BAB IV HASIL PENELITIAN
4.3 Hasil Penelitian
4.3.2 Reaksi Masyarakat Sunda Terhadap Cara Berkomunikasi Masyarakat
Komunikasi merupakan suatu cara dimana seseorang melakukan proses pertukaran pesan, ide, informasi dan lain sebagainya. Komunikasi juga menggunakan simbol-simbol atau lambang-lambang bertujuan supaya pesan-pesan tersebut dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang terlibat didalam komunikasi, dan kemudian dapat tercapai dalam pengertian yang sama antara penerima komunikasi dan penyampai komunikasi atau pesan.
Tujuan utama berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis. Melalui komunikasi, orang menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitarnya, dan untuk memengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku sebagaimana yang diinginkan. Sebagai suatu proses, komunikasi bersifat kontinu, berkesinambungan, tidak memiliki akhir, dinamis, kompleks, dan berubah.
Proses pertukaran pesan terjadi apabila manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi. Proses pertukaran pesan yang terjadi di Kampung Nelayan Desa Teluk diawali dari urusan pekerjaan. Berikut pernyataan dari Bapak Muhammad Tabaraji selaku pedagang ikan yang merupakan suku SundaKampung Nelayan Desa Teluk:
74
“kami berkomunikasi dengan masyarakat suku Jawa jika ada urusan kerja”52
Hal senada diungkapkan oleh Bapak Parmin, selaku masyarakat kampung Nelayan Desa Teluk asal Brebes Jawa Tengah tentang proses komunikasi dimulai dari transaksi jual beli ikan. Berikut pernyataanya.
“dalam bekerja biasanya kami lebih sering berkomunikasi dengan masyarakat suku Sunda tapi sehari-hari jarang”53
Berdasarkan hasil penelitian, proses komunikasi yang terjadi pada masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk terbagi menjadi dua yaitu komunikasi interaktif dan komunikasi transaksional. Proses komunikasi interaktif adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sehingga adanya timbal balik antara komunikator dan komunikan. Komunikasi transaksional adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi.
Proses komunikasi interaktif terjadi apabila proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika. Kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya. Pentingnya situasi komunikasi antar suku ialah karena prosesnya
52Wawancara dengan Muhammad Tabaraji selaku nelayan suku Sunda penduduk asli kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 5 Juni 2015.
53Wawancara dengan Bapak Parmin selaku nelayan suku Jawa penduduk pendatang kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 5 Juni 2015.
75
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis menjadi lebih baik daripada secara monologis.
Dalam proses komunikasi antar suku, komunikasi relatif lebih dinamis karena bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling mempertukarkan pesan, mengirim dan menerima pesan untuk dimaknai dan ditanggapi. Komunikasi secara tatap muka memungkinkan setiap orangnya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Dengan demikian komunikasi antar suku yang dinamis, sama-sama aktif saling mempertukarkan pesan dan menangkap reaksinya secara langsung, hal ini senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Muhammad Tabaraji selaku nelayan warga masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk yang menyatakan bahwa awal percakapan dimulai tergantung pada situasi dan kondisi. Berikut pernyataanya.
“ … yang memulai ngajak berbicara, kadang saya dulu nawirin ikan atau kadang-kadang pembeli, pokoknya tergantung keadaan kesibukan pada saat itu. Kalau lagi santai, sering kami cacahan (ngobrol) dulu tidak langsung pada tujuannya”54
Komunikasi transaksional yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam transaksi jual beli, pekerjaan, dan kehidupan bermasyarakat. Komunikasi transaksional berarti proses yang terjadi
54
Wawancara dengan Bapak Mukminin selaku nelayan suku Sunda penduduk asli kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 6 Juni 2015.
