SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-1
BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
9.1. Petunjuk Umum
Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPI2JM ini
adalah pada dasarnya adalah untuk membuat taksiran dana yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Aceh Barat Daya,
yang meliputi :
a. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun.
b. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan dan peningkatan prasarana yang ada.
c. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.
9.1.1. Komponen Keuangan
Komponen keuangan meliputi Komponen Penerimaan Pendapatan dan
Komponen Pengeluaran Belanja.
A. Komponen Penerimaan Pendapatan
Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang
merupakan hak Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya yang diakui
sebagai kekayaam bersih. pendapatan penerimaan terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Dana Perimbangan; dan
c. Pendapatan lainnya yang sah.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah (Qanun) sesuai dengan peraturan
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-2 a) Pajak Daerah;
b) Retribusi Daerah;
c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain hasil deviden
BUMD; dan
d) Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain :
- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
- Jasa giro;
- Pendapatan bunga;
- Keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :
a) Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan pajak adalah sebagai salah satu pos
penerimaan dari dana perimbangan. Realisasi penerimaan dari pos ini selama
Tahun 2007-2011 tumbuh rata-rata 43,47 persen per tahun. Sementara dana
perimbangan yang berasal dari dana Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) pada periode
yang sama juga tumbuh 22,47 persen per tahunnya. Dengan demikian,
penerimaan dari pos ini dapat diprediksikan untuk Tahun 2013 – 2017,
sebagaimana disajikan dalam Tabel 6-1 berikut ini.
TABEL 9.1
PROYEKSI PENERIMAAN DANA BAGI HASIL PAJAK/BUKAN PAJAK
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2013 – 2017 (Dalam Rupiah)
No Tahun Bagi Hasil Pajak ( B H P )
Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP )
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-3 b) Dana Alokasi Umum
Berdasarkan data yang ada, realisasi pos penerimaan ini rata-rata tumbuh
sebesar 2,99 % per tahunnya selama 2007-2011. Atas dasar ini, maka DAU
Kabupaten Aceh Barat Daya untuk masa 5 (lima) tahun kedepan (2013 – 2017)
dapat diprediksikan sebagai berikut :
TABEL 9.2
PREDIKSI PENERIMAAN DANA ALOKASI UMUM KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN 2013-2017 (Dalam Rupiah)
No Tahun Jumlah
1 2013 299.432.968.005
2 2014 308.386.013.748
3 2015 317.606.755.559
4 2016 327.103.197.550
5 2017 336.883.583.157
Sumber : (DPKKD)
c) Dana Alokasi Khusus
Jumlah penerimaan dari pos Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Kabupaten
Aceh Barat Daya sangat berfariasi/tidak tetap setiap tahunnya. Pada tahun 2007
penerimaan dari pos ini berjumlah Rp. 33.706.000.000,- , Tahun 2008 bertambah
menjadi Rp. 40.199.000.000,-, pada tahun 2009 berkurang menjadi Rp.
38.035.000.000,-, tahun 2010 berkurang lagi menjadi Rp. 29.833.100.000,- dan
tahun 2011 naik menjadi Rp. 42.593.700.000,-. Berdasarkan besaran penerimaan
yang diperoleh selama ini, maka dinilai sulit untuk dilakukan preyeksi, mengingat
kebijakan alokasi dan DAK ini sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi daerah
yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah pusat. Meskipun demikian,
persentase kenaikan penerimaan selama lima tahun kedepan diperkirakan
rata-rata naik sebesar 5 persen per tahun, maka penerimaan DAK untuk masa lima
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-4 TABEL 9.3
PREYEKSI PENERIMAAN ALOKASI KHUSUS KABUPATEN ACEH BARAT
DAYA 2013-2017 (Dalam Rupiah)
Dibanding dengan pos lainnya, jumlah penerimaan yang diperoleh
Kabupaten Aceh Barat Daya dari Provinsi terlihat rata-rata mengalami
peningkatan yang yang menonjol selama tahun 2007-2011. Akan tetapi,
kebijakan keuangannya berada pada Pemerinta Provinsi Aceh, maka proyeksi
besaran penerimaan selama lima tahun ke depan tidak dapat ditetapkan secara
pasti. Apalagi, jika di tetapkan dengan persentase yang tinggi. Untuk itu,
kenaikan pos ini diperkirakan rata-rata masih sebesar 10 persen setiap tahunnya.
