• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Pendidikan Islam Hakikat Manu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Pendidikan Islam Hakikat Manu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HAKIKAT MANUSIA

A. HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Manusia adalah makhluk Allah, ia dan alam semesta bukan terjadi sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah. Firman Allah:

م

م ثثثث م

م ثثك

ث تثِيمميث ممثثثث ممثثكثققزقرق ممثثثث ممكثققلقخق ِيذملما هثلملا

م

م ك

ث لمذقذ ن

م مم ل

ث عقفميق ن

م مق م

م ك

ث ئماكقرقشث نممم لمهق ممكثِيِيمحميث

ن

ق وك

ث رمشميث اممعق ى

ذ لقاعقتقوق هثنقاح

ق بمس

ث ءءي

م ش

ق ن

م مم

Artinya: “Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu kembali di akhirat. (Q.S Ar-Rum: 40)”

Allah menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk itu Dia memerintahkan supaya manusia itu beribadat kepada-Nya.1

Orang yang beribadat kepada Allah ini adalah orang yang disayangi-Nya. Kepadanya diturunkan suatu ajaran melalui Rasul-Nya secara berturut dan beruntun, mulai dari Rasul pertama, Adam a.s sampai kepada Rasul terakhir, Muhammad SAW. Ajaran yang telah disempurnakan melalui Rasul terakhir ini bernama Syari’at Islam yang terkumpul dalam suatu kitab yang bernama Al-Qur’an dan yang telah dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabda-Nya, dengan perbuatannya dan pengakuannya, seterusnya dikembangkan oleh para pengikutnya yang sudah memiliki kemampuan untuk berijtihad. Melalui ajaran inilah kita melihat dan mengetahui pandangan Islam mengenai manusia. Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumi Al-Syaibany memperinci pandangan Islam terhadap manusia itu atas delapan prinsip:

1. Kepercayaan bahwa manusia makhluk yang termulia di dalam jagat raya ini.

2. Kepercayaan akan kemuliaan manusia.

3. Kepercayaan bahwa manusia itu ialah hewan yang berpikir.

4. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai tiga dimensi; badan, akal dan ruh.

1 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),

(2)

5. Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruhi oleh faktor-faktor warisan (pembawaan) dan alam lingkungan.

6. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai motivasi dan kebutuhan. 7. Kepercayaan bahwa ada perbedaan perseorangan di antara manusia. 8. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai keluasan sifat dan selalu

berubah.2

Pandangan tentang kemakhlukan manusia cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan; inilah salah satu hakikat wujud manusia. Hakikat wujudnya yang lain adalah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.3

Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia Barat dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut Islam kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda Rasulullah SAW mengatakan:

Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Manjusi. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan. Kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadits itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan yaitu potensi itu. Ayah-ibu dalam hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadits ini, yang menentukan perkembangan seseorang.

Pengaruh ini terjadi baik pada aspek jasmani, akal maupun aspek rohani. Aspek jasmani banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain oleh pembawaan); aspek akal banyak dipengaruhi oleh lingkungan budaya (selain

2 Ibid, hal. 2-3

3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(3)

oleh pembawaan); dan aspek rohani banyak dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu (selain oleh pembawaan). Pengaruh itu menurut Al-Syaibani (1979:136), dimulai sejak bayi berupa embrio dan barulah berakhir setelah kematian orang tersebut.

Tingkat dan kadar pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai dengan segi-segi pertumbuhan masing-masing; kadar pengaruh tersebut berbeda juga menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing. Faktor pembawaan lebih dominan pengaruhnya tatkala orang masih bayi; lingkungan (alam dan budaya) lebih dominan pengaruhnya tatkala orang mulai dewasa.

Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya, manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud manusia juga. Manusia mempunyai banyak kecenderungan ini desebabkan oleh banyaknya potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya kecenderungan itu dapat dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan kecenderungan menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.4

Al-Syaibani (1979: 121) menyatakan bahwa manusia itu kecenderungan beriman kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagat raya ini. Kecenderungan ini dibawanya sejak lahir. Jadi, manusia itu ingin beragama. Keinginan itu meningkat mengikuti meningkatnya taraf pemikiran; akal manusia pada akhirnya akan mengakui bahwa Tuhan itu ada (Al-Syaibani, 1979: 123). Ia juga melaporkan temuan Henry Bergson yang mengatakan bahwa akmungkin saja terdapat satu kelompok manusia yang tidak memiliki sains atau seni atau filsafat, tetapi tidak mungkin ada kelompok manusia yang tidak memiliki agama (Al-Syaibani, 1979: 122). Erich Fromm (11976: 24) menyatakan bahwa pengabdian kepada kekuatan yang transenden adalah suatu ekspresi kebutuhan akan kesempurnaan kehidupan. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kebutuhan akan agama (Fromm, 1976: 125). Agama diperlukan oleh manusia karena manusia memerlukan kerangka orientasi dan

(4)

objek pengabdian dalam kesempurnaan hidupnya (Fromm: 25). Sekalipun Freud berkesimpulan bahwa agama merupakan sekumpulan neurosis masa kanak-kanak, Fromm dapat juga membuat kesimpulan sebaliknya, neurosis dapat disebabkan oleh manusia tidak mengetahui arah yang lebih tinggi dalam hidupnya (Fromm: 27-28), sedangkan agama menunjukkan arah tersebut. Piaget banyak mempelajari cara anak-anak mengenal Tuhan. Ia antara lain mengatakan bahwa Tuhan dikenal anak-anak secara berangsur-angsur. Pada umur kira-kira tujuh atau delapan tahun anak-anak yang ditanyai oleh Piaget dalam penelitiannya mengatakan bajwa Tuhan ada di langit, tidak lebih tua daripada ayahnya dan tidak lebih bijak (lihat Pulaski, 1980: 125). Pada umur 10 tahun anak-anak tersebut telah mengetahui bahwa bohong tidak baik dan itu suatu dosa. Tuhan tidak senang pada orang berdosa (Pulaski, 1980: 128). Tidak ditemukan pernyataan Piaget yang tegas tentang kebutuhan manusia akan agama. Laurence Kohlberg yang meneruskan penelitian Piaget, akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa manusia memerlukan prinsip-prinsip etika universal tentang keadilan, persamaan dan penghormatan terhadap ketinggian harkat manusia (Pulaski, 1980: 133). Barangkali tidak salah bila dikatakan bahwa prinsip-prinsip yang dimaksud ada di dalam agama. Bila demikian maka dapat disimpulkan bahwa studi Piaget dan Kohlberg berkesimpulan bahwa manusia memerlukan agama.5

Pihak ilmuwan Muslim jelas mendukung hasil studi Muhammad Quthb (lihat Al-Attas, 1979: 51) dengan tegas menyatakan bahwa hormat dan beribadah kepada Tuhan merupakan sifat wajar manusia. Al-‘Anynayni (1980: 103) berkesimpulan bahwa, menurut Al-Qur’an manusia pada asal kejadiannya adalah mempercayai adanya Tuhan yang satu, tetapi manusia berkemampuan pula menjadi musyrik dan jahat; beribadah pada Tuhan adalah tujuan wujud manusia. Muhammad Mahmud Hijazi, tatkala membahas hakikat kejadian manusia, tiba pada kesimpulan bahwa pada hakikatnya kejadian (fitrah) manusia adalah Muslim (Hijazi, 21, 1986: 28). Tabataba’i menyatakan bahwa salah satu sifat hakiki manusia adalah ingin mencapai kebahagiaan. Sifat ini merupakan ketetapan (sunah) Allah pada manusia.

