• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE BERVARIASI PADA SISWA KELAS I SDN 12 BETUMONGA ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE BERVARIASI PADA SISWA KELAS I SDN 12 BETUMONGA ARTIKEL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE

BERVARIASI PADA SISWA KELAS I SDN 12 BETUMONGA

ARTIKEL

YUSMANETI 1310018512005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE

BERVARIASI PADA SISWA KELAS I SDN 12 BETUMONGA Yusmaneti¹, Yetty Morelent¹, Agustina²

¹Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

ABSTRACT

The problem faced by the first graders of 12 Betumonga Elementary School (SDN 12 Betumonga), Mentawai Archipelago residenciy is the low level of preliminary writing in learning Indonesia Language. The reason is because teachers do not use various methods in teaching, so that the students are not motivated to write. To solve the problem, the teachers / researchers conduct a study on class action to improve teachers’ performance and the students’ learning process to upgrade the study result grade on preliminary writing. The researchers conducted the study in two cyles using Hopkins Model (Sanjaya, 2013:53), the first cycle was conducted in three meetings on November 2,5, and 9, 2015 respectively; the second cycle was conducted in two meetings on Desember 7 and 10, 2015 respectively. According to Hopkins, class action study is conducted spirally starting from detecting the problem, planning and conducting observation and reflection, replanning; executing the action and so on. Class action study conducted by the researchers use various methods, namely : talk, question-answer and exercise. On the first meeting, the researchers used 2 methods like talk and question – answer, so that the student’ grade points on cycle I are 68,80,68, 72, 72, 72, 76, 68, 52, 56, 56, 68, 64, 56, 64, with the total of 992 and the mean of 66.13; grade point 80 is

Keywords : Poor writing skills

ABSTRAK

Permasalahan yang dihadapi siswa kelas I SDN 12 Betumonga Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Pembelajaran bahasa Indonesia adalah rendahnya keterampilan menulis permulaan siswa kelas I dalam Pembelajaran bahasa Indonesia. Penyebab antara lain karena guru tidak menggunakan metode bervariasi dalam mengajar, sehingga siswa tidak termotivasi untuk menulis siswa hanya diam mendengar. Untuk memecahkan masalah ini guru melakukan penelitian tindakan kelas, tujuannya untuk meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan proses belajar siswa sehingga nilai hasil belajar keterampilan menulis siswa dapat di tingkatkan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Hopkins yang dilakukan melalui dua siklus, dengan menggunakan metode bervariasi. Pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan mulai dari tanggal 2 November, tanggal 5 November, dan tanggal 9 November 2015 dari berbagai tindakan yang dilakukan guru dengan menggunakan metode bervariasi, dilanjutkan ke siklus II yang dilaksanakan dua kali pertemuan pada 7 Desember dan 10 Desember 2015, dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab ditambah dengan metode latihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru dengan berbagai tindakan dalam proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode bervariasi dapat diterapkan di SDN 12 Betumonga. Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata 66,13, sehingga pada siklus II meningkat menjadi 74. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bervariasi dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa,karena siswa belajar dengan rajin, termotivasi, disiplin, dan bersemangat.

(3)

Pendahuluan

Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa, yakni: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan bahasa yang cukup kompleks adalah menulis. Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa untuk mengungkapkan pikiran dan mengkomunikasikan ide-ide kepada orang lain.

Dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan,

dan pembaca sebagai penerima pesan.

Keterampilan menulis sudah diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai pada tingkat perguruan tinggi, Majunya suatu bangsa ditandai dengan masyarakatnya yang rajin menulis dan menganggap menulis sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang perdagangan.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari Kecamatan Sipora Utara dan Kecamatan Sipora Selatan, pada kecamatan Sipora Utara bagian pantai Barat berdirilah sebuah sekolah bernama SDN 12 Betumonga.

Nilai keterampilan menulis permulaan siswa kelas I di sekolah tersebut masih rendah. Penyebabnya antara lain adalah faktor lingkungan, faktor ekonomi, tidak adanya dukungan dari orang tua, kurangnya latihan menulis, kurang mengerti bahasa Indonesia. Siswa tidak mengerti bagaimana cara menulis yang benar, menulis dilakukan karena terpaksa, sarana dan prasarana di sekolah tidak mendukung, siswa tidak menggunakan waktu yang tersedia dengan baik, siswa sering keluar masuk saat proses belajar mengajar berlangsung, kurang tepatnya guru dalam menggunakan metode dan tidak menggunakan media pembelajaran.

Maka sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, perlu ditingkatkan penggunaan metode bervariasi. Untuk mengatasi masalah yang di hadapi oleh siswa kelas I SDN 12 Betumonga dan meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus melakukan (PTK) penelitian tindakan kelas yang dilakukan di dalam kelas.

(4)

mengajar dengan berbagai tindakan yang dilakukan guru, sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru.

