SENI DZIKIR SAMAN DI DESA CIANDUR KECAMATAN SAKETI KABUPATEN PANDEGLANG-BANTEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ATRIN SURYATIN 0900171
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur
Kecamatan Saketi Kabupaten
Pandeglang-Banten
Oleh Atrin Suryatin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Atrin Suryatin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. LEMBAR PENGESAHAN
ATRIN SURYATIN 0900171
SENI DZIKIR SAMAN
DI DESA CIANDUR KECAMATAN SAKETI KABUPATEN PANDEGLANG-BANTEN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. NIP. 196507241993021001
Pembimbing II
Dra. Sri Dinar Munsan NIP. 195809291988032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
Atrin Suryatin, 2013
ABSTRAK
Skripsi dengan judul Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi
Kabupaten Pandeglang-Banten, merupakan salah satu karya ilmiah yang ditulis
berdasarkan pengamatan terhadap seni tradisi di Provinsi Banten. Identifikasi
masalah dalam penelitian ini yaitu, Latar belakang lahir dan berkembangnya Seni
Dzikir Saman di Desa Ciandur, bentuk penyajian dan fungsinya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan yang ada di lapangan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, yang ditunjang dengan pendekatan
kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,
wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini bahwa
Seni Dzikir Saman, dari waktu ke waktu mengalami perubahan dan
perkembangan. Perubahan tersebut mendapat pengaruh dari pihak intern dan
ekstern. Pengaruh tersebut membawa para pelaku Dzikir Saman untuk berupaya
agar Dzikir Saman tetap berkembang.
ii
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Thesis titled Dzikir Saman Art in Ciandur Village Saketi Subdistrict
Pandelgang Regency, Banten, is one of scientific works drawn based on
observation of traditional art in Banten Province. Identification of problems under
this research are: Background of emergence and development of Dzikir Saman
Art in Ciandur Village, type of presentation and its function. The objective of this
research is to examine problems encountered in the field. Method used in this
research is descriptive, one describing phenomena taking place in the field and,
therefore, supported by a qualitative approach.
The data collection techniques used is observation, interview, documentation
study, and literature study. The results of this research suggest that Dzikir Saman
Art has have alteration and development over time. Such a alteration have internal
and external effects. The effects lead Dzikir Saman actors to make efforts to put
Dzikir Saman into persistently development.
DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
B. Fungsi Seni dalam Masyarakat ... 10
C. Pengembangan Seni Pertunjukan Tradisional... 13
D. Kedudukan Seni dalam Pandangan Agama ... 14
E. Sejarah Perkembangan Seni Dzikir Saman ... 16
F. Busana Tari ... 18
G. Tata Rias ... 21
H. Musik Iringan ... 23
I. Gerak ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 28
B. Metode Penelitian ... 28
C. Definisi Operasional ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Analisis Data ... 36
G. Langkah-langkah Penelitian ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Letak Geografis ... 39
2. Agama, Kepercayaan dan Bahasa ... 41
3. Mata Pencaharian Hidup ... 44
4. Latar Belakang Lahir dan Berkembangnya Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 44
vi
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Fungsi Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 74
B.Pembahasan 1. Analisis Latar Belakang Lahir dan Berkembangnya Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 78
2. Analisis Bentuk Penyajian Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 79
3. Analisis Fungsi Dzikir Saman di Desa Ciandur ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
GLOSARIUM ... 88
LAMPIRAN 1. Lampiran 1 ... 90
2. Lampiran 2 ... 93
3. Lampiran 3 ... 96
4. Lampiran 4 ... 105
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh
manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia
didorong untuk menciptakan suatu kesenian yang beraneka ragam, agar disuatu
daerah mempunyai ciri khas kesenian masing-masing. Pebrian dalam
Kasmahidayat (2012:162) mengemukakan bahwa :
Kesenian dalam kehidupan manusia merupakan ciri khas sesuatu daerah dimana dengan berkesenian orang dapat mengenal kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nila-nilai adat istiadat yang berlaku pada daerah tersebut. Keberagaman kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang disuatu daerah merupakan aset dan kebanggaan dari masyarakat pendukungnya serta menjadi ciri khas daerah tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian itu.
Kesenian tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah
satu pranata sosial masyarakat, lambat laun akan mengalami perubahan baik itu
dari segi fungsi, makna dan bentuk penyajiannya. Keberadaan dan kelangsungan
hidup seni tradisional perlu diperhatikan dan dilestarikan.
