• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aklamasi Bagian dari Demokrasi pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aklamasi Bagian dari Demokrasi pelajaran "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jumat, 26 Desember 2014 , 13:11:00

Sekretaris PD Ungkap 7 Alasan Demokrat Masih Butuh SBY

JAKARTA - Kehadiran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai tokoh bangsa disebut-sebut mulai dirindukan. Hal ini pula yang kemudian membuat sejumlah kader Partai Demokrat meminta kembali SBY sebagai ketua umum untuk lima tahun ke depan.

Sekretaris DPP PD Farhan Effendy menjelaskan, setidaknya ada tujuh alasan yang mendasari SBY harus memimpin Demokrat kembali. "Pertama, realitas umum yang mulai merindukan SBY. Kesantunan dan kesungguhan SBY dalam memperjuangkan rakyat masih dibutuhkan," ujarnya, Jumat (26/12).

Kedua, lanjut Farhan, tidak bisa ditutupi bahwa program-program pemerintahan Jokowi mayoritas adalah copy paste dari pemerintahan masa lalu dan yang paling tahu secara detail adalah SBY. Sehingga kehadiran SBY penting menjadi penyeimbang politik agar kerja mensejahterakan rakyat bisa berjalan dengan baik.

"Ketiga, saat ini PD masih membutuhkan pematangan dan pengentalan organisasi. Dan SBY adalah konsolidator yang mampu mempersatukan semua elemen partai itu," sambungnya. Sementara alasan keempat adalah kebutuhan Demokrat akan kekuatan yang bisa menandingi partai lain. Sedang figur SBY mampu mengangkat perolehan Demokrat menjadi 10,2 persen pada Pemilu 2014 di tengah prediksi umum bahwa Demokrat hanya mungkin mencapai 7 persen.

"Kelima, adanya krisis kepemimpinan dan politik yang kita tahu adalah bagian dari operasi "hegemoni kekuasaan". Hanya SBY lah yang sanggup mengatasi dan menandingi operasi semacam itu," lannut Farhan.

Keenam, Demokrat membutuhkan figur pembangkit moral dan kepercayaan diri, sementara disisi lain SBY berhasil memimpin partai keluar dari masa yang sangat sulit tersebut. Mulai membangun kembali kepercayaan diri kader serta merintis konsolidasi.

"Ketujuh, PD harus menang. Kami meyakini kepercayaan rakyat akan dapat dipulihkan pada pemilu 2019. Ini bisa terjadi jika, sambil terus memimpin partai untuk berpihak pada kepentingan rakyat, SBY mewujudkan PD menjadi partai modern yang berbasis pada meritokrasi," tandasnya. (rmo/jpnn)

++++++++++++++++++

Senin, 22 Desember 2014 , 17:30:00

(2)

JAKARTA - Pecahnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Golkar jelang momentum pergantian ketua umum dikhawatirkan sejumlah pihak bakal menular pada Partai Demokrat yang juga akan menggelar kongres ke III awal tahun depan.

Namun, pakar politik LIPI, Prof Siti Zuhro menyatakan potensi perpecahan seperti yang dialami PPP dan Golkar di partai yang pernah 10 tahun berkuasa itu tidak akan terjadi.

"Kayaknya enggak (akan pecah), saya lihat demokrat kultur politiknya beda," kata Siti Zuhro ditemui di sela-sela menghadiri peringatan hari Ibu di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (22/12).

Siti menilai kultur demokrat yang dibangun selama ini adalah adanya patron, ada tokoh central yang tidak sekedar jadi ketua umum maupun ketua pembina, tapi dia juga penyelamat dan pemersatu partai. Nah, figur ini ada pada ketumnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Jadi Pak SBY identik dengan demokrat, seperti owner, pendiri, penyalamat, sehingga kalaupun dia diusulkan mencalonkan diri dan mau, maka yang terjadi yang lain tidak akan mencalonkan diri," katanya.

Adanya patron politik yang dianut demokrat ini membuat peluang kontestasi di kongres tahun depan sulit terjadi. Itu karena tidak banyak kader yang mampu menyaingi ketokohan SBY. Karena itu dia berani memprediksi bahwa kongres demokrat nanti akan baik-baik saja. Meski di sisi lain, Siti Zuhro memuji keberanian seorang kader demokrat, I Gede Pasek Suardika mendeklarasikan diri untuk berkompetisi dengan seorang SBY.

