77 - Volume 5, No. 4, November 2016
PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, KAPASITAS SUMBER DAYA
MANUSIA, DAN PENGAWASAN INTERN TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH (STUDI DI SKPK PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA)
Rizky Rasmana Hanafiah, Syukriy Abdullah2, Mulia Saputra.
1)
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2,)
Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Abstract: This study is aimed to examine the effect of accountability, transparency, human resource capacity, and internal control in North Aceh District Government SKPK either jointly or individually. The population in this study are all SKPK in North Aceh municipality by 63 SKPK by the number of respondents consisted of 189 by Budget Users (PA), Financial Administration Officer (KDP) and the Spending Treasurer. The data used primary data collected from respondents through the questionnaire, to the test data to test the validity, reliability test and test hypotheses. Data were analyzed with the method of analysis used is multiple linear regression. The results showed that accountability, transparency, human resource capacity, and the effect on the internal control of financial management in the North Aceh district government SKPK either jointly or individually.
Keywords: Accountability, transparency, human resources capacity, internal audit and management finance.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas, transparansi, kapasitas sumber daya manusia, dan pengawasan intern di SKPK Pemerintah Kabupaten Aceh Utara baik secara bersama-sama maupun individu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPK dalam Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sebesar 63 SKPK dengan jumlah responden 189 dengan terdiri dari Pengguna Anggaran (PA), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) dan Bendahara Pengeluaran. Data yang digunakan data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, untuk pengujian data dilakukan uji validitas, uji realibilitas dan uji hipotesis. Data kemudian dianalisis dengan Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas, transparansi, kapasitas sumber daya manusia, dan pengawasan intern berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah pada SKPK Pemerintah Kabupaten Aceh Utara baik secara bersama-sama maupun individu.
Kata Kunci: Akuntabilitas, transparansi, kapasitas SDM, pengawasan intern, dan pengelolaan keuangan.
PENDAHULUAN
Suatu daerah otonom yang mampu
menyelenggarakan otonomi daerahnya memiliki
ciri dari kemampuan di bidang keuangan daerah
(Bisma et al, 2010). Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah “keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah”. Adapun pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini
terkait dengan seberapa besar Satuan Kerja
Perangkat Kabupaten (SKPK) yang merupakan
perpanjangan pemerintah daerah dalam
melaksanakan pemerintahan mampu
melaksanakan elemen-elemen manajemen
keuangan daerah. Bila pengelolaan keuangan
daerah tidak dilaksanakan dengan baik, maka
akibatnya akan membuka peluang terjadinya
korupsi yang berakibat akan menyengsarakan
masyarakat didaerah tersebut.
Volume 5, No. 4, November 2016 - 78 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada
tahun 2009 dan 2010 Kabupaten Aceh Utara
mendapatkan opini disclaimer, selanjutnya pada
tahun 2011, 2012, 2013 dan terakhir pada tahun
2014 mendapatkan opini WDP (Wajar Dengan
Pengecualian) dari BPK RI. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan dan
perbaikan yang signifikan terhadap Laporan
Pertanggungjawaban keuangan terhadap APBK
(BPK RI, 2014). Menjadi tugas Satuan Kerja
Perangkat Kabupaten (SKPK) untuk
menunjukkan kinerja pengelolaan keuangan yang
baik, sehingga kinerja pengelolaan keuangan
harus dilakukan secara tertib sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, efisien, efektif,
transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan asas keadilan dan kepatutan
(Safwan, 2013).
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pengelolaan keuangan daerah
diantaranya pada penelitian ini faktor yang
diperkirakan mempengaruhi pengelolaan
keuangan daerah menggunakan akuntabilitas,
transparansi, kualitas sumber daya manusia, dan
pengawasan intern. Oleh karena itu, tujuan
penelitian ini adalah menguji pengaruh hipotesis
yang dikembangkan berdasarkan teori-teori dan
penelitian terdahulu serta mendapatkan bukti
empiris mengenai akuntabilitas, transparansi,
kapasitas sumber daya manusia, dan
pengendalian intern pada SKPK Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara.