(5)

Untuk mencapai kebahagiaan itu, manusia memerlukan agama (Tabataba’i, 16, 1972: 178-179).6

Zakiah Daradjat lebih tegas lagi dalam hal ini tatkala mengatakan bahwa mulai umur kurang lebih tujuh tahun, perasaan anak-anak terhadap Tuhan telah berganti dengan cinta dan hormat dan hubungannya dipenuhi oleh rasa iman (Daradjat, 1970: 51). Dalam Al-Qur’an surat Al-Rum ayat 30 Allah berfirman:

هم لملا ت

ق رقط

م فم اففِينمحق نميددللم كقهقجموق ممقمأقفق

هم لملا ق

م لمخ

ق لم ل

ق يدمبمتق لق اهقِيملقعق س

ق

ا نملا رقط

ق فق يتملما

ن

ق ومثلقعميق لق س

م

ا نملا رقثقكمأق ن

م ك

م لقذوق مثِيدققلما ن

ث ي ددلا ك

ق لمذقذ

Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah, manusia diciptakan Allah (dengan membawa) fitrah itu (Al-Rum: 30).7

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani dan itu sungguh-sungguh. Dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77 Allah berfirman:

لقوق ةقرقخملما رقادملا هثلملا ك

ق اتقآ امقِيفم غمتقبماوق

ن

ق س

ق حمأ

ق امقكق نمسمحمأقوق اِيقنمددلا نقمم كقبقِيصمنق س

ق

نمتق

هقلملا نمإم ض

م

رم لم

ق ا يفم دقاسقفقلما غمبمتق لقوق كقِيملقإم هثلملا

ن

ق يدمس

م فممثلما ب

د ح

م يث لق

Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan urusan duniawi.

Yang dimaksud dengan “dunia” dalam ayat ini adalah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani. Firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 31 menjelaskan bahwa makan dan minum merupakan keharusan, tetapi tidak boleh berlebihan. Maksudnya tentu saja untuk kepentingan jasmani.8

Al-Syaibani (1979: 131-132) mengutip tiga buah hadits dari Nabi Muhammad SAW yang menerangkan pentingnya menjaga jasmani. Uraian di atas menunjukan bahwa manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani.9

6 Ibid, hal. 52 7 Ibid,

(6)

Sebenarnya aspek jasmani itu tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup di dunia. Pendapat yang merendahkan fungsi tubuh (jasmani) tidak terdapat di dalam Islam. Abdul Fattah Jalal (1988: 52-57) menjelaskan hal itu menurut pendapatnya, kata ‘jasmani’ (tubuh, al-jism) disebutkan beberapa kali dalam Al-Qur’an: pertama dalam bentuk tunggal, yaitu ketika berbicara tentang Thalut; kedua dalam bentuk jamak, yaitu ketika Allah berbicara tentang orang munafik. Tentang Thalut adalah sebagai berikut:

ةفط

ق س

م بق هثدقازقوق ممك

ث ِيملقعق هثافقط

ق ص

م ا هق لملا ن

م إم لقاقق

م

م س

م ج

م لماوق م

م لمعملما يفم

Nabi mereka berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa… (Al-Baqarah: 247)”

Tentang orang munafik Allah berfirman sebagai berikut:

م

م هثمثاس

ق جمأ

ق كقبثجمعمتث ممهثتقيمأقرق اذقإموق

Dan apabila engkau melihat mereka, engkau kagum melihat tubuh mereka. (Al-Munafiqun: 4)

Kedua ayat ini menjelaskan bahwa tubuh dan keshalehan adalah sifat yang saling melengkapi. Tubuh yang kuat perlu dalam menjalankan kekuasaan; hati yang saleh serta pengetahuan yang luas juga perlu dalam menjalankan kekuasaan tersebut. Indera yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat. Indera amat penting fungsinya dalam memperoleh pengetahuan dan dalam menjalankan kehidupan dunia.10