"Tapi menurut saya, mau saja, berani mendeklarasikan diri ikut dalam kongres, itu sudah keberanian luar biasa," tandasnya. (fat/jpnn)

+++++++++++++++++++++++

Senin, 22 Desember 2014 , 12:51:00

Ramadhan Pohan:

Buat Apa Regenerasi Kalau Demokrat Hancur

JAKARTA - Wasekjen Partai Demokrat (PD) Ramadhan Pohan menyatakan bahwa partainya tidak butuh regenerasi. Menurutnya, yang terpenting bagi Demokrat adalah persatuan dan keutuhan partai.

(3)

Hal ini disampaikan Ramadhan menanggapi munculnya dukungan dari ormas PPI kepada Gede Pasek Suradika untuk maju jadi ketua umum. Ormas bentukan mantan ketua umum Anas Urbaningrum itu beralasan Demokrat perlu regenerasi kepemimpinan.

"Regenerasi kalau Demokrat hancur, untuk apa?," kata Ramadhan.

Menurut anggota DPR RI ini, kemampuan SBY sebagai pemimpin sudah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan, klaimnya, tidak ada kader Demokrat yang lebih baik dari mantan Presiden RI itu.

Meski begitu, Ramadhan menjamin, tidak ada larangan bagi kader lain untuk maju jadi ketua umum. Menurutnya, semua kader yang memenuhi syarat berhak untuk bertarung dengan SBY di kongres mendatang.

"Tapi maaf, ketokohan, integritas, kompetensi dan magnetik Pak SBY itu belum ada duanya di PD. Jangankan level PD, di nasional saja SBY terkuat," pungkasnya. (dil/jpnn)

++++++++++++++++++++++++

Parpol dan Aklamasi

Rabu, 04 Mei 2005

AKLAMASI. Istilah itu menjadi ngetren akhir-akhir ini bersamaan musim kongres atau muktamar partai politik yang memanfaatkan masa reses DPR RI. Sebut saja ketika Kongres PDI-P di Bali, istilah itu muncul ketika Ketua Umum Megawati Soekarnoputri terpilih kembali memimpin partai berlambang kepala banteng dalam lingkaran, dengan cara itu. Aklamasi kembali mengemuka ketika KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai Ketua Dewan Syuro DPP PKB, institusi tertinggi di partai yang didirikan oleh warga

Nahdlatul Ulama. Cucu pendiri NU itu juga terpilih dengan cara yang sama pada Muktamar II di Semarang, 16-18 April 2005.

Terakhir terjadi di Muktamar I Partai Bintang Reformasi (PBR). KH Zainuddin MZ, menduduki kursi ketua umum partai pecahan PPP untuk periode 2005-2010, dengan cara yang sama. Dengan demikian terdapat tiga pimpinan tertinggi partai dengan menggunakan cara yang sama.

Ada kesamaan dari tiga pimpinan tertinggi parpol yang terpilih secara aklamasi. Megawati, Gus Dur maupun dai sejuta umat Zainuddin MZ, adalah incumben atau orang pertama di partai yang mencalonkan kembali atau dicalonkan kembali untuk jabatan tersebut lima tahun mendatang.

Demokratis

(4)

Cara lain, pengambilan keputusan dengan cara voting. Yaitu mendasarkan pengambilan keputusan dengan cara pemungutan suara. Di awal era reformasi sempat dikenal karena hampir seluruh partai menggunakan sistem pemungutan suara ini untuk memilih ketua umum maupun pucuk pimpinan. Terakhir adalah aklamasi atau pengambilan keputusan secara terbuka. Hampir mirip musyawarah untuk mufakat. Bedanya cara ini diikuti lebih banyak orang, bukan hanya kelompok elite dari partai atau institusi. Dan cara ini menjadi terkenal dalam muktamar atau kongres partai politik akhir-akhir ini.

Ketiga cara dalam sistem demokrasi itu adalah sah. Musyawarah untuk mufakat, voting maupun aklamasi dihalalkan sebagai cara untuk mengambil keputusan. Artinya, dengan menggunakan cara itu dianggap sah.

Hanya saja, ketiga momentum yang terjadi di Bali, Semarang dan Jakarta adalah sama. Selain ketiganya adalah kandidat incumben, juga nuansa menjelang muktamar atau kongres ada rivalitas atau persaingan yang tinggi.

Sebut saja PDI-P, menjelang kongres lahir gerakan pembaharuan PDI-P yang dipelopori oleh Kwik Kian Gie, Laksamana Sukardi, Roy BB Janis, Sukowaluyo dan kawan-kawan. Orang lama di partai itu bergerak. Rivalitas sangat keras, sehingga muncul dua kekuatan besar. Begitu juga yang terjadi pada Muktamar PKB II di Semarang. Rivalitas terjadi sangat kuat. Sebut saja langkah Kiai Sepuh yang mem-baiat KH Makruf Amin, meski bukan sosok kiai besar seperti Gus Dur, hanya karena yang dibelakangnya dua kekuatan kiai sepuh dari Poros Langitan dan Lirboyo, maka suasananya menjadi menegangkan.