Dalam penelitian ini peneliti mengkaitkan dengan tiga ranah pembelajaran, yakni perkembangan skill-skil otot untuk bisa membuat pergerakan dalam menulis (psikomotor), pertumbuhan prilaku atau nilai (afektif), dan pemerolehan ilmu pengetahuan dan skill intelektual (kognitif). Serta menggunakan media gambar karena media sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar.

Untuk meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis permulaan, peneliti menggunakan metode bervariasi seperti: metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode latihan, karena peranan metode sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. .

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: adakah pengaruh metode bervariasi terhadap hasil belajar siswa kelas I SDN 12 Betumonga, dan bagaimanakah proses peningkatan keterampilan menulis permulaan setelah di terapkan metode pembelajaran bervariasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas I SDN 12 Betumonga Kabupaten Kepulauan Mentawai?

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengembangkan metode bervariasi pada proses peningkatan keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas I SDN 12 Betumonga. 2.Manfaat Praktis

a. bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bervariasi pada siswa kelas I SDN 12 Betumonga Kabupaten Kepulauan Mentawai.

b. bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang metode pembelajaran untuk peningkatan keterampilan menulis siswa kelas I SDN 12 Betumonga. c.bagi sekolah, diharapkan hasil

(5)

sebagai lembaga pendidikan di masyarakat.

Keterampilan menulis diajarkan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Sitanggang, (2010:1),” menciptakan iklim

budaya menulis akan mendorong seseorang menjadi lebih aktif, lebih kreatif, dan lebih cerdas. Oleh karena itu, untuk dapat menulis dengan benar diperlukan pembiasaan diri dengan cara belajar serta berlatih secara terus menerus dan berberkesinambungan.

Menulis merupakan bentuk keterampilan yang membutuhkan keaktifan dan kreativitas pikiran dalam menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Sedangkan menurut Tarigan (Sitanggang, 2010:3),” dalam menulis dituntut kemahiran

memakai ejaan, komposisi yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf secara tepat, dan keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui pelatihan dan praktik secara bersikenambungan.

Sumardjo (Asura, 2005:2),” menulis adalah

mengungkapkan buah pikiran memerlukan keseriusan, bagaimana menyusun kalimat secara baik, dengan isi yang tersaji secara sistematis, menarik dengan tema yang mengandung greget, dan yang tidak kalah penting adalah popular.

Pembelajaran menulis di SD baik dalam GBPP SD 1994, maupun dalam KBK

terdiri atas dua bagian sebagaimana layaknya pembelajaran membaca yakni, menulis permulaan dan menulis lanjut (pendalaman). Menulis permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana biasanya diawali atau bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan. Menulis lanjut mulai dari menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar.

Menurut Santosa (2007:14),”

menulis dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Dilihat dari prosesnya, menulis mulai dari suatu yang tidak tampak, sebab apa yang hendak kita tulis masih berbentuk pikiran dan bersifat sangat pribadi.

Dalman (2014:93),” terdapat satu

jenis tulisan deskripsi adalah bentuk tulisan bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yangsebenarnya. Dalman(2014:105),”menjelaskan lagi jenis

(6)

berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Dalman (2014:119),” menambahkan jenis tulisan ketiga eksposisi adalah untuk memberikan informasi sesuatu hal yang memperluas pandangan, wawasan atau pengetahuan pembaca. Dalman (2014:137) jenis tulisan keempat Argumentasi adalah karangan bersifat meyakinkan pembaca agar apa yang ditulis itu benar adanya, tetapi tidak untuk mempengaruhi sipembaca. Dalman (2014:145),” mengemukakan jenis

tulisan kelima persuasi adalah salah satu jenis karangan yang berisi ajakan atau paparan data yang bersifat meyakinkan sekaligus memengaruhi atau membujuk sipembaca untuk mengikuti keinginan penulis.

Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa tulis sesuai dengan konteks pemakaian bahasa yang wajar (Solchan, 2008:9.5). Solchan (2008:9.6),” menjelaskan

tujuan pembelajaran menulis yang ingin dicapai di kelas I SD adalah: (1) bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, garis pembentuk huruf. (2) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, bentuk lurus. (3) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat). (4) menulis huruf, kata dan kalimat sederhana dengan huruf lepas. (5) menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung. (6) menulis

kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan menuliskannya dengan benar. (7) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung.

Solchan (2008:9.25) membagi menulis permulaan menjadi dua tahap, yaitu (a) tahap prapenulisan, dan (b) tahap penulisan. Tahap prapenulisan bertujuan melatih siswa untuk membiasakan diri bersikap baik dan tepat dalam menulis, misal sikap duduk yang benar, pengaturan jarak mata dan tangan yang tepat pada waktu menulis.

(7)

mengarang, dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan dapat pula tanpa bantuan gambar.

Pujiono (2013:5),”mengemukakan

tiga fase menulis seperti: (1) Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis. (2) Penulisan,pe nulis mulai melakukan kegiatan menulis. (3) Pascapenulis, tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar.

Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lain, membutuhkan alat, sarana atau media yaitu bahasa, bahasa dalam bahasa Inggris-nya disebut language berasal dari bahasa latin yang berarti lidah, lidah merupakan alat ucap. Secara universal, bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran, ujaran inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bahasa mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, mana suka, ujar, manusiawi dan komunikatif.

Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat, ketepatan penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu.

Sumiati (2013:97) penerapan metode pembelajaran meliputi empat kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan awal yang bersifat orientasi. (2) kegiatan inti dalam proses pembelajaran. (3)penguatan dan umpan balik. (4) penilaian. Sedangkan menurut Anita (2008:5.4) metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif.

Menurut Sudjana (1989:76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru mengadakan hubungan dengan siswa pasa saat berlangsung pengajaran, peranan metode sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar, dengan kata lain terciptanya interaksi edukatif, guru berperan sebagai penggerak sedangkan siswa berperan sebagai penerima.

Menurut Sriyono, (1992:99) metode ceramah adalah penuturan atau penjelasan guru secara lisan, dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya.

(8)

lisan oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar. Dalam pelaksanan sebuah interaksi dalam penataran, misalnya, penceramah (penatar) dapat menggunakan alat-alat pembantu untuk menjelaskan uraiannya. Tetapi alat utama perhubungan dengan kelompok pendengar (petatar) adalah bahasa lisan.

Menurut Sudjana, (1989:77( metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan, metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya.

Menurut Sriyono, (1992:100) keuntungan metode ceramah, (1) efesiensi waktu dan tenaga, (2) mudah dilaksanakan dan pengaturan kelas tidak sulit, (3) guru dapat menyampaikan pengalaman dan pengetahuan secara maksimal tanpa melupakan tujuan utama, (4) dapat mencakup jumlah murid yang besar dengan materi yang luas, (5) guru dapat menguasai kelas dengan mudah, (6) meningkatkan status guru kalau kalau ia dapat memberikan pandangan yang luas, (7) Metode ini dapat memacu semangat siswa, (8) melatih murid memusatkan perhatiannya.

Surakhmad, (1982:99) dengan menggunakan metoda ceramah seseorang akan mengguntungkan, (1) penceramah dapat menguasai seluruh seluruh arah pembicaraan dalam kelompok, (2)

organisasi kelompok pendengar sangat sederhana.

Donald Kauchak, (2009:215)”

ceramah mempunyai tiga keuntungan. Pertama, ketika periode perencanan terbatas untuk menyusun konten, ceramah justru sangat menghemat waktu dan tenaga. Kedua, fleksibel ceramah bisa digunakan untuk hampir semua semua bidang konten. Ketiga, relatif sederhana jika dibandingkan dengan strategi-strategi pengajaran yang lain.

Sedangkan Suryosubroto (2009:156) mengemukakan kelebihan metode ceramah seperti: (1) guru dapat menguasai seluruh arah kelas, dan (2) organisasi kelas sederhana. Dengan berceramah persiapan satu-satu yang diperlukan guru ialah buku catatan/bahan pelajaran. Pembicaraan sambil duduk atau berdiri. Murid mendengarkan secara diam dan mudah dimengerti, jalan ini paling sederhana untuk mengatur kelas dari pada penggunaan metode lain.

(9)

Surakhmad, (1982:99) kelemahan metoda ceramah ini adalah, (1) penceramah tidak mudah dapat mengetahui sampai dimana setiap anmggota kelompok telah mengerti (memahami) yang telah dibicarakan, (2) pada anggota kelompok dapat berbentuk konsep yang berbeda-beda dari yang dimaksudkan oleh penceramah tersebut.

Donald Kauchak, (2009:215)”

ceramah di samping memiliki kelebihan ceramah juga memiliki kekurangan. Pertama, tidak efektif untuk menarik dan mempertahankan perhatian siswa. Kita semua duduk mendengarkan ceramah yang hanya membuat otak pening dengan tujuan untuk melewati waktu agar cepat berlalu. Kedua, ceramah tidak memungkinkan guru untuk memeriksa persepsi dan pemahaman siswa yang tengah berkembang. Ketiga, ceramah memaksakan sebuah muatan kognitif yang berat pada siswa, sehingga informasi sering di abaikan sebelum siswa mampu men-encoding dalam ingatan jangka panjang mereka. Keempat, ceramah menempatkan siswa pada peran yang pasif. Langkah-langkah Metode Ceramah, (1) Guru harus secara trampil merumuskan tujuan intruksional, sangat khusus dankongkrit betul-betul dapat tercapai bila pelajaran telah berlangsung, (2) Perlu mempertimbangkan dari banyak segi, apakah pilihan sudah tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang telah di rumuskan, (3)

Perlu memahami bahan peajaran dari segi sequence dan scope (urutan dan luasnya isi). Yang memungkinkan siswa dapat tertarik pada pelajaran, memberikan contoh-contoh yang kongkrik, sehingga siswa dapat memahami apa yang di jelaskan Rostiyah dalam Istarani (2014:7). 1.Tahap persiapan

a. Merumuskan tujuan yang ingin di capai, merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan guru, apa yang dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berakhir.

b. Menentukan pokok materi yang akan diceramahkan, keberhasilan ceramah tergantung penguasaan guru tentang materi.

c. M

empersiapkan alat bantu sehingga tidak salah persepsi dari siswa, misal media.

