• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 HUBUNGAN ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS BAHU 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 HUBUNGAN ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS BAHU 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS BAHU 2016

Yahya Tametaka*, Ardiansa A.T. Tucunan*, Febi K. Kolibu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Total Quality Managemen ( TQM) adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada konsumen agar terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan konsumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif responden yang terlibat dalam penelitian ini 35 responden. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaiman Hubungan Anatar Total Quality Management dengan perbaikan sistem yang berkesinambungan dengan Kinerja Pegawai serta pendidikan dan pelatihan di Puskesmas Bahu. Responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki (17,6%) Sedangkan Perempuan (82,4%). Distribusi berdasarkan umur dimana responden ≤ 30 ( 35,0) sedangkan ≥ 51 (14,7%). Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan SMA (5,9%) Diploma (38,2%) S (52,9%) Magister (2,9%). Distribusi berdasarkan kinerja pegawai telah melaksanakan perbaikan sistem yang berkesinambungan (52,9%) sedangkan (47,1% tidak baik melaksanakan Perbaikan sistem yang berkesinambungan. Pendidikan dan Pelatihan ( 50,0%) sedangkan (50,0%) tidak melaksanakan pendidikan dan pelatihan. Hubungan Perbaikan yang berkesinambungan dengan Kinerja Pegawai. Dari hasil penelitian yang telah melaksanakan perbaikan sistem yang berkesinambungan ( 88,2%) sedangkan (11,8%) tidak melaksanakan perbaikan sistem yang berkesinambungan. Hubungan Pendidikan d an Pelatihan dengan Kinerja Pegawai. Dari hasil penelitian Hubungan Pendidikan dan pelatihan dengan Kinerja Pegawai di Puskesmas Bahu (76,5%) sedangkan (23,5%) tidak melaksanakan pendidikan dan pelatihan sehinga memiliki kinerja yang tidak baik. Dari hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara perbaikan sistem yang berkesinambungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu Dan juga terdapat hubungan antara pendidikan dan pelatihan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu..

Kata Kunci: Kinerja Puskesmas TQM

ABSTRACT

Total Quality Management (TQM) is an effort made to improve the quality of services provided to consumers to meet the needs of consumers desired. The type of this research is quantitative research respondents involved in this study 35 respondents. The purpose of this study is to find out how the Relationship Anatar Total Quality Management with continuous system improvement with Employee Performance as well as education and training at Puskesmas Bahu. Respondents based on male gender (17.6%) While Women (82.4%). Distribution by age where respondent ≤ 30 (35,0) while ≥ 51 (14,7%). Distribution of Respondents by Level of High School Education (5.9%) Diploma (38.2%) S (52.9%) Masters (2.9%). Distribution based on employee performance has implemented continuous system improvement (52,9%) whereas (47,1% is not good to implement continuous System Improvement Education and Training (50,0%) while (50,0%) do not conduct education and Training, relationships Continuous improvement with employee performance From the results of research that has implemented continuous system improvement (88.2%) while (11.8%) did not implement continuous improvement of the system Education Relationships and Training Performance Of Employees From Result of research of Education Relation and training with Performance of Employee at Puskesmas Bahu (76,5%) while (23,5%) did not conduct education and training so that have bad performance. From the result of research that there is correlation between continuous system improvement with employee performance at Puskesmas Bahu And also there is correlation between education and training with employee performance in Puskesmas Bahu .

