• Tidak ada hasil yang ditemukan

STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

STEREOTIP MASYARAKAT SUNDA

TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG JAWA

DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN

LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana llmu Sosial dan Politik Pada Konsentrasi Ilmu Humas

Program Study Ilmu Komunikasi

Oleh : Rizqi Nahria Farhani

NIM: 6662090288

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Lembar Persembahan

“Jangan sia-siakan waktu, walaupun hanya sedetik bisa mengubah jalan hidup

kita”

( Rizqi Nahria Farhani)

Skripsi ini saya persembahkan buat kedua orang tuaku, terima kasih buat segalanya. Maafkan anakmu ini yang banyak merepotkan mamah dan bapak.

(6)

iv ABSTRAK

RIZQI NAHRIA FARHANI. NIM. 6662090288/2015 STEREOTIP

MASYARAKAT SUNDA TERHADAP MASYARAKAT PENDATANG TELUK DI KAMPUNG NELAYAN DESA TELUK KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN.

Kampung Nelayan terletak di Desa Teluk Kecamatan Labuan. Terdapat dua suku yang menetap dan tinggal di Kampung Nelayan Teluk. Suku sunda merupakan suku pribumi dan suku Jawa merupakan pendatang. Perbedaan suku menimbulkan perbedaan budaya dan bahasa dalam berkomunikasi. Hal tersebut akan berpengaruh pada proses komunikasi antarbudaya di Kampung Nelayan Teluk. Setiap individu memiliki persepsi dan penilaian yang berbeda terhadap suku lain sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan menggambarkan penilaian masyarakat Sunda terhadap sifat masyarakat Jawa dan reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi masyarakat Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Karena peneliti berupaya menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat Sunda terhadap Masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Labuan. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara. Narasumber penelitian ini adalah masyarakat suku Sunda Kampung Nelayan Teluk.

Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Sunda menilai masyarakat Jawa memiliki kebiasaan Jorok, tetapi masyarakat jawa memiliki semangat bekerja yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat Sunda. Cara berkomunikasi masyarakat Jawa yang tetap menggunakan bahasa Jawa tidak menjadi halangan dalam berkomunikasi. mereka saling mengerti bahasa masing-masing suku. Masyarakat Sunda sangat terbuka dan tidak membatasi dalam berkomunikasi dengan masyarakat Jawa. Masyarakat Sunda menerima kehadiran masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan Teluk.

(7)

v Regency. There are two tribes that live there. Sundanese tribe is the native ethnic group and Javanese ethnic is the foreign descent. The difference of ethnic group in community arouse different cultures and language in their communication. These problems will influence the process of cross culture communication in that village. Every person (individual) has different perception and assessment towards the different tribe base on what they are experienced in their daily live.

The purpose of this research is to know, to understand and to describe Sundanese Community assessment towards Javanese community, and also the the reaction of Sundanese Community towards the way of how Javanese community make communication. This research uses descriptive qualitative method. This method is used because this research describes how the perception of Sundanese ethnic towards Javanese community as foreign descent in Nelayan village, Teluk sub district, Labuan district. The data collection technique is derived from observation and interview. The informants of this research are Sundanese ethnic community that live in Nelayan village.

The result of this research show that Sundanese ethnic assess Javanese ethnic community have dirty habit but they have high work spirit compared to Sundanese ethnic community. It is no problem when they make communication they use their own language. They understand each other. The Sundanese ethnic always open minded and no limited in making communication with Javanese ethnic. The Sundanese welcome Javanese ethnic as foreign descent in Nelayan illage.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ilahirobbi yang Maha

menguasai ilmu pengetahuan, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar sarjana (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan skripsi

dengan judul “ Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten” ini sangat peneliti harapkan.

Disamping itu skripsi ini terwujud atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu,

perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos M.Si selaku Dekan FakultasI lmuSosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 2 dan

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(9)

vii

4. Bapak Muhammad Jaiz selaku Dosen Pembimbing skripsi 1 yang

memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua Bapak Drs. Engkos Kosasih M.M.Pd dan Ibu Juju

Juariah, serta Kakak dan kakak ipar Achmad Jalaluddin ST dan Inggrid

Kartikasari S.Kep yang terus memberikan semangat dan do‟a kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Ilmu komunikasi 2009 yang telah memberikan

kenangan indah ketika menimba ilmu di UNTIRTA. Terima kasih untuk

kalian semua

7. Buat teman-teman KABEJA M. Taufik, Mimip, Dede, dan semuanya

terima kasih atas pengertian dan dukungannya buat penulis sehingga

skripsi ini bisa terselesaikan.

8. Terimakasih juga buat teman kost, Iskandar, Sirojudin, Kemong, Budi,

Megi, Oscar kalian telah banyak memberi kenangan di setiap harinya.

Semoga kita semua sukses. Amiin ..

9. Buat Axis FC kalian sahabat terbaiku, semoga kita semua sukses selalu

dan selalu menjaga silaturahmi.

10.Teman-teman Milanisti Pandeglang, Milanisti Labuan terimakasih atas

dukungan dan do‟anya. Forza Milan!!!!

11.Yang terakhir buat seseorang yang telah lama hadir yang sangat spesial

bagi penulis, terima kasih telah memberikan semangat kembali dalam

penyelesaian skripsi ini dan do‟a bagi penulis. Terima kasih buat

(10)

viii

Terimakasih untuk segalanya, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

penulis dan pihak lain.

Labuan, November 2015

(11)

ix

1.3Identifikasi Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

2.1Komunikasi ... 8

2.2Komunikasi Antarbudaya... 10

2.2.1 Unsur Kebudayaan ... 13

2.2.2 Proses Komunikasi Antar Budaya ... 17

2.2.3 Unsur-unsur Proses Komunikasi Antarbudaya ... 20

(12)

x

2.4 Etnis Sunda, Jawa ... 29

2.5 Persepsi ... 30

2.6 Teori Kognitif... 39

2.6.1 Kategorisasi atau Penggolongan ... 39

2.7 Kerangka Berfikir... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

3.1Metode Penelitian ... 47

3.2Informan Penelitian ... 50

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4Teknik Analisis Data ... 55

3.5Uji Validitas ... 57

3.6Waktu dan Tempat Penelian ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 60

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 60

4.2 Deskripsi Data ... 64

4.3 Hasil Penelitian ... 66

4.3.1 Penilaian Masyarakat Sunda Terhadap Sifat Masyarakat Pendatang Jawa ... 68

4.3.2 Reaksi Masyarakat Sunda Terhadap Cara Berkomunikasi Masyarakat Pendatang Jawa ... 73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Hasil Wawancara

Lampiran 3 : Dokumentasi

Lampiran 4 : Surat Keterangan

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Labuan merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten

Pandeglang. Letak geografis Labuan berada di ujung barat pulau jawa yang

berbatasan langsung dengan selat sunda. Labuan merupakan tempat yang

strategis karena sebagai lalu lintas tempat wisata yang ada di Pandeglang.

Tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Pandeglang sebagian besar

terdapat di pesisir pantai.