Seperti di PDI-P, arus perlawanan terhadap incumben begitu kuat. Tentu saja

mengkhawatirkan bagi pendukung-pendukungnya. Untuk menyelamatkannya lebih dipilih cara aklamasi, karena risikonya lebih sedikit, yaitu mengakomodir mereka yang pro. Dengan demikian bagi yang tidak mendukung akan kalah suara lantaran tidak mungkin akan

mengambil suara secara terbuka seperti itu. Risikonya bisa mendapat sanksi jika tidak mengikuti pilihan pengurus di atasnya yang sedang berkuasa.

Terakhir terjadi pada PBR. Nuansa perlawanan begitu kuat. Tak heran jika pendukung calon yang sedang bertahan juga khawatir jika suara itu akan beralih ke rivalnya. Terjadilah pergulatan pada saat itu, karena Zainal Maarif juga mengumpulkan sejumlah DPW yang memilihnya. Terjadilah kepengurusan kembar yang dihasilkan muktamar yang sama. Intinya, cara aklamasi sangat menguntungkan calon incumben, karena peserta yang

berseberangan dan mencari aman, bisa jadi ikut aklamasi karena ada tekanan. Ini menyangkut keselamatan kedudukannya pada masa mendatang dalam partai tersebut.

Tidak mengkhawatirkan

Lain halnya dengan cara voting tertutup. Bagi yang tidak memilih incumben tidak diketahui, sehingga tidak mengkhawatirkan terjadinya risiko dibelakang hari. Oleh karenanya, cara ini biasanya selalu didengungkan oleh rivalnya.

(5)

mendirikan pengurus tandingan. Wajar jika pasca muktamar atau kongres, lahirlah pengurus kembar, baik di PDI-P, PKB dan PBR. Resmilah terjadi dualisme kepemimpinan itu.

Lengkaplah musim tandingan. Partai Amanat Nasional (PAN) yang memilih ketua umum dengan cara voting, dan pemenangnya pun mengetahui seberapa jauh dukungannya, begitu pula yang kalah, ternyata juga melahirkan tandingan. Fuad Bawazier juga akan mendirikan parpol baru.

Terbukti dua contoh itu hasilnya sama. Pemungutan secara aklamasi, masih menyisakan masalah, karena rawan adanya rekayasa. Hasilnya pun melahirkan kepengurusan kembar. Apakah gara-gara aklamasi beberapa partai tersebut pecah? Tentu sulit argumentasi tersebut jika di PAN kenyataannya seperti itu. Realitasnya memang demikian.

Hanya tidak bisa mengkambinghitamkan salah satu cara demokratis seperti itu. Pasalnya, masalah konflik tersebut menjadi realitas di sejumlah parpol, tak hanya itu tapi juga ormas yang memiliki intensitas politik lebih tinggi.

Kalangan pengamat melihat soal konflik dalam tubuh parpol itu hal yang wajar, karena realitasnya adalah masalah interest (kepentingan) yang menonjol. Hanya soal kemampuan me-manage konflik itulah yang berbeda.

Yang menarik, terjadinya pergeseran bagi partai yang semula menjadikan model paternalistis sebagai perekat untuk meredam konflik, sekarang terjadi perubahan. Pergeseran itu terjadi di PDI-P. Megawati adalah sosok yang menjadi figur sentral pun sekarang mulai bergeser. (A.Adib-48v)

++++++++++++++++++++

Pelaksanaan Demokrasi dan

Pimpinan Kebijaksanaan

Demokrasi dan pimpinan kebijaksanaan (democratic en leiderschap) adalah wujud dari hidup kekeluargaan. Demokrasi yang berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan) artinya kekuasaan di tangan rakyat. Untuk mewujudkan demokrasi maka segala pelaksanaan (pembuatan perencanaan, pelaksanaan pengorganisasian, pelaksanaan kepemimpinan, dan pengawasan) dilaksanakan dalam musyawarah (rapat, konferensi, kongres, muktamar dan lain-lain) antar anggota / perwakilannya. Dalam musyawarah itu para anggota / rakyat akan mengambil keputusan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan yang diperoleh dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota .

Pimpinan kebijaksanaan yang dimaksud adalah pengambilan keputusan dalam musyawarah harus dipimpin oleh kebijak-sanaan organisasi yang telah disepakati bersama sebelumnya.

