• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain dan Implementasi Sistem Pendeteksi Wajah Menggunakan Sensor Kamera Untuk Keamanan Gedung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain dan Implementasi Sistem Pendeteksi Wajah Menggunakan Sensor Kamera Untuk Keamanan Gedung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SENSOR KAMERA UNTUK KEAMANAN GEDUNG

Ridho Cahyo Utomo¹, Achmad Rizal ², Ir. Mas Sarwoko Msc.³

¹Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Abstrak

Beberapa sistem automasi yang sekarang cukup populer untuk dikembangkan sekarang ini salah satunya adalah sistem pendeteksi . Beberapa kecerdasan ditanamkan ke dalam sistem jenis ini untuk dapat membantu tugas dan pekerjaan manusia. Salah satu pe ngembangan dalam dunia industri adalah sistem pendeteksi wajah manusia atau biasa disebut human face detector system . Sistem pendeteksi ini dapat di gunakan untuk pengamanan akses ke dalam sebuah ruangan dari orang - orang yang tidak dikenal. Sistem pendeteksi wajah sendiri biasanya menggunakan sensor cahaya yang terdiri dari komponen fotodioda dengan menggunakan metode scanning . Akan tetapi , untuk pembacaan citra yang lebih luas , lebih baik jika menggunakan kamera. Untuk itu, digunakan sebuah webcam sebagai sensor kamera karena cepat dan mudah dalam mengakuisisi citra serta mudah dikoneksikan dengan komputer (sebuah komputer akan digunakan untuk mengolah data citra). Pada setiap depan ruangan ditempatkan sebuah kamera sebagai pe ncuplik citra wajah . K amera tersebut men gambil data cuplik sebanyak yang diinginkan. Kemudian p ada komputer data diolah menggunakan software MATLAB yang kemudian data dikirimkan ke mikrokontroler ATMega32. Mikrokontroler berfungsi untuk mengendalikan motor DC sebagai kunci pintu . . S edangkan untuk mengenali citra wajah digunakan metode PCA ( principle component analysis ) . Sistem bekerja dalam sebuah ruangan yang memiliki nilai intensitas cahaya ( lux ) antara 50 - 3 2 0 lux. Tingkat akurasi dalam me mbaca frame wajah , s i stem memiliki tingkat ketidaktepatan sebesar 5 ,2% . Dalam mengolah, mengenali dan membedakan cit r a wajah , sistem mampu memiliki tingkat akurasi sekitar 8 5%

Kata Kunci : frame, sensor kamera, PCA, Lux, Frame Wajah

Abstract

ABSTRAK Beberapa sistem automasi yang sekarang cukup populer untuk dikembangkan

sekarang ini salah satunya adalah sistem pendeteksi . Beberapa kecerdasan ditanamkan ke dalam sistem jenis ini untuk dapat membantu tugas dan pekerjaan manusia. Salah satu pe ngembangan dalam dunia industri adalah sistem pendeteksi wajah manusia atau biasa disebut human face detector system . Sistem pendeteksi ini dapat di gunakan untuk pengamanan akses ke dalam sebuah ruangan dari orang - orang yang tidak dikenal. Sistem pendeteksi wajah sendiri biasanya menggunakan sensor cahaya yang terdiri dari komponen fotodioda dengan menggunakan metode scanning . Akan tetapi , untuk pembacaan citra yang lebih luas , lebih baik jika menggunakan kamera. Untuk itu, digunakan sebuah webcam sebagai sensor kamera karena cepat dan mudah dalam mengakuisisi citra serta mudah dikoneksikan dengan komputer (sebuah komputer akan digunakan untuk mengolah data citra). Pada setiap depan ruangan ditempatkan sebuah kamera sebagai pe ncuplik citra wajah . K amera tersebut men gambil data cuplik sebanyak yang diinginkan. Kemudian p ada komputer data diolah menggunakan software MATLAB yang kemudian data dikirimkan ke mikrokontroler ATMega32. Mikrokontroler berfungsi untuk mengendalikan motor DC sebagai kunci pintu . . S edangkan untuk mengenali citra wajah digunakan metode PCA ( principle component analysis ) . Sistem bekerja dalam sebuah ruangan yang memiliki nilai intensitas cahaya ( lux ) antara 50 - 3 2 0 lux. Tingkat akurasi dalam me mbaca frame wajah , s i stem memiliki tingkat ketidaktepatan sebesar 5 ,2% . Dalam mengolah, mengenali dan membedakan cit r a wajah , sistem mampu memiliki tingkat akurasi sekitar 8 5% Keywords : face detection, PCA, lux, frame