Perkiraan ini akan menjadi realita bila tidak terjadinya perubahan kebijakan yang
berarti dibidang keuangan daerah pada jenjang pemerintah provinsi. Mengacu
kepada pertimbangan ini, maka Penerimaan Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya
dari sumber ini untuk Tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut :
TABEL 9.4
PROYEKSI PENERIMAAN DARI PROVINSI UNTUK KABUPATEN ACEH BARAT
DAYA TAHUN 2013 2017 (Dalam Rupiah)
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-5 e) Lain-lain Penerimaan yang Sah
Penerimaan yangn bersumber dari lain-lain ppendapatan yang sah juga
tidak dapat diproyeksikan secara pasti, mengingat perolehan penerimaan dari
pos ini sangat insidental. Dengan demikian, perolehan penerimaan dari sumber
ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan pihak-pihak swasta sehingga pada
tahun tertentu dapat saja kurang dari semestinya.
Berdasarkan proyeksi yang telah dilakukan terhadap beberapa pos
penerimaan dapat diketahui perkiraan penerimaan Kebupaten Aceh Utara untuk
lima tahun kedepan, sebagai berikut :
Tabel 9.5
6.938.069.425 9.486.171.674 11.321.483.571 13.417.938.571 15.525.604.748
9.1.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Belanja daerah terbagi atas Belanja Aparatur dan Belanja Pelayanan
Publik. Sejjak berlakunya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
pengelolaan Keuangan Daerah yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59
Tahun 2007, kelompok belanja daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak
Langsung (Pengganti Belanja Aparatur) dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja
Pelayanan Publik). Sedangkan belanja daerah itu sendiri adalah kewajiban
Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang dirubah dengan Permendagri Nomor 56 Tahun 2007). Berdasarkan
data yang ada menunjukkan bahwa belanja tidak lansung Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Barat Daya selama tahun 2004-2008 terlihat mengalami
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-6 sedikit berfluktuasi. Gambaran besaran kedua komponen belanja daerah
tersebut adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 6-6 berikut ini :
Tabel 9.6
Realisasi Belanja Tidak Langsung Dan Biaya Langsung
Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2007-2011
No Tahun Belanja Tidak
Langsung(Rp) %
Belanja Langsung
(Rp) %
1 2007 130.594.514.863,- - 351.476.043.377,-
-2 2008 156.022.309.722,-
394.441.022.478,-3 2009 174.686.100.366,-
335.697.204.696,-4 2010 200.544.777.311,-
335.657.038.210,-5 2011 228.506.250.139,-
437.524.355.753,-Petumbuhan Rata-rata (%) -
-Komponen pengeluaran belanja terdiri darai :
1. Belanja Operasi;
2. Belanja Modal;
3. Belanja Tak terduga.
9.1.3. Komponen Pembiayaan
Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru
dalam sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan
(Fundi). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata
umum, sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.
Kemampuan keuangan daerah merupakan kemampuan dalam menggali
sumber-sumber keuangan dan kemampuan pengelola keuangan, baik yang
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan
perimbangan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang
dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang
dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-7 instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen
kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah;
2. Dana Penimbangan;
3. Dana Otonomi khusus; dan
4. Lain-lain Pendapatan yang Sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun
2006, terdiri atas :
a. Pajak Daera;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil Pengelola Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Milik
Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota;
d. Zakat; dan
e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah
Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan
bahwa Dana Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil Pajak;
2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam lain;
3. Ddana Alokasi Umum (DAU); dan
4. Dana Alokasi khusus (DAK).
Penerimaan Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya sejak tahun 2004-2008
bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a) Pajak Daerah;
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-8 c) Bagian Laba Usaha Daerah; dan
d) Lain-lain PAD yang Sah.
2. Dana Perimbangan
a) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak;
b) Dana Alokasi Khusus (DAK); dan
c) Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Provinsi.
d) Lain-lain Penerimaan yang Sah.
9.2. Profil Keuangan Kabupaten Aceh Barat Daya
Belanja daerah terbagi atas Belanja Aparatur dan Belanja Pelayanan
Publik. Sejjak berlakunya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
pengelolaan Keuangan Daerah yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59
Tahun 2007, kelompok belanja daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak
Langsung (Pengganti Belanja Aperatur) dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja
Pelayanan Publik). Sedang belanja daerah itu sendiri adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
(Permendagri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang dirubah dengan Permendagri Nomor 56 Tahun 2007). Berdasarkan
data yang ada menunjukkan bahwa belanja tidak lansung Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Barat Daya selama tahun 2004-2008 terlihat mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Demikian pula dengan biaya langsung, meskipun
sedikit berfluktuasi. Gambaran besaran kedua komponen belanja daerah
tersebut adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 6.11 berikut ini.