(2)

PENDAHULUAN

Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) adalah suatu kesatuan

organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat di

samping memberikan pelayanan secara

menyuluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas didirikan untuk

memberikan pelayanan kesehatan dasar,

menyuluruh, paripurna, dan terpadu bagi

seluruh penduduk yang tinggal di

wilayah kerja puskesmas. Program dan

upaya kesehatan yang diselenggarakan

oleh puskesmas merupakan program

pokok (public health essentional) yang

wajib dilaksanakan oleh pemerintah

untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat (Herlambang, 2016)

Pada era globalisasi saat ini,

ketatnya persaingan serta pelanggan

yang semakin selektif mengharuskan

puskesmas sebagai salah satu penyedia

jasa pelayanan kesehatan dasar untuk

selalu menigkatkan kualitas

pelayanannya (Bustami, 2011). Kualitas

atau mutu pelayanan kesehatan adalah

pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk

serta penyelenggaranya sesuai dengan

standar dan kode etik protensi (Azwar

1996).

Total Quality Management

(TQM) adalah proses manajemen

komprehensif yang berfokus pada

perbaikan yang terus menerus dari

aktifitas organisasi untuk menajamkan

kualitas dan jasa yang ditawarkan (

Malthis dkk (2001). Untuk

memudahkan pemahamannya,

pengertian TQM dapat dibedakan

dalam dua aspek. Aspek pertama

menguraikan apa TQM itu dan aspek

kedua membahas bagaimana mencapainya. “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.(Mangku negara, 2005) Perbaikan yang berkesinambungan

merupakan salah satu unsur paling

fundamental dari TQM. Konesep

perbaikan berkesinambungan diterapkan

baik terhadap proses produk maupun

orang yang melaksanakannya.

Demikian pun pendidikan dan pelatihan

yang adalah merupakan penciptaan

suatu lingkungan dimana para pegawai

dapat memperoleh atau mempelajari

sikap, kemampuan, keahlian,

pengetahuan dan perilaku yang spesifik

yang berkaitan dengan pekerjaan

(3)

Pelatihan merupakan bagian yang

menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan

ketrampilan diluar sistem pendidikan

yang berlaku dalam waktu relative

singkat dengan metode yang lebih

mengutamakan pada praktek daripada

teori Rivai (2009).

Pendidikan berbeda dengan

pelatihan. Pelatihan bersifat spesifik,

praktis, dan segera. Yang dimaksud

dengan spesifik dalam arti pelatihan

berhubungan secara spesifik dengan

pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan

yang dimasksud dengan praktis dan

segera adalah bahwa apa yang sudah

dilatihkan dapat diaplikasikan dengan

segera sehingga materi yang diberikan

harus bersifat praktis. Pelatihan

merupakan bagian dari pendidikan.

Pendidikan lebih bersifat filosofis dan

teoritis. Walaupun demikian, pendidikan

dan pelatihan memiliki tujuan yang

sama, yaitu pembelajaran. Di dalam

pembelajaran terdapat pemahaman

secara implisit. Melalui pemahaman,

karyawan dimungkinkan untuk

menjadi seorang inovator, pengambil

inisiatif, pemecah masalah yang

kreatif, serta menjadikan karyawan

efektif dan efisien dalam melakukan

pekerjaan (Tjiptono dkk,2001.)

Pelatihan yang efektif dapat

meningkatkan kinerja, memperbaiki

semangat kerja, dan mendongkrak

potensi organisasi. Pelatihan yang

kurang baik, tidak sesuai, atau tidak

memadai bisa jadi sumber frustrasi

pelatihan, manager atau pemimpin

harus memantau proses pelatihan.

Karaketeristik utama aktivitas pelatihan

yang memberikan kontribusi terhadap

daya saing adalah aktivitas pelatihan

yang dirancang sesuai dengan proses

desain pembelajaran. Hasil analisis

menunjukkan bahwa infrastruktur

berpengaruh pada kinerja perusahaan

dan berpengaruh pada keunggulan

kompetitif perusahaan (Nasution,

2005).