Banten memiliki ragam kesenian yang tersebar di berbagai daerahnya. Akan
tetapi dari sekian banyak kesenian yang tesebar, masih banyak yang kurang
mengetahui keberadaannya. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor antara lain
tidak adanya penerus, kurangnya peminat untuk mempelajari kesenian tersebut,
generasi muda lebih menggemari kesenian yang baru. Seperti yang dikemukakan
oleh Soedarsono (1974: 61) :
2
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi termuda di Indonesia. Sebagai
Provinsi yang masih muda dihadapkan berbagai masalah, seperti halnya dalam
seni budaya yang terdapat di dalamnya. Potensi seni budaya masyarakat Banten
kaya dan memiliki keunikan tersendiri. Namun, semua itu belum bisa menarik
perhatian masyarakat luar dan untuk menambah peningkatan guna kesejahteraan
masyarakat Banten. Banten yang lahir pada tanggal 4 Oktober 2000, terpisah
dengan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten dikenal sebagai Provinsi yang
masyarakatnya taat dalam menjalankan ajaran agam. Agama islam adalah agama
yang dianut oleh masyarakat Provinsi Banten, sehingga sebagian besar wilayah
yang termasuk ke dalamnya memiliki ragam kesenian yang kental dengan
nilai-nilai religi, seperti Seni Dzikir Saman, Terbang Gede, Qasidah, Seni Dodod dan
masih banyak yang lainnya.
Di Banten tepatnya di Kabupaten Pandeglang dapat kita jumpai berbagai seni
religius. Misalnya Seni Dzikir Saman, Qasidah, Pencak Silat dan Seni Dodod
yang terdapat di Kecamatan Saketi. Berbagai jenis kesenian tersebut, dalam
melakukan penyajiannya dilakukan oleh masyarakat setempat.
Dzikir Saman yang terdapat di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten
Pandeglang, merupakan kesenian yang hanya disajikan pada saat memperingati
hari Lahir Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal), yang diperkirakan sudah ada
sejak tahun 1980-an. Berdasarkan fenomena yang ditemukan di Desa Ciandur,
bahwa Seni Dzikir Saman ini, dari tahun ke tahun mengalami perubahan dari segi
geraknya. Sehingga kesenian ini semakin bervariasi, serta sebelum melakukannya,
para pemain diwajibkan untuk melakukan ritual seperti berdoa bersama di
pemakaman para leluhurnya, terkadang dengan membakar kemenyan. Hal ini
dimaksudkan untuk meminta izin agar pada saat pelaksanaannya berlangsung,
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Berdasarkan pengalaman pemain,
pernah suatu ketika, mereka tidak melakukan doa bersama, karena ada beberapa
pemain yang tidak ikut, pada saat kesenian ini berlangsung, beberapa pemain
pingsan dan pemain beluk mencekik dirinya sendiri. Oleh karena itu, sehari
bersama di makam yang dipercaya oleh masyarakat setempat di keramatkan.
Fenomena lain juga ditemukan di Desa Ciandur, bahwasannya masyarakat
Ciandur tidak boleh menyajikan hiburan-hiburan seperti wayang golek, jaipong,
dangdut dan degung, karena akan terjadi malapetaka atau musibah yang tidak
terduga. Belum ada yang mengetahui mengapa bisa terjadi seperti itu. Oleh
karenanya, masyarakat Desa Ciandur hanya menyajikan acara-acara yang
bernuansa agama Islam. Seperti Seni Dzikir Saman dan Qasidah. Munculnya Seni
Dzikir Saman bermula dari para kaum Ulama menyambut gembira hari Lahir
Nabi Muhammad SAW dengan melakukan dzikir.
Serta sebutan dzikir saman karena dzikir tersebut pertama kali dicetuskan oleh seorang bernama Syeh Saman dari Aceh dan disebut dzikir saman sesuai dengan artinya saman yang berarti delapan,dengan demikian tarian yang pada awalnya ditarikan oleh delapan penari (Subdin kebudayaan dinas pendidikan Provinsi Banten, 2003:56).
“Dzikir Saman merupakan kesenian yang tersebar di wilayah Banten. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang tahun 2002 tercatat 22 perkumpulan seni dzikir saman” (Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2003 : 60).
Seni Dzikir Saman adalah kesenian rakyat Banten yang menggunakan media
gerak tari dan lagu berupa syair-syair yang khusus dilantunkan untuk
mengagungkan asma Allah SWT dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW,
yang dalam pengungkapannya mengandung unsur-unsur keagamaan. Dzikir
Saman ini selain mengkolaborasikan dengan kegiatan keagamaan, memadukan
pula seni bela diri.
Kesenian ini pada awalnya sudah ada (abad XVIII) sejak zaman Kesultanan
Banten (Sultan Hasanudin), yang dibawa oleh para ulama untuk menyebarkan
agama islam sebagai upacara memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW (12
Rabiul Awal). Sebelum masyarakat Banten memeluk agama islam, masyarakat
menganut ajaran hindu-budha. Seperti yang diungkapkan oleh (Halwany,2011) :
4
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekelompok masyarakat yang menganut agama islam, yaitu salah satu dari Wali Songo (Sunan Gunung Jati), kemudian dilanjutkan oleh putranya Maulana Hasanudin untuk menyebarkan agama islam di Banten.
Sultan Hasanudin sangatlah berpengaruh dalam penyebaran agama islam di
wilayah Banten, karena beliau adalah seorang yang menguasai kerajaan islam
pertama di Banten “Hasanudin adalah anak Sunan Gunung Jati, sebagai raja islam pertama di Banten” (Djajadiningrat, 1983:95). Menurut Fakhrudin (2012:2), “Penyebaran agama islam di Banten yaitu melalui kesenian, ini merupakan strategi dakwah yang meniru Wali songo dalam menyebarkan agama islam”.