Bahwa manusia mempunyai aspek akal, juga sudah jelas; semua manusia normal mengakui hal ini. Al-Qur’an dan hadits juga menjelaskan hal tersebut. Menurut Abdul Fattah jalal (1988: 57-58), kata ‘aqala’ dalam Al-Qur’an kebanyakan dalam bentuk fi’il (kata kerja); hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda). Ini dapat dijadikan petunjuk penting bahwa tentang akal, yang lebih penting bukanlah akal sekedar benda atau sel-sel yang hidup; yang lebih penting daripada itu adalah akal yang bekerja, berpikir. Menurut Jalal (1988: 58), kata ‘aqala’ menghasilkan kata ‘aqaluhu,’ ‘ta’qiluna,’

‘na’qilu,’ ‘ya’qiluha,’ dan ‘ya’qiluna,’ dimuat dala Al-Qur’an di 49 tempat.

(7)

Kata al-albab, jamak kata lubbun yang berarti akal, terdapat di 16 tempat dalam Al-Qur’an. Jelaslah bahwa akal adalah salah satu aspek manusia.11

Aspek ketiga manusia adalah potensi rohani. Penjelasan adanya aspek ini antara lain terdapat dalam surat Al-Hijr ayat 29:

اوعثققفق يحمورث ن

م مم همِيفم ت

ث خ

م فقنقوق هثتثيمومس

ق اذقإمفق

ن

ق يدمجماس

ق هثلق

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiaannya dan meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kalian kepadanya.

Ayat yang sama dengan ini terdapat dalam surat Shad ayat 72. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai ruh. Al-Syaibani (1979: 130) menyatakan bahwa manusia terdiri atas tiga potensi yang sama pentingnya, yaitu jasmani, akal dan ruh. Lebih lanjut, Muhammad Quthb (1988: 31) menyatakan bahwa eksistensi manusia adalah jasmani dan rohani, atau jasmani, akal dan ruh bila akal berdiri sendiri bersama ruh. Ketiga-tiganya bersatu menyusun manusia menjadi satu kesatuan. Allah telah menyatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat ruh.12

ي بدرق رمممأق نممم حثوردلا لمقث حموردلا نمعق ك

ق نقولثأقس

م يقوق

لفِيلمقق لمإم م

م لمعملما ن

ق مم م

م تثِيتموأ

ث امقوق

Engkau ditanya tentang ruh, katakanlah ruh itu urusan Allah; pengetahuan manusia terlalu sedikit untuk dapat mengetahui ruh. (Al-Isra’: 85)

Abdul Fatah Jalal membedakan ruh dan qalb. Menurutnya dua potensi ini tidak sama, tetapi ia tidak menjelaskan perbedaannya dan tidak pula mendefinisikannya. Menurut What (1988: 62-64), kata al-qalb dan al-qulub

tertulis 132 kali dalam Al-Qur’an, di samping kata al-fu’ad yang secara bahasa berarti al-qalb juga; selain itu, digunakan juga kata shadr dan shudur

yang berarti dada, tetapi menunjuk kata al-qalb juga. Kata ini penting sekali posisinya karena iman bersemayam di dalam kalbu itu.13

(8)

ن

م مم اهق نمإمفق هم لملا رقئماعقش

ق م

م ظ

د عقيث نممقوق كقلمذقذ

ب

م ولثقثلما َىوققمتق

Dan barang siapa mengagungkan syiar Allah, maka ketahuilah itu muncul dari kalbu yang takwa. (Al-Hajj: 32).

Ayat ini menunjukan bahwa al-taqwa itu di dalam kalbu. Ayat berikut juga menjelaskan bahwa iman itu letaknya dalam qalbu.

