• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM SEBAGAI KONTROL integrasi SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM SEBAGAI KONTROL integrasi SOSIAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM SEBAGAI KONTROL SOSIAL

Makalah ini Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Setruktur Mata

kuliah Sosiologi Hukum

Dosen Pengampu:

H. Didi Sukardi, S.H, MM

Disusun Oleh:

Annisa

Syariah / MA 3/ Semester III

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.dengan sehubungan selesainya penyusunan sebuah makalah mengenai materi Sosiologi hukum ini.hal-hal yang mendorong kami untuk menyusun makalah ini mengingat pula akan adanya tugas yang di berikan dosen kepada kami,untuk itu terus terang kami akui bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dan belum layak dikatakan baik. Karena memang kami menyusunnya dengan mengambil referensi-referensi dari buku yang memang sudah ada sebelumnya. Itu pun kami menyadari betul masih belum sesuai dengan apa yang kami harapkan,karena keterbatasan kami dalam hal merangkum kata dari buku itu.maka dari itu kami berharap bagi pembaca atau pendengar untuk memakluminya.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

Cirebon, September 2013

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak mudah untuk mengorganisasikan bahan yang termasuk ke dalam kategori dasar-dasar mu hukum menjadi satu rangkuman, terutama dengan menanggung risiko bahwa makalah ini juga akan dibaca oleh mereka yang barangkali baru mulai belajar ilmu hukum. Pertama, pengetahuan tentang hukum itu sendiri mencakup suatu wilayah yang sangat luas dan bahkan boleh dibilang tidak bertepii. Ia menjelajahi wilayah seperti kebudayaan, ekonomi, sejarah, politik, filsafat, management, dan sosiologi. Apabila kita menuliis tentang dasar-dasar ilmu hukum, tetapi tidak menyadari, bahwa ia harus ditulis sedemikian luasnya, maka gambaran yang lengkap mengenai hukum tidak akan bisa diberikan.

Penglihatan terhadap hukum yang demiikian itu juga mempunyai risiko, terutama bagi kalangan yang berpaham dogmatif-normatif , bahwa uraiannya tidak diakui srbagai suatu uraian tentang hukum. Penulis sangat menghormati mereka yang berpaham dogmatis-normatif, karena hukum memang menampilkan sisinya yang demikian itu. Tetapi hanya memberikan informasi kepada umum, apalagi para mahasiswa dari sisi tersebut, tidak membantu mereka untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan benar mengenai hukun.

B. Rumusan Masalah

1. apa pengertian hukum dan kontrol sosial? 2. Bagaimana hukum sebagai kontrol sosial? 3. Bagaima sistem sosial dan pengendalian sosil?

4. Bagaimana hukum sebagai alat pengubah masyarakat?

C. Tujuan

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum

Di tinjau dari segi etimologi, hukum berasal dari bahasa arab yang berbentuk mufrad

(tunggal). Kata jamaknya adalah “alkas’nya di ambil alih dalam bahasa indonesia menjadi “hukum”. Hukum juga dinamakan recht yang berasal dari kata rechtum, di ambil dari bahasa

latin yang berarti pimpinan atau tuntunan atau pemerintahan.

Beberapa pendapat tentang definisi hukum, di antara lain: 1. Menurut Prof. Dr. P. Borst

Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaanya dapat dipaksakan dan bertujuan untuk mendapatkan tata atau keadilan.

2. Menurut Prof. Dr. Van Kan

Dalam buku karangannya yang terkenal yait “Inleiding tot de Rechtswetenschap”

mendefinisikan hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

3. Menurut Prof. Mr. Dr. L. J. Van Apeldoorn

(5)

B. Pengertian Kontrol Sosial

Secara umum pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang di tempuh kelompok atau orang masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai denagn harapan kelompok atau masyarakat.Dalam sistem pemerintahan , pengendalian sosial di artikan sebagai pengawasan yang di lakukan masyarakat terhadap jalannnya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparatnya . pengertian pengendalian sosial tersebut mencakup segala proses yang di rencanakan atau tidak serta bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat mematuhi kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.

Kontrol sosial menurut para pakar :

• Peter I. Berger

adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.

• Roucek & Warren

adalah proses yang terencana atau tidak terencan untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai kelompok tempat mereka tinggal.

• Soejono Soekanto

adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.

(6)

C. Hukum Sebagai Sosial Kontrol

Dalam memandang hukum sebagai alat kontrol sosial manusia, maka hukum merupakan salah satu alat pengendali sosial. Alat lain masih ada sebab masih saja diakui keberadaan pranata sosial lainnya (misalnya keyakinan, kesusilaan).

Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan sosial. Hal itu bahkan dapat dinyatakan sebagai pemberi defenisi tingkahg laku yang menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti berbagai larangan, tuntutan, dan pemberian ganti rugi.

Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa ia merupakan sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang menyimpang terhadap aturan hukum. Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan sangsi atau tindakan terhadap si pelanggar. Karena itu, hukum pun menetapkan sanksi yang harus diterima oleh pelakunya. Ini sekaligus berarti bahwa hukum mengarahkan agar masyarakat berbuat secara benar menurut aturan sehingga ketentraman terwujud.

Pengendalian sosial terjadi apabila suatu kelompok menentukan tingkah laku kelompok lain, atau apabila kelompok mengendalikan anggotanya atau kalau pribadi-pribadi mempengaruhi tingkah laku pihak lain. Dengan demikian pengendalian social terjadi dalam tiga taraf yakni:

1. kelompok terhadap kelompok

2. kelompok terhadap anggotanya

3. pribadi terhadap pribadi

(7)

Sanksi hukum terhadap perilaku yang menyimpang, ternyata terdapat perbedaan di kalangan suatu masyarakat. Tampaknya hal ini sangat berkait dengan banyak hal, seperti keyakinan agama, aliran falsafat yang dianut. Dengan kata lain, sangsi ini berkait dengan kontrol sosial. Ahmad Ali menyebutkan sangsi pezina berbeda bagi masyarakat penganut Islam secara konsekuen dengan masyarakat Eropa Barat. Orang Islam memberikan sangsi yang lebih berat, sedangkan orang Eropa Barat memberi sangsi yang ringan saja. Dengan demikian, di samping bukan satu-satunya alat kontrol sosial, juga hukum sebagai alat pengendali memainkan peran pasif. Artinya bahwa hukum menyesuaikan diri dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi oleh keyakinan dan ajaran falsafat lain yang diperpeganginya.

Dalam pada itu, disebutkan pula bahwa fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak hanya dalam bentuk paksaan. Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua pihak: 1) pihak penguasa negara. Fungsi ini dijalankan oleh suatu kekuasaan terpusat yang berwujud kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh the ruling class tertentu. Hukumnya biasanya dalam bentuk hukum tertulis dan perundang-undangan. 2) masyarakat; fungsi ini dijalankan sendiri oleh masyarakat dari bawah. Hukumnya biasa berbentuk tidak tertulis atau hukum kebiasaan.

(8)

D. Sistem Sosial dan Pengendalian Sosial

Manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelngsungan hidupnya.

Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan syarat agar manusia itu bisa bertahan hidup di dunia ini. Semakin bak kebutuhan-kebutuhan itu dipenuhi, semakin sejahtera pula hidupnya, demikian sebaliknya.

Tidak semuua kebutuhan itu mempunyai tingkatan kedudukan yang sama. Sebagian dari kebutuhan-kebutuhan tersebut kita sebut sebagai kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok, yaitu yang hanya dapat dipenuhi oleh penyediaan bahan dasar fisik, seperti makanan, air oksigen, tidur dan sebagainya. Sebagian yang lain dari kebutuhan tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam kebutuhan yang bersifat pokok demikian itu, olrh karna tanpa dipenuhinya kebutuhan tersebut, manusia juga masih bisa bertahan hidup di dunia ini.

Manuisa memang sering di identifikasikan tidak hanya sebagai mahluk biologis, melainkan juga sosial. Berbagai alasan bisa dikemukakan untuk mendukung identifikasi tersebut. Paul Vinogradof misalnya mengatakan, bahwa pada dasarnya manuisa itu adalah mahluk sosial. Bagi manusia, melakukan hubungan-hubungan sosial sudah merupakan semacam perintah alam. Hal ini disebabkan, oleh karena manusia itu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dalam keadaan yang terisolasi. Ia senantiasa membutuhkan bantuan dan kerja sama dari orang lain. Dengan memperistri seorang wanita, seorang laki-laki membentuk keluarga dengan menghubugkan dirinya dengan teman-teman sekampung ia membentuk kerjasana ekonomi dan seterusnya.

(9)

1. Ketertiban 2. Sistem sosial

3. Lembaga-lembaga sosial 4. Pengendalian sosial

Mengenai suatu keteraturan, itulah sesungguhnya yang merupakan tulang punggung dari timbulnya hubugan-hubungan sosial yang bagaikan mengalir dengan tertib itu. Vinogradof dalam hubungan ini mengatakan, bahwa adalah suatu hal nonsens, apabila hubungan manusia itu bisa berlangsung sedang masyarakat tidak mengenal ketertiban. Dengan perkataan lain, ketertiban itu merupakan syarat bagi berlangsungya hubungan-hubungan antara sesama masyarakat.