Seni Dzikir Saman merupakan pertunjukan rakyat, selain itu, seni ini dapat digolongkan sebagai seni komunal. “Seni komunal yaitu kesenian yang penyajiannya melibatkan partisipasi masyarakat secara luas” Dibia, dkk. (2006:1) dalam Kasmahidayat (2011:4). Penyajian Seni Dzikir Saman memang melibatkan
lapisan masyarakat banyak, dari anak kecil sampai orang tua. Dibia, dkk dalam Kasmahidayat (2011:4) menjelaskan mengenai seni komunal “ pada intinya merupakan kesenian yang dimiliki oleh orang banyak atau masyrakat itu sendiri”.
Adapun fungsi utama tarian komunal menurut Dibia, dkk dalam Kasmahidayat (2011:5) yaitu “ (1) ritus spiritual, (2) sosial, dan (3) kultural dari masyarakat setempat”.
Dzikir Saman penyebarannya hampir merata di seluruh Kabupaten dan Kota
yang ada di Provinsi Banten. Penyajian Seni Dzikir Saman disetiap Kabupaten
Kota di Banten memiliki beberapa perbedaan. Di Kabupaten Pandeglang terdapat
beberapa perkumpulan Dzikir Saman antara lain Sari Panggugah, Gagak
Lumayung dan Saman Layung Sari serta Mekar Muda. Setiap perkumpulan
kesenian ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda di setiap pertunjukannya.
Namun, yang akan peneliti paparkan secara lanjut yaitu pada perkumpulan Seni
Dzikir Saman Mekar Muda yang terletak di Desa Ciandur, Kecamatan Saketi,
Kabupaten Pandeglang, karena pada perkumpulan ini cukup unik dan lebih
menarik dibandingkan dengan yang lainnya. Dzikir Saman dilakukan seharian
dilenturkan. Pada perkembangannya, pertunjukan Dzikir Saman mendapat
perhatian dari pihak pemerintah Kabupaten Pandeglang, maka kesenian ini terus
dikenalkan kepada masyarakat lain. Pertunjukan Dzikir Saman sering dipentaskan
diberbagai acara, seperti halnya pada acara festival budaya maupun pada
acara-acara kedaerahan. Maka dari itu fungsi pertunjukan Dzikir Saman difungsikan
secara luas oleh masyarakat.
Dalam pertunjukan Seni Dzikir Saman terdapat keunikan yang cukup
menarik yaitu suara lengkingan vokal (beluk) dari para pemain dan menggunakan
properti yang berupa hihid terbuat dari kulit kerbau. Hihid ini berfungsi sebagai pergantian di akhir ayat dalam kitab “Berjanji”.
Penelitian ini penting dilakukan, karena Seni Dzikir Saman merupakan salah
satu ciri khas yang mencerminkan kepercayaan dan budaya masyarakat Provinsi
Banten khususnya di daerah Saketi, sehingga perlu dikaji lebih dalam lagi
mengenai latar belakang lahir dan berkembangnya Dzikir Saman di kecamatan
Saketi, karena tidak semua masyarakat setempat mengetahuinya, agar masyarakat
tidak hanya sekedar mengetahui keseniannya saja, tetapi alangkah lebih baiknya
masyarakat mengetahui latar belakang kesenian ini. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengungkapkan Seni Dzikir Saman yang memfokuskan pada latar belakang lahir
dan berkembangnya Dzikir Saman, bentuk penyajian dan fungsi pada kesenian
ini. Dengan demikian peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupetan
Pandeglang-Banten”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang lahir dan berkembangnya Dzikir Saman di Desa
Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten?
2. Bagaimana bentuk penyajian Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan
6
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Apa fungsi dari Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi
Kabupaten Pandeglang-Banten?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian dengan judul “Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan
Saketi Kabupetan Pandeglang-Banten” bertujuan untuk :
1.Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan
yang ada di lapangan dan mendeskripsikan Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur
Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.
2.Tujuan Khusus
a.Memperoleh gambaran mengenai penjelasan latar belakang lahir dan
berkembangnya Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi
Kabupaten Pandeglang.
b.Mengkaji bentuk penyajian Dzikir Saman di desa Ciandur Kecamatan
Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten.
c.Mendeskripsikan fungsi Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan
Saketi Kabupaten Pandeglang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.Bagi peneliti
Menambah ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman seni tradisional yang
ada di daerah kabupaten Pandeglang khususnya Dzikir Saman.
Menambah wawasan tentang keberadaan Seni Dzikir Saman di Desa
Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.
Untuk melengkapi referensi kepustakaan, menambah wawasan seni megenai
adanya pertunjukan seni dalam kajian Seni Dzikir Saman, dapat
memperkaya ilmu pengetahuan seni tradisional bagi civitas akademik FPBS,
dan seluruh civitas akademik di Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Bagi Masyarakat Banten
Sebagai upaya meningkatkan rasa bangga terhadap kesenian Banten
khususnya Seni Dzikir Saman yang merupakan salah satu aset daerah bagi
masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.