II. KAJIAN PUSTAKA
Pengelolaan Keuangan Daerah
Perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah adalah merupakan seluruh
rangkaian kegiatan dari pengelolaan keuangan
daerah/APBD oleh SKPK sebagai pengguna
keuangan daerah /APBD untuk pelayanan publik.
Adapun menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 58/2005 (ayat 1) tentang pengelolaan keuangan daerah “keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat”.
Pengelolaan keuangan daerah sangat besar
pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah, karena
daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan
berkuasa serta mampu mengembangkan
kebesarannya atau menjadi tidak berdaya
tergantung pada cara pengelolaan keungannya. Menurut Darise (2009:2) “keberhasilan pengelolaan keuangan daerah mempunyai
dampak langsung terhadap keberhasilan otonomi
daerah dan sumbangan besar dalam upaya
perwujudan good governance”.
Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah keharusan
lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada
pertanggungjawaban horizontal (masyarakat)
bukan hanya pertanggungjawaban vertikal
(otoritas yang lebih tinggi) (Turner dan Hulme,
79 - Volume 5, No. 4, November 2016 Keuangan Negara menyebutkan salah satu upaya
konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang
memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan
disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
Sedangkan menurut Sulistiyani et al.
(2003) Pemerintah yang akuntabel adalah
Pemerintah yang memiliki ciri–ciri sebagai
berikut: (1) mampu menyajikan informasi
penyelenggaraan secara terbuka, cepat, tepat
kepada masyarakat, (2) mampu memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3)
mampu memberikan ruang bagi masyarakat
untuk terlibat dalam proses pembangunan dan
pemerintahan, (4) mampu menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan setiap kebijakan
publik secara proporsional, dan (5) adanya saran
bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.
Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat
dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan
program dan kegiatan pemerintah.
Transparansi
Dalam ranah keuangan publik, Pasal 7
Undang-undang Nomor 14/2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik mengamanatkan “badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/ atau menerbitkan Informasi Publik yang
berada dibawah kewenangannya kepada
pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan”. Badan publik waijb menyediakan informasi publik yang
akurat, benar dan tidak menyesatkan dengan
memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik
dan non elektronik mengenai laporan keuangan.
Laporan keuangan memang merupakan salah satu
hasil dari transparansi dan akuntabilitas keuangan
publik. Dan ini berarti laporan keuangan yang
disusun pun harus memenuhi syarat akuntabilitas
dan transparansi.
Adapun menurut Pasal 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 56/2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah menginformasikan
keuangan daerah terdiri dari: (1)APBD dan
realisasi APBD Provinsi, Kabupaten, dan Kota;
(2) Neraca daerah; (3) Laporan arus kas; (4)
Catatan atas laporan keuangan daerah; (5) Dana
dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan; (6)
Laporan keuangan perusahaan daerah; (7) Data
yang berkaitan dengan kebutuhan fiskan dan
kapasitas fiskal daerah. Sistem yang transparan
mememiliki prosedur yang jelas dalam
pengambilan keputusan publik dan adanya
saluran komunikasi yang terbuka antara berbagai
stakeholders dengan aksebilitasi yang baik
terhadap sumber informasi. Transparansi
dibangun berdasarkan kebebasan untuk
memperoleh informasi. Proses kelembagaan, dan
informasi tersedia secara langsung terutama bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia adalah
kemampuan seseorang atau individu, suatu
organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk
melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya
Volume 5, No. 4, November 2016 - 80 efisien (Karmila, 2013). Kapasitasnya harus
dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai
kinerja, untuk menghasilkan keluaran-keluaran
(output) dan hasil-hasil (outcomes). Menurut
Tjiptoherijanto dalam Widyaningrum dan Rahmawati (2010), “untuk menilai kinerja dan kualitas kapasitas sumber daya manusia dalam
melaksanakan suatu fungsi, termasuk akutansi,
dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi sumber daya tersebut”. Tanggung jawab dapat dilihat dari penjelasan pembagian
tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) jabatan yang
jelas, Tanpa adanya penjelasan tupoksi jabatan
yang jelas, sumber daya tersebut tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Adapun menurut Hevesi dalam
Winidyaningrum (2010) “kompetensi merupakan
suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge)
dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan
suatu pekerjaan”. Tingkat kompetensi dapat
dilihat dari latar belakang pendidikan,
pelatihan-pelatihan dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas.