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa sistem automasi yang sekarang cukup populer untuk dikembangkan sekarang ini salah satunya adalah sistem pendeteksi. Beberapa kecerdasan ditanamkan ke dalam sistem jenis ini untuk dapat membantu tugas dan pekerjaan manusia. Salah satu pengembangan dalam dunia industri adalah sistem pendeteksi wajah manusia atau biasa disebut human face detector system. Sistem pendeteksi ini dapat digunakan untuk pengamanan akses ke dalam sebuah ruangan dari orang-orang yang tidak dikenal.

Sistem pendeteksi wajah sendiri biasanya menggunakan sensor proximity cahaya yang terdiri dari komponen photodiode. Akan tetapi, bisanya sensor ini hanya bisa mendeteksi vektor wajah secara horizontal terhadap garis. Sehingga, untuk pembacaan citra wajah yang lebih luas akan lebih baik jika menggunakan kamera. Pada penelitian Paul Viola and Michael Jones, mereka sudah merancang sebuah algoritma yang akan merespon terhadap hasil citra dan menentukan kotak yang melingkupi wajah seseorang. Untuk itu, penggunaan sensor kamera dapat memberikan kemampuan yang lebih daripada sensor proximity cahaya photodiode, sehingga sistem dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Angga Rusdinar, Jungmin Kim, Junha Lee dan Sungshin Kim, dengan judul penelitian “Implementation of real-time positioning system using extended Kalman filter and artificial landmark on

ceiling” menggunakan kamera sebagai penentu posisi robot berdasarkan

landmark (ciri yang khas dari suatu tempat) yang terpasang pada langit-langit ruangan.

Dengan menggunakan sensor kamera, dapat disisipkan sebuah algoritma pengenalan wajah berdasarkan metoda integral image dengan menggunakan satu sensor saja, yaitu sensor kamera.Sehingga dapat meminimalkan penggunaan banyak sensor. Hal ini tentu akan bermanfaat dari segi efisiensi biaya. Sebagai

(3)

sensor kamera, digunakan sebuah webcam karena harganya yang terjangkau dan mudah dikoneksikan dengan komputer (sebuah komputer akan digunakan untuk mengolah data citra). Sedangkan algoritma yang akan digunakan adalah Viola-Jones object detection framework.

Nilai threshold dari tiap komponen filter warna diatur dan disesuaikan dengan lingkungan dimana wajah terekam. Selain itu, hasil output dari filter warna diolah sehingga menghasilkan kurva prediksi dari bentuk frame wajah.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Merancang algoritma yang mampu mendeteksi citra wajah dengan metode integral image.

2. Sistem dapat berjalan mendeteksi wajah yang diprogramkan dengan toleransi kesalahan di bawah 15% pada lingkungan cahaya bervariasi.

3. Dengan menggunakan metode integral image, sistem mampu membaca keberadaan frame wajah manusia.

4. Membuat sebuah algoritma berbasis PCA yang mampu mengenali frame wajah berdasarkan citra kemudian dihitung akurasi pengenalannya.

1.3. Rumusan Masalah

Dengan merujuk pada latar belakang masalah, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah yang dibahas pada tugas akhir ini :

1. Metode filter warna yang digunakan untuk membedakan antara warna wajah dan warna background pada data citra yang diambil secara real time.

2. Prediksi bentuk citra wajah yang akan dideteksi didapat berdasarkan pengolahan citra yang didapat dari algoritma Viola-Jones detection framework.

3. Untuk mendapatkan hasil citra yang diolah, maka digunakan algoritma filter warna untuk kemudian dapat memudahkan proses cropping pada citra asal. 4. Pengenalan citra wajah didapat dari pengenalan citrayang diolah dengan

(4)

5. Integrasi kerja sensor kamera dalam hal ini kamera, komputer sebagai pengolah data dan nilai output pengolahan citra yang stabil agar menjadi sistem berjalan dengan baik.

