• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT PANDEGLANG BANTEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT PANDEGLANG BANTEN."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT PANDEGLANG BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Departemen Pendidikan Seni Tari

Oleh:

HELDA RAKHMASARI HADIE 1100840

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT PANDEGLANG BANTEN

Oleh

Helda Rakhmasari Hadie

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari

© Helda Rakhmasari Hadie 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,

Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

SKRIPSI

PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT PANDEGLANG

BANTEN

Oleh :

HELDA RAKHMASARI HADIE 1100840

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, M. Si NIP. 197303161997022001

Pembimbing II

Agus Supriyatna, S. Sn., M. Pd NIP. 196708192005011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

(4)

ABSTRAK

PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT PANDEGLANG BANTEN

Helda Rakhmasari Hadie 1100840

Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten adalah sebuah sanggar seni yang memiliki pengelolaan sanggar seni yang ditata dengan rapi, baik dalam pengorganisasiannya maupun kinerja para anggotanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen Bale Seni Ciwasiat, terutama fungsi manajerial yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakkan, Pengawasan. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menggunakan data kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari beberapa orang dan perilaku yang dapat diamati. Alat pengambilan data yang digunakan berupa pedoman observasi langsung, pedoman wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.

Langkah pertama aspek planning (perencanaan) yang dilakukan oleh para anggota sanggar yaitu mengadakan rapat di Pandeglang pada tanggal 01 januari 2008 mengenai penyusunan dan penetapan anggaran dasar Bale Seni Ciwasiat, selanjutnya menentukan nama sanggar yang diberi nama Bale Seni Ciwasiat. Langkah kedua yaitu menyusun kepengurusan organisasi sanggar yang menentukan program kerja, menyusun jadwal dan waktu pelaksanaan pelatihan. Pengorganisasian di Bale Seni Ciwasiat dilakukan dengan serangkaian kelengkapan persyaratan laykannya sebuah organisasi, yakni memiliki; Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), susunan pengurus, program kerja, dan kegiatan. Dalam proses penggerakkan di Bale Seni Ciwasiat pimpinan sanggar melakukan tindakan-tindakan yaitu memberi dorongan (motivasi) kepada anggota dan pengurus sanggar agar semangat dalam mengelola sanggar dan berkreasi dalam berkesenian. Dalam pengawasan dilakukan langsung oleh pembina sanggar Rohaendi dan ketua sanggar Ade, sehingga mereka dapat mengetahui kondisi yang terjadi dalam sanggar.

Faktor pendukung yang turut memengaruhi keberadaan Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten hingga kini, adalah dipengaruhi; (1) Sarana, dan (2) Kerjasama jaringan/relasi. Faktor penghambat Bale Seni Ciwasiat adalah (1) Peserta didik, dan (2) pengurus sanggar.

(5)

ABSTRACT

(BAHASA INGGRIS)

Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten is an art gallery that has a well arranged management art gallery, both in its organization and performance of its members. This study aims to describe management of Bale Seni Ciwasiat, especially managerial functions which include planning, organizing, mobilizing, Supervision. Factors supporting and inhibiting in managing Bale Seni Ciwasiat Pandeglang, Banten.

The study is conducted using qualitative method with descriptive approach and the study procedure uses qualitative data in the form of written or spoken of some people and behaviors that can be observed. Data collection tool used is in the form of guidelines for direct observation, in-depth interview guidelines, and documentation study.

The first step aspects of planning (planning) done by the members of the gallery is held a meeting on 01 January 2008 in Pandeglang regarding the preparation and adoption of the articles of association Bale Seni Ciwasiat, then specify the name of the gallery, named Bale Seni Ciwasiat. The second step is preparing gallery management organization that determines the work program, schedule and timing of the training. Organizing in Bale Seni Ciwasiat is done with a series of completeness requirements like an organization, which has; Articles of Association and Bylaws (AD / ART), management structure, work program and activities. In the process of mobilizing in Bale Seni Ciwasiat, head of gallery performing the acts which gave encouragement (motivation) to members and administrators in managing the gallery so that they can be passionate and creative in the gallery. The supervision carried out directly by the gallery adviser Rohaendi and gallery chairman Ade, so that they can determine the condition that occurs in the gallery.

Supporting factors that also affect the existence of Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten until now are affected by; (1) Facilities, and (2) Cooperation network / relationship. Bale Seni Ciwasiat inhibiting factors are (1) Learners, and (2) the gallery administrator.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bale Seni Ciwasiat ... 8

B. Pengelolaan Manajemen ... 10

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 24

C. Pengumpulan Data Instrumen Penelitian ... 25

(7)

vii

3. Struktur Organisasi Bale Seni Ciwasiat ... 40

4. Manajemen Bale Seni Ciwasiat ... 42

a. Perencanaan ... 42

b. Pengorganisasian ... 44

c. Penggerakkan ... 54

d. Pengawasan ... 55

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Bale Seni Ciwasiat a. Faktor Pendukung Pengelolaan Bale Seni Ciwasiat ... 55

b. Faktor Penghambat Pengelolaan Bale Seni Ciwasiat ... 58

B. PEMBAHASAN 1. Manajemen Bale Seni Ciwasiat ... 59

a. Perencanaan ... 59

b. Pengorganisasian ... 60

c. Penggerakkan ... 63

d. Pengawasan ... 63

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 64

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kesenian merupakan karya seni yang diciptakan bukan hanya dinikmati

oleh golongan seniman itu sendiri, akan tetapi untuk dinikmati oleh masyarakat

luas sebagai apresiator. Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide atau

gagasan dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estesis,

sehingga dengan inilah manusia didorong untuk menciptakan suatu kesenian yang

beraneka ragam, agar di suatu daerah mempunyai ciri khas kesenian

masing-masing (Suryatrin, 2013.hlm.1). Lebih lanjut Kasmahidayat dalam Suryatrin

(2013.hlm.1) mengemukakan bahwa :

Kesenian dalam hidup manusia merupakan ciri khas sesuatu daerah dimana dengan berkesenian orang dapat mengenal kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai adat istiadat yang berlaku pada daerah tersebut. Keanekaragaman kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah merupakan aset dan kebanggaan dari masyarakat pendukungnya serta menjadi ciri khas daerah tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian itu.

Pada bidang seni tari terdapat seni tradisional yang bernafaskan

kedaerahan dan memerlukan perhatian serta kebijaksanaan pengelolaannya.

Pengelolaan dalam bentuk pembelajaran tari diterapkan, baik di lembaga formal

(sekolah) atau lembaga nonformal (sanggar).

Berbagai hal yang bisa dikategorikan pendidikan nonformal misalnya

pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk

mengasah kemampuan motorik ataupun psikomotornya. Pada dasarnya didalam

kursus teori atau praktik, bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

kompetensi atau kemampuan peserta didik.

Pendidikan nonformal adalah proses belajar terjadi secara terorganisasikan

di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah

(9)

dimaksudkan untuk melayani sasaran peserta didik tertentu dan belajarnya

tertentu pula (Marzuki, Saleh. 2009.hlm.137).

Pendidikan nonformal dalam proses pembelajaran kesenian, antara lain

dapat dilakukan melaui wadah-wadah organisiasi, misalnya padepokan, sanggar

ataupun lingkung seni. Dengan demikian usaha pelestarian kesenian dapat

dilakukan salah satunya dengan menjaga pelestarian dalam sebuah wadah yang

berbentuk sanggar dengan konsisten tanpa adanya perubahan atau pun kejenuhan

dari hal yang dapat menghilangkan atau menghapus dari unsur kebudayaan.

