• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI - DOCRPIJM 77c68148dc BAB IVBAB IV OK FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAFTAR ISI - DOCRPIJM 77c68148dc BAB IVBAB IV OK FINAL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB IV ... 1

ANALISIS SOSIAL DAN LINGKUNGAN ... 1

ASPEKPERLINDUNGANSOSIALDANLINGKUNGAN ... 1

4.1 ASPEK LINGKUNGAN ... 12

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)... 14

4.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH ... 15

4.2 ASPEK SOSIAL ... 16

4.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 20

4.2.1.1 Kemiskinan ... 20

4.2.1.2 Pengarusutamaan ... 20

4.2.2 ASPEK SOSIAL PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA ... 20

(2)

1

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB IV

Analisis Sosial dan Lingkungan

ASPEK PERLINDUNGAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negative pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

Peraturan dan perundang – undangan yang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah :

• Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan

lingkungan hidup.

• Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan

(3)

2

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

• Undang-undang No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang

• Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian dampak Lingkungan • Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan • Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

(BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman Ukuran dampak Lingkungan

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994 tentang

Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanfaatan lingkungan (UPL)

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994,

tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994

tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi SAFEGUARD

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19 Maret 1994

tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD Keputusan Menteri

• Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Petapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan

Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting.

(4)

3

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Prinsip Dasar

Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk : (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

b. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

c. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

d. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus disertai dengan AMDAL. e. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP), kawasan

lindung, atau merupakan kawasan sengketa. Di samping itu, produksi, atau penggunaan : • Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau.

• Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti

renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.

• Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan

atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak dapat dibiayai.

(5)

4

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

• Konstruksi bendungan (dam).

• Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik

dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai spiritual, tidak dapat dibiayai.

f. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

Kategori Proyek

(6)

5

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

No. Besaran

1.

a. Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary landfill dengan

luas landfill ≥ 40 Ha

b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha

c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari

2.

a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha

b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha

c. Kota Metropolitan dengan luas ≥ 50 Ha

3. a. IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha

b. Pembangunan sistem perpipaan air limbah dengan luas layanan ≥ 500 Ha

4.

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

- lebar ≥ 5 m

- atau panjang ≥ 10 km

b. Pembangunan saluran di kota sedang

- lebar ≥ 10 m

- atau panjang ≥ 15 km

5.

a. Pembangunan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

6. ≥ 500 liter /detik

Sumber : Permen LH No. 11 Tahun 2006

Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air lainnya dengan debit pengambilan

Jenis Rencana Usaha/Kegiatan

Persampahan

Pembangunan Perumahan/Permukiman

Drainase Permukiman

Air Bersih di kota besar/metropolitan

Tabel 4. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak

(7)

6

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

1. Persampahan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan system control ladfill atau sanitary landfill

Luas <10 Ha

Kapasitas <10.000 ton

TPA di daerah pasang surut

Luas <5 Ha

Kapasitas <5.000 ton

c. Pembangunan Transfer Station

(kapasitas operasional) <1.000 ton/hari

d. Pembangunan incenerator Semua Ukuran

e. Bangunan Komposting dan daur

ulang (kapasitas sampah baku) > 4 ton/hari, >500 m2

2. Pembangunan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d 25 Ha

b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 Ha

c. Kota Sedang, Kecil (luas) 2 Ha s/d 100 Ha

3. Peremajaan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan & Besar ≥ 1 Ha

b. Kota Sedang ≥ 2 Ha

4. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

a. IPLT < 2 Ha

b. IPAL < 3 Ha

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruh penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisik - kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis hewan

Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap pembakaran, emisi bio gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin), pencemaran air tanah maupun air permukaan

Ke dalam proses

pembusukan, keculai untuk lokasi yang berada di bantaran sungai, tidak dibangun di sekitar sungai/berbatasan langsung dengan sungai

Leachate (air lindi), gangguan cacing, gangguan lalat, keluhan penduduk sekitar terhadap terhadap lingkungan fisik - kimiawi, biologi, sosial ekonomi dan budaya

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat konsumsi air bersih, perubahan koefisien KDB & KLB, perubahan volume run - off, perubahan kawasan resapan air, kesenjangan sosial dengan masyarakat sekitar

Perubahan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian cagar budaya

Perubahan kepadatan penduduk, perubahan tingkat pelayanan prasarana & sarana kota, perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah bau, pembahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar PILT/IPAL, pembahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar Tabel 4. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas

(8)

7

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

5. Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (Sewerage)

Kota besar/metropolitan (luas

layanan) < 500 Ha

Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimiawi, proses dan hasil kegiatannya mempengaruhi lingkungan

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidakpuasan atas nilai kompensasi

6. Drainase Permukiman Perkotaan

a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan

Drainase Utama (panjang) < 5 Km

Drainase Sekunder dan Tertier

(panjang) 1 Km - 5 Km

b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang

Drainase Utama (panjang) < 10 Km Drainase Sekunder dan Tertier

(panjang) 2 Km - 10 Km *)

c. Pembangunan Salurang di Kota Kecil (panjang) > 5 Km

*) Pembangunan drainase sekunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati pemukiman padat

7. Pembangunan Bangunan Gedung

(luas lantai) < 10.000 m2

Perubahan bentuk lahan, proses teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimia, hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi, budaya, flora fauna, perubahan intensitas bangunan gedung terhadap lingkungan

Gangguan lalu lintas, kebisingan, kesehatan, getaran, gangguan genangan lokal (dewatering), gangguan cahaya, kebakaran, bangkitan LHR, air limbah, sampah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas, bahan yang bersifat ozon

8. Air Bersih Perkotaan

a. Pembangunan jaringan distribusi

(luas layanan) 100 Ha s/d < 500 Ha

b. Pembangunan jaringan pipa

transmisi (panjang) 2 Km s/d < 10 Km

c.