Pengawasan Intern
Menurut Pasal 1 PP Nomor 60/2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
menyebutkan pengawasan intern adalah
“Seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik”. Pengawasan intern bertujuan untuk menilai sistem pengendalian manajemen,
efisiensi dan efektifitas, transparan, akuntabel
serta bersih bebas dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme dari suatu pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi serta kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dalam rangka perbaikan
dan atau peningkatan kinerja demi terwujudnya
good governance dan clean government (Mifti, et
al., 2009). Adapun pada Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur negara (PERMENPAN)
Nomor 5/2008 pengawasan yang berasal dari
intern organisasi pemerintahan
Provinsi/Kabupaten/Kota yaitu dilaksanakan oleh
Inspektorat Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
untuk kepentingan Gubernur/Bupati/Walikota
dalam melaksanakan pemantauan terhadap
kinerja unit organisasi yang ada di dalam
kepemimpinannya.
III. METODE PENELITIAN
Penelitain ini dilakukan pada SKPK Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini
bersifat kausalitas dengan berusaha melihat
pengaruh akuntabilitas, transparansi, kapasitas
sumber daya manusia, dan pengawasan intern
terhadap pengelolaan keuangan daerah pada
SKPK Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.
Horizon waktu yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah one shoot yaitu dimana
81 - Volume 5, No. 4, November 2016 (Sekaran, 2006:177) dengan cara pengumpulan
kuesioner dari masing-masing pengguna
anggaran SKPK.
Adapun unit analisis yang digunakan
adalah tingkat organisasi yaitu 63 SKPK pada
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Adapun
teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah teknik kuesioner dan dokumentasi. Data
yang diambil atau diwawancarai untuk 1 SKPK 3
responden diantaranya Pengguna Anggaran (PA),
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), dan
Bendahara Pengeluaran di 63 SKPD dengan
jumlah responden 189, teknik dokumentasi
dilakukan dengan mengidentifikasi dan menelaah
buku, artikel dan jurnal akuntansi, Peraturan
Pemerintah, sumber online yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
Model skala sikap yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala likert dengan interval 5
point dengan interval 1 sampai 5 dari tingkat
sangat setuju sampai ketidaksetujuannya.
Kuesioner yang telah diisi oleh responden
selanjutnya dianalisis melalui program SPSS
(Statistical Package for Social Science). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda yang bertujuan
untuk menguji pengaruh akuntabilitas,
transparansi, kapasitas sumber daya manusia, dan
pengawasan intern baik secara bersama-sama
maupun individu.
Persamaan regresi linier berganda yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = α + β1X1+ β2X2 +β3X3+ β4X4+ ε
Dimana:
Y = Pengelolaan Keuangan Daerah β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi
X = Akuntabilitas X2 = Transparansi
X3 = Kapasitas sumber daya manusia X4 = Pengawasan Intern
ε = error term
Untuk menguji pengaruh variabel
independen akuntabilitas (X1), transparansi (X2),
kapasitas sumber daya manusia (X3), dan
pengawasan intern (X4) baik secara
bersama-sama maupun individu terhadap pengelolaan
keuangan daerah (Y) yaitu dilakukan uji validitas,
uji reabilitas, uji asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji heterokedasitas dan uji
multikolinearitas.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Hipotesis
Rentang waktu pengisian kuesioner adalah
selama 21 hari sejak kuesioner didistribusikan
pada tanggal 8 Februari 2016 sampai dengan
tanggal 28 February 2016. Adapun kuesioner
yang diedarkan kepada responden sebanyak 189,
dengan tingkat pengembalian sebanyak 166
(87%) kuesioner. Hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada
Volume 5, No. 4, November 2016 - 82 Tabel 4.1
Hasil Pengujian Hipotesis Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,156 ,864 ,180 ,857
X4 ,090 ,123 ,073 ,736 ,465 ,914 1,095
X3 ,106 ,071 ,142 1,48
5
,143 ,980 1,020
X2 ,136 ,097 ,139 1,40
6
,165 ,919 1,088
X1 ,597 ,085 ,694 5 7,00 ,000 ,911 1,098
Koefisien Korelasi = 0,693 Koefisien Determinasi = 0,481 Adjust R Squered = 0,445
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diperoleh
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 0,156 + 0,597X1 + 0,136X2 + 0,106X3 +
0,090X4 + ε
Dari persamaan tersebut diketahui konstanta
sebesar 0,156 bermakna bahwa jika variabel
akuntabilitas, transparansi, kapasitas sumber daya
manusia, dan pengawasan intern dianggap
konstanta, maka besarnya nilai pengelolaan
keuangan daerah adalah sebesar 0,156 pada satuan
skala likert.
Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Kapasitas Sumber Daya Manusia, dan Pengawasan Intern terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pertama menunjukkan nilai koefisien regresi i (i=1,2,3,4) ≠ 0, artinya dapat dinyatakan bahwa
akuntabilitas, transparansi, kapasitas SDM, dan
pengawasan intern berpengaruh secara
bersama-sama terhadap pengelolaan keuangan daerah.
Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi
(R) sebesar 0,693 menunjukkan bahwa derajat
hubungan (korelasi) antara variabel independen
terhadap variabel dependen sebesar 69,3%.
Artinya akuntabilitas, transparansi, kapasitas
SDM, dan pengawasan intern mempunyai
hubungan dengan pengelolaan keuangan daerah
sebesar 69,3%.
Selanjutnya pengaruh secara bersama-sama
ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,481, artinya bahwa pengelolaan
keuangan 48,1 dipengaruhi oleh kejelasan sasaran
anggaran, akuntabilitas keuangan, dan
pengawasan intern sebesar 48,1%, selebihnya
sebesar 51,9% disebabkan oleh variabel-variabel
lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin baik
akuntabilitas, transparansi, kapasitas SDM, dan
pengawasan intern maka akan meningkatkan
pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Husni
(2010), Suparno (2012), Nursito (2014), dan
Kesuma (2013)
83 - Volume 5, No. 4, November 2016 Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien regresi (β1) untuk variabel akuntabilitas adalah sebesar 0,597. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β1≠ 0 : Ha diterima, artinya akuntabilitas berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Koefisien regresi (β1) akuntabilitas (X1) sebesar 0,597, artinya setiap akuntabilitas naik 1 satuan pada skala interval,
maka pengelolaan keuangan daerah akan
meningkat 0,597 satuan pada skala interval.
Implikasinya pada Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara laporan keuangan merupakan salah
satu wujud dari akuntabilitas keuangan kegiatan
pengelolaan keuangan. Laporan keuangan
merupakan gambaran pencapaian pengelolaan
keuangan serta sebagai alat untuk menilai kinerja
dari pengelolaan keuangan. Laporan pengelolaan
keuangan SKPD berupa Laporan Realiasai
Anggaran, Neraca, Catatan Atas Laporan
Keuangan dan Laporan Arus Kas bagi SKPD yang
melaksanakan fungsi penerimaan. Selain itu
SKPD pada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
juga berkewajiban melaporkan kemajuan
pengelolaan keuangan setiap bulan melalui
laporan pertanggungjawaban. Pelaporan pada
SKPK di Kabupaten Aceh Utara menggunakan
perangkat aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Siregar (2011) yang menjelaskan bahwa
akuntabilitas keuangan berpengaruh positif
terhadap pengelolaan keuangan daerah. Akan
tetapi berbeda dengan hasil penelitian Suparno
(2012) yang menunjukkan bahwa akuntabilitas
keuangan tidak berpengaruh siginifikan terhadap
pengelolaan keuangan daerah.