Sanggar merupakan lembaga pendidikan luar sekolah yang menunjang

kegiatan kesenian, karena sanggar adalah salah satu wadah untuk

mengembangkan bakat dan minat seseorang dalam berkreasi (Rohayati,

1998.hlm.2).

Eksistensi suatu sanggar atau padepokan seni tidak terlepas dari kegiatan

pengelolaan atau manajemen dari masing-masing sanggar atau padepokan

tersebut. Menurut Hersey dan Blanchard (Sudjana, 2000.hlm.60) dijelaskan

bahwa “Management as working with and though individuals and groups to

accomplish organizational goals” (pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui seseorang serta kelompok dengan maksud untuk

mencapai tujuan organisasi).

Penyelenggaran suatu sanggar dibutuhkan beberapa unsur sebagai suatu

sistem pengelolaan yang bersumber pada potensi yang ada berupa men, money,

methods, material, machines, dan market. Unsur-unsur tersebut berfungsi untuk

melaksanakan kegiatan yang meliputi, perencanaan, pengorganisasian,

pengaturan, dan penegembangan sampai pada tingkat evaluasi program (Astuti,

2009.hlm.2). Serangkaian kegiatan tersebut dikenal dengan istilah manajemen.

Menurut Sudjana (2004.hlm.17) mengemukakan sebagai berikut.

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur, dan mendayagunakan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dalam perkembangannya tidak

(10)

penghambat dalam pelaksanaannya, baik berupa sarana prasarana penunjang,

maupun kurangnya dukungan dari masyarakat atau lembaga dan instansi terkait.

Oleh karena itu dalam pengelolaan sanggar atau padepokan seni pun

membutuhkan manajemen untuk mengatur semua kegiatan terhadap

keberlangsungan dan pengembangannya, meliputi; unsur kegiatan administratif,

pengprograman, sumber daya manusia, produksi dan pemasaran.

Berdasarkan temuan awal peneliti terkait data sanggar yang ada di

Kabupaten Pandeglang diperoleh data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Pandeglang yang terdaftar dan tercatat “ berjumlah 163 sanggar seni

yang berlatar belakang seni budaya, sedangkan sanggar yang berorientasi seni

pengembangan, seperti sanggar orgen tunggal sebanyak 24 sanggar”. Dari

sejumlah sanggar tersebut salah satu sanggar yang cukup menarik peneliti untuk

dijadikan sebagai subjek penelitian yakni sanggar Bale Seni Ciwasiat.

Bale Seni Ciwasiat adalah kelompok yang bergerak dalam bidang seni

pertunjukkan, bersumber dari tradisi budaya masyarakat Banten. Anggota dan

pengurusdi dalamnya berlatar belakang dunia seni pertunjukkan tradisional, baik

akademisi maupun autodidak (seniman tradisional). Kelompok ini terbentuk

karena keinginan yang sama untuk melestarikan seni budaya Pandeglang-Banten

melalui kelompok yang profesional, dengan motto “ Mengubah Tradisi Menjadi

Seni Pertunjukkan”.

Bale Seni Ciwasiat selalu menjaga eksistensinya dalam ranah kesenian,

baik dari segi pertunjukan maupun pengelolaannya. Bale Seni Ciwasiat mulai

eksis setelah 3 tahun berdiri, yaitu sekitar pada tahun 2008 sampai sekarang.

Sanggar ini sering tampil di masyarakat bahkan sering dipercaya untuk ikut serta

mendukung, melatih atau tampil dalam kegiatan yang diadakan oleh pemerintah.

Bale Seni Ciwasiat juga telah menghasilkan peserta didik yang mampu bersaing

dengan sanggar-sanggar lainnya di daerah Kabupaten Pandeglang.

Bale Seni Ciwasiat juga merupakan salah satu sanggar cukup populer di

tengah-tengah masyarakat penanggapnya. Hal ini, sering tampil di masyarakat,

baik pada acara pernikahan maupun acara yang diadakan oleh pemerintah.

Rohaendi selaku pimpinan Bale Seni Ciwasiat mengemukakan bahwa

(11)

sebuah sanggar kesenian tersebut tampil di tengah-tengah masyarakat”. Setiap

perayaan-perayaan besar Kabupaten Pandeglang atau perayaan besar daerah

provinsi Banten, Bale Seni Ciwasiat tidak pernah absen untuk menampilkan

pertunjukan mereka.

Pimpinan sekaligus pendiri sanggar Rohaendi berasal dari Subang, bukan

penduduk aseli Pandeglang atau Ciwasiat. Awal mula Rohaendi pindah ke

Pandeglang yaitu karena pengangkatan PNS di Pandeglang yaitu pengangkatan

sebagai guru di SMP Negeri Karang Tanjung. Dengan ilmu, kemampuan seni, dan

kecintaanya pada seni Rohaendi mampu mendirikan sanggar dan ikut

melestarikan seni yang ada di Pandeglang, dengan pendekatan yang hangat

kepada masyarakat sekitar, dan menerapkan ilmu yang dimilikinya kepada

masyarakat.

Kelebihan Bale Seni Ciwasiat dengan sanggar lainnya yaitu Bale Seni

Ciwasiat menekankan pada seni yang kreativitas, misalnya dari seni

pertunjukannya dikemas secara modern, dari segi busana, aksesoris sehingga

menampilkan seni yang kreatif dan modern, sesuai dengan tujuan visi dari Bale

Seni Ciwasiat sendiri yaitu Seni Tradisi Lestari dan Digemari tetapi tetap ingin

melestarikan seni budaya Banten.

Bale Seni Ciwasiat juga sebagai mitra pemerintah, yaitu membantu

acara-acara pemerintahan, memberikan masukan dalam acara-acara seni yang diadakan

pemerintah. Sehingga dengan cara seperti ini Bale Seni Ciwasiat selain

menjalankan peraturan sebagai sanggar legal yang diakui oleh pemerintah, Bale

Seni Ciwasiat melakukan perannya ikut serta dan membantu dalam acara

pemerintah. Sehingga dengan seperti ini Bale Seni Ciwasiat dapat dipercaya oleh

lembaga pemerintahan dan membuat Bale Seni Ciwasiat dikenal lebih luas lagi

oleh instansi pemerintah.

Bale Seni Ciwasiat ini juga tidak hanya bergerak atau mengajarkan dalam

bidang seni tari saja tetapi dalam bidang seni musik (karawitan), calung, wayang

golek, seni rupa (melukis, menggambar, kriya). Setiap anggotanyapun dituntut

untuk tidak hanya belajar atau hanya menguasai dalam bidang seni tari saja akan

tetapi dalam bisang seni lain. Hal menarik dalam setiap pertunjukannya

(12)

keluarga, sehingga antar anggota pengelola tidak bersifat kaku dalam proses

pengelolaannya dan dalam pembagian tugas dan peran masing-masing, sehingga

di sini peneliti memilih Bale Seni Ciwasiat Kabupaten Pandeglang Provinsi

Banten untuk dijadikan obyek penelitian dengan mengkangkat judul dan mencari

jawaban atas pertanyaan penelitian: Bagaimana Pengelolaan Seni di Bale Seni

Ciwasiat Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten?

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan judul penelitian serta latar belakang masalah yang diteliti, maka

peneliti sampaikan dalam rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten

berdasarkan fungsi manajemen?

2. Bagaimana pengorganisasian di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten

berdasarkan fungsi manajemen?

3. Bagaimana penggerakkan di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten

berdasarkan fungsi manajemen?

4. Bagaimana pengawasan di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten

berdasarkan fungsi manajemen?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, tentunya penelitian ini memiliki

tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penilian mencakup dua aspek,

yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum untuk memperoleh informasi dan mengungkap mengenai

sistem pengelolaan seni di Bale Seni Ciwasiat Kabupaten Pandeglang Provinsi

Banten.