Letak yang strategis itu menjadikan Labuan sebagai salah satu pusat

perkonomian dan pusat perikanan Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut

mengakibatkan Labuan sebagai Kecamatan dengan sebaran penduduk

terpadat di Kabupaten Pandeglang. Sebaran penduduk yang padat tersebut

menjadi bukti bahwa Labuan merupakan salah satu pusat perekonomian di

Kabupaten Pandeglang.

Dari beberapa desa yang terdapat di Kecamatan Labuan, Desa Teluk

merupakan Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi setelah Desa

Labuan. Desa Teluk merupakan pusat perikanan di Kecamatan Labuan

karena terdapat beberapa tempat Pelelangan ikan. Aktifitas yang berlangsung

di tempat pelelangan ikan Desa teluk terjadi selama 24 jam sehingga selalu

ada interaksi di lingkungan tempat pelelangan ikan.

(17)

2

Pelelangan ikan di Desa Teluk berada di perkampungan Nelayan.

Sebagian besar penduduk Kampung Nelayan berprofesi sebagai Nelayan dan

berdagang. Masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Teluk merupakan

penduduk asli Pandeglang dan masyarakat pendatang suku jawa yang telah

lama menetap di Kampung Nelayan Teluk. Maka dari itu, Terdapat dua suku

yang menetap di Kampung Nelayan Desa Teluk.

Setiap suku mempunyai budaya yang berbeda dengan suku lainnya.

Perbedaan yang dapat terlihat secara langsung adalah perbedaan bahasa yang

digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan identitas dari setiap

suku yang hanya dimengerti oleh suku tersebut. Dengan adanya dua suku

yang berbeda, di Kampung Nelayan Teluk terdapat dua bahasa yang

digunakan dalam berkomunikasi. Perbedaan bahasa dalam berkomunikasi

menyulitkan masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berinteraksi dengan

suku lain.

Dialek, makna, ekspresi dalam berbicara setiap suku akan berbeda

dengan suku lain. Diperlukan kemampuan penyampaian bahasa yang baik

dalam komunikasi antar suku. Komunikasi akan efektif jika terdapat

persamaan makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan.

Umpan balik dalam berkomunikasi antar suku dapat diketahui

langsung oleh komunikator dan komunikan. Umpan balik merupakan reaksi

(18)

3

komunikator. Komunikan dan komunikator harus memperhatikan umpan

balik dari lawan bicara agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Di Kampung Nelayan Teluk, faktor lingkungan dapat menjadi

gangguan dalam proses komunikasi. Faktor lingkungan yang dapat

mengganggu proses komunikasi misalnya suara ombak dan perahu nelayan.

Suara ombak dan perahu akan mengganggu jalannya komunikasi di

Kampung Nelayan Teluk karena suara tersebut akan memecah konsentrasi

komunikator dan komunikan ketika melakukan komunikasi.

Terjadi perbedaan intensitas dalam berkomunikasi di Kampung

Nelayan Teluk. Masyarakat Kampung Nelayan Teluk dalam berkomunikasi

dengan sesama suku akan lebih intens dibandingkan dengan masyarakat dari

suku lain. Masyarakat Teluk lebih menyukai berkomunikasi dengan sesama

suku karena terdapat kesamaan bahasa danpengalaman sehingga dalam

penyampaian pesan terdapat kesamaan makna.

Dalam proses komunikasi antar suku di Kampung Nelayan Teluk,

hambatan dalam berkomunikasi akan muncul jika terdapat salah satu suku

merasa lebih baik dibandingkan dengan suku lain. Sikap tersebut merupakan

sikap etnosentris karena memandang budayanya dinilai yang terbaik

dibandingkan dengan budaya lain. Sikap etnosentis akan selalu muncul dalam

lingkungan masyarakat yang terdiri dari beberapa suku.

Suku pendatang Jawa telah bertahun-tahun datang ke Kampung

Nelayan Teluk. sehingga penduduk suku jawa terus bertambah karena

(19)

4

pendatang Jawa menjadi lebih mendominasi dibandingkan dengan

masyarakat pribumi. Dapat dilihat dari masyarakat Nelayan dan pedagang

yang terdapat di sekitar pelelangan ikan mayoritas berasal dari suku Jawa.

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di lingkungan pelelangan ikan

juga sudah mulai didominasi oleh bahasa jawa.

Intensitas yang terbatas dalam berkomunikasi antar suku rentan

muncul konflik dan menimbulkan adanya jarak antara masyarakat Sunda

Kampung Nelanyan Teluk dengan masyarakat jawa. Setiap suku akan

menebak-nebak sikap suku lain, sehingga akan muncul persepsi dari kedua

suku. Persepsi merupakan tindakan dalam menafsirkan sesuatu. Sikap saling

tidak terbuka antar suku akan menimbulkan persepsi yang tidak baik.

Prasangka sosial akan muncul ketika terjadi kesenjangan jarak antara kedua

suku.

Persepsi merupakan proses pemaknaan terhadap sesuatu yang

ditangkap oleh alat indera. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda

terhadap suatu objek tergantung makna apa yang mereka rasakan. Begitu juga

dengan persepsi setiap masyarakat Sunda terhadap masyarakat Jawa di

Kampung nelayan akan berbeda satu dengan yang lainnya.

Persepsi sangat penting karena sebagai inti dari komunikasi, karena

jika persepsi tidak benar maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.

Persepsi akan menentukan pesan apa yang dipilih dan pesan apa yang

(20)

5

semakin mudah dan sering mereka berkomunikasi. Sebaliknya jika tidak ada

kesamaan maka akan terbentuk kelompok-kelompok dalam berkomunikasi.

Dengan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian lebih mendalam tentang komunikasi antarbudaya di Kampung

Nelayan DesaTeluk. Kampung Nelayan Teluk yang memiliki perbedaan suku

dan bahasa dalam berkomunikasi menjadi daya tarik utama penulis dalam

melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga merasa tertarik dengan

bagaimana sikap stereotip masyarakat Sunda terhadap masyarakat pendatang

Jawa.

Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian dalam

bentuk skripsi dengan judul “Stereotip Masyarakat Sunda Terhadap

Masyarakat Pendatang Jawa Di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

(21)

6

1.3Identifikasi Masalah

Bertolak dari persoalan sebagaimana disebutkan di atas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti perihal stereotip masyarakat Sunda terhadap

masyarakat Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Labuan. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penilaian masyarakat suku Sunda terhadap sifat masyarakat

pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

2. Bagaimana reaksi masyarakat suku Sunda terhadap cara berkomunikasi

masyarakat Jawa Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

1.4Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini terarah, maka penulis menentukan tujuan

penelitian terlebih dahulu. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui penilaian masyarakat Suku Sunda terhadap sifat masyarakat

pendatang Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan.

2. Mengetahui reaksi masyarakat Sunda terhadap cara berkomunikasi

masyarakat Jawa di Kampung Nelayan DesaTeluk Labuan?

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan

ilmu komunikasi, khususnya tentang kajian komunikasi antarbudaya.

(22)

7

ilmu komunikasi yang akan melakukan penelitian dengan kajian yang

sama yaitu komunikasi antarbudaya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada masyarakat Kampung Nelayan DesaTeluk tentang

cara berkomunikasi yang efektif guna menjaga keharmonisan

antarbudaya. Penelitian ini juga bermanfaat menambah pengetahuan

(23)

8 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata latin yaitu communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama1. Maksud dari sama tersebut adalah ketika suatu pesan disampaikan oleh narasumber atau komunikator

akan sama dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Komunikasi antara

komunikan dengan komunikator akan terus berlangsung selama ada

persamaan makna.