Sekarang kita meningkat kepada pembicaraan mengenai sistem sosial. Sesudah memperhatikan uraian dimuka, sistem sosial itu dapat kita sebut sebgai suatu cara mengorganisasi kehidupan orang dalam masyarakat. Masyarakat ini mempunyai anggota yang terdiri dari individu-individu. Didalam wadah masyarakatitu individu di satu dengan yang lain berhubungan, melakukan kontak-kontak untuk berbagai keperluan. Hubungan-hubungan ini ternyatatidak bersifat kacau, melankan merupakan proses yang berjalan secara teratur. Sistem sosial mempertahankan agar proses itu berjalan secara teratur demikian itu.

(10)

E. Hukum Sebagai Alat Pengubah Masyarakat

Hukum mungkin dipergunakan sebagai suatu alat oleh agent of change atau pelopor perubahan adalah seseorang atau kelompok orang yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan social yang dikehendaki atau direncanakan, selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan pelopor perubahan tersebut. Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan system yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu, dinamakan social engineering atau social planning. Hokum mepunyai pengaruh langsung atau pengaruh yang tidak langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan social. Misalnya, suatu peraturan yang menentukan system pendidikan tertentu bagi warga Negara mepunyai pengaruh secara tidak langsung yang sangat penting bagi terjadinya perubahan-perubahan social.

Di dalam berbagai hal, hukum mempunyai pengaruh yang langsung terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang artinya adalah bahwa terdapat hubungan yang langsung antara hokum dengan perubahan-perubahan social. Suatu kaidah hokum yang menetapkan bahwa janda dan anak-anak tanpa memperhatikan jenisnya dapat menjadi ahliwaris mempunyai pengaruh langsung terhadapat terjadinya perubahan-perubahan social, sebab tujuan utamanya adalah untuk mengubah pola-pola perikelakuan dan hubungan-hubungan antara warga masyarakat.

Pengalaman-pengalaman di Negara-negara lain dapat membuktikan bahwa hokum, sebagiamana halnya dengan bidang-bidang kehidupan lainnya dipergunakan sebagai alat untuk mengadakan perubahan social. Misalnya di Tunisia, maka sejak diperlakukannya Code of Personal Status pada tahun 1957, seorang wanita yang telah dewasa, mempunyai kemampuan hokum untuk menikah tanpa harus di dampingi oleh seorang wali.

(11)

masyarakat yang sudah kompleks di mana birokrasi memegang peranan penting tindakan-tindakan social, mau tak mau harus mempunyai dasar hokum untuk sahnya. Oleh sebab itu, apabila pemerintah ingin membentuk badan-badan yang berfungsi untuk mengubah masyarakat (secara Terencana), maka hokum diperlukan untuk membentuk badan tadi serta untuk menentukan dan membatasi kekuasaannya. Dalam hal ini kaidah hokum mendorong terjadinya perubahan-perubahan social dengan membentuk badan-badan yang secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan-perkembangan di bidang-bidang social, ekonomi, dan politik.

F. Hukum sebagai sarana pengatur perikelakuan.

Sebagai social engineering, hokum merupakan suatu sarana yang ditujukan untuk mengubah perikelakuan warga masayrakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Kalau hokum merupakan sarana yang dipilih untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka prosesnya tidak hanya berhenti pada pemilihan hokum sebagai sarana saja. Selain pengetahuan yang manatap tentang sifat hakikat hokum, juga perlu diketahui adalah batas-batas di dalam penggunaan hokum sebagai sarana (untuk mengubah ataupun mengatur perikelakuan warga masyarakat).

Suatu contoh misalnya, perihal komunikasi hokum. Kiranya sudah jelas, supaya hokum benar-benar dapat mempengaruhi perikelakuan warga masyarakat, maka hokum tadi harus disebarkan seluas mungkin sehingga melembaga dalam masyarakat. Adanya alat-alat komunikasi tertentu, merupakan salah satu syarakat bagi penyebaran serta pelembagaan hokum. Komunikasi hokum dapat dilakukan secara formal, yaitu melalui suatu tata cara yang terorganisasikan dengan resmi. Di samping itu, ada juga tata cara informal yang tidak resmi sifatnya. Inilah yang merupakan salah satu batas di dalam penggunaan hokum sebagai sarana pengubah dan pengatur perikelakuan. Ini lah yang dinamakan difusi.

(12)

dia menderita; sebaliknya, kalau dia tetap berada di dalam batas-batas tertentu, maka dia akan mendapat imbalan-imbalan tertentu pula.