Keuangan Perusahaan Daerah
Untuk mendukung sumber pembiayaan dalam komponen proyek Cost
Recovery dan telah memiliki BUMD seperti sektor air minum, persampahan dan
limbah asfek keuangannya
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-9 1) Neraca;
2) Rugi/Laba; dan
3) Arus Dana Kas.
9.3. Permasalahan dan Analisa Keuangan
9.3.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten Aceh Barat Daya yang
disesuaikan dengan kondisi keuangannya adalah :
1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun;
2. Menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :
- melihat kecendrungan trend (past trend);
- estimasi pertumbuhan akibat adanya action plan;
- adanya kebijaksanaan khusus Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya.
3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPI2JM.
4. Perhitungan kemampuan meminjam pemerintahan Kabupaten Aceh Barat
Daya (ambang batas DCR adalah 1,5).
Perhatian terhadap asfek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM ini adalah
hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber
yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara
keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa
dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut.
9.3.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Aceh Barat Daya
A. Proyeksi Penerimaan dan Belanja
Proyeksi penerimaan ini dihitung berdasarkan :
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-10 2. Menggunakan asumsi atas dasar trend historis, yang akan
disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara
Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Daya.
3. Dianalisis berapa besar anggaran rutin dibandingkan dengan
anggaran belanja barang dan modal untuk penyelenggaraan
bidang Cipta Karya.
B. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan
Proyeksi Penerimaan Asli daerah dan dana perimbangan
dihitung berdasarkan :
1. Struktur dan perkembangan penerimaan rutin, belanja barang dan
modal serta persentase pertumbuhannya;
2. Kelompok pajak daerah dan retribusi daerah yang memberikan
kontribusi besar, terutama untuk menjadi dasar pada penguatan
kapasitas keuangan daerah;
3. Kelompok pajak daerah dan retribusi daerah yang memberikan
kontribusi kecil yang dikelompokkan dalam unsur penerimaan
lainnya;
4. Analisis kemampuan penerimaan dengan analisis rasio : coverage
ratio; colection ratio; rasio penetapan.
9.4. Analisa Tingkat Ketersediaan Dana
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-11 Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Aceh Barat Daya dapat
bersumber dari :
1. Sumber internal dari Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri
(public saving).
2. Sumbur eksternal dari luar Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya, yaitu
sumber dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pinjaman, partisipasi
swasta dan dari swadaya masyarakat.
9.4.2 Aspek Keuangan Perusahaan
Analisa keuangan ini penting untuk dapat menjabarkan arti dari data dan
informasi yang tercantum dalam laporan keuangan. Analisis yang dipergunakan
dalam RPI2JM Kabupaten Aceh Barat Daya bidang Cipta Karya antara lain :
A. Analisis Ratio
1) Rasio likuiditas;
2) Rasio kepatutan kredit;
3) Rasio efisiensi;
4) Rasio profitabilitas.
B. Analisis Prosentase
C. Indikator yang menentukan layak tidaknya program, yaitu :
1) Internal rate of return (IRR);
2) Financial Internal Rate of return (FIRR) yang dilihat dari penghasilan dan
biaya.
9.5. Rencana Pembiayaan Program
9.5.1 Rencana Pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya, Pemerintah Pusat, Bantuan Pemerintah Provinsi, Bantuan Luar
Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air minum, limbah dan sampah biasanya
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IX-12 Aceh Barat Daya. Sebaliknya pada penanggulangan bencana, jalan negara,
drainase makro pemerintah pusat lebih dominan.
Baik bantuan Pemerintah pusat dan bantuan luar negeri kepada
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya sifatnya stimulan dan pelengkap, namun
pembangunan harus didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dan masyarakat (Comodity Based
Development).
9.5.2 Pelaksanaan Pembiayaan RPI2JM
Setelah melalui proses penilaian RPI2JM oleh Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat Daya, maka selanjutnya adalah program sekaligus proses
pembiayaannya. Pada pelaksanaan pembiayaan maka semua sumber
pembiayaan yang sudah disepakati oleh antara Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya dengan Pemerintah Pusat termasuk dana bantuan luar negeri yang
dirumuskan dalam dokumen Project Memorandum (Kesepakatan Pelaksanaan