemudian pada tahun 2008 tingkat ROA
meningkat menjadi 40,4% sedangkan tingkat laba pada 2008 juga meningkat
menjadi 2,6 triliun rupiah. Tingkat ROA yang semakin besar diprediksi dapat
menghasilkan laba yang besar di masa depan sehingga diyakini dapat
mempengaruhi PVGO.
Di dalam penelitian ini diduga PVGO juga dipengaruhi oleh Plowback
Ratio. Plowback Ratio adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar laba ditahan perusahaan. Plowback Ratio menggambarkan
besarnya rasio terhadap laba perusahaan yang ditahan untuk dapat digunakan
dalam penginvetasian kembali. Besarnya laba ditahan ini biasanya digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk diinvestasikan kembali kedalam bisnis berupa
expansi atau perluasan usaha. Beberapa kebijakan dividen dapat mempengaruhi
nilai perusahaan, dalam kasus plowback ratio dapat meningkatkan nilai
perusahaan investor tidak menyukai return dalam bentuk pembayaran dividen
Investor jangka panjang biasanya rela untuk memotong dividennya saat ini untuk
diinvestasikan kembali kedalam bisnis dengan harapan laba yang diperoleh
dimasa mendatang lebih besar lagi. Hal ini dapat kita lihat pada besarnya tingkat
Plowbackratio pada salah satu emiten LQ45 PT. United Tractors (UNTR) dimana
pada tahun 2007 tingkat Plowback Ratio sebesar 60% sedangkan besarnya laba
pada 2007 adalah 1,4 triliun rupiah, kemudian pada 2008 ketika tingkat Plowback
Ratio dinaikan menjadi 64% besarnya laba pada 2008 juga mengalami
peningkatan menjadi sebesar 2,6 trilun rupiah. Sedangkan pada kondisi plowback
ratio dapat mengurangi nilai perusahaan dikarenakan investor memerlukan
dividen sebagai salah satu sumber pendapatannya, walaupun investor dapat
menjual sebagian kecil sahamnya untuk sumber pendapatan investor merasa rugi
akibat dari biaya transaksi yang cukup besar. Selain itu pada kondisi ideal
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, hal ini diungkapkan
dalam proposisi MM miller dan modigliani yaitu ketidakrelevanan dividen.
Dengan demikian Plowback Ratio (kebijakan dividen) dapat menciptakan nilai
perusahaan dan diyakini dapat mempengaruhi PVGO.
Selain itu, di dalam penelitian ini diduga beberapa faktor lain yang
mempengaruhi PVGO adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER adalah suatu
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan menutupi
sebagian atau seluruh hutangnya dengan modal sendiri. Semakin kecil DER suatu
perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
dengan modal sendiri. Menurut teori MM (Miller dan Modigliani) tanpa pajak
perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang,
kemudian teori ini tidak realistis dan MM memasukan unsur pajak dalam
teorinya. Pada teori dengan pajak MM menyimpulkan bahwa nilai perusahaan
tidak berhutang sama dengan perusahaan yang berhutang, namun bunga hutang
dapat menghemat pajak. Maka kesimpulan dari teori ini adalah semakin besar
penggunaan hutang terhadap perusahaan maka akan semakin meningkat pula nilai
perusahaan tersebut. Kenyataannya semakin banyak hutang perusahaan maka
semakin besar pula resiko kebangkrutannya. Menurut Myers (2001) penggunaan
hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan hingga titik tertentu, setelah
melewati titik tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai
perusahaan karena peningkatan keuntungan dari utang tidak sebanding dengan
biaya financial distress dan agency cost.
Pengendalian hutang dalam meningkatkan nilai perusahaan dapat dilihat
melalui besarnya DER salah satu emiten LQ45 PT. Astra International (ASII)
dimana pada tahun 2007 tingkat DER sebesar 62% sedangkan laba yang
dihasilkan pada tahun 2007 adalah sebesar 6,5 triliun rupiah, kemudian pada
tahun 2008 tingkat DER menurun menjadi 44% sementara laba yang diperoleh
pada tahun 2008 meningkat menjadi 9,1 triliun rupiah. Maka pengendalian tingkat
DER yang baik dapat menciptakan nilai perusahaan sehingga DER diyakini dapat
mempengaruhi PVGO.
Dengan demikian nilai pasar suatu saham dapat meningkat secara terus
menerus meskipun dividen yang diterima hanya sedikit atau laba menurun, hal ini
menciptakan nilai perusahaan pada masa yang akan datang dengan indikator
present value of growth opportunity sehingga memberi pengaruh terhadap supply
and demand yang membentuk harga pasar.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diteliti faktor-faktor yang
mempengaruhi PVGO tersebut sehingga menjadi alasan investor untuk
menanamkan modalnya pada saham tertentu, sehingga penulis tertarik untuk
meneliti “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Present Value of Growth Opportunity saham yang terdaftar di indeks LQ45”.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah konteks dari penelitian, alasan mengapa
penelititan diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian (Evans
1997 dalam Kuncoro 2009: 39). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di
atas penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Present Value of
Growth Opportunity (PVGO) Indeks LQ45 ?.
2. Bagaimana Pengaruh Plowback Ratio terhadap Present Value of Growth
Opportunity (PVGO) Indeks LQ45 ?.
3. Bagaimana Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Present Value of
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Present Value of Growth
Opportunity (PVGO) Indeks LQ45.
2. Pengaruh Plowback Ratio terhadap Present Value of Growth Opportunity
(PVGO) Indeks LQ45.
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Present Value of Growth
Opportunity (PVGO) Indeks LQ45.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor, terutama investasi jangka panjang, diharapkan penelitian ini
menjadi sebuah pertimbangan dalam melakukan analisis secara fundamental
untuk memilih saham yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa
mendatang.
2. Bagi Perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek, diharapkan penelitian ini
menjadi acuan di dalam mengelola perusahaan yang memberikan kontribusi
dalam peningkatan nilai pemegang saham.
3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini menjadi acuan bagi