Pengambilan air baku dan sungai, danau dan sumber air lainnya (debit)

50 liter/det s/d 250 liter/det

*) Skala besaran wajib UKL/UPL untuk pengambilan dari mata air >5 liter/det s/d <50 liter/det (khususnya di P. Jawa dan pulau - pulau kecil lainnya)

*) Sepanjang belum diatur oleh instansi yang berwenang

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

e.

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidakpuasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran.

Gangguan lalu lintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah (land subsident) akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intrusi air asin, perubahan kualitas air Penerapan teknologinya

mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploitasi sumber daya air yang pemanfaatannya fisik - kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

> 5 liter/det dan < 50 liter/det

(9)

8

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

9.

Luas Lahan 5 Ha

Luas Lantai Bangunan < 10.000 m2

10.

a. Jumlah penduduk yang

dipindahkan 50 KK - 200 KK

Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidakpuasan atas dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan, dll), perubahan koefisien run off, perubahan KDB, KLB

b. Luas Lahan Kawasan 2 Ha - 100 Ha

Catatan : *) ke dalam kegiatan ini termasuk kawasan yang waduk, jalan, bencana alam dan bencana sosial, dll

Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Nomor : 17/KPTS/M/2003, Tanggal : 3 Februari 2003 Keterangan :

1.

2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) : a. Kota Metropolitan Populasi >1.000.000 jiwa

b. Kota Besar Populasi 500.000 - 1.000.000 jiwa c. Kota Sedang Populasi 200.000 - 500.000 jiwa d. Kota Kecil Populasi 20.000 - 200.000 jiwa e. Kota Kecamatan Populasi 3.000 - 20.000 jiwa

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

Perubahan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimia, biologi, proses dan hasilnya

mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman, perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan dan perbelanjaan

Gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, genangan lokal, bangkitan LHR, sampah, air limbah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, sanitasi, sampah, drainase, areal parkir),

perubahan KLB, KDB, peningkatan PKL

Pembangunan Kawasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan

(10)

9

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Pengadaan Lahan/Tanah

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara :

a. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena;

b. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;

c. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi yang memadai, seperti tanah alternatif dan/atau uang kompensasi yang sama dengan harga pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan untuk membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali;

d. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lokasional yang sama, yang berlaku pada saat pembayaran ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non-material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama.

(11)

10

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai berikut: i).pemilik – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah; iii). penggarap – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). nadzir – orang atau pihak yang mengelola tanah wakaf.

f. Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu, atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang terkena, difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

g. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan dengan perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak), sama dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya secara sukarela. Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal). h. Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang dibutuhkan, jumlah warga

yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

(12)

11

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

- Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.

- Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

- Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

- Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada orang-orang yang dipindahkan.

Yang berhak menerima santunan :

• Pemilik-pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat), bangunan,

tanaman, atau aset lainnya;

Penyewa-menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan pemilik lahan;

Penggarap-menguasai lahan secara fisik tanpa alas hak, dengan atau tanpa ijin pemilik lahan; • Nadzir, bagi lahan wakaf

Cara menghitung kompensasi :

Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya.

Contoh cara menghitung :

Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi yang sama,

yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;

Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan yang sama; • Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian immaterial • Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan biaya

untuk memperoleh aset yang sama Pengaduan /klaim :

(13)

12

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Pemda, sebagai Pemrakarsa Forum Stakeholders

Tim Pengawas Safeguards

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL :

Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan alamat kantor.

a. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen rencana kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

b. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber dampak, jenis, dan besaran dampak

c. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah untuk mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan.

d. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan UKL/UPL tersebut.

4.1 Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip -prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(14)

13

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria. c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

(15)

14

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

(16)

15

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya. b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah 2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.

Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program. c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,

rencana, dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program. 3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

4.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

(17)

16

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

4.2 Aspek Sosial

Prinsip Dasar

Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial. Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu-isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut :

1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

(18)

17

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.

3. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat.

4. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

5. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

6. Transparansi dan Akuntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

(19)

18

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

8. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut. 10. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

(20)

19

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

11. Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

Tujuan Kegiatan

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.

Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :

a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dampak penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif.

d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

e. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial

(21)

20

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan pembangunan.

c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial. Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan perumahan dan lingkungan.

4.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

4.2.1.1 Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya.

4.2.1.2 Pengarusutamaan

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa dating.

4.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

(22)

21

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

4.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Gambar

Tabel 4. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak
Tabel 4. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun dalam kuadran ini konsumen menilai tidak penting namun kinerja pada atibut ini sudah memberikan kepuasan pada pelanggan tentang Pelayanan yang disediakan

Pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, kenaikan nilai tukar disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat seperti karet dan sawit

Investments in the capital of banking, finan - cial and insurance entities that are outside the scope of regulatory consolidation, net of eligible short positions, where the bank

4). Peningkatan Kapasitas SDM dan Penataan Kelembagaan. Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh BPS Provinsi Papua Barat adalah : 1) Tersedianya data dan informasi

Instansi pemerintah perlu melaksanakan metode penilaian risiko (risk assessment) yang memadai sesuai dengan tujuan tingkat organisasi maupun tujuan tingkat kegiatan, serta

Dengan dimensi pertama, yaitu gairah dan perhatian dalam belajar statistika dengan indikator keinginan untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang diberikan

Terkait hal di atas terdapat ulama yang mendukung adanya nabi perempuan, yang menolak adanya nabi perempuan, yang menyatakan ada nabi perempuan namun tidak ada

Deskriptor diambil berdasar- kan jumlah panelis yang menyatakan bahwa suatu soal diperkirakan mampu dijawab benar oleh siswa minimal lebih dari separoh (1/2) dari