ن

ق وع

ث رماس

ق يث ن

ق يذم لما ك

ق نمزثحميق لق لثوس

ث رملا اهق يدأ

ق ايق

م

م لقوق ممهمهماوقفمأ

ق بم انممقآ اولثاقق نقيذملما نقمم رمفمكثلما يفم

م

م هثبثولثقث ن

م ممؤمتث

Hai Rasul, janganlah kau sedih terhadap orang-orang yang bersegera kafir itu; mereka itu mengatakan kami telah beriman, padahal kalbu mereka sama sekali tidak beriman. (Al-Ma’idah: 41)

Surat Al-Hujurat ayat 14 lebih jelas lagi menyatakan bahwa iman itu di hati (kalbu):

ن

م ك

م لقذوق اونثممؤمتث مملق ل

م قث ا نممقآ ب

ث ارقعم لم

ق ا ت

م لقاقق

م

م ك

ث بمولثقث يفم نثامقي لمما لمخثدميق امملقوق انقمملقسمأق اولثوقث

ن

م مم م

م ك

ث تملميق لق هثلقوس

ث رقوق هق لملا اوعثِيط

م تث ن

م إموق

م

م ِيحمرق رموفثغق هق لملا ن

م إم ائفِيمش

ق م

م ك

ث لمامقعمأق

Orang-orang Arab Badui itu berkata, kami telah beriman. Katakan kepada mereka, kalian belum beriman; kalian mestinya mengatakan kami telah tunduk karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.

B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG MULIA

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

ردبقلما يفم ممهثانقلممقحقوق مقدقآ ينمبق انقممرمكق دمققلقوق

م

م هثانقلم ض

م فقوق ت

م ابق ِيد ط

م لا ن

ق مم م

م هثانققمزقرقوق رمحمبقلماوق

لفِيض

م فمتق انققملقخق ن

م مممم رءِيثمك

ق ى

ذ لقع

ق

(9)

rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dari makhluk Kami yang lain.” (Q.S. 17 Al-Isra’: 70)

Sesuai dengan kedudukannya yang mulia itu, Allah menciptakan manusia itu dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang. Firman Allah:

م

ء يومقمتق ن

م س

ق حمأ

ق يفم نقاسقنملمما انققملقخق دمققلق

Artinya:”Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(Q.S At-Tin: 4)

Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah memperlengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan membudayakan ilmu yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu adalah karena 1) akal dan perasaan, 2) ilmu pengetahuan dan 3) kebudayaan, yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada Allah SWT.14

1. Akal dan perasaan

Setiap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak, digunakan untuk berpikir. Perasaan pusatnya di hati, digunakan untuk merasa dan dalam tingkat paling tinggi ia melahirkan “kata hati”. Dalam kenyataan, keduanya sukar dipisahkan. Orang merasa dan sekaligus berpikir; hasil rumusan pikiran dapat dirasakan dan diyakini kebenarannya. Hasil kerja pikiran dapat memberi rasa kenikmatan. Perasaan kecewa dan sedih dapat mempengaruhi kegiatan pikiran. Demikian terjalinnya pemakaian akal (pikiran) dan perasaan ini, sehingga kadang-kadang kurang jelas mana yang berfungsi di antara keduanya, apakah hati ataukah akal.15

Walaupun umumnya rasa itu berasal dari gejala yang merangsang alat indra, namun ia selalu melalui pengolahan otak (pikiran) untuk selanjutnya diteruskan ke hati. Penggunaan akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosialnya, dapat membuat dia senang dan marah. Kemampuan berpikir dan merasa ini merupakan nikmat anugerah Tuhan yang paling besar, dan ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan mulia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Allah 14 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),

hal. 3-4

(10)

menyuruh orang menggunakan kemampuan berpikir ini sebaik-baiknya, baik berpikir tentang diri manusia itu sendiri atau tentang alam semesta ini. Firman Allah:16

هثلملا ق

ق لقخق امق م

م همس

م فثنمأق يفم اورثك

م فقتقيق مملقوقأق

ق

د ح

ق لمابم لمإم امقهثنقِيمبق امقوق ض

ق

رم لم

ق اوق تماوقامقسملا

ءماققلمبم س

م

ا نملا ن

ق مم ارفِيثمك

ق ن

م إموق ىممس

ق مث ل

ء جقأ

ق وق

ن

ق ورثفماك

ق لق ممهمبدرق

Artinya:”Dan mengapakah mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka sendiri? Allah tidak menjadikan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya, melainkan dengan tujuan yang benar dan masa yang ditentukan.”(Q.S. Al-Rum: 8)

Karena akal itu merupakan alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu merupakan alat untuk mempertahankan kesulitan manusia, maka Islam memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu lainnya.