Total Quality Management

(TQM) merupakan salah satu

pendekatan yang harus dilakukan

organisi. Di berbagai setiap institusi,

bahwa mutu adalah agenda utama dan

meningkatkan mutu merupakan tugas

yang paling penting. Mutu dalam

pandangan seseorang terkadang

bertentangan dengan mutu dalam

pandangan orang lain, sehingga tidak

aneh juga jika ada dua pakar yang tidak

memiliki kesimpulan yang sama tentang

bagaimana cara menciptakan institusi

yang baik (Sallis, 2011). Pendidikan dan

pelatihan merupakan proses sistematis

untuk meningkatkan, mengembangkan,

dan membentuk pegawai dimana

pegawai mempelajari pengetahuan,

keterampilan, kemampuan atau

(4)

organisasi sehingga tercipta sumber

daya manusia yang berkualitas.

Puskesmas merupakan penunjang

fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan

lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan dan

pembangunan kesehatan di indonesia,

maka puskesmas perlu meningkatkan

kualitas mutu pelayanan kesehatan

terutama meningkatkan kinerja para

pegawai atau tenaga kesehatan yang

akan berdampak peningkatan derajat

kesehatan di wilayah kerjanya.

(Anonimous, 2014) Menurut etal.

(2007). Total Quality Management

(TQM) memainkan peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan

kekuatan daya saing perusahaan. Dalam

penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa

TQM secara langsung berpengaruh

terhadap kinerja organisasi atau

perusahaan tersebut. Berdasarkan hal

tersebut, maka dilakukan penelitian ini

dengan tujuan untuk mengetahu TQM

dengan kinerja pegawai di Puskesmas

bahu.

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui penerapan hubungan TQM

dengan kinerja pegawai di Puskesmas

Bahu.

TQM ditentukan oleh 10

variabel penting, namun untuk

penelitian ini peneliti hanya meniliti 2

variabel penting TQM yaitu perbaikan

sistem berkesinambungan dengan

Pendidikan dan Pelatihan. Oleh sebab

itu, Perbaikan yang berkesinam bungan

dan Pendidikan dan pelatihan pegawai

yang ada di Puskesmas Bahu sangat

penting untuk meningkatkan kualitas

pelayanan yang lebih bermutu.

Pengawai di Puskesmas Bahu

terdiri dari dokter umum (6 orang) ,

tenaga dokter Gigi (1 orang) ,tenaga

perawat (14 orang), tenaga perawat Gigi

(4 orang) , tenaga Bidan ( 8 orang)

,dokter Spesialis Anak (1 orang) , tenaga

Apoteker (1 orang), tenaga pekarya

tenaga kesehatan (4 orang), tenaga

Nutrisionis(1orang) , tenaga Analys

Laboratorium (1 orang) , tenaga Bidan

yang kontrak (4 orang), tenaga

Administrasikontrak (1orang), tenaga

dokter kontrak (1 orang), tenaga sopir

kontrak (1 orang )tenaga honor kontrak

(1 orang), tenaga IT kontrak (1 orang)

UPT dan TU.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah penelitian

(5)

Kecamatan Malalayang Kota Manado.

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada

bulan November-Desember 2016.

Populasi dari penelitian ini adalah

seluruh pegawai yang ada di Puskesmas

Bahu yaitu sebanyak 57 orang pegawai.

Sampel Peneliti ingin melibatkan

keseluruhan pegawai yang ada di

Puskesmas Bahu dengan total Populasi

57. Akan tetapi 23 responden tidak mau

dijadikan objek dari penelitian ini.

Sehingga peneliti mengambil sapel,

besar sampel responden yang bersedia

terlibat dalam penelitian ini sebanyak

34 responden. Populasi dari penelitian

ini adalah seluruh pegawai yang ada di

Puskesmas Bahu yaitu sebanyak 57

orang pegawai. Pengawai di Puskesmas

Bahu terdiri dari dokter umum (6 orang)

, tenaga dokter Gigi (1 orang) ,tenaga

perawat (14 orang), tenaga perawat Gigi

(4 orang) , tenaga Bidan ( 8 orang)