Komunikasi adalah produksi dan pertukaran informasi dan makna

(meaning) tertentu dengan menggunakan tanda atau simbol. Komunikasi meliputi proses encoding pesan yang akan dikirimkan, dan proses decoding

terhadap pesan yang diterima, dan melakukan sintesis terhadap informasi dan

makna. Komunikasi dapat terjadi pada semua level pengalaman manusia dan

merupakan cara terbaik untuk memahami perilaku manusia dalam perubahan

perilaku antar individu, komunitas, organisasi, dan penduduk umumnya2.

Carl I. Hovland berpendapat bahwa komunikasi adalah upaya

sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi

serta pembentukan pendapat dan sikap3. Dari definisi yang disampaikan oleh

Hovland, Hovelan menunjukan bahwa yang dijadikan sebagai objek ilmu

komunikasi tidak hanya penyampaian informasi semata, tetapi pembentukan

1Prof. Onong Uchjana Efendi“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” 2006, hal 9 2Prof. DR. Alo Liliweri, M.S “Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011, hal 38 3Prof. Onong Uchjana Efendi“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” 2006, hal 10

(24)

9

pendapat umum dan sikap publik dalam kehidupan sosial dan politik

memainkan peran yang sangat penting. Hovelan secara khusus

mendefinisikan komunikasi yaitu proses mengubah prilaku orang lain.

Wilbur Schramm juga mengungkapkan pendapatnya mengenai

komunikasi yang tertuang dalam karyanya, Communication Research in the

United States. Dia menyatakan bahwa komunikasi akan berjalan dengan baik/berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok

dengan kerangka acuan (frame of reference) yaitu paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meaning) yang pernah dilakukan oleh komunikator4.

Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi individu,

relasi, kelompok, organisasi dan masyarakat, dia merupakan garis yang

menghubungkan manusia dengan dunia, bagaimana manusia membuat kesan

tentang dan kepada orang lain. Karena itu, jika manusia tidak berkomunikasi

maka dia tidak dapat menciptakan dan memelihara relasi dengan sesama

dalam kelompok, organisasi dan masyarakat. Komunikasi memungkinkan

manusia mengkoordinasikan semua kebutuhannya dengan dan bersama orang

lain (Ruben & Stewart, 1998)5.

A.Peran dan Fungsi Komunikasi

Peranan utama komunikasi adalah menghubungkan bahwa

komunikasi bukan merupakan koneksi yang pasif, komunikasi berperan

dalam suatu proses yang menghubungkan fungsi beberapa bagian yang

4Ibid, hlm 13

(25)

10

terpisah atau yang berbeda dalam suatu sistem bersama. Selain itu, peran

komunikasi untuk menjelaskan apa yang terjadi. Kita tidak dapat

memahami komunikasi hanya dengan mendengar apa kita dengar, kita

akan dapat memahami komunikasi ini secara lengkap setelah mengerti

penjelasan tentang hubungan antara apa yang dilihat dan didengar dengan

lingkungan sekelilingnya6.

Komunikasi dapat memuaskan kehidupan manusia manakala

semua kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial, dan praktis dapat

tercapai (Adler & Rodman,2003). Secara umum, ada empat kategori utama

komunikasi, yaitu: (1) fungsi informasi; (2) fungsi instruksi; (3) persuasif;

dan (4) fungsi menghibur. Apabila empat fungsi utama ini diperluas, maka

akan ditemukan dua fungsi lain, yakni: (1) fungsi pribadi, dan (2) fungsi

sosial. Fungsi pribadi komunikasi diperinci ke dalam fungsi: (1)

menyatakan identitas sosial; (2) integrasi sosial; (3) kognitif; (4) fungsi

melepaskan diri/jalan keluar. Adapun fungsi sosial terperinci atas fungsi:

(1) fungsi pengawasan; (2) menghubungkan/menjembatani; (3) sosialisasi;

dan (4) menghibur.

2.2Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya terjadi bila komunikator adalah anggota

suatu budaya dan penerima pesan/komunikator merupakan anggota suatu

budaya lain. Pada komunikasi tersebut selalu muncul suatu masalah dimana

suatu pesan yang disampaikan dalam suatu budaya kemudian harus disandi

(26)

11

kembali kedalam budaya lain. Proses penyandian pesan kembali ini rentan

terhadap konflik dan bisa menghambat proses komunikasi jika pada proses

penyandian tersebut memiliki perbedaan makna.

Komunikasi antar budaya adalah proses pertukaran pikiran dan

makna antara orang-orang berbeda budaya. Komunikasi yang dilakukan

berbeda latar belakang budaya dengan perbedaan bangsa, kelompok ras, atau

komunitas bahasa, komunikasi ini disebut komunikasi antar budaya.

Dikarenakan definisi yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya

adalah menambah kata budaya ke dalam pernyataan “komunikasi antara dua

orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan” dalam beberapa

definisi komunikasi di atas7.

Komunikasi Antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa

pernyataan sebagai berikut:

1. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling

efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budayanya.

2. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang

disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang

yang berbeda latar belakang budaya.

3. Komunikasi antarbudava merupakan pembagian pesan yang berbentuk

informasi atauhiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau

metodelainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang

budayanya.

(27)

12

4. Komunikasi antarbudaya adalah pcngalihan informasi dariseorang yang

berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.

5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol

yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

6. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan

seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal

darilatar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.

7. Komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi,

gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang

budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan

tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau

bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.8

Dari pernyataan komunikasi antar budaya tersebut, komunikasi

antar budaya pada dasarnya memiliki persamaan dengan komunikasi pada

umumnya. Yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan

komunikasi lain hanya terletak dari latar belakang budaya pelaku

komunikasi.

Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka

kita mengenal beberapa asumsi, yaitu:

a. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada

perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.

b. Dalam komunikasi antarbudaya terkanduk isi dan relasi antarpribadi.

(28)

13

c. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi.

d. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.

e. Komunikasi berpusat pada kebudayaan.

f. Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antar budaya.9

Liliweri mengatakan bahwa komunikasi antar budaya memenuhi

syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi

karena:

1 Secara teoritis memindahkan focus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan

yang dibandingkan.

2 Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.

3 Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.

4 Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi

perilaku.10

2.2.1 Unsur Kebudayaan

Unsur kebudayaan universal dapat diartikan sebagai

pemahaman yang lebih jelas mengenai kebudayaan secara

keseluruhan karena pembahasan tentang kebudayaan sangat kompleks

dan luas. Sehingga terdapat 7 unsur kebudayaan untuk lebih

memudahkan kita memahami kebudayaan. Koentjaraningrat

menerangkan bahwa terdapat unsur-unsur kebudayaan universal

seperti berikut:

9 Ibid hal 15

(29)

14

a. Sistem Upacara Keagamaan

Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut.

Kepercayaan yang dianutdi Indonesia ada 5, yaitu Islam,

Kristen protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dari kelima

agama tersebut terdapat upacara keagamaan yang

berbeda-beda. Akan tetapi untuk masyarakat yang tinggal

dikota upacara keagamaan sepertinya sudah tidak

dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal tertentu saja.