76
bersifat kooperatif, pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Hal ini mengisyaratkan bahwa komunikasi transaksional ini lebih sering digunakan kelompok suku Sunda atau Jawa dala urusan pekerjaan atau jual beli atau perdagangan. Dalam komunikasi yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk dapat dipahami dalam konteks hubungan antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Kehidupan yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan. Dalam model ini komunikasi merupakan upaya untuk mencapai kesamaan makna. Apa yang dikatakan seseorang dalam sebuah transaksi sangat dipengaruhi pengalamannya dimasa lalu. Proses komunikasi yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk adalah bagaimana masyarakat suku Jawa atau Sunda menyampaikan pesan kepada seseorang atau kelompok, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pertukaran pesan terdiri atas unsur komunikator, komunikan, pesan, media, efek atau umpan balik, suasana, dan gangguan. Begitupun
77
proses pertukaran yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk sebagai berikut: komunikator memiliki gagasan atau pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada komunikan, lalu komunikator membuat atau menyusun sandi-sandi (encoding) untuk menyatakan maksud dalam bentuk kata-kata atau lambang, perkataan dan lambang-lambang (pesan) disalurkan melalui media, kemudian komunikan menguraikan atau menafsirkan pesan yang dikirimkan oleh komunikator, dan akhirnya komunikan member tanggapan.
Komunikator atau pengirim pesan yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk adalah individu atau kelompok suku Sunda atau Jawa. Bahasa yang digunakan tergantung dari yang mengawali komunikasi, bisa menggunakan bahasa Sunda atau Jawa. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Materi pesan yang dikirim dan diterima oleh komunikator dan komunikan yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk berbentuk informasi, ajakan, rencana kerja, dan pertanyaan.
Pada tahap pengiriman pesan yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang nelayan menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya).Tujuan
78
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
Media atau alat untuk penyampaian pesan yang digunakan oleh masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk diantaranya adalah paguyuban nelayan, paguyuban nelayan suku Jawa, paguyuban nelayan suku Sunda, papan informasi nelayan, papan informasi Kampung, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan,dan situasi.
Umpan balik yang digunakan oleh masyarakat suku Sunda dan Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Umpan balik yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan umpan balik langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Umpan balik yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi umpan balik terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi umpan balik menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Umpan balik bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, umpan balik juga dapat memperjelas persepsi.
79
Hubungan informal masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk ini lebih menekankan pada aspek ekonomi-perdagangan. Keberagaman dalam aspek ekonomi-perdagangan ini jelas sangat terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari yang melibatkan suku Sunda dan Jawa. Pada konteks ini akan melahirkan proses komunikasi antarpribadi dan antarbudaya yang menuntut satu sama lain saling memahami.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa orang informan kunci, peneliti menemukan beberapa hal yang menjadi hambatan komunikasi pada masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk diantaranya adalah gangguan mekanik, gangguan semantik, prasangka dan stereotip.
Hambatan komunikasi antarsuku masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk yang pertama adalah gangguan mekanik yang terdapat di Kampung Nelayan Teluk adalah suara ombak, suara kapal, dan gangguan suara ramainya aktifitas jual belidi pelelangan ikan Teluk.Gangguan-gangguan tersebut menuntut masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk baik suku Jawa maupun suku Sunda menggunakan nada bicara lebih tinggi.
Mereka yang berasal dari suku Jawa mestinya menggunakan intonasi bicara yang lembut akan tetapi bisa juga dengan nada kasar jika dalam hal-hal tertentu, bisa menyesuaikan dengan mereka dari suku Sunda yang mayoritas nada bicara tinggi. Ada hambatan yang mereka jumpai jika dari suku Jawa bertemu dengan suku Sunda. Hal ini terjadi karena orang
80
dari suku Jawa terbiasa dengan nada bicara rendah dan melengking agak susah untuk bisa beradaptasi dengan suku Sunda. Apabila mereka berkomunikasi ada hal-hal kecil yang mencuat yang akan membuat suasana sedikit keruh. Dari sinilah tercermin bahwa karakteristik masing-masing budaya mempengaruhi proses berlangsungnya interaksi atau komunikasi. Karakter masing-masing budaya yang berbeda yang akan hidup berdampingan akan memberikan out put yang berbeda pula. Ketika komunikasi antar budaya berlangsung, persepsi masing-masing individu yang memiliki berbeda pemikiran, menimbulkan respon balik yang beragam. Ketika satu orang memberi stimulus atau informasi, belum tentu semua orang bisa memahami maksudnya yang ingin disampaikannya sama dengan apa yang ia pikirkan.