2. Ilmu pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia melalui pengalaman, informasi, perasaan atau melalui intuisi. Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berpikir) dan perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu. Sebagai makhluk berakal, manusia mengamati. Hasil pengamatan itu diolah sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskannya ilmu baru yang akan digunakannya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjangkau jauh di luar kemampuan fisiknya. Demikian banyak hasil kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat manusia dapat hidup menguasai alam ini.17

Umat Islam untuk mempertahankan kemuliaannya, diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak terbatas selama hayat dikandung badan. Prinsip belajar selama hidup ini merupakan ajaran Islam yang penting. Sabda Rasulullah SAW:

16 Ibid,

(11)

دحللا ىلا دهملا نم ملعلا بلط

Artinya:”Tuntutlah ilmu itu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat (HR. Ibn. Abd. Bar)”

Faktor terbesar yang membuat manusia itu mulia adalah karena ia berilmu. Ia dapat hidup senang dan tenteram karena memiliki ilmu dan menggunakan ilmunya. Ia dapat menguasai ala mini dengan ilmunya. Iman dan takwanya dapat meningkat denngan ilmu juga. Rasulullah SAW bersabda:18

ملعلاب هِيلعف ﺓرخلﺍدﺍرﺍﻥمو ملعلاب هِيلعفاِيندلﺍدﺍرﺍﻥم

ملعلاب هِيلعف امه دﺍرﺍﻥمو

Artinya:”siapa yang ingin dunia hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin akhirat hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya hendaklah berilmu. (H.R. Imam Ahmad)”

3. Kebudayaan

Akibat dari manusia menggunakan akal, perasaan dan ilmu pengetahuannya, tumbuhlah kebudayaan, baik berbentuk sikap, tingkah laku, cara hidup ataupun berupa benda, irama, bentuk dan sebagainya. Semua yang terkumpul dalam otak manusia yang berbentuk ilmu pengetahuan adalah kebudayaan. Di samping untuk kesjehateraan dan ketenangan, kebudayaan juga dapat berbahaya dalam kehidupan. Budaya yang menurut pikiran dan perasaan semata tanpa pertimbangan norma etika dan agama, akan menimbulkan bahaya, baik bahaya itu pada pelakunya sendiri, maupun pada orang lain atau kelompok lain. Karena itu, kebudayaan harus diikat dengan norma etika dan agama. Agama Islam dipandang tidak saja sebagai pengikat, melainkan juga sekaligus sebagai sumber suatu kebudayaan. Kebudayaan Islam diciptakan oleh orang Islam sendiri. Sebab orang Islam berpikir dan bertindak sesuai dengan pedoman yang digariskan oleh ajaran Islam.19

Islam memandang mnusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan, ia membentuk kebudayaan dan sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan 18 Ibid,

(12)

keturunannya, kepada orang atau kelompok lain yang dapat mendukungnya. Kesanggupan mewariskan dan menerima warisan sendiri pun merupakan anugerah Allah yang menjadikan manusia itu mulia. Firman Allah:

ن

ق يرمخقآ امفومقق اهقانقثمرقومأ

ق وق كقلمذقذكق

Artinya:”Demikianlah (kata Tuhan), Kami mewariskan semua itu kepada kaun yang lain.”(Q.S. Ad-Dukhan: 28)

C. MANUSIA MENURUT TUHAN

Penjelasan yang terbaik tentang hakikat manusia ialah penjelasan dari pencipta manusia itu. Penjelasan oleh rasio manusia mempunyai kelemahan karena akal itu terbatas kemampuannya. Bukti terbaik tentang keterbatasan akal ialah akal itu tidak mengetahui apa akal itu sebenenarnya.