6. Kinerja dan kefektifan sistem pendeteksi wajah secara keseluruhan.

1.4. Batasan Masalah

Dengan merujuk kepada rumusan masalah di subbab 1.3 diatas. Perlu diadakan pembatasan masalah untuk memperjelas pembahasan. Pembatasan masalah yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan komputer (PC) sebagai pengolah data dan pengambil

keputusan utama.

2. Sensor kamera yang digunakan adalah sebuah webcam dengan resolusi dibawah 3 megapixel.

3. Metode pengolahan citra yang digunakan adalah algoritma integral image dengan nilai threshold yang sudah dikondisikan dengan lingkungan.

4. Pola pendeteksian adalah sebuah area dengan latar berwarna cerah dan wajah berada dalam jarak maksimal 1 meter dari sensor kamera.

5. Lingkungan pengujian sistem adalah sebuah ruangan dengan intensitas cahaya antara 50 lux hingga 320 lux.

6. Lingkungan pengujian sistem mempunyai latar belakang warna lebih cerahdibandingkan dengan obyek wajah yang akan dikenali.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan pada tugas akhir ini adalah :

a. Studi Literatur

Digunakan untuk mengetahui teori–teori dasar dan sebagai sarana pendukung dalam menganalisis permasalahan yang ada. Adapun sumbernya antara lain buku referensi, internet, dan diskusi.

(5)

b.Analisis Masalah

Menganalisis semua permasalahan berdasarkan sumber – sumber dan pengamatan terhadap permasalahan itu.

c. Perancangan dan Realisasi Alat

Membuat perancangan terhadap alat berdasarkan parameter – parameter yang diinginkan dalam merealisasikannya.

d.Simulasi Alat

Melakukan simulasi alat untuk melihat performansi dari alat yang telah dirancang.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan gambaran secara umum tentang tugas akhir yang dikerjakan yang terdiri dari latar belakang masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah, metoda penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

Berupa uraian konsep dan teori dasar secara umum yang mendukung dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan sistem maupun perangkat.

BAB III : PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Membahas mengenai perancangan sistem robot seperti blok diagram dan gambar rangkaian

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA

Membahas mengenai bentuk keluaran atau hasil akhir yang diharapkan dari pembuatan Tugas Akhir ini.

(6)

BAB V : PENUTUP

Membahas mengenai rencana kerja sebagai target dalam pencapaian pelaksanaan Tugas Akhir ini.

(7)

BAB V PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan pada perancangan sistem pendeteksi wajah dengan sensor kamera ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Filter warna dapat digunakan untuk mendeteksi dan membedakan latar belakang citra yang dicuplik. Dari total keseluruhan pengambilan data uji sebanyak 3×4×1000 citra didapat 4 (pagi) +1 (siang) +11 (sore) kali sistem salah dalam mengenali frame wajah. Dari pengujian tersebut menandakan penggunaan filter warna masih terganggu kestabilannya oleh intensitas cahaya. Jika dirata-ratakan akan menjadi 0,1333 % sistem tidak dapat membaca frame wajah.

2. Pengolahan data citra dilakukan dalam kondisi grayscale . Hal ini mengakibatkan data citra yang didapat menjadi sulit dibedakan saat latar belakang memiliki banyak corak sehingga mengakibatkan hasil pengolahan citra untuk mendapatkan posisi garis menjadi tidak terlalu presisi. Dari keseluruhan pengujian sebanyak 3×4×1000 data citra, akan didapatkan nilai rata-rata ketidaktepatan sistem membaca dan membedakan citra wajah acuan sebesar 0,2464%.

3. Pengambilan data citra dilakukan saat obyek dalam keadaan diam dan berada pada jarak 1 meter di depan kamera sensor. Hal ini dapat meredap gangguan terhadap pembacaan data citra, terutama efek dari latar belakang. Dari 40 citra uji, 40 citra wajah berhasil di-cropping dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan proses cropping citra wajah sebesar 100%.

4. Data citra frame wajah yang diambil adalah data hasil pengolahan cropping sebelumnya. Dengan demikian jumlah ukuran data citra wajah lebih kecil dari data image semula. Jumlah ukuran ini mengakibatkan berkurangnya jumlah informasi yang didapat sehingga proses pengenalan citra dengan PCA terkadang salah..Dari 40 data uji, 6 citra salah dikenali. Jadi, didapatkan nilai akurasi pengenalan citra wajahsebesar 85%.