2.Tahap Pelaksanaan

Ada tiga langkah yang harus dilakukan.

a. Langkah pembukaan

(10)

langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi yang akan disampaikan.

b. Langkah Penyajian

Merupakan tahap penyampaian materi pelajaran dengan bertutur, guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian hal-hal yang harus dilakukan :

a. Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa

b. Gunakan bahasa yang mudah dicernah siswa.

c. Sajikan materi pelajaran secara sistimatis tidak melompat-lompat.

d. Jaga agar kelas tetap konduksif dan menggairahkan untuk belaj

c. Langkah mengakhiri atau menutup ceramah

a. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang bari disampaikan. b. Merangsang siswa untuk mengetahui

kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.

Menurut Sudjana, (1989:78) metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung, sebab pada saat yang sama terjadi

dialog antara guru dan siswa , guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

Djamarah, (2010:241) metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik, dengan metode tanya jawab dapat di kembangkan keterampilan mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan. Penggunaan metode tanya jawab bermaksud memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan) dan anak didik menjawabnya.

Solchan (2008:3.18) tujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap ceramah yang baru diberikan atau pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang telah dibaca. Jika teknik tanya jawab kita laksanakan pada waktu membuka pelajaran, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan prites, yaitu untuk menjajaki sampai di mana penguasaan siswa terhadap bahan yang akan kita berikan.

(11)

mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah, (2) anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas atau belum mengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali, (3) mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan membawa kearah suatu diskusi, (4) pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik. Menurut Sriyono, (1992:104) manfaat metode tanya jawab, (1) mendorong siswa aktif berpikir, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti kepada guru, (3) perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau di arahkan pada suatu diskusi.

Djamarah, (2010:241)

mengemukakan kekurangan metode tanya jawab, (1) mudah menyimpang dari pokok persoalan, (2) dapat menimbulkan beberapa masalah baru, (3) anak didik terkadang merasa takut memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya, (4) sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman anak didik.

Menurut Sriyono, (1992:105) kelemahan metode tanya jawab antara lain, (1) akan menimbulkan penyimpangan pembicaraan, (2) dapat menghambat cara berpikir anak bila tidak/kurang pandai membawakannya untuk menjawab persis

seperti yang dia kehendaki, kalua tidak di nilai salah.

Menurut Djamarah, (2010:242) metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, metode latihan dapat juga digunakan untuk memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

Menurut Sriyono, (1992:112) Drill adalah latihan dengan pratek yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Suyanto dan Jihad (2013:131) metode drill merupakan metode mengajar dengan memberikan latihan-latihan kepada siswa untuk memperoleh suatu keterampilan. Metode latihan disebut juga metode training, merupakan kebiasaan yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu. Metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

(12)

terhadap kesalahan-kesalahan, (3) pengetahuan atau keterampilan siap yang telah terbentuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari, (3) pengetahuan atau keterampilan siap yang telah terbentuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari.

Menurut Sriyono, (1992:113) kelemahan metode drill adalah, (1) dapat membentuik kebiasaan kaku, (2) menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya, (3) menimbulkan verbalisme, (4) latihan yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran maupun kepada guru, (5) latihan yang dilakukan dengan pengawasan yang keta dalam suasana yang serius mudah menimbulkan kebosanan dan Kejengkelan akhir anak malas belajar.

Menurut Djamarah, (2010:242) kekurangan metode latihan, (2) menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawah kepada penyesuaian dan arahkan kepada jauh pengertian, (2) menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, (3) dapat menimbulkan verbalisme.

Sumiati (2014:105) langkah-langkah dalam melaksanakan latihan. (1) Guru memberikan penjelasan singkat tentang konsep, prinsip atau aturan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan yang akan dilatihkan. (2) Guru mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan

baik dan benar sesuai dengan konsep dan aturan tertentu, bagaimana penulisan kata atau kalimat.

(3) Jika belajar dilakukan secara kelompok atau klasikal, guru dapat meminta salah seorang siswa untuk menirukan apa yang telah dilakukan guru, sementara siswa lain memperhatikan. (4) Latihan perseorangan dapat dilakukan melalui bimbingan dari guru sehingga dicapai hasil belajar.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini terdiri dari masalah, pemecahan masalah, dan deskripsi hasil penelitian. Masalah penelitian ini adalah rendahnya keterampilan menulis permulaan siswa kelas I SDN 12 Betumonga Kabupaten Kepulauan Mentawai. Masalah tersebut dipecahkan dengan menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode latihan.

(13)

masalah praktis yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Seperti yang peneliti hadapi pada SDN 12 Betumonga keterampilan menulis permulaan siswa rendah, peneliti sebagai guru berupaya untuk mencari jalan keluar dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan Model Hopkins. Sanjaya, (2013:53) pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi, mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan dan seterusnya. Sanjaya, (2013:24) penelitian tindakan adalah intervensi dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang di timbulkan dari intervensi tersebut.