Pengaruh Transparansi terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien regresi (β2) untuk variabel transparansi adalah sebesar 0,136. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β2≠ 0 : Ha diterima, artinya transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Koefisien regresi (β2) transparansi (X2) sebesar 0,136, artinya setiap transparansi naik 1 satuan pada skala interval,
maka pengelolaan keuangan daerah akan
meningkat 0,136 satuan pada skala interval.
Implikasinya Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah melaksanakan transparansi
pengelolaan keuangan daerah salah satunya
melalui website Pemerintah Kabupaten Aceh
Utara yang didalamnya terdapat informasi dari
informasi perencanaan keuangan daerah sampai
pelaporan dan hasil pemeriksaan dari BPK.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Suparno (2012) yang menunjukkan
bahwa transparansi berpengaruh signifikan
terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan
Zulfadli (2013) menunjukkan bahwa transparansi
berpengaruh signifikan terhadap efektifitas
keuangan daerah. Akan tetapi Siregar (2011)
transparansi tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan APBD.
Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
Volume 5, No. 4, November 2016 - 84 Penentuan hipotesis menyebutkan jika β3≠0:Ha
diterima, artinya kapasitas sumber daya manusia
berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Koefisien regresi (β3) kapasitas sumber daya manusia (X3) sebesar 0,106, artinya setiap kapasitas sumber daya manusia naik 1 satuan pada
skala interval, maka pengelolaan keuangan daerah
akan meningkat 0,106 satuan pada skala interval.
Implikasinya pada Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara kapasitas sumber daya aparatur
memiliki 11.906 orang, dengan jumlah aparatur
berpendidikan Diploma IV (D4) berjumlah 50
orang, strata 1 (S1) berjumlah 5.592 orang, dan
strata 2 (S2) berjumlah 274 orang, adapun dilihat
dari jumlah kuantitas Pemerintah Kabupaten Aceh
Utara memiliki kapasitas SDM yang cukup untuk
menjalankan pemerintahan khususnya dibagian
pengelolaan keuangan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Husni (2010) dan Nursito
(2014) yang menunjukkan bahwa kualitas sumber
daya manusia berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan keuangan daerah.
Pengaruh Pengawasan Intern terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien regresi (β4) untuk variabel pengawasan intern adalah sebesar 0,090. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β4≠ 0 : Ha diterima, artinya pengawasan intern berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan daerah. Koefisien regresi (β4) pengawasan intern (X4) sebesar 0,090, artinya setiap pengawasan intern naik 1 satuan pada skala
interval, maka pengelolaan keuangan daerah akan
meningkat 0,090 satuan pada skala interval.
Implikasinya pada Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara pengawasan intern yang dilaksanakan
oleh Inspektorat saat ini semakin memperlihatkan
perannya dalam memberikan keyakinan yang
memadai khususnya terhadap laporan keuangan
yang disampaikan oleh Pemerintah kabupaten
Aceh Utara. Dalam Pasal 33 PP Nomor 8 Tahun
2006 mengatur tentang adanya kewajiban
inspektorat sebagai Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) untuk melakukan reviuw atas
laporan keuangan. Hal tersebut bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai terhadap
laopran keuangan yang disajikan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Utara.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Tuasikal (2006), dan Suparno (2012)
yang menunjukkan bahwa pengawasan intern
berpengaruh positif terhadap efektivitas
pengelolaan keuangan SKPD. Akan tetapi berbeda
dengan hasil penelitian Siregar (2011) yang
menunjukkan bahwa pengawasan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
pengelolaan APBD.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Seluruh variabel yang diuji dalam
penelitian ini, yaitu: akuntabilitas, transparansi,
kapasitas SDM, dan pengawasan intern
berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan
daerah pada SKPK Pemerintah Kabupaten Aceh
Utara baik secara bersama-sama maupun individu.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah
kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan pada
data yang dikumpulkan melalui kuesioner,
sehingga menimbulkan masalah jika jawaban
85 - Volume 5, No. 4, November 2016 Keadaan seperti ini merupakan hal yang tidak
dapat dikendalikan karena diluar kemampuan
peneliti dan Penelitian ini hanya menggunakan
empat variabel bebas dan belum mampu
menjelaskan pengelolaan keuangan daerah pada
SKPK di Kabupaten Aceh Utara sebesar 48,1%,
sedangkan sisanya 51,9% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini. Seperti variabel politik
penganggaran, gaya kepemimpinan, budaya
organisasi, regulasi daerah, pemanfaatan
tekhnologi informasi, pemanfaatan SIMDA,
kinerja SKPK, dan efektifitas penatausahaan
keuangan.