Sedangkan masyarakat yang tinggal didesa masih banyak

yang melaksanakan upacara keagamaan tersebut.

b. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan

Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak.

Terdapat masyarakat Jawa, Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari

macam-macam kebudayaan tersebut, perlu ditanamkan

nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul

dengankebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi

dengan rukun. Di Indonesia banyak terdapat kebudayaan

yang harus di lestarikan bersama. Jangan kita saling

bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan

lain, karena itu sama saja kita memecahbelahkan

kebudayaan yang sudah ditanam oleh leluhur

(30)

15

c. Bahasa

Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada

bahasa yang dipakainya. Contohnya bahasa Inggris,

Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasa

tersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan

yang lebih luas. Tidak hanya bahasa yang dipelajari

berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasa dari negri

Indonesia pun perlu kita pelajari untuk melestarikan

kebudayaan yang ada di Indonesia.

d. Sistem Pengetahuan

Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian,

perbintangan, perdagangan/bisnis, hukum dan

perundang-undangan, pemerintahaan/politik dsb. Hal tersebut juga

bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinya

karena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi

tahu dunia luar dan sangat bermanfaat untuk kehidupan

karena berpengaruh pada pekerjaan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita

pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan

banyak informasi yang kita dapat.

e. Kesenian

Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian.

(31)

16

Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan

lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas yang

dimiliki setiap daerah maupun setiap negara. Misalnya

untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahui dan mencari

musik yang khas dari setiap daerah maupun negara.

Contohnya lagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang

berasal dari Kalimantan Selatan yang menjadi ciri khas

dari daerah tersebut.

f. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap

masyarakat karena bermanfaat untuk memenuhi

kehidupan manusia. Misalnya kaum pegawai/karyawan,

kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya.

Hal tersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita

tekuni. Contohnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai

lebih banyak bermata pencaharian sebagai nelayan atau

masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak

bermata pencaharian sebagai pegawai kantoran.

g. Sistem Teknologi dan Peralatan

Teknologi semakin lama semakin luas. Karena makin

(32)

17

sangat diperlukan akan tetapi tidak untuk melakukan

perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku.11

2.2.2 Proses Komunikasi Antarbudaya

Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama

dengan proses komunikasi lain, yaitu proses yang interaktif dan

transaksional secara dinamis.

Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi

yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua

arah/timbal balik (two way communication) namun masih berada pada

tahap rendah (Wahlstrom,1992). Apabila ada proses pertukaran pesan

itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami

perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah

memasuki tahap transaksional (Hybels dan Sandra,1992)12.

Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni;

(1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus

menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan; (2) peristiwa

komunikasi mengikuti seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu,

kini dan yang akan dating; (3) partisipan dalam komunikasi

antarbudaya menjalankan peran tertentu13.

Fajar mengatakan bahwa karakteristik komunikasi sebagai

suatu proses dapat dikelompokkan ke dalam berbagai prinsip:

11 http://www.academia.edu/8129881/7_UNSUR_KEBUDAYAAN 10/12/2015 10:35 AM 12Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 24

(33)

18

a. Tidak terelakkan

Dalam banayak hal kita sering berkomunikasi tanpa tujuan atau

dipikirkan terlebih dahulu. Ketika kita berada di kerumunan

orang-orang pasti kita akan memandang atau memberi tanggapan

terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita.

b. Tidak dapat diubah

Sesuatu yang sudah kita komunikasikan, tidak bisa diubah. Untuk

itu kita perlu hati-hati untuk mengatakan sesuatu kepada orang

lain. Hindari pernyataan maaf karena kata-kata yang telah kita

lontarkan, terlebih-lebih dalam situasi konflik dengan suasana

tegang.

c. Mempunyai dimensi isi dan hubungan

Dalam pengertian ini komunikasi menunjuk pada isi dan hubungan

di antara para pelakunya.

d. Melibatkan proses penyesuaian

Komunikasi bisa berlangsung apabila saling memberi sistem sinyal

yang sama. Sebaliknya, komunikasi menjadi kurang lancar apabila

para pelakunya mempunyai sistem sinyal yang berbeda-beda. Hal

ini terlihat jelas bila dua orang dengan bahasa berbeda saling

berkomunikasi. Mungkin mereka akan mengalami kesulitan untuk

bisa saling memahami pesan yang dikomunikasikan. Namun

(34)

19

memberisistem sinyal yang persis sama. Perbedaan budaya dan

sub-budaya, bahkan bila kita menggunakan bahasa umum,

seringkali mempunyai sistem komunikasi non verbal yang berbeda.

Semakin luas perbedaan sistem-sistem ini, maka komunikasi akan

semakin sulit terjadi. Prinsip ini menekankan bahwa melalui

komunikasi kita belajar sinyal-sinyal orang lain, komunikasi

melibatkan setiap pelaku untuk saling menyesuaikan diri.

e. Dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan saling

melengkapi.

Dalam hubungan simetrik, perilaku seseorang bercermin pada

perilaku orang lain. Perilaku seseorang akan ditanggapi dengan

perilaku yang sama. Hubungan ini merupakan kesamaan untuk

mengurangi perbedaan di antara dua orang.

Dalam hubungan yang komplementer atau salaing melengkapi,

dua orang menggunakan perilaku yang berbeda. Dalam hubungan ini,

perbedaan-perbedaan di antara orang-orang yang terlibat dalam

komunikasi ditingkatkan. Hubungan yang bersifat komplementer ini

penting bagi anggota-anggota yang menduduki posisi berbeda. Pada

waktunya hubungan demikian dapat dibentuk oleh budaya14.

14

(35)

20

2.2.3 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya

A. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang memprakarsai

komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu

kepada pihak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi

antar budaya seorang komunikator berasal dari latar belakang

budaya yang berbeda dengan komunikan.

Gambar 2.1

Gambar diatas menunjukan bahwa komunikasi antar

budaya memiliki ciri komunikan dan komunikator berbeda latar

belakang budaya.

B. Komunikan

Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak

yang menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan /sasaran

komunikasi dari pihak lain (komunikator)15. Sama halnya seperti

komunikator, komunikan memiliki latar belakang budaya tersendiri

Dalam komunikasi antar budaya, komunikator dan

komunikan diharapkan mempunyai perhatian penuh untuk

merespon dan menterjemahkan pesan. Tujuan komunikasi akan

tercapai jika komunikan menerima dan memahami makna pesan

15Liliweri, Alo, M.s. Dr. 2003.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya: Pustaka Pelajar, hal 26

Komunikator Budaya A

(36)

21

yang dsampaikan komunikator, memperhatikan (attention) serta

menerima pesan secara menyeluruh (comprehension). Ini adalah

aspek penting yang berkaitan dengan cara bagaimana seorang

komunikator dan komunikan mencapai sukses dalam pertukaran

pesan.

Yang dimaksud dengan attention adalah proses awal dari seorang komunikan memulai mendengarkan pesan, menonton atau

membaca pesan itu. Seorang komunikator berusaha agar pesan itu

diterima sehingga seperangkat pesan tersebut perlu mendapat

perlakuan agar menarik perhatian. Sedangkan yang dmaksud

dengan comprehension meliputi cara penggambaran secara lengkap sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh komunikan16.