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan seni dilihat dari

perencanaan berdasarkan fungsi managemen di Bale Seni Ciwasiat Kabupaten

(13)

b. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan seni dilihat dari

pengorganisasian berdasarkan fungsi managemen di Bale Seni Ciwasiat

Kabupaten Pandeglang Banten.

c. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan seni dilihat dari

penggerakan berdasarkan fungsi managemen di Bale Seni Ciwasiat Kabupaten

Pandeglang Banten.

d. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan seni dilihat dari pengawasan

berdasarkan fungsi managemen di Bale Seni Ciwasiat Kabupaten Pandeglang

Banten.

D. Manfaat Penelitian

Kajian mengenai Pengelolaan Seni di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang

Banten diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak

langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut.

1. Dari Segi Teori

Secara umum peneliti ingin teori managemen dalam pengelolaan sanggar

dapat bermanfaat sebagai rekomendasi yang dapat dijadikan rujukan dan bahan

acuan sumber, dalam pengetahuan tentang pengelolaan sanggar seni.

2. Dari Segi Praktik a. Peneliti

1) Menambah ilmu pengetahuan tentang manajemen pengelolaan sanggar

2) Menambah wawasan tentang kesenian yang terdapat di Provinsi Banten

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Untuk melengkapi referensi kepustakaan, menambah wawasan mengenai

manajemen pengelolaan sanggar, dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai

pengelolaan sanggar tentang managemen organisasinya bagi civitas akademik

(14)

c. Masyarakat

Sebagai upaya meningkatkan rasa bangga masyarakat Banten karena

dengan adanya Bale Seni Ciwasiat, salah satu upaya untuk melestarikan kesenian

daerah Banten yang merupakan aset daerah bagi masyarakat Provinsi Banten.

d. Lembaga Kebudayaan Banten

Sebagai sarana dokumentasi dan informasi mengenai keberadaan Bale

Seni Ciwasiat yang berada di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada struktur organisasi penulisan penelitian ini akan dipaparkan dengan

sistematika sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab satu, berisi pemaparan alasan yang membahas mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

struktur organisasi penelitian.

BAB II Kajian Pustaka

Pada Bab ini, peneliti memaparkan mengenai berbagai kajian kepustakaan

yang akan peneliti gunakan sebagai bahan acuan dalam proses penelitian, serta

mengkaji data pengamatan dari berbagai sumber.

BAB III Metode Penelitian

Pada Bab ini, metode penelitian yang peneliti lakukan terdiri atas, metode

penelitian yang digunakan, prosedur penelitian sampai tahap teknik validasi data

dan langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Pada Bab ini memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan hasil penelitian

atas jawaban rumusan masalah yang dikemukan berupa temuan data di lapangan

dan beberapa data terkait keberadaan sanggar yang diteliti.

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan atas tujuan

penelitian yang diharapkan bersumber data-data yang diperoleh di lapangan, dan

memberikan implikasi serta rekomendasi bagi pihak-pihak terkait sebagai bahan

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bale Seni Ciwasiat

Pada zaman yang semakin maju ini manusia berlomba-lomba dituntut

kreatif menciptakan atau mengasah kemampuan yang ada pada dirinya sendiri,

karena persaingan pada zaman yang semakin maju ini khususnya di bidang usaha

sangat ketat. Dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki manusia dapat

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Menciptakan lapangan pekerjaan tidak

hanya dalam bidang perdagangan saja, akan tetapi usaha membuka tempat

pelatihan atau sanggar dapat dilaksanakan. Pelatihan tersebut dapat mencakup

berbagai bidang diantaranya pelatihan seni tari, seni musik, seni kerajinan dan

seni teater. Dalam penelitian ini akan berfokus pada pelatihan sanggar seni Bale

Seni Ciwasiat, sanggar seni yang di dalamnya tidak hanya mempelajari seni tari

saja, akan tetapi ada musik, rupa/lukis, dan teater. Sebelum membahas Bale Seni

Ciwasiat, berikut pengertian sanggar dari beberapa ahli atau pendapat.

Pengertian „sanggar‟ di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat untuk kegiatan seni (KBBI, 2008.hlm.1261). Dengan kata lain, istilah

sanggar dapat diartikan sebagai sebuah tempat atau sarana yang digunakan oleh

suatu komunitas atau sekelompok orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari,

seni lukis, seni kerajinan atau seni peran. Kegiatan yang ada dalam sebuah

sanggar berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari

pembelajaran, penciptaan, hingga produksi. Semua proses hampir sebagian besar

dilakukan di dalam sanggar (Gusti, 2008.artikel).

Menurut (Rusliana, 1990.hlm.13), sanggar adalah wadah kegiatan dalam

membantu dan menunjang keberhasilan dan penguasaan dalam bidang

pengetahuan dan keterampilan.

Sanggar seni adalah tempat atau wadah bagi manusia melakukan atau

mempelajari suatu kesenian yang bertujuan untuk selalu menjaga kelestariannya

di masyarakat. Dalam sanggar seni kita dapat mempelajari berbagai tarian, musik,

(16)

Sanggar tari merupakan sebuah wadah bagi siapa saja untuk menuangkan

ekspresinya, dalam hal seni yang diatur oleh sebuah sistem manajemen dari

sanggar tari yang diikuti. Eksistensi sanggar sangat didukung oleh sistem

manajemen dari sebuah sanggar tari.

Sanggar tari merupakan wadah untuk melakukan berbagai aktivitas seni

tari bersama dengan para anggotanya, didalamnya meliputi kegiatan belajar

mengajar tari, berkarya seni dan bertukar pikiran mengenai segala hal yang

berhubungan dengan karya seni. Keberadaan sanggar tari salah satunya adalah

untuk tetap mempertahankan tari-tari tradisi maupun tari klasik di samping

mengembangkan bentuk-bentuk tari modern, tari kontemporer maupun tari kreasi

baru. Masuknya budaya asing dapat dibendung dengan penanaman kecintaan pada

kebudayaan milik bangsa, salah satunya dengan melakukan kegiatan berkesenian

(Sakti, 2005.hlm.13).

Menurut Sedyawati, (1984.hlm.56), sanggar tari merupakan kegiatan yang

berpangkal pada kekelompokkan. Sanggar tari lebih cenderung sebagai persiapan

kegiatan professional, sehingga ada sasaran pementasan di dalam kegiatannya.

Sanggar tari adalah suatu organisasi kesenian sebagai wadah atau tempat kegiatan

latihan tari bagi masyarakat (Soedarsono, 1999.hlm.20).

Berikut gambaran sedikit mengenai Bale Seni Ciwasiat. Bale Seni

Ciwasiat adalah sanggar seni yang berada di kabupaten Pandeglang, sanggar

keluarga ini dipimpin oleh seniman yang bernama Rohaendi, memiliki ciri khas

tersendiri dari sanggar yang lain, kedisiplinan pada anggotanyapun sangat ketat,

dari segi pertunjukan sudah menjadi sanggar yang diperhitungkan di daerah

Banten, bahkan di luar negeri, karena sanggar ini pernah beberapa kali

dipertunjukan di luar negeri. Kelebihan dari Bale Seni Ciwasiat ini juga tidak

hanya bergerak atau mengajarkan dalam bidang seni tari saja tetapi dalam bidang

seni musik (karawitan), calung, wayang golek, seni rupa (melukis, menggambar,

kriya). Dan setiap anggotanyapun dituntut untuk tidak hanya belajar atau hanya

menguasai dalam bidang seni tari saja akan tetapi dalam bisang seni lain tersebut,

yang menarik lagi dalam setiap pertunjukannya mempunyai alur cerita mengenai

Banten, karena Bale Seni Ciwasiat merupakan sanggar keluarga, sehingga antar

(17)

perannya masing-masing, sehingga disini peneliti memilih Bale Seni Ciwasiat

Pandeglang Banten yang menjadi obyek penelitian.