Menurut Al-Qur’an, manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Jadi, manusia itu berasal dan datang dari Tuhan. Bila ada argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan dan argumen itu lebih kuat ketimbang argumen bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, maka yang akan kita ambil ialah pendapat yang mengatakan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan. Dan bila itu yang diambil maka harus juga dijelaskan bagaimana cara munculnya manusia itu. Kemungkinan ini (manusia bukan ciptaan Tuhan) sangat tidak mungkin.20

Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material). Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an:

لقوق ةقرقخملما رقادملا هثلملا ك

ق اتقآ امقِيفم غمتقبماوق

ن

ق س

ق حمأ

ق امقكق نمسمحمأقوق اِيقنمددلا نقمم كقبقِيصمنق س

ق

نمتق

هقلملا نمإم ض

م

رم لم

ق ا يفم دقاسقفقلما غمبمتق لقوق كقِيملقإم هثلملا

ن

ق يدمس

م فممثلما ب

د ح

م يث لق

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang

20 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja

(13)

lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

D. MANUSIA MENURUT MANUSIA

Socrates (470-399 SM), orang Athena, mengungkapkan pemikirannya tentang manusia di hadapan murid-muridnya. Sarlito (1978: 30) mencatat sebagian pendapat Socrates tentang manusia dikatakan antara lain bahwa pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia. Menurut Socrates, manusia itu bertanya tentang duni dan masing-masing mempunyai jawaban tentang dunia. Tetapi, demikian Socrates, seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakannya. Karena itu perlu ada orang lain yang membantu orang itu mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Perlu ada seseorang membantu orangitu melahirkan ide yang ada dalam manusia tersebut.

Berdasarkan pendapatnya itu, Socrates sering berjalan-jalan di tengah kota, di pasar, untuk berbicara dengan setiap orang yang dijumpainya untuk menggali jawaban-jawaban yang ada di dalam diri orang itu dengan menggunakan metode tanya jawab yang kelaknya disebut Metode Socrates (Socratic Method). Socrates mengatakan adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ia ingin mengetahui hal-hal diluar dirinya. Menurut Socrates, salah satu hakikat manusia ialah ia ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya yang bertindak sebagai bidan yang membantu bayi keluar dari rahimnya. Socrates dihukum mati pada tahun 399 SM oleh pengadilan Athena dengan tuduhan mempengaruhi anak muida dengan pemikiran yang buruk. Socrates dikatakan merusak jiwa anak muda, ia mengajak anak muda memikirkan apa-apa di atas langit dan di bawah bumi. Sementara itu, kata orang, Socrates itu tidak tahu bahwa depan rumahnya ada lubang yang ia sering terperosok ke dalam lubang itu.21

(14)

Plato adalah salah seorang murid Socrates. Dilahirkan dari keluarga terpandang di ibu kota Yunani, Athena. Ia meninggal tahun 347 SM. Di masa hidupnyaia menikmati kemakmuran ekonomi, kemajuan perdagangan dan sistem pemerintahan demokratis.

Menurut Plato, jiwa manusia adalah entitas non material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu adak sejak sebelum kelahiran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada dua yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Dua unsur yang hakikat ini dijelaskan Plato dengan permisalan seseorang yang makan kue atau minum sesuatu, ia makan dan ia minum. Ini kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan minuman itu berbahaya baginya. Karena menikmati kelezatan itu hakikat, maka rasio sekalipun juga hakikat, tidak sanggup melawannya. Menurut Plato, bila ada konflik batin pada seseorang, pasti terdapat pertentangan dua elemen kepribadian pada orang itu, dua elemen yang saling bertentangan tujuannya. Dalam kasus orang haus, pasti ada elemen yang menyebabkan ia ingin minum dan ada elemen lain yang menolak melakukannya; elemen pertama disebut Plato nafsu, bagian kedua disebut rasio. Jadi, dalam pandangan Plato, rasio itu sering berlawanan dengan nafsu (yang menimbulkan kesenangan tadi).