Acapkali seorang komunikan ketika memperhatikan atau

memahami isi pesan sangat tergantung dari tiga bentuk

pemahaman, yakni: (1) kognitif, komunikan menerima isi pesan

sebagai sesuatu yang benar; (2) afektif, komunikan percaya bahwa

pesan itu tidak hanya benar tetapi baik dan disukai; (3) overt action

atau tindakan nyata, dimana seorang komunikan percaya atas pesan

yang benar dan baik sehingga mendorong tindakan yang tepat. Jadi

sorang komunikan dapat berbuat sesuatu untuk memisahkan isi dan

perlakuan pesan hanya karena pesan yang diterima itu mengandung

attention dan comprehension17.

(37)

22

C. Pesan /symbol

Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau

gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan

dakam bentuk simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan

untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal

yang diucapkan atau ditulis, atau simbol non verbal yang

diperagakan melalui gerak gerik tubuh / anggota tubuh, warna,

artifak, gambar, pakaian, dan lain-lain yang semuanya harus

dipahami secara konotatif18.

Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa

yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada

komunikan. Setiap pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua

aspek utama: content dan treatment, yaitu isi dan perlakuan. Isi

pesan meliputi aspek daya tarik pesan, misalnya kebaruan,

kontroversi, argumentatif, rasional, bahkan emosional.

D. Media

Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan

tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim

melalui media. Akan tetapi kadang-kadang pesan itu dikirim tidak

melalui media, terutama dalam komunikasi antarbudaya tatap

muka.

(38)

23

Para ilmuan sosial menyepakati dua tipe saluran; (1)

sensory channel atau saluran sensoris, yakni saluran yang

memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indra, yaitu

mata, telinga, tangan, hidung, dan lidah. lima saluran snsoris itu

adalah cahaya, bunyi, perabaan, pembauan, dan rasa. (2)

institutionalized means, atau saluran yang sangat dikenal dan

digunakan manusia, misalnya percakapan tatap muka, material

cetakan dan media elektronik19.

E. Efek atau umpan balik

Umpan balik merupakan tanggapan balik dari komunikan

kepada komunikator atas pesan-pesan yqng telah disampaikan.

Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi

antarbudaya maka komunikator ran komunikan tidak bisa

memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan

tersebut20.

Dalam komunikasi antarbudaya tatap muka, umpan balik

lebih mudah diterima.Komunikator dapat mengetahui secara

langsung apakah serangkaian pesan itu dapat diterima oleh

komunikan atau tidak.Komunikator dapat mengatakan sesuatu

secara langsung jika komunikan kurang memberikan perhatian atas

pesan yang disampaikan.Reaksi komunikan dapat diungkapkan

(39)

24

secara langsung melalui kata-kata dan pesan nonverbal apakah

menerima, mengerti bahkan menolak pesan dari komunikator.

F. Suasana (setting dan context)

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah

suasana yang kadang-kadang disebut setting of communication,

yakni tempat (ruang, space) dan waktu (time) serta suasana (sosial,

psikologis) ketika komunikasi antarbudaya berlangsung. Suasana

itu berkaitan dengan waktu (jangka pendek/ panjang,jam/ hari/

minggu/bulan/ tahun) yang tepat untuk bertemu/ berkomunikasi,

sedangkan tempat (rumah, kantor, rumah ibadah) untuk

berkomunikasi, kualitas relasi (formalitas, informalitas) yang

berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya21.

G. Gangguan ( noise atau interference)

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah sgala

sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara

komunikator dengan komunikan, yang paling fatal adalah

mengurangi makna pesan antarbudaya.Gangguan menghambat

komunikan menerima pesan dan sumber pesan.Gangguan (noise)

dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi bila dalam membuat

pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.

Gangguan itu dapat bersumber dari unsur-unsur komunikasi,

misalnya komunikator, komunikator, komunikan, pesan,

(40)

25

media/saluran yang mengurangi usaha bersama untuk memberikan

makna yang sama atas pesan22.

De vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan, (1)

fisik berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan

lain, misalnya desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,

kaca mata; (2) psikologis, interfensi kognitif atau mental, misalnya

prasangka dan bias pada sumber-penerima-pikiran yang sempit;

dan (3) semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti

yang berlainan, misalnya orang berbicara dengan bahasa yang

berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang

tidak dipahami pendengar23.

2.3Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah melakukan komunikasi secara efektif. Terdapat

banyak hambatan yang dapat merusak proses komunikasi. Berikut ini

beberapa hal yang menjadi hambatan komunikasi yang harus diperhatikan

komunikator agar komunikasi dapat berjalan sukses.

1. Gangguan

Terdapat dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang

menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan

gangguan semantik.

(41)

26

a. Gangguan Mekanik

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan yang

disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

Gangguan mekanik yang terdapat di Kampung Nelayan Teluk adalah

bunyi suara ombak, suara kapal, dan gangguan suara ramainya

aktifitas pasar.

b. Gangguan Semantik

Semanik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang

sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Gangguan jenis ini

bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi

rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui

penggunaan bahasa. Perbedaan etnis yang terdapat di Kampung

Nelayan Teluk menjadikan bahasa yang digunakan menjadi berbeda.

Perbedaan bahasa menjadi gangguan dalam berkomunikasi karena

perbedaan arti di setiap kata yang digunakan.

2. Prasangka dan Stereotip

Prasangka dalam hubungan antar suku merupakan istilah yang

menggambarkan suatu sikap bermusuhan terhadap kelompok suku lain

atas dasar dugaan bahwa kelompok suku lain mempunyai ciri yang tidak

menyenangkan. Dugaan yang dianut oleh orang yang berprasangka tidak

didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun bukti yang cukup

memadai. Setiap orang yang memiliki prasangka akan selalu berfikiran

(42)

27

Menurut banton (1967:293-314) dalam hal tertentu istilah

prasangka mempunyai makna hampir serupa dengan istilah antagonisme

dan antipasti. Beda utamanya ialah bahwa antagonisme atau antipasti

dapat dikurangi atau diberantas melalui pendidikan, sedangkan sikap

bermusuhan pada orang yang berprasangka bersifat tidak rasional dan

berada dibawah sadar sehingga sukar diubah meskipun orang yang

berprasangka tersebut diberi penyuluhan, pendidikan atau bukti yang

menyangkal kebenaran prasangka yang dianut.24

Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat

bagi suatu kegiatan komunikasi karena orang yang mempunyai prasangka

belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang

hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita

untuk menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional.

Seseorang tidak akan berfikir objektif dan segala apa yang dilihatnya

selalu akan dinilai negatif.

Prasangka sosial yang menentukan tiga faktor utama, yaitu:

stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Hubungan antara prasangka

dengan komunikasi sangat erat karena prasangka diasumsikan sebagai

dasar pembentukan prilaku komunikasi.

Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah

prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Dapat

dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif dari prasangka25.