Alasan penting guru harus melaksanakan PTK: (1) Hubungan dengan tugas propesional guru. Guru profesional tidak akan pernah puas dengan hasil yang telah di capainya. Guru propesional secara terus menerus menambah dan meningkatkan kemampuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya mengajar. (2) Berkaitan dengan otonomi guru dalam pengelolaan kelas arti guru memiliki tanggung jawab yang penuh untuk keberhasilan pembelajaran siswa. (3) Berkenaan dengan pemanfaatan hasil penelitian, penelitian

yang dilakukan oleh orang lain sulit dipahami oleh guru.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 12 Betumonga, pada siswa kelas I semester satu tahun pelajaran 2015/2016 yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2015. Jumlah siswa 15 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.

Menurut Hopkins (dalam Sanjaya, 2013:53) pelaksanan penelitian tindakan dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan melakukan observasi mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan, dan seterusnya. PTK terdiri dari dua siklus melalui empat tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing ), (4) refleksi(reflecting). Model Hopkins memuat empat tahap (1) mengembangkan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki situasi yang terjadi, (2) melakukan tindakan untuk menjelaskan rencana, (3) mengamati dampak dari situasi yang disampaikan tersebut dalam konteks kejadian, (4) merefleksi dampak tersebut sebagai dasar

perencanaan dan seterusnya hingga terbentuk siklus.

(14)

Tujuannya untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan menulis permulaan. Hasil pengamatan dan

tes keterampilan menulis siswa dijadikan dasar bagi peneliti untuk menyusun rencana dan memulai tindakan.

Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (sumber Wina Sanjaya, 2013:53) Gambar 2

Perencanaan (Planning)

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu sebagai berikut.(1) Menentukan kompetensi dasar dan menyiapkan skenario pembelajaran menulis

dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan metode latihan. (2) Menyiapkan sumber belajar atau bahan pembelajaran. (3) Menyiapkan rubrik penilaian pembelajaran menulis

Observasi II Aktivitas guru, aktivitas siswa,catatan lapangan, angket respon siswa dan tes unjuk kerja.

Perencanaan I Mempersiapkan RPP. menyiapkan sumber belajar, media, menyusun rubrik penilaian, menyusun tes awal dan unjuk kerja,menentukan jadwal penelitian, menyusun format siswa, catatan lapangan, aktivitas .guru, aktivitas siswa,

Tindakan I Menulis permulaan dengan menggunakan model Hopkins menggunakan metode bervariasi yaitu: metode ceramah, tanya jawab.

Refpleksi I Melihat kekurangan dan kelebihan peneliti setelah melakukan tindakan Terjadi peningkatan

keterampilan menulis Siklus I

Perencanaan II

Menyusun RPP, menyiapkan sumber belajar,media, metode, menyusun rubrik penilaian,menyusun tes awal; dan unjuk kerja, menentukan jadwal penelitian, menyusun format siswa, catatan lapangan, aktivitas guru, dan aktivitas siswa.

Terjadi peningkata n, keterampilan menulis.

Siklus II

Refleksi II melihat kekurangan dan

kelebihansetelah melakukan tindakan.

Kesimpulan

Dengan menerapkan model pembelajaran Hopkins kemampuan menulis permulaan siswa kelas I SDN 12 Betumonga meningkat.

mener

Tindakan II Menulis permulaan dengan model hopkins menggunakan metode bervariasi yaitu: metodeceramah, tanya jawab, ditambah dengan metode latihan.

Observasi I

(15)

permulaan. (4) Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan sesuai dengan jadwal yang telah disusun sekolah. (5) Mempersiapkan gambar dan kartu huruf. 6) Membuat panduan pengamatan proses pembelajaran tentang aktivitas siswa. Panduan ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang proses pembelajaran dan mengukur aktivitas siswa.

Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan langkah-langkah model Hopkins yang telah dirancang melalui skenario pembelajaran. dengan prosedur.

(1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi dasar (2) Guru memberikan informasi tentang topik pembelajaran. (3) Siswa mempersiapkan alat tulis untuk menulis. (4) Siswa secara bergantian berlatih menulis di udara. (6) Guru memperagakan kepada siswa cara memegang pensil yang benar. (7) Siswa mulai berlatih membuat garis dengan posisi duduk yang benar. (8) Guru membagikan media gambar kepada siswa, (9)siswa belajar menjiplak gambar yang di bagikan guru. (10) Guru memberikan penghargaan terhadap hasil kerja siswa. (11) Setelah presentasi hasil kerja siswa selesai, guru bersama dengan siswa merefleksi dan menyimpulkan hasil pembelajaran.

Observasi

Pengamatan dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran menulis permulaan berlangsung. Pengamatan peneliti oleh teman sejawat sebagai observer dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Pengamatan dilaksanakan terhadap perilaku peneliti dan siswa selama proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan selama pengamatan berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

Refleksi

Refleksi dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator melihat, mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan metode bervariasi dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan siswa. Dan juga dari hasil refleksi, peneliti merencanakan perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Diharapkan dari penelitian ini terjadi perubahan yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan menulis permulaan. Siklus ini akan berlanjut sampai siswa mencapai penguasaan menulis permulaan mencapai KKM 60.