B. Pengelolaan Manajemen

Keberhasilan suatu organisasi atau usaha membutuhkan manajemen,

karena manajemen sangat penting untuk mengatur jalannya suatu kegiatan dalam

suatu usaha. Berikut merupakan pengertian manajemen menurut beberapa ahli

diantaranya menurut (Astuti, 2009.hlm.10) manajemen adalah ilmu dan seni yang

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. (Hasibuan, 1996.hlm.2) mengemukakan bahwa “manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jhon f. Mee (dalam Astuti, 2009.hlm.10)

manajemen merupakan seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha

yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal

baik bagi para pemimpin maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang

sebaik mungkin kepada masyarakat.

Adapun menurut (Saragih, 1982.hlm.37) mengemukakan bahwa “manajemen merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang tersedia dalam organisasi dengan sebaik mungkin”.

Bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan menemukan istilah

manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu yang pertama manajemen sebagai

suatu proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan

aktivitas manajemen dan ketiga sebagai suatu seni atau sebagai suatu ilmu

(Manullang, 2001.hlm.3).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan

manajemen merupakan suatu usaha dalam pemanfaatan sumberdaya manusia dan

sumberdaya lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan meningkatkan

kesejahteraan dan kebahagiaan bagi pemimpin atau para pekerja serta

memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat secara efektif

(18)

Tujuan pokok dari manajemen adalah agar sebuah usaha dapat dijalankan

dengan efisien atau untuk mendapatkan suatu cara bagaimana sebaik-baiknya

yang harus dilakukan dalam sebuah usaha agar dengan menggunakan unsur-unsur

sebagai sumber daya yang ada, sehingga dapat diperoleh hasil yang

sebesar-besarnya. (Darsono, 2011.hlm.24).

Walaupun Bale Seni Ciwasiat memegang prinsip kekeluargaan, bukan

berarti Bale Seni Ciwasiat tidak mempunyai manajemen yang baik, tetapi sanggar

Bale Seni Ciwasiat juga mempunyai manajemen dalam pengelolaannya,

manajemen ini bertujuan supaya pencapaian target secara efektif dan efisien.

Supaya manajemen mencapai tujuan sebaik-baiknya, dibutuhkan adanya

unsur-unsur sarana dalam terlaksananya kegiatan manajemen. Unsur-unsur

manajemen tersebut meliputi: (1). Men, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga

kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksana. (2). Money, uang

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (3). Methods, yaitu

cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. (4). Materials, yaitu

bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. (5). Machines, yaitu

mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan. (6).

Markets, yaitu pasar untuk menjual barang-barang dan jasa yang dihasilkan

(menurut Hasibuan, 2001.hlm.20).

Adapun unsur-unsur manajemen menurut menurut penjelasan (Manullang,

2001:5), sebagai berikut.

1. Manusia (Men)

Sarana penting atau sarana utama dari setiap manajer untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan adalah manusia. Berbagai macam aktivitas yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan aktivitas itu dapat ditinjau dari sudut

proses, seperti planning, organizing, staffing, directing, dan controlling, dapat

pula ditinjau dari sudut bidang seperti penjualan, produksi keuangan, personalia

dan sebagainya. Untuk melakukan berbagai aktivitas tersebut diperlukan manusia.

Tanpa adanya manusia, manajer tidak akan mungkin mencapai tujuannya. Harus

(19)

2. Uang (Money)

Untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau

gaji orang-orang yang membuat rencana, mengadakan pengawasan, bekerja dalam

proses produksi, membeli bahan-bahan, peralatan-peralatan, dan lain sebagainya.

Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan agar tujuan yang ingin dicapai

bila dinilai dengan uang, lebih besar dari uang yang digunakan untuk mencapai

tujuan tersebut. Kegagalan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak

ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam menggunakan

uang.

3. Bahan-bahan (Materials)

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan bahan-bahan

(materials), karenanya dianggap pula sebagai alat atau sarana manajemen untuk

mencapai tujuan. Demikian pula dalam proses pelaksanaan kegiatan, terlebih

dalam kemajuan teknologi dewasa ini, manusia bukan lagi sebagai pembantu bagi

mesin seperti pada masa sebelum revolusi industri, malahan sebaliknya mesin

telah berubah kedudukannya sebagai pembantu manusia.

4. Metode (Methods)

Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil

guna, manusia dihadapkan kepada berbagai alternatif (metode) atau cara

melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, metode atau cara dianggap pula sebagai

sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan. Misalnnya, ceramah

bervariasi, metode kasus, metode insiden, games, dan role playing.

Masing-masing metode itu tentu berbeda daya guna dan hasil gunanya untuk mencapai

suatu tujuan pendidikan tertentu.

5. Mesin-mesin (Machines)

Dalam dunia usaha dewasa ini perhatikan terhadap mesin-mesin semakin

meningkat terutama karena kemajuan teknologi dan persaingan untuk menguasai

pasar. Usaha penggunaan mesin-mesin pada dasarnya dilakukan untuk mencapai

efisien dan untuk mempermudah, memperlancar, dan mempercepat proses kerja

dan membawa banyak keuntungan bagi manusia di dalam dunia usaha.

Mesin-mesin dapat berupa mesin-mesin usaha sederhana seperti : mesin

(20)

besar : pabrik-pabrik untuk menghasilkan barang-barang industri berat. Dalam

dunia manajemen pertunjukan penggunaan mesin-mesin tidak terlalu dominan.

Sekalipun demikian tidak berarti dunia pertunjukan belum berkenalan dengan

dunia mesin teknologi maju. Mesin ketik dan mesin hitung adalah alat-alat yang

dibutuhkan hampir dalam setiap usaha niaga. Sementara untuk usaha-usaha

pertunjukan besar, mesin cetak, mesin stensil, mesin-mesin sejenis lainnya

merupakan kebutuhan besar.

6. Pasar (Market)

Bagi badan yang bergerak di bidang industri, maka sarana manajemen

penting lainnya adalah pasar (markets). Tanpa adanya pasar bagi hasil produksi,

jelas tujuan perusahaan industri tidak mungkin akan tercapai. Salah satu masalah

pokok bagi perusahaan industri adalah minimal mempertahankan pasar yang

sudah ada, bila mungkin berusaha mencari pasar baru bagi hasil produksinya.

Unsur-unsur manajemen yang diatur dalam organisasi kesenian yang

mengarah pada seni pertunjukkan memiliki perbedaan dengan unsur-unsur yang

dimaksud adalah men (memfungsikan orang-orang secara efisien dan efektif),

programming (pola perencanaan, termasuk skala prioritas terhadap

tindakan-tindakan), financing (modal yang dimiliki dan menyusun anggaran biaya), dan

marketing (pemasaran atau distribusi, termasuk publisitasnya). (Jazuli,

200.hlm.43).