24

Kamanto,Sunarto “Pengantar Sosiologi” 2004 hal 152

(43)

28

Meskipun berbagai kelompok budaya (ras, suku, agama,dll)

semakin sering berinteraksi, bahkan dengan bahasa yang sama, tidak

otomatis saling pengertian terjalin diantara mereka, karena terdapat

prasangka timbal balik antara berbagai kelompok budaya itu. Bila tidak

dikelola dengan baik, kesalahpahaman antar budaya ini akan terus terjadi

dan menimbulkan kerusuhan26.

Stereotip adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek

kedalam kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau

objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih

berdasarkan karakteristik individual mereka27.

Stereotip merupakan suatu sikap yang sangat lekat dengan

prasangka. Orang yang menganut stereotip terhadap kelompok suku lain

cenderung akan berprasangka terhadap kelompok tersebut. Tetapi tidak

semua stereotif bersifat negative, ada pula stereotif yang bersifat positif.

Menurut kornblum (1988:303) dalam kamanto , stereotip

merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras atau budaya

yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Menurut

banton (1967:299-303) stereotip mengacu pada kecenderungan bahwa

sesuatu yang dipercayai orang bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak

peka terhadap fakta objektif.28

26Drs. H. Ahmad Sihabudin M.Si. komunikasi Antarbudaya, satu perspektif Multi Dimensi 2007:104 27Mulyana, Dedi dan Jalaludin Rahmat “Komunikasi Antar Budaya” 2006:218

(44)

29 2.4Etnis Sunda, Jawa.

Berikut ini adalah penjelasan tentang etnis yang berkaitan dengan

penduduk dimana penelitian dilakukan.

A.Etnis Sunda.

Secara antropologi-budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut

bangsa sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan

bahasa ibu bahasa sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan

berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang sering

disebut tanah pasundan atau tatar sunda29.

Bahasa sunda yang dipandang sebagai bahasa sunda terhalus

adalah dialek cianjur. Sedangkan bahasa sunda yang agak kurang halus

adalah bahasa sunda di Banten, Karawang, Bogor, Cirebon. Bahasa baduy

yang terdapat di kabupaten lebak provinsi Banten adalah bahasa sunda

kuno.

Banten dan Cirebon merupakan daerah percampuran dimana

digunakan bahasa sunda dan bahasa jawa. Orang Banten dan orang

Cirebon yang menggunakan bahasa sunda tidak menyebut dirinya orang

sunda tetapi menyebut dirinya orang Cirebon atau orang Banten.

B.Etnis Jawa

Daerah dengan kebudayaan jawa meliputi bagian tengah dan timur

pulau jawa. Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat dari kebudayaan

jawa. Diantara sekian banyak daerah kediaman orang jawa terdapat

(45)

30

berbagai variasi perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur

kebudayaan seperti mengenai berbagai istilah tehnis, dialek bahasa, dan

lainnya. Fariasi tersebut masih menunjukan satu sistem kebudayaan jawa.

Dalam berkomunikasi sehari-hari mereka berbahasa jawa. Dalam

berbahasa, masyarakat jawa harus memperhatikan dan membedakan

keadaan orang yang diajak bicara atau yang sedang dibicarakan,

berdasarkan usia maupun status sosialnya. Ada dua macam bahasa jawa

apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa jawa ngoko dan

karma.

Bahasa jawa ngoko itu dipakai untuk orang yang sudah dikenal

akrab, dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah

derajat atau status sosialnya. Lebih khusus lagi adalah bahasa ngoko lugu

dan ngoko andap. Sebaliknya bahasa jawa karma, dipergunakan untuk

bicara dengan yang belum dikenal akrab tetapi yang sebaya dalam umur

maupun derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur dan status

sosialnya 30.

2.5Persepsi

Persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori

stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah

bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi

(46)

31

inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi,

motivasi dan memori (Desiderato, 1976:129) dalam jalaluddin Rakhmat.31

Pareek (1996:13) dalam Alex Sobur memberikan definisi yang lebih

luas ihwal persepsi ini; dikatakan, “persepsi dapat didefinisikan sebagai

proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan

memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data”. 32

Persepsi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan makna yang

diberikan kepada sesuatu. Begitu juga persepsi masyarakat sunda terhadap

masyarakat jawa tidak akan sama tergantung kepada diri seseorang dalam

memberikan penilaian terhadap masyarakat jawa tersebut.

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak

akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang

menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan

semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin

cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (dalam

Mulyana, 2000: 167-168).33

2.5.1 Proses Persepsi

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang

merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk

mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah

31

Jalaluddin Rakhmat hal 51

32

(47)

32

persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama

berikut.

1)Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2)Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang

dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga

bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan

pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses

mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3)Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud,1985, dalam Soelaeman,

1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi,

dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.34

2.5.2 Jenis-Jenis Persepsi

a. Persepsi diri

Persepsi diri individu merupakan cara seseorang menerima diri

sendiri

b. Persepsi lingkungan

Persepsi lingkungan dibentuk berdasarkan konteks di mana

informasi itu diterima.

(48)

33

c. Persepsi yang dipelajari

Persepsi yang dipelajari merupakan persepsi yang terbentuk karena

individu mempelajari sesuatu dari lingkungan sekitar.

d. Persepsi fisik

Persepsi fisik dibentuk berdasarkan pada dunia yang serba terukur

(the tangible world) . e. Persepsi budaya

Persepsi budaya berbeda dengan persepsi lingkungan sebab

persepsi budaya mempunyai skala yang sangat luas dalam

masyarakat, sedangkan persepsi lingkungan menggambarkan skala

yang sangat terbatas pada jumlah orang tertentu.35

2.5.3 Hambatan persepsi

Hambatan persepsi terutama terjadi dalam proses pembentukan

persepsi, yaitu:

1. Berdasarkan teori implicit personality, hambatan persepsi bersumber dari;

a. Kecenderungan individu untuk mengembangkan pribadi yang

terpisah, jadi individu mau tampil beda sehingga dia juga

mempersepsi sesuatu secara berbeda pula.

b. Individu menerima konfirmasi yang tidak tepat.

(49)

34

2. Self-fulfilling prophecy, individu mempersepsi sesuatu karena dipengaruhi oleh faktor tertentu yang tidak dia duga sebelumnya,

akibatnya individu tidak dapat meramalkan persepsinya sehingga

dia bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan. Keadaan ini akan

mempengaruhi persepsi individu terhadap orang lain karena

individu mengalami distorsi realitas dan situasi.

3. Perceptual accentuation, hambatan persepsi karena individu berada dalam situasi:

a. Dia mencari apa yang tidak ada.

b. Dia tidak melihat apa yang dia sedang cari

c. Dia mengalami kesulitan menyaring informasi yang hamper

semuanya mirip

d. Dia selalu memproyeksi orang lain dengan atribusi negative

e. Dia mengalami distorsi dari memori sehingga tidak dapat

“mengeluarkan” informasi yang dia pernah simpan.

4. Primacy-Recency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu terlalu terbuai dengan kesan pertama tentang objek yang dia

persepsikan.

5. Consistency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu mengharapkan segala sesuatu bersifat konsisten, namun yang dia

hadapi adalah situasi inkonsistensi antara apa yang dia pikirkan

(kognitif) dan perilaku (behavior) sehingga:

(50)

35

b. Dia hanya melihat hal-hal yang positifnya saja.

c. Dia hanya melihat hal-hal negative saja.