(8)

4.2. Saran

Pengembangan selanjutnya untuk optimasi kecerdasan pembacaan citra wajah dan penyempurnaan sistem secara keseluruhan, dapat dilakukan dengan cara:

1. Teknologi stereo vision bisa digunakan untuk dapat mensimulasikan bentuk wajah secara 3 dimensi dalam untuk pengambilan keputusan pada algoritma sistem. Teknologi ini mirip dengan pengambilan citra pada sistem penglihatan manusia. Selain itu, stereo vision ini akan populer karena seiring dengan pengembangan kecerdasan buatan yang saat ini semakin meniru kinerja tubuh manusia.

2. Penggunaan PC dirasa kurang tepat untuk sistem berskala industri karena instalasi rumit, harga mahal, dan sistem antarmuka bagi pengguna yang tidak mudah. Untuk itu, embedded server bisa menjadi pilihan.

3. Apabila pada masa kedepannya prototype system pendeteksi wajah ini akan direalisasikan dalam dunia nyata, ada baiknya dilengkapi dengan perangkat alarm disaat adanya upaya hacking. Sehingga jika terdapat percobaan secara paksa untuk menerobos sistem keamanan, sistem dapat mengirimkan SMS peringatan kepada autoritas yang berwenang.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Armbrust , C. Braun , T. Föhst, T. Proetzsch, M. Renner, A. Schäfer, B.H., Berns K. The Robust Autonomous Vehicle for Off-road Navigation. Technische Universität Kaiserslautern.

[2] Datasheet mikrokontroler ATmega32. [3] Datasheet IC H-Bridge L298.

[4] Francois Dupuis, Jean. Parizeau, Marc. Evolving a Vision-Based Line-Following Robot Controller. Departement de genie electrique et de genie informatique. Universite Laval, Quebec. Canada.

[5] Kim, Kyungnam.Face Recognition using Principle Component Analysis. Department of Computer Science. University of Maryland, College Park MD 20742, USA.

[6] Pitowarno, Endra.2006.”ROBOTIKA: Desain, Kontrol, dan Kecerdasan Buatan”. Percetakan Andi Offset. Yogyakarta. Indonesia.

[7] Pranata Kusuma,Andri. 2013. Analysis Of Hough Transform Algorithm For Circle And Ellipse Detection Based On Digital Image Processing. Tugas Akhir Program Sarjana. Institut Teknologi Telkom.

[8] Rusdinar, Angga. Kim, Jungmin. Lee, Junha. Kim, Sungshin. 2011. Implementation Of Real-Time Positioning System Using Extended Kalman Filter And Artificial Landmark On Ceiling. School of Electrical Engineering, Pusan National University, Busan, 609-735, Korea.

[9] Schworer, Ian. 2005.Navigation and Control of an Autonomous Vehicle. Virginia Polytechnic Institute and State University. Blacksburg, Virginia.

[10]Sigit, Riyanto. 2007. Robotikaa, Sensor, dan Aktuator. Yogyakarta : Graha Ilmu.

(10)

[11]W. Wall, Richard. Bennett, Jerry. Eis, Greg. Lichy, Kevin. Owings, Elizabeth. Creating A Low-Cost Autonomous Vehicle. University of Idaho Moscow.

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya, kita bisa menerjemahkan kalimat di atas ke dalam bahasa Arab dengan pola yang persis sama.. Berikut terjemah dua kalimat di atas di dalam

Karena selain faktor cuaca pada peristiwa korona, faktor luas penampang pada SUTT 150 kV juga berpengaruh besar terhadap terjadinya peristiwa korona, maka dalam penelitian ini

memberikan semanggat kepada peserta didik dan hendaknya guru mampu membangkitkan kembali semanggat dari dalam diri peserta didik untuk dapat melakukan segala

Penelitian diikuti oleh 54 responden berusia 15 tahun dibagi menjadi dua kelompok terdiri dari kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi intervensi sarapan di sekolah selama

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada simulator modulasi ASK dan FSK ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi ini mampu melakukan simulasi dengan

exceptions, but usually have recognize, in the main character of the story human. personalities that become function

Proses perancangan bangunan PAUD menggunakan pendekatan partisipasi dengan teknik mosaic approach (Clark and Moss, 2011) , dengan tujuan untuk menghasilkan rancangan