4. Lembaga Kebudayaan Banten
Sebagai sarana dokumentasi dan informasi mengenai kekayaan kebudayaan
daerah Provinsi Banten Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten
Pandeglang.
E. Struktur Organisasi
Bab I dalam skripsi ini menjelaskan latar belakang masalah, yang isinya
mengenai permasalahan yang terdapat di lapangan, alasan mengapa memilih
penelitian ini, selain itu terdapat perumusan masalah, meliputi bagaimana latar
belakang hidup dan berkembangnya Dzikir Saman, bentuk penyajian, dan fungsi
dari Dzikir Saman, kemudian terdapat juga tujuan penelitian, manfaat penelitian
untuk berbagai pihak, dan yang terakhir yaitu struktur organisasi.
Bab II merupakan kajian teoritis yang diambil dari pendapat para ahli guna
menunjang atau membantu peneliti dalam hal yang berkenaan dengan penelitian,
agar lebih relevan dan akurat. Adapun teori-teori yang terdapat pada bab ini,
adalah seni dzikir saman, fungsi seni dalam masyarakat, pengembangan seni
pertunjukan, kedudukan seni dalam agama, busana tari, tata rias tari, gerak, musik
8
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab III dalam skripsi ini antara lain lokasi dan subjek penelitian, menjelaskan
mengenai metode-metode penelitian yang peneliti gunakan untuk menjawab dan
menganalisa permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti, selain itu ada definisi
operasional, untuk mendefinisikan dari judul skripsi peneliti, kemudian terdapat
juga instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan yang
terakhir adalah langkah-langkah penelitian.
Bab IV merupakan penjelasan keseluruhan dari hasil penelitian dari awal
hingga akhir, serta menjawab rumusan masalah yang telah ditulis pada bagian
perumusan masalah.
Bab V yaitu berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dalam skripsi ini
menyimpulkan secara keseluruhan mengenai pembahasan (bab IV), dan saran atau
rekomendasi untuk ke depannya harus seperti apa. Sasaran dari peneliti untuk
Saran atau rekomendasi ditujukan kepada berbagai pihak, seperti masyarakat Desa
Ciandur, pelaku Seni Dzikir Saman, peneliti selanjutnya, kalangan akademik, dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ciandur Kecamatan Saketi, RT/RW 01/01.
Kecamatan Saketi adalah salah satu kecamatan di wilayah kabupaten Pandeglang.
Kecamatan Saketi terdiri dari 14 desa, merupakan wilayah dengan dataran rendah
dan beriklim tropis. Akses jalan yang dapat ditempuh menuju kecamatan Saketi
ini jika dari Bandung yaitu melalui tol Cipularang, Bekasi, Jakarta, Tangerang,
Serang dan Pandeglang. Dari Pandeglang menuju ke selatan sekitar ± 20 km.
Subjek penelitian yang diteliti yaitu perkumpulan Seni Dzikir Saman (Mekar
Muda) di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, adapun objek
penelitian yang akan diteliti adalah Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur. Alasan
peneliti memilih objek penelitian ini, karena Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur,
Kecamatan Saketi merupakan salah satu kesenian yang cukup unik dan menarik,
kesenian Dzikir Saman sangat berbau dengan agama yang memang tempat
dimana kesenian ini ada masih kental dengan ajaran agama islam.
B. Metode Penelitian
Keberhasilan dalam suatu penelitian, tidak lepas dari pemilihan metode penelitian, karena itu, peneliti haruslah bisa memilih metode yang tepat, serta
dibutuhkan ketelitian dalam menganalisa metode yang tepat terhadap permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti.
Kelebihan metode dalam penelitian adalah untuk membantu memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan dan sebagai prosedur serta teknik penelitian yang berfungsi untuk mengarahkan pola berpikir peneliti, yang bertujuan untuk mendapat data yang akurat.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dapat disebut kualitatif karena sifat
29
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam Kasmahidayat (2011:58) menyatakan bahwa kajian kualitatif adalah „penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟.
Karena data yang dihasilkan dari penelitian ini bersifat kualitatif berupa
deskripsi suatu kejadian, maka peneliti harus bisa mengamati secermat mungkin
mengenai aspek-aspek yang telah diteliti. Untuk metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu” (Abdurrahman, 2006: 97). „Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa
adanya‟ (Best, 1982:119 dalam
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html).
Pendapat lain mengatakan bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang” (Muttaqin, 2010).
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
cocok menggunakan metode deskriptif, karena metode ini membedah berbagai
persoalan yang sedang di teliti oleh peneliti yaitu Seni Dzikir Saman di Desa
Ciandur. Menurut Nursanti (2007) ada beberapa ciri-ciri metode deskriptif, yaitu :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang
2. Data yang dikumpulkan mula-mula dirumuskan, dijelaskan, kemudian
dianalisis
C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman istilah yang ditulis dalam judul skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan batasan istilah, yaitu sebagai berikut.