,dokter Spesialis Anak (1 orang) , tenaga

Apoteker (1 orang), tenaga pekarya

tenaga kesehatan (4 orang), tenaga

Nutrisionis(1orang) , tenaga Analys

Laboratorium (1 orang) , tenaga Bidan

yang kontrak (4 orang), tenaga

Administrasikontrak (1 orang), tenaga

dokter kontrak (1 orang), tenaga sopir

kontrak (1 orang )tenaga honor kontrak

(1 orang), tenaga IT kontrak (1 orang)

UPT dan TU.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Perbaikan yang

Berkesinambungan dengan Kinerja

Pegawai

Penelitian ini adalah seluruh pegawai

yang ada di Puskesmas Bahu yaitu

sebanyak 57 orang pegawai. Peneliti

ingin melibatkan keseluruhan pegawai

yang ada di Puskesmas Bahu dengan

total Populasi 57. Sampel yang terdapat

hanya 34 responden, sedangkan sisanya

23 responden tidak bersedia terlibat

dalam penelitian. Akan tetapi 23

responden tidak mau dijadikan objek

dari penelitian ini.

Distribusi berdasarkan pendidikan dan

pelatihan dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini. Tabel 1.

Distribusi Hubungan Perbaikan

Yang Berkesinambungan dengan

Kinerja Pegawai Berdasarkan tabel 1

bahwa responden yang terdiri dari 34

orang pegawai, dari hasil distribusi

menunjukkan yang telah melaksanakan

perbaikan sistem yang

berkesinambungan sebanyak 15 orang

atau sebanyak ( 88,2%) sedangkan yang

tidak melaksanakan sebanyak 2 orang

atau ( 11,8%) sehingga dapat

disimpulkan responden ( 11,2%)

memiliki kinerja yang tidak baik.

Hasil uji statistic dengan telah

(6)

berkesinambungan dengan kinerja

pegawai di P

Hubungan Perbaikan yang

Berkesinambungan dengan Kinerja

Pegawai

Distribusi berdasarkan pendidikan dan

pelatihan dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Hubungan Perbaikan Yang Berkesinambungan dengan Kinerja

Pegawai

Perbaikan Sistem Berkesinambungan

Kinerja Pegawai Total OR

p-volue (95% CI)

Baik Kurang Baik

n % n % n %

Baik 15 88,2 3 17,6 18 52,9 0,006 35.000

5.071

Kurang Baik 2 11,8 14 82,4 16 47,1

Total 17 50,0 17 50,0 34 100

Berdasarkan tabel bahwa, dari 34

responden dimana pegawai yang telah

melaksanakan Pendidkan dan pelatihan

baik sebanyak (76,5%) sedangkan (

23,5%) tidak melaksanakan pendidikan

dan pelatihan sehinga memiliki kinerja

yang tidak baik. Hasil uji statistic

menunjukkan nilai p< 0,05 (p value =0,000) Sehingga dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara pendidikan

dan pelatihan dengan kinerja pegawai di

Puskesmas Bahu.

Hubungan Pendidikan dan Pelatihan

dengan Kinerja Pegawai

Distribusi berdasarkan pendidikan dan

pelatihan dapat dilihat pada tabel 2

berikut ini..

Tabel 2. Distribusi Hubungan Pendidikan dan Pelatihan dengan Kinerja Pegawai

Pendidikan Dan Pelatihan

Kinerja Pegawai Total OR

p.Volue ( 95% CI)

Baik Kurang Baik

n % n % n %

0,000, 10.563

Baik 13 76,5 4 23,5 17 50,0

Kurang Baik 4 23,5 13 76,5 17 50,0

Total 17 50,0 17 50,0 34 100

Berdasarkan tabel bahwa, dari 34

responden dimana pegawai yang telah

melaksanakan Pendidkan dan pelatihan

baik sebanyak (76,5%) sedangkan (

23,5%) tidak melaksanakan pendidikan

dan pelatihan sehinga memiliki kinerja

yang tidak baik. Hasil uji statistic

menunjukkan nilai p< 0,05 (p value =0,000) Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pendidikan

dan pelatihan dengan kinerja pegawai di

(7)

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa

terdapat hubungan antara perbaikan

sistem yang berkesinambungan

dengan kinerja pegawai di

Puskesmas Bahu.