Dalam manajemen terdapat pula fungsi dari sebuah manajemen. Berikut

beberapa fungsi manajemen yang diajukan oleh Terry (Murgiyanto, 1985.hlm.41)

yang meliputi 4 fungsi, yakni sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai penentuan

serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Tetapi

biasanya secara lebih detail perencanaan dirumuskan sebagai penetapan atau

penyusunan langkah-langkah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut

: apa yang harus dicapai, bilamana hal tersebut harus dicapai, dimana hal itu

harus dicapai, bagaimana hal tersebut harus dicapai, siapa yang bertanggung

(21)

Ada enam pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang perencanaan

dikenal sebagai 5 W + 1 H yaitu.

a. What (Apa)

Apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai suatu

sasaran kita harus melakukan tindakan apa saja, harus ada penjelasan maupun

perinciannya. Kemudian faktor apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan dan

melancarkan kegiatan-kegiatan tersebut?

b. Why (Kenapa)

Mengapa hal tersebut dijadikan sasaran, mengapa harus memberikan

penjelasan, mengapa harus mengerjakan dan mengapa harus mencapai tujuan?

c. Where (Dimana)

Dimana melakukan tempat pemilihan perusahaan? Harus dijelaskan

alasannya memilih tempat itu sesuai dengan dasar pertimbangan ekonomis,

fasilitas yang ada untuk melakukan yang ada.

d. When (Kapan)

Kapan akan melakukan? Harus diberikan alasan mengenai waktu

dimulainya suatu pekerjaan, baik untuk setiap bagian pekerjaan maupun para

pekerja dan personalia standar waktu untuk memilih pekerjaan-pekerjaan tersebut.

e. Who (Siapa)

Siapa yang akan melakukannya? Kemungkinan pemilihan, penempatan,

menetapkan persyaratan dan jumlah personalia yang akan bekerja serta luasnya

wewenang setiap pejabat.

f. How (Bagaimana)

Bagaimana cara melakukannya? Harus diberikan penjelasannya mengenai

cara ataupun teknik-teknik untuk mengerjakannya.

Apabila perencanaan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok

tersebut berdasarkan keterangan-keterangan, fakta-fakta maupun data-data, maka

pembuatan rencana dapat dipertanggungjawabkan. Dari pertanyaan tersebut, dua

masalah tersebut adalah “What” yang mempersoalkan tujuan yang hendak dicapai

dan „How” yaitu bagaimana metode atau cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Setelah kedua pertanyaan ini terjawab, barulah diteruskan dengan

(22)

2. Pengorganisasian (Organizing)

Organisasi berasal dari bahasa Yunani organon atau dalam bahasa Latin

organum yang artinya alat, bagian atau anggota badan. Dari berbagai macam

batasan organisasi dapat diartikan adanya dua pengertian dasar. Pertama rumusan

(Mooney, 1985.hlm.48) menyatakan organisasi sebagai perserikatan manusia

untuk mencapai tujuan bersama dan kedua batasan Barnard yang menyebutkan

organisasi sebagai sistem dari usaha-usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih.

Dengan organizing dimaksud mengelompokkan kegiatan yang diperlukan,

yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit

yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan

antara masing-masing unit tersebut.

Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai

keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta

penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan

tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Menurut Setyobudi (2000.hlm.10) organisasi yang baik hendaknya

memiliki persyaratan sebagai berikut.

a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)

Anggaran dasar merupakan ketentuan tertulis organisasi yang memuat

antara lain nama, dasar dan tujuan organisasi. Anggaran rumah tangga berisi

tentang keanggotaan, kepengurusan serta kewajiban dan hak.

b. Susunan Pengurus

Pengurus adalah orang-orang yang duduk di dalam organisasi. Merekalah

yang akan melaksanakan program kerja organisasi.

c. Program Kerja

Program kerja memberikan arah bagi pekerja pengurus.

d. Kegiatan

(23)

3. Penggerakan (Actuating)

Fungsi penggerakan di dalam suatu organisasi adalah usaha atau tindakan

dari pimpinan dalam rangka menimbulkan kemauan membuat bawahan tahu

pekerjaannya, sehingga dengan sadar menjalankan tugasnya sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penggerakan berkaitan erat dengan manusia sebagai pelaku. Pelaksanaan

unsur manajemen ini terkadang menemui hambatan, hal ini disebabkan manusia

memiliki sifat, perilaku dan tingkat emosi yang berbeda antara satu dengan

lainnya. Untuk itu peranan seorang manajer sebagai pimpinan perlu membina

hubungan baik dengan bawahannya sebagai pelaksana serta memberikan motivasi

dan bimbingan agar dapat membantu kelancaran pemenuhan kewajiban dan

pelaksanaan tugas masing-masing secara efektif dan efisien dengan kesadaran

penuh.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi,

sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke arah yang benar dengan

maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.

Pengawasan juga merupakan fungsi dan tugas dari pimpinan untuk

mencocokan pencapaian program atau rencana telah ditetapkan dan dilaksanakan.

Dengan pengawasan akan diketahui adanya kekurangan, hambatan-hambatan,

kelemahan, kesalahan dan kegagalan, kemudian dicari jalan mengatasinya.

Berikut tujuan pengawasan :

a. Mengetahui apakah segala pekerjaan berjalan lancar dan efisien sesuai

dengan rencana, petunjuk, dan perintah yang diberikan, yang meliputi :

bidang-bidang penggunaan budged, mutu maupun jumlah hasil pekerjaan,

bahan (material), waktu dan tenaga.

b. Mencari jalan keluar untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan

kegagalan serta mencegah terjadinya hal yang sama.

Terkadang fungsi pengawasan sering disalahartikan sebagai pekerjaan

untuk mencari kesalahan, sehingga petugas pengawasan sering tidak mendapatkan

(24)

yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar pekerjaan dilakukan

sesuai dengan rencana.

Berbagai kemungkinan masalah yang biasanya ditemui di dalam

pengawasan ini antara lain sebagai berikut.

1) Kurang matangnya perencanaan yang meliputi : biaya, waktu dan jumlah

serta penempatan tenaga kerja.

2) Pembagian kerja dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta

penempatan petugas yang kurang tepat.

3) Terjadinya penghamburan penggunaan waktu, biaya, bahan-bahan dan tenaga

kerja karena penggerakan kurang baik.

4) Pembimbing yang kurang terarah kepada sasaran.

Pengawasan harus dilakukan baik pada tingkat administratif maupun pada

tingkatan pelaksanaan operasional. Pengawasan administratif dilakukan dalam

rangka tujuan organisasi dan kebijakan, mengenai sikap, kelakuan dan cara

berfikir, sedangkan pengawasan operasional dilakukan terhadap kegiatan atau cara

bekerja.

Sebuah sistem manajemen yang baik dan pengelolaan secara terpadu

dibutuhkan fungsi-fungsi manajemen yang membentuk manajemen sebagai salah

satu proses dinamis agar tercapainya tujuan yang diharapkan dan tercipta suatu

tata kerja yang baik dan harmonis. Keberhasilan suatu sanggar tari tidak hanya

dilihat dari teknik pementasan tarinya saja tetapi juga manajemennya. Seperti

yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas.

Agar memperoleh hasil yang efektif dan efisien di dalam sanggar Bale Seni

Ciwasiat juga memerlukan pengurus dan pelatih yang telaten, sehingga

manajemen sanggar tari berjalan lancar dan sanggar dapat bertahan serta

berkembang lebih maju.

Untuk pembagian kerja menjamin keberhasilan sebuah usaha, maka

manajemen harus dilaksanakan dalil-dalil umum manajemen atau yang lebih

dikenal dengan prinsip-prinsip manajemen. Fayol (Murgiyanto, 1985.hlm.36-37),

salah satu tokoh ilmu manajemen mengajukan adanya prinsip manajemen yang

(25)

1. Prinsip Pembagian Kerja

Bila ada usaha berkembang, maka bertambah pulalah bidang-bidang

pekerjaan yang harus ditangani. Maka pembagian kerja diantara semua orang

yang bekerja sama dalam suatu usaha tersebut menjadi sangat penting. Di

samping pembagian kerja antara atasan dan bawahan (orang yang memimpin dan

yang dipimpin). Dalam pembagian kerja perlu diperhatikan penempatan

orang-orang yang sesuai dengan keahlian, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya.