(6)

1. Menurut demokrasi barat (Eropa dan Amerika) keputusan musyawarah diambil dengan cara pengambilan suara terbanyak (voting). Siapa yang memperoleh suara terbanyak (50% + 1) itulah yang menang, dan merekalah yang berkuasa.

2. Pemungutan suara terbanyak (voting) dapat dilaksanakan secara langsung oleh semua anggota/rakyat. Dapat juga dilaksanakan secara perwakilan, yaitu anggota/rakyat diwakili oleh perwakilannya.

3. Menurut demokrasi terpimpin keputusan dalam musyawarah diserahkan kepada kebijaksanaan pemimpin musyawarah. Anggota / rakyat dalam musyawarah cukup menyetujui atau menyerahkan kepada konsep pemimpin musyawarah.

4. Menurut demokrasi dan pimpinan kebijaksanaan pengambilan keputusan dalam musyawarah anggota/perwakilan dilaksanakan dengan mufakat (aklamasi) dan dipimpin oleh kebijaksanaan yang telah disepakati bersama.

Demokrasi dan pemimpin kebijaksanaan, di Tamansiswa dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Segala masalah organisasi dan pendidikan (pembuatan perencanaan, penyampaian pertanggung jawaban, pemilihan pemimpin, pembuatan aturan, dan lain-lain) dimusyawarahkan oleh segenap anggota / perwakilannya pada tiap 5 tahun sekali. Di pusat (Persatuan Tamansiswa) diselenggarakan dan bentuk Kongres (rapat besar umum) dan di cabang / Ibu Pawiyatan/BP.PTTS diselenggarakan dalam bentuk Rapat cabang/Rapat IPTS/Rapat BP.PTTS. Untuk mengecek pelaksanaan program di tengah-tengah masa bakti (214 tahun) di Pusat dan Daerah diselenggarakan Konferensi Nasional dan Konferensi daerah dan di Cabang / IPTS / BP.PTTS diselenggarakan Rapat Anggota.

2. Pengambilan keputusan (kecuali untuk orang) diupayakan dengan cara mufakat (aklamasi). Hal demikian dilakukan untuk menghindari adanya kelompok yang tidak setuju (oposisi), kelompok besar yang berkuasa (dominasi mayoritas), dan kelompok kecil yang tertindas (tirani minoritas). Sedangkan pengambilan keputusan mengenai orang (pemilihan pimpinan, penyelesaian masalah orang) dilakukan dengan cara pemungutan suara terbanyak (voting), tetapi dalam bentuk bebas dan rahasia.

3. Bila dalam pengambilan keputusan secara aklamasi teijadi kemacetan (dead klock) yang berarti ada yang setuju dan tidak setuju, maka musyawarah diskors / ditunda untuk diadakan pendekatan (loby). Bila sudah 3 kali diadakan pendekatan masih juga belum mendapatkan keputusan maka musyawarah menyerahkan keputusannya kepada pimpinan musyawarah, dengan catatan pimpinan harus bersungguh- sungguh berpegang pada kebikjasanaan asas Pancasila, landasan Asas Tamansiswa 1922, ciri khas Pancadarma, dan tujuan tertib damai, salam dan bahagia.

4. Segala keputusan baik yang diambil secara mufakat, secara suara terbanyak, maupun secara diserahkan kepada kebijaksanaan pimpinan harus disetujui, didukung dan dilaksanakan oleh segenap anggota, baik yang hadir dalam musyawarah maupun yang diwakili.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, sesuai dengan penjelasan latar belakang diatas, dengan menggunakan Information System Success Model yang memiliki enam dimensi terintegrasi, penelitian ini

Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang – undangan bagi setiap warga negara dan penduduk

Penambahan luas ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah kabupaten terutama DKP yang terus melakukan pembangunan dan optimalisasi TPST untuk dapat memenuhi Sidoarjo Zero

yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara :.. pelaksanaan titel eksekutorial oleh

tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (Menurut Lasswell, 1970).. Kebijakan Bale Seni Ciwasiat adalah melakukan pelatihan diluar jam sekolah

Biaya'operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan untuk pembayaran honorarium, pengadaan bahan, alat tulis kantor, cetak/stensil, fotocopy/penggandaan,

Selain itu, dapat kami sampaikan pula bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Komite Remunerasi dan Nominasi mengacu kepada regulasi yang berlaku, diantaranya adalah

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan pada Rancang Bangun Game “ Who Wants to Be a Brillianaire ” berbasis Android adalah game ini dapat