Dari kesimpulan dan keterbatasan
penelitian tersebut, maka saran praktis untuk
menunjang keberhasilan pengelolaan keuangan
daerah bagi akademis diantaranya Penelitian
selanjutnya dapat menambah variabel lain seperti
komitmen organisasi, komitmen pimpinan,
perencanaan anggaran, pengawasan melekat,
kejelasan sasaran anggaran, peran teknologi
informasi, value for money yang diduga
berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan
daerah pada SKPK. Selain itu penelitian
pengelolaan keuangan dapat menambahkan
dengan variabel efisiensi, efektifitas, akuntabilitas,
dan kinerja.
Adapun saran bagi praktisi adalah untuk
dapat meningkatkan pengelolaan keuangan daerah
pada SKPK di Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
perlu benar-benar memperhatikan akuntabilitas
dengan melakukan evaluasi pada laporan
keuangan SKPK. Selanjutnya, meningkatkan
publikasi tentang pengelolaan keuangan daerah
pada tiap-tiap SKPK di Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara. Selanjutnya, perlunya peningkatan
akan menyesuaikan analisis jabatan pada sektor
keuangan sesuai dengan latar belakang pendidikan
mereka di jurusan keuangan sehingga dapat
dengan cepat memahami sistem keuangan
pemerintah daerah dan jika penyusunan laporan
keuangan pada masing-masing SKPK memiliki
latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda
(tidak hanya berasal dari latar belakang ilmu
akuntansi) hendaknya dapat diberikan pembekalan
yang cukup mengenai dasar-dasar akuntansi.
Selanjutnya, meningkatkan pengawasan intern
pada SKPK serta memperhatikan saran dan
rekomendasi hasil pengawasan dari Inspektorat
sebagai bahan evaluasi pengelolaan keuangan
daerah pada SKPK di Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Bisma, I.D.G, dan Susanto, H. 2010. Evaluasi
Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
Anggaran 2003-2007. GaneÇ Swara Edisi
Khusus. Vol. 4 No.3: 75-86.
Darise, N. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah.
Edisi 2 Jakarta Barat: PT Indeks.
http://bandaaceh.bpk.go.id/wp-
content/uploads/2015/06/SIARAN-PERS-ACEH-UTARA-2014.docx.
Karmila, A.T., dan Darlis, E. 2013. Pengaruh
Kapasitas Sumber Daya Manusia,
Volume 5, No. 4, November 2016 - 86 Pengendalian Intern Akuntansi terhadap
Keterandalan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi pada
Pemerintah Provinsi Riau). Jurnal Sorot.
Vol. 9 No. 1: 25-42
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Mifti, S., Lestariyo, N.B., dan Kowanda, A. 2009.
Pengawasan Internal dan Kinerja. Jurnal
Ekonomi Bisnis. Vol. 14. No. 3: 114-124.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara No. 5
Tahun 2008 tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Safwan. 2014. Pengaruh Kompetensi dan
Motivasi terhadap Kinerja Pengelolaan
Keuangan Daerah pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Pidie Jaya. Tesis.
Banda Aceh: Program Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala.
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Sulistiyani, A.T., dan Rosidah. 2003. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Turner, M., dan David H. 1997. Governance,
Administration, and Development.
London: MacMillan Press.
Winidyaningrum, C., dan Rahmawati. 2010.
Pengaruh Kapasitas Sumber Daya
Manusia dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi terhadap Keterandalan dan
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah dengan Variabel
Intervening Pengendalian Intern
Akuntansi. Simposium Nasional