Tujuan pembagian kerja adalah agar usaha yang sama dapat diperoleh hasil kerja

yang terbaik. Pembagian kerja dapat membantu pemusatan tujuan, disamping itu

juga merupakan alat terbaik untuk memanfaatkan individu-individu dan kelompok

orang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.

2. Prinsip Wewenang dan Tanggung Jawab

Setiap orang yang telah diserahi dalam suatu bidang pekerjaan tertentu

dengan sendirinya memiliki wewenang untuk membantu memperlancarkan

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Akan tetapi sebaliknya, semua

wewenang tentu harus disertai tanggung jawab terhadap atasan atau terhadap

tujuan yang hendak dicapai. Antara wewenang dan tanggung jawab harus

seimbang, sehingga setiap orang dapat memberikan tanggung jawab sesuai

dengan wewenang yang diberikan kepadanya.

Wewenang adalah hak memberikan perintah-perintah dan kekuasaan

meminta kepatuhan dari yang diperintah. Ada dua jenis wewenang, pertama

wewenang dan kekuasaan pribadi yang bersumber kepada kepandaian,

pengalaman, nilai moral, kesanggupan memimpin dan lain sebagainya, kedua

wewenang resmi yang diterima dari instansi yang lebih tinggi. Wewenang resmi

yang diperoleh dari atasan tidak akan mendukung tugas-tugas seseorang, jika

tidak diimbangi dengan wewenang pribadi di atas.

Tanggung jawab adalah tugas-tugas dan fungsi-fungsi atau kewajiban yang

harus dilakukan oleh seorang petugas. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawab ini kepadanya harus diberikan wewenang, agar kepatuhan dapat diberikan

oleh bawahan dan sangsi dapat diberikan kepada bawahan yang tidak memberikan

(26)

3. Prinsip Tertib dan Disiplin

Sebuah usaha yang dilakukan dengan tertib dan disiplin akan dapat

meningkatkan kualitas dan peningkatan kualitas kerja akan menaikan pula mutu

hasil kerja sebuah usaha. Hakekat dari kepatuhan adalah disiplin, yakni

melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pemimpin dan petugas atau

para pekerja, baik persetujuan yang tertulis, lisan maupun yang berupa

peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan.

4. Prinsip Kesatuan Komando

Tindakan setiap petugas harus menerima perintah dari seorang atasan saja.

Bila tidak, berarti wewenang dikurangi, disiplin terancam, ketertiban terganggu,

dan stabilitas akan mengurangi ujian. Jika perintah datang dari satu sumber, maka

setiap orang juga akan tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai

dengan wewenang yang telah diberikan padanya.

5. Prinsip Semangat Kesatuan

Persatuan adalah kekuatan telah dipahami dan dilaksanakan sejak lama.

Hal ini harus dipahami oleh setiap anggota kelompok yang hendak melakukan

sebuah usaha bersama. Dengan kata lain, dalam sebuah usaha bersama, setiap

orang harus memiliki jiwa kesatuan : merasa senasib sepenanggungan, dari yang

paling atas sampai yang paling bawah. Sebab dengan adanya semangat kesatuan

yang teguh, maka setiap orang akan bekerja dengan senang dan memudahkan

timbulnya inisiatif dan prakarsa untuk memajukan usaha.

6. Prinsip Keadilan dan Kesatuan

Semangat kesatuan hanya dapat dibina jika prinsip keadilan dan kejujuran

diterapkan dengan baik, sehingga setiap orang dapat bekerja dengan

sungguh-sungguh dan setia. Keadilan dituntut misalnya dalam penempatan tenaga kerja

yang harus benar-benar dipertimbangkan berdasarkan pendidikan, pengalaman

dan keahlian seseorang. Kecuali keadilan itu juga dituntut misalnya dalam

pembagian pendapatan (upah), sesuai dengan berat ringannya pekerjaan dan

tanggung jawab seseorang. Kejujuran dituntut agar masing-masing orang bekerja

pertama-tama untuk kepentingan bersama dari usaha yang dilakukan, bukan

(27)

Supaya manajemen dapat dilaksanakan dengan baik, harus dapat

dikerahkan sebaik-baiknya faktor yang ada di dalam manajemen. Ada beberapa

faktor yang memungkinkan tumbuhnya seni pertunjukan dapat hidup dan

berkembang secara sehat dan dinamis di berbagai negara atau kota besar dunia.

Berikut faktor-faktor tersebut menurut (Hardjana, 1995.hlm.3).

a. Secara umum, tentu saja karena adanya masyarakat yang telah maju,

dimana aspek kemajuan pendidikan, budaya, dan tingkat kesejahteraan

sosial memberi peluang bagi terselenggaranya kegiatan seni sebagai

tuntutan kehidupan sehari-hari.

b. Kreativitas seni, sebagaimana ilmu pengetahuan, sebagai sebuah

kehendak yang tidak hanya dipakai sebagai alat kepentingan untuk

mencapai suatu sistem nilai kehidupan yang lebih tinggi.

c. Karena adanya orang-orang cakap yang dengan kesadaran dan

komitmennya yang tinggi mau bekerja dan memberikan perhatian

sebesar-besarnya bagi terwujudnya impian untuk suatu sistem nilai

kehidupan yang lebih tinggi.

d. Adanya sistem dan organisasi yang memadai sebagai mesin penggerak

untuk memperjuangkan tujuan yang hendak dicapai.

e. Tersedianya dana dan sarana yang mencukupi sebagai alat pencapai

tujuan.

Sesungguhnya hanya 3 (tiga) faktor terakhir itulah yang terutama sekali

berurusan dengan masalah “bisnis” seni pertunjukan, yaitu : orang, sistem,

organisasi, dana dan sarana. Dua hal yang pertama adalah sifat-sifat idealistik dari

sebuah impian atau cita-cita masyarakat berbudaya yang telah maju. Adapun

faktor-faktor yang ada di dalam manajemen menurut (Bastomi, 1996.hlm.50),

yaitu.

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam lingkup manajemen

Bale Seni Ciwasiat yang menjadi faktor utama, yang menentukan kinerja dari

(28)

a. Manusia (Man)

Manusia adalah orang-orang yang terlibat dalam manajemen sanggar tari

Bale Seni Ciwasiat secara langsung, diantaranya adalah: pelatih, pengurus, anak

didik, maupun masyarakat pendukungnya.

b. Cara (Methods)

Faktor yang menunjang kualitas dari hasil produksi, metode yang

mempromosikan hasil kerja atau karya kepada masyarakat harus berani

mempublikasikan pertunjukan yang menampilkan siswa-siswinya dalam

pementasan tari. Metode yang maksimal akan menentukan hasil produksi.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar sistem sanggar yang

berasal dari luar lingkup manajemen sanggar Bale Seni Ciwasiat. Tetapi

mempengaruhi kinerja dari manajemen sanggar Bale Seni Ciwasiat. Faktor

eksternal diantaranya.

a. Modal (Money)

Faktor yang menjelaskan betapa pentingnya modal. Uang dapat digunakan

sebagai awal melakukan kegiatan produksi dalam mempersiapkan suatu usaha.