(16)

verbal ialah seluruh data yang terkait dengan proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran keterampilan menulis melalui metode ceramah. tanya jawab, dan latihan pada setiap tahap. Data verbal berupa cacatan hasil pengamatan (observasi), catatan lapangan, hasil angket, dan hasil tes menulis permulaan. Data nonverbal adalah data berupa foto-foto, gambar, dan sebagainya. Data penelitian terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mencakup keterampilan, motivasi, sikap dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data kuantitatif berupa nilai-nilai dari hasil menulis permulaan siswa kelas I.

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu data dari guru dan data dari siswa. Data dari guru diperlukan untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan metode latihan dalam menulis permulaan dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Data dari siswa, dalam bentuk aspek yang diamati yaitu kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, inisiatif siswa, dan keseriusan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian. Alat atau instrumen ini mencerminkan juga cara pelaksanaannya yang disebut juga teknik penelitian.

1.Lembar Observasi 2.Catatan Lapangan 3.Angket

4.Tes Unjuk Kerja

A. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Hopkins (Sanjaya, 2013:106) analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru serta perilaku siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) yang diteliti dengan menggunakan lembaran observasi (pengamatan) yang berhubungan dengan kualitas tertentu seperti, baik, sedang, dan kurang. Sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut:

a. Reduksi Data

(17)

masalah, atau peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan bertujuan untuk memudahkan penajian dan penimpulan.

b. Mendeskripsikan Data

Mendeskripsikan data dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusun dalam bentuk tabel. Data kualitataif disajikan secara kolektif dari hasil pengamatan. Data kuantitatif disajikan secara statistik berupa angka-angka dari skor hasil tes unjuk kerja sehingga data yang telah diorganisir jadi bermakna.

c. Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data

Menganalisis dan menginterpretasi data merupakan langkah yang sangat penting, sebab data yang sudah terkumpul tidak berarti apa-apa tanpa di analisis melalui interpretasi data. Proses analisis data dalam PTK diarahkan untuk mengumpulkan informasi untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.

Simpulan dibuat secara bertahap, mula-mula penyimpulan didasarkan atas data yang telah tersaji dalam tiap-tiap siklus. Simpulan dari setiap siklus merupakan pedoman untuk membuat simpulan akhir penelitian. Agar pengolahan data menghasilkan kesimpulan yang akurat maka informasi yang didapat juga harus akurat, maka dapat dilakukan beberapa hal, seperti peninjauan kembali catatan lapangan, bertukar pikir dengan teman sejawat dan berdiskusi dengan siswa. Analisis hasil

observasi dipaparkan dalam bentuk tabel dan diagram batang, pengolahan data untuk melihat aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dianalisis dengan menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus :

(18)

Sebelum melakukan siklus I, peneliti terlebih dahulu melaksanakan prasiklus.Tahap prasiklus dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2015. Data yang diperoleh dari kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa keterampilan menulis

siswa masih rendah. Siswa yang tuntas untuk tahap prasiklus adalah 5 orang, sementara nilai rata-rata yang di peroleh 56. yaitu sekitar 33,33%. nilai yang diperoleh siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah 60.

Tabel 6

Persentase Hasil Tes Keterampilan Menulis Siswa Tahap Prasiklus pada Tiap Indikator

No Indikator Menulis Permulaan Jumlah

skor

Skor maksimal

Skor ketercapaian

1 Menuliskan materi yang terlihat pada gambar

40 75 53

2 Menuliskan jumlah jari tangan kanan 39 75 52

3 Menuliskan bagian-bagian tubuh 43 75 57

4 Menuliskan kegunaan bagian tubuh 41 75 55

5 Menuliskan banyak benda yang terlihat pada gambar

46 75 61

Jumlah 278

Rata-rata 56

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa persen ketuntasan siswa secara klasikal dengan menggunakan rumus:

Nilai = x 100

Bila dipersentasekan dengan rumus jumlah skor ketercapaian 278 di bagi dengan 5 indikator maka didapat rata-rata siswa yang telah memahami keterampilan menulis 56%. Akhirnya diperoleh nilai menuliskan materi yang terlihat pada gambar 53%,

manuliskan jumlah jari tangan kanan 52%, menuliskan bagian-bagian tubuh 57%, menuliskan kegunaan bagian tubuh 55% dan menuliskan banyak benda 61%. nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam keterampilan menulis permulaan pada tahap prasiklus adalah 56. dapat disimpulkan keterampilan menulis siswa kelas I SDN 12 Betumonga Kabupaten Kepulauan Mentawai cukup. Agar lebih jelas hasil tes pada tahap prasiklus dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

(19)

Hasil Tes Unjuk Kerja Menulis Permulaan pada Siklus I

NO Kode

Hasil tes unjuk kerja menulis permulaan siklus I diketahui 11 orang siswa telah mencapai kriteria minimal dan 4 orang siswa belum mencapai kriteria minimal. Nilai rata-rata siswa didapat dari rumus

M =∑ x 100 atau rata-rata =

x 100

sedangkan rata-rata kelas siswa kelas I menulis permulaan dengan menggunakan rumus.