Seni adalah penciptaan dari emosi manusia dari segala hal yang menciptakan
Tolstoi dalam Sumardjo (2000:62), seni adalah „semacam “persetubuhan” antara
satu manusia dengan manusia lain‟.
Dzikir adalah suatu media untuk menyebut/ mengingat nama Allah SWT, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendektakan diri kepada Allah SWT (QS. Thoha:14)
Saman adalah sejenis kesenian tradisional rakyat Banten yang menggunakan media gerak tari dan lagu (vokal) dan dalam pengungkapannya mengandung unsur hiburan kegembiraan dan bernafaskan keagamaan (Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2003: 56)
Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang-Banten adalah salah
satu wilayah di Banten Selatan, dan sebagai salah satu wilayah penyebaran Dzikir Saman.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti akan menyimpulkan bahwa yang
akan di bahas dalam penelitian ini yaitu suatu pertunjukan seni yang bernafaskan
islam, yang merupakan kesenian rakyat Banten yang tidak menggunakan musik, tetapi menggunakan media gerak tari dan suara vokal yang dilengkingkan mengandung unsur-unsur mengagungkan asma Allah SWT serta puji-pujian pada Rasul yang tersebar di wilayah Banten khususnya di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang relevan.
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini diantaranya :
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini disusun kedalam beberapa bagian yakni pedoman
observasi untuk mengetahui lokasi penelitian, sebelum dilaksanakannya
pertunjukan dan pada saat pertunjukan.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan telah disusun secara
31
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini dilakukan untuk lebih mengungkapkan dan mengetahui secara dalam
mengenai latar belakang Dzikir Saman, dan bentuk penyajian Seni Dzikir Saman
serta fungsi seni Dzikir Saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten
Pandeglang. Untuk keperluan wawancara, peneliti menggunakan Handycam.
Instrumen penelitian ini diawali dengan pengantar mengenai Seni Dzikir
Saman secara singkat. Ini bertujuan agar para narasumber dapat menjelaskan
secara jelas mengenai penyajian Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur, dan
bagaimana hubungannya kesenian ini dengan agama, apakah bertentangan atau
tiadak. Menurut Suyanto dan Karnaji (2004:61) dalam Kasmahidayat (2011:63) mengatakan bahwa “pedoman pertanyaan atau pedoman wawancara pada umumnya berisi daftar pertanyaan yang bersifat terbuka atau jawaban bebas agar diperoleh jawaban yang lebih luas dan mendalam”. Sedangkan fungsi pertanyaan seperti yang diungkapkan oleh Alwasilah (2002:131) dalam Kasmahidayat (2011:63) yaitu : “(1) menghubungkan pertanyaan dengan tujuan penelitian dan kerangka konseptual, dan (2) melakukan penelitian, yakni keterkaitan pertanyaan
penelitian dengan metode dan validitas penelitian”.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi ini berupa foto, video, perekam suara yang digunakan
untuk mendokumentasikan kegiatan, baik pada saat melakukan wawancara
dengan narasumber, pada saat pertunjukan Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur
Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang ingin didapatkan
oleh peneliti. Tanpa menggunakan teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
2012: 224).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
1. Observasi
Menurut Abdurrahman, Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan
terhadapat keadaan atau perilaku objek sasaran. Kasmahidayat (2011:64)
mengemukakan bahwa “Observasi atau pengamatan bertujuan untuk mengamati
dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti
terhadap fenomena sosial (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan
simbol-simbol tertentu)”.
Menurut Sugiyono (2012), menyebutkan beberapa macam observasi, yaitu : “(1) observasi partisipatif, (2) observasi terus terang dan tersamar, (3) observasi tak terstruktur, (4) observasi yang pasif, (5) observasi yang moderat, (6) observasi
yang aktif, dan (7) observasi yang lengkap”. Observasi terus terang atau tersamar
merupakan pilihan dari peneliti dalam melakukan observasi di lapangan, karena
pada saat mengumpulkan data di lapangan, peneliti menyatakan terus terang pada
narasumber, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Oleh sebab itu, mereka yang
diteliti mengetahui kegiatan awal sampai akhir peneliti. Dilapangan, peneliti
langsung menyatakan pada masyarakat Ciandur, bahwasannya peneliti ingin
melakukan observasi tentang kesenian dzikir saman yang terdapat di tengah
masyarakat Ciandur, Kecamatan Saketi.