6. Stereotyping, hambatan persepsi ini terjadi karena individu dipengaruhi oleh steteotip (positif atau negatif) terhadap orang lain

yang kebetulan menjadi anggota suatu kelompok tertentu,

akibatnya persepsinya terhadap orang lain:

a. Mempunyai kualitas tertentu (terlalu baik atau buruk).

b. Dia mengabaikan keunikan karakteristik orang lain dari

kelompok tertentu.

7. Attribution, hambatan persepsi terletak pada atribusi di mana individu gagal membentuk atau membangun atribusi dari objek

yang dipersepsi, misalnya gagal mencirikan dari atribut-atribut

komunikan:

a. Consensus > compare to others, what people do an why:

 Persepsi individu terganggu karena dia tidak berhasil

membangun semacam consensus ketika membandingkan apa

yang orang lain lakukan dengan apa yang dia lakukan.

 Persepsi individu terganggu karena dia tidak dapat

membandingkan aneka sebab.

b. Consistency > compare to similar situations: persepsi individu tidak konsisten membandingkan perilakunya dengan perilaku

(51)

36

c. Distinctiveness > compare to different situations: individu tidak dapat memisahkan perilakunya denga perilaku orang lain

terhadap objek persepsi dalam situasi yang berbeda.36

2.5.4 Mengatasi Kesalahan Persepsi

1. Makin sadar atas persepsi

a. Mengakui peranan anda dalam persepsi

b. Hindarilah kesimpulan yang terlalu dini

c. Hindarilah hanya ada satu kesimpulan

d. Lebih sadar atas bias yang timbul dari anda sendiri

e. Hindarilah penilaian anda sendiri bahwa anda lebih bermoral

2. Cek persepsi anda

a. Ketahuilah bahwa deskripsi anda umumnya subjektif

b. Bertanya untuk mendapatkan informasi

3. Perbaikan akurasi persepsi

a. Tingkatkan kesadaran anda

b. Hindarilah stereotip

c. Cek persepsi anda baik secara langsung maupun tidak langsung

4. Kurangi ketidakpastian

a. Amatilah sesuatu sembari bertindak

b. Amatilah sesuatu lebih pada konteks yang khusus

c. Kumpulkanlan informasi dari orang lain

36

(52)

37

d. Berinteraksi dengan individu

e. Jadilah orang yang peka budaya:

Akuilah bahwa kita berbeda nilai, adat istiadat, kepercayaan,

dan keyakinan

Hindari perbedaan penilaian

5. Mengerti bagaimana seharusnya menjadi pembicara dan pendengar

yang baik

a. Mendengarkan penuh perhatian - ketika mendengarkan

seseorang maka katakanlah maksud Anda.

b. Ulangi dengan tepat apa yang orang lain katakan – jangan anda

menyampaikan interpretasi pada saat orang lain sedang

mengatakan sesuatu. Tindakan ini hanya akan menciptakan

masalah komunikasi yang baru.

c. Katakana kepada orang itu jika anda merasa senang

mendengarkannya, mengerti dia karena itu anda mendengarkan

dengan baik.

d. Sadar ketika anda berkomunikasi dengan bahasa tubuh atau

bahasa nonverbal.

e. Tampil sopan dihadapan orang yang sedang berbicara dengan

anda, anda akan mendapatkan juga kesempatan yang baik untuk

(53)

38

f. Bersikap empati-tanpa empati, maka anda tidak pernah akan

melihat bagaimana mereka merasa dan menjadi satu dengan

anda, inilah hakikat perbedaan antara tuturan dan pendapat.

g. Mengerti apa yang anda lakukan untuk mempertahankan diri,

gunakan pertolongan dengan johari window untuk mencari tahu

lebih dalam diri anda.

h. Setiap kali pembicara mengakhiri percakapan dan merasa orang

lain mendengarkan mereka dengan tepat, maka gantilah posisi

dari pendengar menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi

pendengar.

6. Sesuaikan komunikasi anda dengan tujuan komunikasi.

a. Merangsang partisipan untuk mendengarkan dengan penuh

perhatian.

b. Mengembangkan keterampilan terutama memberikan umpan

balik secara verbal.

c. Menolong orang agar mereka dapat menyampaikan ide-ide

secara baik.

d. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk berkomunikasi

dengan pesan-pesan nonverbal.

e. Mengamati bagaimana orang-orang yang berbeda menampilkan

cara berkomunikasi yang berbeda pula.

f. Mengamati perbedaan individu ketika menerima pesan secara

(54)

39

g. Berusaha mencapai pengertian yang lebih baik tentang apa yang

terjadi disaat anda mengalami steres waktu berkomunikasi37.

2.6Teori Kognitif

2.6.1. Kategorisasi atau Penggolongan

Di kampung Nelayan Teluk memiliki dua kelompok suku

yang berbeda yaitu Suku sunda yang merupakan masyarakat Pribumi,

Kemudian Masyarakat Suku Jawa yang merupakan Masyarakat

pendatang. Dengan melihat terdapatnya dua kelompok suku yang

berbeda, peneliti menggunakan teori kognitif Kategorisasi atau

penggolongan. Teori ini dinilai dapat mendukung proses penelitian

tentang persepsi masyarakat Sunda terhadap Masyarakat pendatang

Jawa

Kategorisasi adalah apabila sesorang mempersepsi orang lain

atau apabila suatu kelompok mempersepsi kelompok lain dan

memasukkan apa yang dipersepsi ke dalam suatu kategori tententu.

Misalnya, seseorang dimasukkan dalam kategori jenis kelamin,

kategori umur, kategori pekerjaan, maupun kategori kelompok

tertentu. 38

Dengan uraian diatas, masyarakat Kampung Nelayan termasuk

kedalam kategori kelompok atau etnis (Sunda dan Jawa). Hal tersebut

akan berdampak adanya persepsi-persepsi terhadap kelompok etnis

37

Prof. DR. Alo Liliweri, M.S. “ Komunikasi Serba Ada Serba Makna” 2011 hal 163-164

38

(55)

40

lain. Persepsi yang timbul akan bermacam-macam yaitu persepsi

positif dan negatif.

Kategorisasi terbagi menjadi 2 yakni, “kelompok kita”

(ingroup) dan “kelompok mereka” (outgroup). Ingroup adalah

kelompok sosial dimana individu merasa dirinya dimiliki atau

memiliki. Sedangkan outgroup adalah grup diluar grup sendiri.

Kategorisasi dapat menuju ke ingroup dan outgroup. Apabila ada

kategorisasi kita dan “mereka”, maka akan menimbulkan ingroup dan

outgroup. Seseorang dalam suatu kelompok merasa dirinya sebagai

ingroup dan orang lain dalam kelompok lain sebagai outgroup. Dalam

ingroup, ada beberapa dampak yang dapat timbul, yaitu :

a. Anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup yang lain lebih

mempunyai kesamaan apabila dibandingkan dengan anggota

outgroup. Hal seperti demikian lah yang sering disebut similarity

effect. Jadi keadaan ingroup mempunyai sifat-sifat yang berbeda

dengan outgroup.

b. Kategorisasi ingroup dan outgroup mempunyai dampak bahwa

ingroup lebih favorit daripada outgroup. Ini yang sering disebut

ingroup favoritism effect.

c. Seseorang dalam ingroup memandang outgroup lebih homogeny

daripada ingroup, baik dalam hal kepribadian maupun dalam

hal-hal lain. 39

39

(56)

41

Melalui kategorisasi kita membuatnya menjadi sederhana dan

bisa kita mengerti. Melalui kategorisasi kita membedakan diri kita

dengan orang lain, keluarga kita dengan keluaga lain, kelompok kita

dengan kelompok lain, etnik kita dengan etnik lain. Pembedaan

kategorisasi ini bisa berdasarkan persamaan atau perbedaan.