Rata-rata kelas =

Jumlah rata-rata siswa 992 dibagi dengan jumlah siswa 15 maka rata-rata menulis permulaan siswa kelas I adalah 66,13 dengan kriteria lebih dari cukup. Jika dibandingkan dengan hasil tes pada prasiklus, terlihat ada peningkatan jumlah siswa yang mampu menulis. Hal ini bisa di asumsikan metode ceramah, tanya jawab dapat meningkatkan nilai keterampilan menulis siswa.

M = ∑ x 100 atau rata-rata

(20)

Jadi, skor perolehan 55 dibagi skor ideal 75 diperoleh skor kecapaian 73, skor 50 dibagi skor ideal 75 di peroleh skor ketercapaian 67, skor 51 dibagi skor ideal 75 diperoleh skor

ketercapaian 68, skor 47 dibagi skor ideal 75 di perolehskor ketercapaian 63, skor perolehan 49 dibagi skor ideal 75 diperoleh skor ketercapaian 65.

Tabel 13 Hasil Tes Unjuk Kerja Menulis Permulaan pada Siklus II

NO Kode Siswa

L/P Skor yang diperoleh Jlh Rata-rata

Ketuntasan

1 2 3 4 5 Sd Blm

5 5 5 5 5

1 001 P 5 4 4 4 3 20 80 √

2 002 L 4 4 4 4 4 20 80 √

3 003 P 4 4 3 4 4 19 76 √

4 004 L 4 4 4 4 3 19 76 √

5 005 P 4 4 3 4 4 19 76 √

6 006 P 4 3 3 3 5 18 72 √

7 007 P 4 4 3 5 3 19 76 √

8 008 P 3 3 5 4 4 19 76 √

9 009 P 4 3 3 4 4 18 72 √

10 010 P 3 4 3 3 4 17 68 √

11 011 L 3 3 3 3 4 16 64 √

12 012 P 4 4 4 3 4 19 76 √

13 013 P 4 3 4 3 4 18 72 √

14 014 L 3 3 4 3 5 18 72 √

15 015 L 4 4 4 3 5 20 80 √

Jumlah skor 58 54 54 55 60 1116 15

Jumlah skor maksimal

75 75 75 75 75 74

% skor ketercapaian 77 72 72 73 80

Hasil tes unjuk kerja menulis permulaan siklus II diketahui 15 siswa yang mengikuti tes unjuk kerja telah memenuhi kriteria ketuntasan, hasil tes menulis permulaan siswa pada siklus II telah memenuhi KKM. Nilai rata-rata hasil menulis permulaan siswa kelas I adalah 74. Nilai yang diperoleh telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Nilai KKM. Nilai rata-rata siswa didapat dari rumus.

∑ = X x 100 atau rata-rata

=

N

sedangkan rata-rata kelas menulis permulaan digunakan rumus rata-rata,

kelas =

(21)

ada peningkattan jumlah siswa yang mampu menulis, hal ini metode ceramah, tanya jawab, dan latihan dapat meningkatkan nilai keterampilan menulis siswa kelas I.

Nilai rata-rata siswa didapat dari rumus mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 74. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 3 orang , nilai 76 sebanyak 6 orang, nilai 72 sebanyak 3 orang, nilai 68 sebanyak 2 orang, nilai 64 sebanyak 1 orang. Pada siklus II ini yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 15 orang (100%). Jadi hasil pembelajaran menulis permulaan pada siklus II rata-rata kelas secara individual sudah meningkat yaitu 74, dan secara klasikal sudah mencapai 100% jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Hal ini diasumsikan bahwa penggunaan metode ceramah, tanya jawab, dan latihan dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan siswa.

Pembahasan penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan di SDN 12 Betumonga Kabupaten Kepulauan Mentawai didasarkan pada data kualitatif dan data kuantitataif pada siklus I dan siklus II, data kualitatif untuk mengetahui peningkatan proses belajar siswa dan data kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, tujuan penelitian yang dilakukan di SDN 12 Betumonga untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas I dengan

menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan latihan.

Penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan di SDN 12 Betumonga merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan, dari hasil penelitian yang sudah dilakukan ternyata penggunaan metode bervariasi sangat berperan penting dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, siswa tidak merasa bosan dan termotivasi dalam belajar sehingga hasul belajar siswa meningkat.