Apakah yang akan dipilih oleh pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok, tergantung pada factor-faktor fisik, psikologis, dan social. Di dalam suatu masyarakat di mana interaksi social menjadi intinya, maka perikelakuan yang diharapkan dari pihak-pihak lain, merupakan hal yang sangat menentukan. Akan tetapi, walaupun manusia selalu memilih, ada kecenderungan bahwa dia mengadakan pilihan-pilihan yang sama, secara berulang-ulang atau teratur. Hal ini disebabkan oleh karena manusia pribadi tadi menduduki posisi-posisi tertentu dalam masyarakat dan peranannya pada posisi tersebut ditentukan oleh kaidah-kaidah tertentu. Selain daripada itu, peranannya huga tergantung dan ditentukan oleh berperannya pihak-pihak lain di dalam posisinya masing-masing. Selanjutnya, hal itu juga dibatasi oleh pihak-pihak yang mengawasi dan memberikan reaksi terhadap peranannya, maupun kemampuan serta kepribadian manusia. Pribadi-pribadi yang memilih, melakukan hal itu, oleh karena dia percaya bahwa dia menghayati perikelakuan yang diharapkan dari pihak-pihak lain, dan bagaimana reaksi pihak-pihak lain terhadap perikelakuannya. Oleh karena itu, untuk menjelaskan mengapa seseorang menentukan pilihan-pilihan tertentu, maka harus pula dipertimbangkan anggapan-anggapan tentang apa yang harus dilakukannya atau tidak harus dilakukan maupun anggapan-anggapan tentang yang harus dilakukan oleh lingkungannya. Inilah yang merupakan struktur normative yang terdapat pada diri pribadi manusia, yang sekaligus merupakan potensi di dalam dirinya, untuk dapat mengubah perikelakuannya, melaui perubahan-perubahan terencana di dalam wujud penggunaan kaidah-kaidah hokum sebagai sarana. Dengan demikian, maka pokok di dalam proses purabahan perikelakuan melaui kaidah-kaidah hokum adalah konsepsi-konsepsi tentang kaidah, peranan dan sarana maupun cara untuk mengusahakan adanya konformitas.

(13)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam memandang hukum sebagai alat kontrol sosial manusia, maka hukum meruppakan salah satu alat pengendali sosial. Alat lain masih ada sebab masih saja diakuin keberadaan pranata sosial lainnya.

Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan sosial. Hal itu bahkan dapat dinyatakn sebagai pemberi definisi tingkah lakuyang menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkan, seperti berbagai larangan, tuntunan, dan pemberian ganti rugi.

Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa a merupakan suatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyimpang terhadap aturan hukum. Sebgai akibatnya, hukum dapat memberikan sanksi atau tindakan terhadap si pelanggar. Karena itu, hukum pun menetapkan sanksi yang harus diterima oleh pelakunya. Isi sekaligus bahwa hukum mengarahkan agar masyarakat berbuat ecara benar menurut aturan sehingga ketentraman terwujud.

B. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Sebani,Beni Ahmad, sosial hukum,(Bandung: Pustaka Setia), 2007

Latip, Abdul, politik hukum, (Jakarta: Sinar grafika), 2011

Rahardjo, Satjipto, ilmu hukum,(Bandung: Citra aditya bakti), 2000

http://ririnbrain.blogspot.com/2008/11/hukum-sebagai-alat-untuk-mengubah.html

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam musyawarah telah dicapai kesepakatan antara pemegang hak atas tanah dan instansi pemerintah yang memerlukan tanah, Panitia Pengadaan Tanah mengeluarkan

Oleh karena itu, bagaimana sebenarnya pengaturan penegakan pertahanan dan keamanan (hankam) di laut menurut Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu

Pada Gambar 2.17e s.d. 2.17g terlihat kendaraan yang masuk dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp tersebut berbentuk dua arah. Gambar 2-17e memperlihatkan gang satu

Aplikasi ini akan dirancang multiple server , maksudnya di setiap titik-titik keberangkatan akan diaplikasikan satu server (selama ini baru dua tempat, yaitu Bandung

Hanya individu yang terpaksa harus datang secara fisik ke laboratorium untuk melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan jarak jauh yang diijinkan masuk, dan

Uji ekstrak akar pepaya sebagai pupuk organik pada tanaman bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas ekstrak akar pepaya sebagai pupuk organik

Sifat-sifat penting lainnya yang diinginkan ada pada pati termodifikasi diantaranya adalah kecerahannya lebih tinggi (pati lebih putih), kekentalan lebih tinggi, gel yang