Hambatan komunikasi antarsuku masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk yang kedua adalah gangguan semantik yang paling mendasar yang terdapat di Kampung Nelayan DesaTeluk adalah penggunaan bahasa dalam menyampaikan pesan.Dalam berkomunikasi banyak hal yang mungkin kita anggap remeh, akan tetapi sebenarnya hal-hal yang mungkin kita angap sepele akan mengakibatkan hal yang mungkin tidak kita sangka. Seperti halnya ketika orang dari suku Jawa di Kampung Nelayan yang relatif masih muda, ketika mereka berdialong dengan orang yang lebih tua dari suku, banyak diantara mereka (suku Jawa) tidak bisa mengunakan bahasa yang selayaknya mereka gunakan ketika berbicara dengan lawan bicara pada orang suku Sunda yang lebih tua. Walaupun
81
mereka mengetahui bahasa dari suku yang lain, akan tetapi mereka tidak mengetahui bahasa yang lazim atau selayak digunakan. Maka ketika mereka berdialong, kesannya mereka meremehkan senior, sehingga kadang hal tersebut mengundang datangnya konflik antar personal. Seperti pernyataan berikut “bade kamana maneh?” (mau kemana kamu?). Dalam bahasa Sunda, kata „maneh‟ yang digunakan komunikator ini tidak tepat jika digunakan untuk orang yang lebih tua tetapi cocok untuk yang sebaya atau lebih muda. Suku Sunda akan merasa tersinggung dan dimungkinkan menimbulkan konflik jika tidak saling memahami. Kalimat tanya untuk orang yang lebih sebaiknya “bade kamana kang?” atau “bade kamana Pa?”.
Kampung Nelayan Desa Teluk kecamatan Labuan kabupaten Pandeglang dihuni oleh masyarakat suku Jawa dan suku Sunda. Dalam kesehariannya, mereka berkomunikasi mengunakan dua bahasa tergantung pada komunikator yang mengawali komunikasinya. Ketika mereka berada dalam komunitas mereka, suku Jawa berkumpul dengan sesama mereka, mereka akan berbicara dengan mengunakan bahasa Jawa. Begitu juga dengan suku Sunda, ketika mereka berkumpul dengan sesama mereka, mereka akan mengunakan bahasa Sunda. Namun, jika mereka berkomunikasi dengan suku yang berbeda, mereka menggunakan bahasa yang menyampaikan pesan terlebih dahulu. Ada hal yang unik disini, mereka memang tidak pernah mengetahui apa itu teori komunikasi yang efektif jika menghadapi massa yang sangat heterogen, namun mereka
82
mampu menciptakan kehidupan yang harmonis, walaupun memang terkadang komunikasi yang terjalin kurang efektif.
Di samping itu, terdapat stimulus yang disampaikan dengan hal-hal yang unik yaitu dengan bahasa-bahasa nonverbal, hal ini bisa disampaikan dengan adanya reaksi yang nampak dari mimik wajah seseorang yang sedang berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Jika seseorang berbicara walaupun dengan nada bercanda, akan tetapi kita bisa melihat apa yang ingin ia sampaikan apakah hanya senda gurau semata ataukah serius, kita bisa mengetahuinya dengan ekspresi wajah yang ditampilkannya. Kadang bahasa nonverbal seseorang adalah hal yang sebenarnya ingin disampaikannya. Bahasa tubuh itu bisa timbul dengan sendirinya jika seseorang itu merasakan ada hal yang nyaman (akan timbul ekspresi wajah senang) dan hal-hal yang tidak nyaman (dengan ekspresi wajah kecewa atau sedih).
Hambatan komunikasi antar suku masyarakat Kampung Nelayan Desa Teluk yang ketiga adalah prasangka. Kelompok masyarakat suku Sunda dan suku Jawa Kampung Nelayan Desa Teluk masing-masing memiliki prasangka negatif terhadap kelompok lain. Kelompok suku Sunda tidak ingin dikalahkan secara kedudukan, secara ekonomi, dan status sosialnya oleh kelompok pendatang suku Jawa. Begitupun kelompok suku Jawa, ingin bersaing dan bahkan mengalahkan penduduk aslinya. Mereka merantau ke Kampung Nelayan ini untuk memperbaiki ekonomi keluarga dan status sosial. Ketika kelompok suku Sunda
83
berkumpul, kelompok suku Jawa merasa curiga bahwa mereka akan menyisihkan kelompok suku lain, begitupun sebaliknya. Walupun sesekali terjadi gesekan-gesekan dengan adanya perbedaan persepsi, namun dalam kehidupan nyata, jika dari suku Sunda menyelengarakan acara dengan adat mereka, mereka juga melibatkan suku Jawa untuk berpartisipasi. Dari situ mencerminkan bahwa komunikasi yang mereka jalani selama ini bisa berlangsung dengan baik walaupun memang sesekali ada konflik dan akhirnya bisa mereka akhiri dengan cara yang cukup arif.