Modal atau uang dapat dijadikan sebagai penunjang utama yang tidak dapat

digantikan oleh faktor lainnya.

b. Alat (Material)

Faktor yang sangat menentukan kualitas dari hasil karya tari di Bale Seni

Ciwasiat. Semakin bagus alat yang digunakan semakin bagus pula kualitas karya

tari yang dihasilkan oleh sanggar Bale Seni Ciwasiat, sehingga akan menunjang

hasil dari karyanya.

c. Pasar (Market)

Faktor yang menentukan arah distribusi dari hasil produksi yang dilakukan

oleh Bale Seni Ciwasiat. Faktor yang mencakup antara lain, minat konsumen

(interest), dan selera konsumen (taste) terhadap karya tari di sanggar Bale Seni

(29)

Dalam berjalannya dan berkembangnya Bale Seni Ciwasiat mempunyai

faktor pendukung dan penghambat dalam terlaksananya Bale Seni Ciwasiat, baik

(30)

METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Keberhasilan dalam suatu penelitian, tidak lepas dari pemilihan metode

penelitian. Untuk itu peneliti haruslah memilih metode penelitian yang tepat

sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Supaya tujuan dari penelitian tercapai.

Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Prof. Dr. Sugiyono,

2013.hlm.3).

Lebih lanjut, Sugiono mengemukakan dalam bukunya (Prof. Dr. Sugiyono,

2013:6) sebagai berikut.

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode

penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) ; disebut juga

sebagai metode ethnograpi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak

digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya ; disebut sebagai metode

kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif

(Sugiyono, 2013.hlm.14).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

(31)

bisa mengamati secermat mungkin mengenai aspek-aspek yang akan diteliti.

Sudarma dalam (Darsono, 2009.hlm.34) menjelaskan tentang penelitian dengan

menggunakan metode deskriptif sebagai berikut.

Metode deskriptif adalah salah satu metode penelitian kualitatif yang dalam mendapatkan informasi dan data yaitu dengan cara membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data atau informasi yang diteliti di dalam memahami atau mengenal sifat-sifat atau hubungan antara fenomena yang akan diteliti selanjutnya dijelaskan dan dianalisis berdasarkan pendekatan ilmu yang digunakan.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

ini cocok menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena

metode ini membedah berbagai persoalan yang sedang diteliti oleh peneliti

tentang Pengelolaan Seni di Bale Seni Ciwasiat Kabupaten Pandeglang Provinsi

Banten.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Partisipan

Partisipan dalam penelian ini, antara lain.

a. Rohaendi, Spd sebagai pimpinan sanggar,

b. Sendi Darma Prayitno, Amd sebagai narasumber Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Pandeglang,

c. Fikra Mardiana,Spd sebagai pengurus sanggar.

Wawancara terhadap pimpinan sanggar untuk mendapatkan informasi

mengenai pelaksanaan pengelolaan sanggar di Bale Seni Ciwasiat. Selain

pimpinan sanggar peneliti mengambil partisipan dalam penelitian ini yaitu kepada

Pelaksana Bidang Kebudayaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Pandeglang, untuk mendapatkan informasi mengenai sanggar-sanggar yang yang

terdaftar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pandeglang, dan peran Bale Seni

Ciwasiat dalam keikutsertaan dalam acara kegiatan daerah Pandeglang. Selain itu

(32)

pengelolaan sanggar yang terjadi di dalam Bale Seni Ciwasiat.

Adapun tempat penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten

untuk beberapa tujuan pokok memperoleh informasi mengenai berbagai hal

mengenai pengelolaan seni.

Penelitian mengambil lokasi di Bale Seni Ciwasiat yang berlokasi di Jalan

Ciwasiat Belakang BRI RT 01/12 Pandeglang Banten Indonesia 42213. Lokasi ini

dipilih karena Bale Seni Ciwasiat merupakan salah satu sanggar yang sudah

diperhitungkan di dalam daerah Pandeglang maupun luar daerah. Maka dari itu,

peneliti memilih Bale Seni Ciwasiat sebagai tempat dalam penelitian pengelolaan

seni.

C. Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Menurut

(Kartono dalam Astuti 2009.hlm.33) observasi adalah studi yang sengaja dan

sistematis tentang fenomena fisik dan sosial dengan jalan mengadakan

pengamatan. Sedangkan (Nasution dalam Sugiyono 2013.hlm.310) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan

berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil

(proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas”.

Observasi ini dilakukan ke dalam beberapa bagian, yaitu pada saat latihan

atau ketika kegiatan dan pada saat tidak berlangsungnya kegiatan apapun di

(33)

penelitian pada saat tidak ada kegiatan tersebut untuk kebutuhan data-data

mengenai Bale Seni Ciwasiat.

Jadwal yang peneliti susun untuk malakukan obsevasi yaitu 04 Maret 2015

dan 02 April 2015.

Pada tanggal 04 Maret 2015 peneliti observasi ke Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Pandeglang untuk memperoleh data mengenai sanggar yang tercatat

di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pandeglang dan peneliti ingin melakukan

observasi ke Bale Seni Ciwasiat dan wawancara kepada pimpinan sanggar

sekaligus memberikan surat izin penelitian kepada pimpinan sanggar, akan tetapi

observasi di Bale Seni Ciwasiat pada saat itu tidak terlaksana karena pada saat itu

pimpinan sanggar sibuk dan tidak mempunyai waktu yang sama dengan peneliti.

Observasi pada tanggal 02 april 2015, peneliti berkunjung ke kediaman

pimpinan Bale Seni Ciwasiat yaitu Rohaendi sekaligus ke lokasi sanggar yang

terletak tepat di belakang kediaman pribadi bapak Rohaendi. Observasi ini

dilakukan kira-kira pada jam 19:00 di kediaman Rohaendi, pada observasi ini,

peneliti melihat keadaan sanggar, mulai dari tempat latihan, kostum-kostum

tarian, alat-musik, hasil karya lukis peserta didik, piala dan piagam yang mereka

dapat, properti yang mereka punya, dan lain sebagainya dan wawancara langsung

kepada bapak Rohaendi selaku pimpinan sanggar mengenai Bale Seni Ciwasiat,

khususnya dalam pengelolaan sanggar tersebut, hampir 2 jam peneliti melihat

keadaan sanggar dan melihat-lihat keadaan sanggar tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti melakukan observasi

langsung dan tidak terstruktur untuk mendapatkan pengalaman secara langsung

sekaligus mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mengamati

objek penelitian di Bale Seni Ciwasiat Pandeglang Banten yang berkaitan dengan

tujuan memperoleh data mengenai pengelolaan sanggar.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara tanya jawab.

(34)

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih

mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada laporan-laporan

tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2013.hlm.317).

(Esterberg dalam Sugiyono, 2013.hlm.319) mengemukakan beberapa

macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak

terstruktur.

Wawancara pada penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dan

wawancara tidak struktur.

Pedoman wawancara terstruktur berisi pertanyaan-pertanyaan telah

disusun secara sistematik yang terkait pada penelitian yang akan diajukan kepada

narasumber. Hal ini dilakukan untuk lebih mengungkapkan dan mengetahui

secara mendalam mengenai pengelolaan sanggar tersebut.

Instrumen penelitian ini diawali dengan pengantar mengenai latar belakang

sejarah pembentukan Bale Seni Ciwasiat secara singkat. Ini bertujuan agar para

narasumber dapat menjelaskan secara jelas mengenai Bale Seni Ciwasiat dan

bagaimana pengelolaan sanggar tersebut.

Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,

2013.hlm.320).

Wawancara tak berstruktur pada penelitian ini berisi

pertanyaan-pertanyaan yang belum terungkap pada wawancara sebelumnya dan untuk

melengkapi data yang dibutuhkan, sehingga pada wawancara ini pertanyaan tidak

tersusun secara sistematis.

Wawancara ini ditujukan dalam beberapa narasumber yaitu kepada

pimpinan sanggar, mitra dalam (anggota sanggar), dan mitra luar (Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang).