Misalnya, persamaan tempat tinggal, garis keturunan, warna kulit,

pekerjaan, kekayaan yang relatif sama dan sebagainya akan

dikategorikan dalam kelompok yang sama. Sedangkan perbedaan

dalam warna kulit, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan,

tingkat pendidikan dan lainnya maka dikategorikan dalam kelompok

yang berbeda. Mereka yang memiliki kesamaan dengan diri kita akan

dinilai satu kelompok dengan kita atau ingroup. Sedangkan yang

berbeda dengan kita akan dikategorikan sebagai outgroup.

Kategorisasi memiliki dua efek fundamental yakni

melebih-lebihkan perbedaan antar kelompok dan meningkatkan kesamaan

kelompok sendiri. Perbedaan antar kelompok yang ada cenderung

dibesar-besarkan dan itu yang sering diekspos sementara kesamaan

yang ada cenderung diabaikan. Di sisi lain kesamaan yang dimiliki

oleh kelompok cenderung sangat dilebih-lebihkan dan itu pula yang

selalu diungkapkan. Sementara itu perbedaan yang ada cenderung

diabaikan.

Kelompok minoritas menilai dirinya lebih similiar dalam

(57)

42

similar. Anggota kelompok minoritas juga mengidentifikasikan diri

lebih kuat ke dalam kelompok ketimbang anggota kelompok yang

lebih besar. Kelompok yang minoritas juga menilai dirinya lebih

berada di dalam ancaman dibanding kelompok yang lebih besar.

Keadaan ini menyebabkan kelompok minoritas tidak mudah percaya,

sangat berhati-hati dan lebih mudah berprasangka terhadap kelompok

mayoritas. Kecemasan berlebih itu tidak kondusif dalam harmonisasi

hubungan sosial. Karena sebagaimana dikatakan oleh Islam dan

Hewstone hubungan yang cenderung meningkatkan kecemasan akan

mengurangi sikap yang baik terhadap kelompok lain.

Pengkategorian akan membedakan antara kelompok satu dan

lainnya. Kelompok sendiri akan dinilai baik dibandingkan dengan

kelompok lain. Sedangkan kelompok lain akan dinilai tidak lebih baik

dibandingkan dengan kelompok sendiri. Keadaan seperti ini dapat

menimbulkan konflik karena masing-masing menilai kelompoknya

lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain.

Oakes, haslam dan Turner menyatakan bahwa kategorisasi

sosial juga akan melahirkan diskriminasi antar kelompok jika

memenuhi kondisi berikut: derajat subjek mengidentifikasi

kelompoknya. Semakin tinggi derajat identifikasi terhadap kelompok

maka semakin tinggi kemungkinan melakuka diskriminasi. Menonjol

tidaknya kelompok lain yang relevan. Bila kelompok lain yang

(58)

43

diskriminasi juga besar. Derajat dimana kelompok dibandingkan pada

dimensi-dimensi itu (kesamaan, kedekatan, perbedaa yang ambigu).

Semakin sama, semakin dekat, dan semakin ambigu yang

dibandingkan maka kemungkinan diskriminasi akan menegecil.

Penting dan relevankah membandingkan dimensi-dimensi dengan

identitas kelompok. Semakin penting dan relevan dimensi yang

dibandingkan dengan identitas kelompok maka kemungkinan

diskriminasi juga semakin besar. Status relative ingroup dan karakter

perbedaaan status antar kelompok yang dirasakan. Semakin besar

perbedaan yang dirasakan maka diskriminasi juga semakin mungkin

terjadi. 40

2.7Kerangka Berfikir

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang

diri. Manusia pada hakikatnya senang bergaul dalam lingkungan masyarakat.

Masyarakat merupakan kumpulan individu yang menetap pada suatu wilayah.

Pada umumnya masyarakat terdiri dari berbagai individu yang berbeda

perilaku, budaya, agama, ras, dan lainnya.

Di Kampung Nelayan memiliki dua suku didalamnya sehingga

terdapat perbedaan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan ciri

budaya tertentu dan hanya budaya itu sendiri yang memahami. Dalam

40

(59)

44

berkomunikasi antarbudaya diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik

agar proses komunikasi tidak ada hambatan.

Masyarakat Kampung Nelayan dalam berkomunikasi menggunakan

bahasa dari setiap masing-masing budaya. Hal tersebut berdampak pada

perbedaan kualitas dalam berkomunikasi. Masyarakat Kampung Nelayan

cenderung lebih menyukai berkomunikasi dengan sesama suku karena

memiliki kesamaan bahasa. Dengan kesamaan bahasa akan lebih mudah

dalam menyampaikan suatu pesan.

Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana persepsi

masyarakat Sunda terhadap masyarakat pendatang Jawa di Kampung Nelayan

(60)

45

Dengan uraian tersebut, kerangka berfikir penelitian ini dapat

digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Adapun penjelasan dari kerangka penelitian diatas adalah kolom

pertama merupakan lokasi penelitian yaitu Kampung Nelayan Desa Teluk

Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten. Dilanjutkan dengan

kolom dibawah merupakan dua suku yang terdapat di kampung Nelayan

Teluk. Kedua suku tersebut adalah Suku Sunda dan Suku Jawa. Kedua suku

tersebut memiliki Kebudayaan, bahasa dan kepribadian masing-masing yang

berbeda. Masyarakat Kampung Nelayan ini yang menjadi subjek penelitian

ini.

Sunda Jawa Kebudayaan/bahasa

Kepribadian

Kampung Nelayan Teuk

Kebudayaan/bahasa Kepribadian

Ingrup

Gambar

Gambar diatas menunjukan bahwa komunikasi antar
Table 3.1 Jadwal penelitian
Gambar 4.1
Gambar pemukiman masyarakat Jawa

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar. © Nurani Hadnistia Darmawan 2015

Dalam hal ini penelitian memiliki tujuan untuk melihat penerapan dan menganalisis hambatan yang terjadi pada Program PATEN dalam meningkat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pendampingan Kegiatan State

Aturan yang berupa larangan dan sanksi yang diberlakukan dalam Hukum Adat Sasi di Desa Ohoider Tawun sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat desa tersebut

• Contohnya ketika kita membuat gambar-gambar yang berbeda- beda gerakannya pada sebuah tepian buku kemudian kita buka buku tersebut dengan menggunakan jempol secara

Variabel **root pada setiap fungsi diatas menunjukkan node mana yang sedang dikunjungi saat ini, untuk itu saat pemanggilan, variabel **root kita beri nilai pointer yang menunjuk

Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan mutu proses