Untuk mewujudkan komunikasi yang baik atau efektif dengan latar belakang budaya yang berbeda, tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Akan tetapi juga tidak semudah anggapan banyak orang. Karena memang masing-masing hal memiliki tingkat kesulitan dan memiliki titik kemudahan yang berbeda. Tidaklah asing lagi jika dalam segala hal atau bidang akan ditemui kecocokan dan ketidakcocokan. Dalam berkomunikasi banyak hal yang harus diperhatikan dan banyak juga kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Karakter masing-masing individu mewarnai komunikasi yang dijalin oleh manusia itu sendiri. Karakter yang keras harus bisa menyesuaikan dengan orang lain yang berkarakter lemah lembut. Orang yang memiliki karakter lemah lembut juga harus bisa memahami dan mengerti mereka yang berkarakter keras.
Masyarakat Kampung Nelayan Teluk memiliki dua bahasa dalam berkomunikasi yang disebabkan terdapat dua suku yang menetap di Kampung Nelayan Teluk. Dalam berkomunikasi masyarakat Kampung
84
Nelayan Teluk sering kali mengalami kesulitan karena perbedaan bahasa yang digunakan. Kesulitan berkomunikasi dengan suku lain dirasakan oleh Muhammad Tabaraji, seorang pedagang ikan yang merupakan warga asli Kampung Nelayan Teluk. Berikut pernyataannya:
“ Masyarakat suku Jawa engak mau menggunakan bahasa sunda atau bahasa Indonesia, jadi lumayan terjadi kesulitan dalam berkomunikasi dengan suku Jawa”55
Dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat Jawa tidak mau menggunakan bahasa sunda atau bahasa Indonesia. Sehingga masyarakat Sunda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Suku pendatang Jawa telah bertahun-tahun menetap dan berkeluarga di Kampung Nelayan Teluk sehingga jumlah penduduk pendatang semakin lama semakin bertambah. Penduduk pendatang Jawa mayoritas berasal dari brebes dan juga Cirebon. Mereka menetap di Kampung Nelayan Teluk dikarenakan Kampung Nelayan Teluk merupakan pusat perikanan di kabupaten Pandeglang yang masih memiliki potensi sumberdaya alam laut yang besar.
Penduduk pendatang Jawa di Kampung Nelayan Teluk dalam berkomunikasi sehari-hari tetap menggunakan bahasa jawa meskipun mereka telah lama tinggal di wilayah Pandeglang. Bahasa asli Kabupaten Pandeglang merupakan bahasa sunda. Bahasa sunda Pandeglang tergolong lebih kasar dengan bahasa sunda dari daerah jawa barat yang terkenal halus.
55Wawancara dengan Bapak Muhammad Tabaraji selaku nelayan asal suku Sunda penduduk asli kampung Nelayan desa Teluk, pada tanggal 5 Juni 2015.
85
Penduduk Jawa Kampung Nelayan Teluk sebenarnya mengerti dengan bahasa yang disampaikan oleh masyarakat Sunda. Seperti yang disampaikan oleh Parmin, masyarakat Kampung Nelayan asal Jawa Brebes. Berikut pernyataannya:
“saya mengerti bahasa Sunda tetapi sulit diucapkan, kadang-kadang saya juga menggunakan bahasa sunda tetapi campuran karena tidak terlalu mengerti”56
Kurangnya pemahaman mereka terhadap bahasa dan budaya diantara suku yang berbeda, tidak heranlah jika riak-riak dalam berinteraksi sesekali akan timbul. Berdasarkan banyak pengalaman yang sering mereka temukan adanya selisih faham diantara mereka adalah karena generasi muda saat ini banyak tidak mengenal budaya, bahasa, dan kebiasaan dari etnis mereka maupun etnis yang berbeda.