Wawancara kepada pimpinan dilakukan untuk memperoleh data mengenai

(35)

kepada peserta didik dilakukan untuk memperoleh data apa yang dirasakan

peserta didik dalam pembelajaran yang mereka dapati dan mengenai kegiatan

yang terjadi di sanggar yang melibatkan anggota sanggar. Pedoman wawancara

kepada pengguna jasa sanggar dilakukan untuk memperoleh data apa yang mereka

rasakan setelah bekerjasama atau menggunakan jasa Bale Seni Ciwasiat.

Wawancara dilakukan pertama kali melalui media telephone untuk

mengetahui sedikit informasi mengenai Bale Seni Ciwasiat dengan menghubungi

langsung pimpinan sanggar tersebut yaitu Rohaendi, peneliti sering

berkomunikasi melalui media telephone untuk kebutuhan data penelitian, karena

jarak dan waktu pada saat itu belum memungkinkan untuk bertemu langsung dan

wawancara secara langsung. Setelah berkesempatan dan mempunyai waktu yang

tepat kemudian pada tanggal 02 april 2015 peneliti malakukan observasi ke

kediaman Rohaendi sekaligus ke sanggar tersebut untuk mewawancarai langsung

Rohaendi mengenai Bale Seni Ciwasiat dan data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur terhadap

narasumber tersebut, karena dalam prakteknya mestipun peneliti membawa

susunan pertanyaan akan tetapi ada saja hal yang tidak didapatkan dari hasil

wawancara tersebut dan pertanyaan-pertanyaan tidak mempunyai struktur

tertentu, tetapi tetap berpusat pada satu pokok. Untuk kebutuhan data yang belum

didapatkan peneliti dan pimpinan sanggar bersepakat untuk melalui via email atau

melalui via telephone, karena jarak yang jauh dan waktu yang terladang susah

disesuaikan antar peneliti dan narasumber.

Wawancara selanjutnya dilakukan kepada narasumber lain yaitu anggota

sanggar dan Pelaksana Bidang Kebudayaan dari Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Pandeglang untuk mendapatkan informasi mengenai

sanggar-sanggar yang yang terdaftar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Pandeglang dan peran Bale Seni Ciwasiat dalam keikutsertaan dalam acara

kegiatan daerah Pandeglang dan untuk memperoleh data kegiatan yang terjadi di

(36)

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013.hlm.329).

Melalui teknik ini peneliti berusaha mengumpulkan data dengan cara

mendokumentasikan segala gejala yang terjadi di lapangan dalam bentuk

dokumentasi foto. Teknik ini akan menjadi pendukung dari penelitian yang

dilakukan.

Pedoman dokumentasi ini akan berupa foto, video, perekam suara yang

nanti akan digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan, baik pada saat

melakukan wawancara dengan narasumber, atau pada saat melihat kegiatan atau

proses yang terjadi dalam sanggar itu sendiri.

Peneliti mendokumentasikan kejadian dalam bentuk foto pada saat

observasi di lapangan untuk melihat kondisi dan keadaan sanggar, dan

mendokumentasikan dalam bentuk foto pada saat melakukan wawancara dengan

beberapa narasumber. Peneliti juga mendokumentasikan dalam bentuk foto

piagam-piagam/piala-piala yang diperoleh sanggar, foto ruangan sanggar, foto

properti dan busana sanggar, kegiatan yang sedang berlangsung di sanggar,

foto-foto pada saat tampil, dan perekaman suara pada saat wawancara berlangsung

dengan beberapa narasumber.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka studi dokumentasi ini dirasa sangat

penting untuk memperkuat dari penelitian yang akan dilakukan.

D. Prosedur Penelitian

1. Pra pelaksanaan Penelitian a. Survei

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan

laporan skripsi ini adalah survei tempat, meninjau langsung lokasi penelitian

yakni Bale Seni Ciwasiat yang bertempat di Jalan Ciwasiat Belakang BRI RT

(37)

Setelah survei tempat dilakukan, selanjutnya menentukan judul penelitian

yang sesuai dengan topik dan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan.

Dari beberapa judul penelitian yang diajukan, maka judul yang disetujui oleh

dewan skripsi adalah :

“PENGELOLAAN SENI DI BALE SENI CIWASIAT KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN ”.

c. Pembuatan Proposal

Setelah judul topik disetujui oleh dewan skripsi, langkah selanjutnya

menyusun proposal untuk mempersiapkan sidang proposal. Kegiatan ini

dilakukan bimbingan langsung dengan pembimbing I dan pembimbing II.

d. Menyelesaikan Administrasi Penelitian

Persiapan lainnya sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk memulai

melakukan penelitian adalah menyelesaikan masalah administrasi yang

berhubungan erat dengan surat perizinan. Surat permohonan ijin penelitian dari

Rektor UPI yang melalui proses terlebih dahulu dari urusan Fakultas Pendidikan

Seni dan Desain (FPSD) UPI.

e. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Bertolak pada pertanyaan penelitian, dapat ditentukan jenis data apa yang

diperlukan. Berdasarkan jenis data tersebut disiapkan instrumen yang dapat

mendukung pengumpulan secara objektif, valid, dan realibel.

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti mengikuti prosedur sebagai berikut.

a. Mengumpulkan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang diperlukan dalam

menyusun laporan. Data tersebut haruslah data yang valid dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

b. Pengolahan Data

Untuk menguji kebenaran informasi data, dilakukan pengolahan data yang

(38)

kemudian disusun secara sistematis untuk dijadikan bahan laporan.

c. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah kegiatan akhir dari penulisan laporan, data

yang telah disusun dari pengolahan data, hasilnya kemudian disusun menjadi bab

demi bab yang tertuang dalam kerangka tulisan sebagai laporan penelitian.

Kegiatan selanjutnya adalah membuat kesimpulan berdasarkan dari hasil

keseluruhan pengelolaan laporan dari bab I sampai bab V.

f. Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan langkah akhir dari penelitian, yaitu menyusun

laporan. Laporan penelitian disusun setelah dilakukan pengolahan dan analisis

terhadap data yang telah berhasil dihimpun.

3. Definisi Operasional a. Pengelolaan Seni

Pengelolaan atau manajemen merupakan suatu usaha untuk mencapai

tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang tersedia dalam

organisasi dengan sebaik mungkin (Saragih, 1982.hlm.37).

Kata manajemen sendiri yang dalam bahasa Inggris ditulis “management”, (dan kata kerja to manage) berasal dari bahasa Latin Managiare atau dalam bahasa

Itali Maneggio yang artinya mengurusi, mengendalikan, atau menangani sesuatu.

(Darmodihardjo, 1985.hlm.21).

Seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah segala perbuatan manusia yang

timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan

manusia.

Menurut kamus besar bahasa Indonesi, seni mempunyai pengertian.

1) Halus, kecil dan halus, tipis dan halus, lembur dan enak didengar, mungil dan

elok;

2) Keahlian membuat karya yang bermutu;

3) Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
Gambar 4.2  Gedung Bale Seni Ciwasiat
Gambar 4.4 Kegiatan Pelatihan tari di Bale Seni Ciwasiat
Tabel 4.1 Materi Tari dan Pembagian Kelas  di Bale Seni Ciwasiat.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. © Anisa Puji

Di mana kajian nilai- nilai seni rupa modern Islam Indonesia yang dimulai pada tahun 1970, sampai dilaksanakannya kegiatan Festival Istiqlal 1991 dan 1995 ternyata

peserta didik di Sekolah Dasar pada dasarnya memang jarang diberikan materi yang berkaiatan dengan seni musik, biasanya pelatihan seni musik diberikan di luar jam pelajaran misal pada