2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa

terdapat hubungan antara

pendidikan dan pelatihan dengan

kinerja pegawai di Puskesmas

Bahu. Oleh sebab itu, Puskesmas

perlu meningkatkan pendidikan

lanjut bagi petugas kesehatan di

Puskesmas. Baik itu pendidikan

formal, pelatihan atau pun

melanjutkan pendidikan

selanjutnya sesuai profesi atau

bidannya masing-masing.

SARAN

1. Puskesmas bahu perlu meningkatkan

penerapan perbaikan sistem yang

berkesinambungan yang lebih baik

.Untuk meningkatkan kualitas

pelayanan yang lebih baik perlu

membangun hubungan yang baik

lewat komunikasi agar bisa

memperbaiki masalah yang nyata

dengan memandang ke hulu,

mendokumentasi kemajuan

kemudian memantau perubahan.

2. Puskesmas Bahu perlu

menyingkatkan pendidikan dan

pelatihan. Agar kualitas pelayanan

kesehatan bermutu petugas

puskesmas perlu dibekali pendidikan

tent pelayanan kesehatan.Untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan

yang bermutu petugas puskesmas

harus dibekali pengetahuan lewat

pendidikan dan pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin T. H. 2014. Analisis Pengaruh

Total Quality Management

terhadap Kinerja

Asri L R. 2011 Budaya Organisasi;; Yogyakarta

Azwar, A.1996, Pengantar Administrasi

Kesehatan, Binarupa Aksara, Tangeran

Ari Z. A. S 2014. Penerapan TQM

Dalam Meningkatkan Kinerja

Perusahan.

Agustiningrum, C. 2004. Jurnal - Gaya

Kepemimpinan Dan Motivasi

Kerja Terhadap Kinerja Pegawai.

Profil Puskesmas Bahu 2015

Manajerial (Studi Pada Industri Tepung

Tapioka Kecamatan Margoyoso,

Kabupaten

Pati)eprints.undip.ac.id/44776/1/1

Gambar

Tabel 1. Distribusi Hubungan Perbaikan Yang Berkesinambungan dengan Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Pihak Puskesmas Kecamatan Tnjung Karang Pusat harus mempersiapkan diri untuk membuat lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakst, sebab

Secara umum, pola asuh orang tua terdiri dari 3 macam. Pertama, authoritarian di mana orang tua bersikap otoriter, tidak memberi anak kebebasan dan memaksa anak agar memenuhi

4-14] Apabila pompa utama dioperasikan di bawah Kecepatan Staging OFF untuk waktu yang ditetapkan pada Tunda De-staging (P27-24), dan lebih dari satu pompa berkecepatan variabel

Secara garis besar, forum penelaahan RKBMN dilaksanakan dalam rangka konfirmasi kelengkapan, legalitas, kesesuaian dokumen, relevansi antara program, kegiatan dan ouput

Menimbang, mengenai petitum keempat yaitu : menyatakan secara hukum Para Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji atau wanprestasi kepada Penggugat karena tidak

Rentetan alur hubungan pemberian makna masyarakat atas bencana sebagai kehendak alam menuju tindakan praktis tanggap bencana secara skematis dimediasi oleh ide

Apakah perubahan sistem pemerintahan negara yang mendasar tersebut telah membuat unsur-unsur administrasi negara atau aparatur negara mampu mempraktekkan good governance dan

Riset menunjukkan pemanfaatan sekam padi sebagai biobriket ternyata kurang dari 10 % sedangkan di India pemanfaatan sekam padi menjadi bahan bakar mencapai 40 % (Werther et al.,