Spreadley (1980) dalam Kasmahidayat (2011:64) membedakan peran peneliti
dalam observasi menjadi 4 peranan, yaitu „(1) tidak berperan sama sekali, (2)
berperan pasif, (3) berperan aktif, dan (4) berperan penuh‟. Berperan aktif menjadi
pilihan peneliti lakukan dalam melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti
langsung ketempat lokasi yang dijadikan penelitian serta menjalin interaksi
dengan salah satu tokoh masyarakat, tokoh agama serta pelaku Dzikir Saman
Desa Ciandur Kecamatan Saketi guna untuk mengetahui yang sesuai dengan
33
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peristiwa yang berkaitan dengan objek penelitian, sehingga dapat memperkaya
data yang diperlukan. Faktor jarak merupakan salah satu kendala bagi peneliti,
karena tempat tinggal peneliti dengan lokasi penelitian cukup jauh, sehingga
untuk sampai ke lokasi penelitian, peneliti menempuh perjalanan selama kurang
lebih 2 jam. Observasi dilakukan dengan cara menyaksikan langsung penyajian
Seni Dzikir Saman. Peneliti mencermati penyajian Seni Dzikir Saman yang di
selenggarakan di Desa Ciandur. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti
menggunakan handycam untuk teknik pendokumentasian. Handycam digunakan
pada saat melakukan wawancara dan pada saat proses pertunjukan Seni Dzikir
Saman berlangsung.
2. Wawancara
Menurut Abdurrahman,wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui
proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah. Teknik ini merupakan teknik
terpenting dalam penelitian, karena hampir semua sumber peneliti dapatkan
berasal dari wawancara dengan narasumber. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh jawaban atau sumber lisan dengan cara berdiskusi dan saling
berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang mengetahui bagaimana penyajian Seni
Dzikir Saman di desa Ciandur kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Pada
penelitian ini, peneliti mencari narasumber yang relevan untuk memberikan
informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Narasumber tersebut adalah
pelaku dzikir saman, dan tokoh-tokoh yang berkaitan dengan permasalahan yang
dikaji. Disamping itu peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat untuk
mengetahui tanggapan mereka mengenai keberadaan pertunjukan seni dzikir
saman di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Menurut Guba
dan Lincoln (1985) dalam Kasmahidayat (2011 : 65) mengatakan mengenai tujuan
wawancara adalah :
Teknik wawancara yang digunakan berupa teknik gabungan yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang dilakukan sesuai dengan pertanyaan yang telah dibuat,
sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dialakukan untuk
membantu wawancara terstruktur, sehingga akan mendapatkan data yang
diinginkan. Teknik gabungan ini bertujuan untuk lebih terfokus. Dilapangan
peneliti mencoba mengkolaborasikan antar keduanya, yaitu wawancara terstruktur
dengan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan dan diikuti
dengan wawancara tidak terstruktur, agar diperoleh jawaban yang berkembang
dari pertanyaan sebelumnya yang ditanyakan pada narasumber.
Format wawancara yang dilakukan yaitu wawancara terbuka. Wawancara
terbuka dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung pada narasumber
yang diwawancarai. Dengan bentuk wawancara terbuka ini, terjadi dialog antara
peneliti dengan narasumber terhadap materi pertanyaan-pertanyaan yang telah
dibuat berkaitan dengan objek penelitian.
Informan kunci adalah Bapak H. Lukman (40 tahun), beliau sebagai pelaku,
seniman dan ketua perkumpulan Seni Dzikir Saman (Mekar Muda) serta 1 (satu)
dari 18 (delapan belas) orang pemain Seni Dzikir Saman, dan Guru Seni Budaya
SMPN 1 Cipeucang yang merupakan masyarakat asli Desa Ciandur.
Adapun narasumber yang terkait dengan objek penelitian ini, adalah sebagai
berikut :
1. Bapak Juhdi, selaku Guru Seni Budaya
2. Bapak H. Lukman, selaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan sekaligus ketua perkumpulan Seni Dzikir Saman “Mekar Muda”
3. Bapak Verry, selaku pemain Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur
Supaya wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti
bahwa telah melakukan wawancara dengan narasumber, maka peneliti
35
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua hasil percakapan antara
peneliti dengan narasumber
b. Handycam : berfungsi untuk memotret segala aktivitas peneliti pada saat
melakukan wawancara, serta memotret dokumentasi penting. Dengan
adanya foto-foto ini, dapat dijadikan seabagai bukti bahwasannya peneliti
sudah melakukan penelitian dan pengumpulan data.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu alat pengumpul data berupa teori-teori untuk mengkaji
permasalahan yang sedang diteliti. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari
sumber lain, seperti sumber dari internet, buku, dan skripsi,
sumber-sumber itu membantu peneliti dalam memecahkan masalah penelitian.
Penggunaan buku-buku sebagai sumber dapat dijadikan sebagai landasan utuk
menganalisa data penelitian serta mendapatkan data yang relevan dengan objek
yang diteliti yaitu Dzikir Saman. Berkaitan dengan ini, peneliti melakukan
kegiatan kunjungan ke perpustakaan Pandeglang dan Bandung yang mendukung
penulisan penelitian ini. Setelah data-data terkumpul, peneliti mulai mempelajari,
mengkaji dan menganalisis.