1. Pembelajaran dengan

(22)

bosan akhirnya proses pembelajaran jadi hangat karena siswa aktif dan kreatif. 2. Penggunaan metode ceramah, tanya jawab, dan latihan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis permulaan, dengan indikator mencocokkan gambar dengan informasi, menghitung banyak benda, menuliskan bagian anggota tubuh, kegunaan anggota tubuh, dan menulis banyak benda. Peningkatan ini terlihat dari siklus ke siklus. Pada prasiklus rata-rata nilai siswa 55 berada pada klasifikasi cukup, pada siklus I

Rata-rata nilai siswa 6,6 berada pada klasifikasi cukup dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74, berada pada klasifikasi baik.

DAFTAR PUSTAKA Asura, Enang Rokajat. 2005.Panduan

Praktis Menulis Skenario. Yogyakarta: Andi Offset.

Basriati. 2009. Peningkatan Kemampuan Menulis dengan Menggunakan Metode Latihan Siswa Kelas I SDN 060 Tanjung Rambutan Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. (online). Skripsi Diakses tanggal 5 Mei 2016.

Anita, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD.Jakarta: Universitas Terbuka. Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Kota

Depok: Raja Grafindo Persada.

Djamarah, Syaiful, Bahri.2010.Guru dan

Anak Didik dalam Interaksi

Edukatif.Jakarta: Rineka Cipta.

Djaelani dan Haryono. 2008. Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Hamiyah, Nur. 2014. Strategi

Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta:

Prestasi Pustakaraya.

Kunandar. 2008. Guru Profesional.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kusmayadi, Ismail. Pamungkas,Nandang

R. Supena, Ahmad. 2008.Belajar Bahasa Indonesia itu

Menyenangkan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Kuncoro, Mudrajad. 2009.Mahir Menuli.

Jakarta: Erlangga.

Kauchak, Donald. 2009. Methods For Teaching Metode-Metode Pengajaran

Meningkatkan Belajar Siswa TK– SMA.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyati, Yeti. 2008. Keterampilan

Berbahasa Indonesia SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Marupil. 2008. Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas I Menggunakan Metode Latihan SDN 006 Kecamatan Tebing Karimun. (online) skripsi. Diakses tanggal 5 Mei 2016.

Muttaqin, Z. 2014. Penggunaan Metode Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MI

(23)

Nurgiyantoro, Burhan. 2011.Penilaian Otentik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuh, Mohammad. 2014.Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Purwati, Sri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam I.Jakarta: Pusat Perbukuan

Depertemen Pendidikan Nasional.

Riana, Bambang, Dwiloka Rati. 2005.

Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Rostini dan Suryadin. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Amalia Book.

Santosa, Puji. 2007. Materi dan

pembelajaran Bahasa Indonesia SD.

Jakarta: Universitas Terbuka. Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis,

Validitas, Reliabilitas, dan

Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Solchan. 2009. Pendidikan Bahasa

Indonesia di SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Sitanggang. 2010.Guru Bahasa Indonesia Harus Bisa Menulis.Jakarta: Pusat Bahasa

Sanjaya,Wina. 2013.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Graha Ilmu. Sudjana, Nana.1989.Dasar-Dasar Proses

Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru Offset.

Sudjana Nana. 1989.Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru Surakhmad, Winarno. 1982.Pengantar

Interaksi Mengajar-Belajar. Jakarta: Tarsito.

Sriyono. 1992.Teknik Belajar-Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.

Syamsudin, Ar. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: Rosda. Sumiati, Asra. 2013. Metode

Pembelajaran. Bandung: Wacana

Prima.

Suyanto. 2013.Guru Profesional.Jakarta : Erlangga.

Pujiono. 2013.Terampil Menulis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Jihad, Asep dan Suyanto. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga. Yanto, Medi. 2013. Jadi Guru yang Jago

Penelitian Tindakan

Kelas.Yogyakarta: Andi Offset. Yunus, Muhamad, dan Suparno. 2012.

Keterampilan Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, digunakan sebuah webcam sebagai sensor kamera karena cepat dan mudah dalam mengakuisisi citra serta mudah dikoneksikan dengan komputer (sebuah komputer akan digunakan

Berdasarkan penjelasan dari para ahli pendidikan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode tabsyir secara terminology kependidikan merupakan suatu metode yang

Di wilayah Teluk Funka yang menggunakan wadah pengambil benih dalam bentuk jaring batang dan di wilayah yang menggunakan wadah pengambil benih dari kantong bawang Bombay yang

paragraph 6.5.8–6.5.14 (dan, jika dapat diterapkan, PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 89– 94 untuk akuntansi lindung nilai atas nilai wajar untuk

Pada populasi manusia yang ditunjukkan pada Gambar 4, jika efektifitas vaksinasi pada manusia ditingkatkan, maka banyaknya manusia terpapar dan terinfeksi mengalami penurunan,

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan panjang berat teripang kelas Holothuroidea yang diperoleh di Perairan Tanjung Tiram

Ingat bahwa pola dari setiap subbarisan pembangkit dari kode baru adalah benar-benar sama dengan satu dari kode gray terrefleksi terkait, dengan menggunakan batas bawah yang

kejadian-kejadian yang dilakukan olehsejumlahindividuataukelompok orang, kejadian atau kegiatan tersebutberasaldarimasalah social ataukemanusiaan. Berdasarkan pendapat di atas