Adapun buku-buku yang dipergunakan oleh peneliti, diantaranya :
a. Buku yang berjudul “Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara” oleh
Yuliawan Kasmahidayat (2011)
b. Buku yang berjudul “ Pertumbuhan Seni Pertunjukan” oleh Edi Sedyawati
(1981)
c. Buku yang berjudul “Seni Pertunjukan di Era Globalisasi” oleh
Soedarsoeno (2002)
d. Skripsi yang berjudul “Pertunjukan Seni Tayub Bongbang di Desa Golat kecamatan Panumbangan kabupaten Ciamis” oleh Yani Taryani (2007)
f. Buku yang berjudul “Metodologi penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi” oleh Fathoni Abdurrahman (2006)
g. Buku yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”
oleh Sugiyono (2012)
h. Buku yang berjudul “ Apresiasi Simbol dalam Seni Nusantara”oleh
Yuliawan Kasmahidayat (Penyunting) (2012)
i. Buku yang berjudul “Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat” oleh Dedi
Rosala, dkk (1999)
j. Buku yang berjudul “Tari Totonan Buku Pelajaran Kesenian Nusantara”
oleh Sumaryono dan Endo Suanda (2006)
k. http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/.
4. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi peneliti gunakan untuk mendokumentasikan segala
kegiatan di lapangan. Studi dokumentasi guna menunjang segala perolehan data
dan informasi dilapangan. Teknik ini mengkaji dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, seperti foto-foto dan video.
F. Analisis Data
Untuk mengetahui bagaimana penyajian Seni Dzikir Saman di Desa Ciandur
Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, maka perlu menganalisis data yang
sudah ada. Analisis data penelitian merupaka tahapan pengelompokan data- data
yaitu mulai dari seluruh proses pengkajian hasil wawancara, observasi, sdan
dokumnetasi yang sudah terkumpul. Analisis data dilakukan terus menerus, dari
awal penelitian sampai akhir penelitian, secara deskriptif. Analisis data menurut
Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
37
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:246) mengemukakan
langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis data, yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dengan penyajian data akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.
3. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan itu dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi
jelas.
G. Langkah-langkah Penelitian 1. Pengajuan Topik atau Judul
Dalam ttahap ini peneliti memilih topik atau judul yang akan dijadikan
bahan untuk penelitian. Selanjutnya mencarai beberapa sumber yang akan
dijadikan referensi atau acuan untuk memperkuat judul sebelum observasi
ke lapangan.
2. Pengajuan Proposal
Setelah judul disetujui, maka dilakukan penyusunan proposal untuk
mengetahui latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan yang
akan diteliti.
Setelah menyusun proposal, kemudian melakukan survai langsung ke
lapangan, hal bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data awal dari
penelitian.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari sumber=sumber yang
akurat, seprti buku, jurnal, skripsi, dan internet kemudian melakukan
observasi dan wawancara pada narasumber yang mengetahui tantang objek
penelitian yaitu Seni Dzikir Saman.
5. Peyusunan Laporan
Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari
keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggung jawabkan pada
83
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka kesimpulan yang
dapat ditarik dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Pertama, Seni Dzikir Saman adalah salah satu warisan budaya tradisional
yang lahir dan berkembang di masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi
Kabupaten Pandeglang-Banten. Seni Dzikir Saman ini diperkirakan sudah ada
sejak abad ke XVIII pada masa kesultanan Banten (Sultan Hasanudin), yang di
bawakan oleh para ulama dalam penyebaran agama islam di wilayah Banten,
sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad
SAW (12 Rabiul Awal), yang pada mulanya dilakukan dengan cara khidmat
dalam bentu dzikir. Kemudian dikenalkan ke wilayah Kecamatan Saketi kisaran
tahun 1980-an oleh Bapak Sarka Affandi. Seni Dzikir Saman yang diajarkan oleh
beliau pada masyarakat, masih sederhana dalam segi geraknya. Namun setelah
digantikan oleh Bapak H. Lukman, Dzikir Saman mengalami perkembangan dari
segi geraknya, hal ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar lebih
mengapresiasi Dzikir Saman. Seni Dzikir Saman pada masa kini, lebih
mendapatkan perhatian dari masyarakat, dan membuktikan bahwa Seni Dzikir
Saman pada masa kini, sudah lebih maju, variatif dan modern.
Kedua, dalam penyajiannya, sehari sebelum dilaksanakannya Seni Dzikir
Saman, pemain mengunjungi pemakaman leluhur mereka dan disertai dengan
membakar kemenyan, ini ditujukan hanya sebagai penghormatan dan meminta
agar pada saat Seni Dzikir Saman berlangsung, tidak terjadi hal-hal yang
diinginkan. Selain itu, dalam penyajiannya, Dzikir Saman di bagi ke dalam tiga
babakan, yaitu babakan dzikir, babakan asroqol dan babakan saman. Sebelum
akhir dari penyajian Dzikir Saman, semua pemain mengadakan doa bersama, yang
dipimpin oleh seorang yang di tuakan oleh perkumpulan itu sendiri, maka
Ketiga, Dzikir Saman di Desa Ciandur memiliki berbagai macam fungsi di
kalangan masyarakat setempat. Fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Seni Dzikir
Saman yaitu sebagai sarana ritual, sebagai sarana hiburan, sebagai sarana sosial
dan sebagai sarana ekonomi.
B. Saran
Dari pengalaman peneliti ketika berada di lapangan, peneliti hendaknya ingin
memberikan saran yang dapat berguna sebagai motivasi kepada pihak-pihak
terkait, diantaranya :
1. Bagi masyarakat Desa Ciandur Kecamatan Saketi, Pandeglang-Banten
Diharapkan Seni Dzikir Saman tetap dipertahankan sebagai ciri khas kesenian
tradisional di daerah setempat. Menurut peneliti cara mempertahankannya yaitu
dengan lebih banyaknya peran serta masyarakat dalam kesenian ini.
2. Bagi pelaku Seni Dzikir Saman
peneliti mengharapkan adanya inovasi-inovasi terbaru terhadap Seni Dzikir
Saman yang telah ada, terutama pada segi gerak, semua itu dimaksudkan agar saat
pertunjukan Dzikir Saman berlangsung lebih menarik, tetapi tidak terlepas dari
nilai tradisinya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti berkeinginan mengetahui dan mengenal lebih dalam lagi tentang Seni
Dzikir Saman ini khususnya dari segi penyajiannya, dan peneliti ingin
memberikan motivasi kepada peneliti selanjutnya agar mengembangkan dan
mengungkap hal-hal yang belum terungkap. Misalnya dapat dikembangkan
kembali aspek pendidikan dari masyarakat adat mengenai kesenian yang
diturunkan kepada penerusnya sejak dini, serta dapat menjelaskan penyebaran
Seni Dzikir Saman di Provinsi Banten, agar pembaca mengetahui mengapa Seni
Dzikir Saman tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten.
4. Bagi Akademik
Untuk kalangan akademik agar lebih ditumbuhkan keingintahuan terhadap
Seni Dzikir Saman Desa Ciandur, sebagai pengetahuan yang perlu dimiliki oleh
85
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terlihat jarang dan masih perlu digalakan lagi pemberian informasi awal serta
lebih memperkenalkan kekayaan budaya yang dimiliki kepada generasi muda.
5. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang
Penulis mengharapkan jajaran kepemerintahan daerah Kabupaten Pandeglang
lebih memperkenalkan lagi Seni Dzikir Saman ke dunia luar, terutama di wilayah
Provinsi Banten. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pemerintah daerah lebih
memperhatikan lagi kesenian-kesenian tradisional yang ada di Kabupaten
Pandeglang terutama Seni Dzikir Saman, karena pada dasarnya masih ada
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Djajadiningrat, Hoesein. (1983). Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten. Jakarta: Djambatan.
Fakhrudin, Muhammad. (2012). Tiga Pilar Penyebaran Islam di Kesultanan
Banten [Onlinei]. Tersedia : www. Google.co.id [10 Oktober 2013]
Halwany, DN. (2011). Sejarah Islam dan Pra Islam di Banten [Online]. Tersedia: www.google.co.id [10 Oktober 2013]
Kasmahidayat, Yuliawan. (2011). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artika.
Kasmahidayat, Yuliawan (Penyunting). (2012). Apresiasi Simbol dalam Seni
Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artika.
Munna, Riski Zaqiatull. (2010). Pencak Silat Patingtung pad Padepokan Berru
Sakti di Cilegon-Banten (Skripsi). Bandung : Jurusan Pendidikan Seni
Tari Universitas Pendidikan Indonesia.
Muttaqin Imamul. (2010). Metode Deskriptif. [Online]. Tersedia :
http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/. [11 Oktober 2012]
Nalan, Arthur. Sarjono, agus (editor). (1996). Catatan seni. Bandung : STSI PRESS.
Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung : P4ST UPI.
Nursanti, Intan. (2007). Profil Kecakapan Hidup Tunadaksa Dewasa (Skripsi). Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa.
Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung : Humaniora Utama Press (HUP)
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan
Soedarsoeno, RM. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.Yogykarta : Gadjah Mada University Press
87
Atrin Suryatin, 2013
Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumaryono. Suanda, Endo. (2006). Tari Tontonan Buku Pelajaran Kesenian
Nusantara. Jakarta : Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
Sukrianto,Uki. (2012). Langkah-langkah Umum Dalam Metode. [Online].
Tersedia : http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/03/langkah-langkah-umum-dalam-metode.html [11 Oktober 2012]
Sumardjo,Jakob. (2000). Fislasafat Seni. Bandung : ITB.
Taryani, Yani. (2007). Pertunjukan Seni Tayub Bongbang di Desa Golat
kecamatan Panumbangan kabupaten Ciamis (Skripsi). Bandung :
Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Penyusun Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Propinsi Banten. (2003).
Profil Seni Budaya Banten.
. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia.
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html
http://banten.bpk .go.i.../2009716petaBANTEN.jpg
://3.bp.blogspot.c....400/KAB/PANDEGLANG.jpg