Pada bagian lain Plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu dan rasio. Dalam operasinya, dia mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang menarik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju kereta. Berdasarkan tiga unsur hakikat manusia, Plato membagi manusia menjadi tiga kelompok. Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya ialah meraih pengetahuan; kedua, manusia yang didominasi roh yang hasrat utamanya ialah meraih reputasi dan ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat utamanya pada materi. Tugas rasio adalah mengontrol roh dan nafsu.22

Rene Descartes (1596-1650) adalah filosof Perancis. Ia amat menekankan rasio pada manusia. Descartes berpendapat bahwa ada dua

(15)

macam tingkah laku, yaitu tingkah laku mekanis yang ada pada binatang dan tingkah laku rasional yang ada pada manusia. Ciri rasional pada tingkah laku manusia ialah bebas memilih, pada hewan kebebasan itu tidak ada. Karena bebas memilih itulah maka pada manusia ada tingkah laku yang mandiri. Dalam proses pemilihan itu rasio memegang peranan penting. Bahkan lebih dari itu Descartes berpendapat bahwa berpikir itu sangat sentral dalam manusia, manusia menyadari keberadaannya karena ia berpikir.23

Thomas Hobbes (1588-1629) adalah tokoh aliran Empirisme yang terkenal dengan teori mekanis dalam psikologi. Dalam teori mekanisnya ia mengatakan bahwa dalam tingkah laku ada dasar dan ada tujuan. Dua motivasi dasar ialah keinginan untuk mendekati dan kecenderungan untuk meninggalkan. Ia mengatakan bahwa tujuan tingkah laku adalah untuk kepentingan diri sendiri. Ia mengatakan bahwa pada hakikatnya semua orang bersifat mementingkan diri sendiri, dalam memenuhi kepentingan diri sendiri itu justru manusia terpaksa mengakui hak-hak orang lain. Dengan demikian, manusia menyusun dan menyetujui semacam kontarak sosial yang mengatakan bahwa setiapa orang harus menghargai dan menjaga hak orang lain. Akhirnya kontrak sosial inilah yang menjadi salah satu hakikat manusia.24

John Locke (1623-1704) adalah filosof Inggris cukup terkenal. Padanya yang terkenal ialah teori tabula rasa yang mengatakan bahwa jiwa manusia itu saat dilahirkan laksana kertas bersih (istilahnya meja lilin), kemudian diisi dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam hidupnya. Pengalamanlah yang paling menentukan keadaan seseorang. Menurut paham ini pendidikan sangat berpengaruh pada seseorang.25

Immanuel Kant (1724-1804) adalah filosof besar dunia, dia orang Jerman. Menurut Kant, manusia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri. Manusia mengenali dirinya berdasarkan apa yang tampak (baik secara empiris maupun secara batin). Pendapat Kant yang penting bagi dunia pendidikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa manusia adalah

(16)

makhluk rasional, manusia itu bebas bertindak berdasarkan alasan moral, manusia bertindak bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Jadi, tatkala manusia kan bertindak ia mesti memiliki alasan melakukan tindakan itu. Ini pada hewan tidak ada, kata Kant.26

E. MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI

Pandangan yang menganggap bahwa manusia itu sebagai khalifah di bumi ini, bersumber pada firman Allah yang berbunyi:

يفم ل

م عماجق يندإم ةمكقئملقمقلملم ك

ق بدرق لقاقق ذمإموق

ةففقِيلمخق ض

م

رم لم

ق ا

Artinya:”Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata kepada para malikat:’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”(Q.S. Al-Baqarah: 30)

Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan manusia yang diserahi tugas menjadi khalifah di bumi. Kedudukan manusia sebagai khalifah ini dipertegas dalam ayat lain:

م

م همدمعمبق ن

م مم ض

م

رم لم

ق ا يفم ف

ق ئم لقخق م

م ك

ث انقلمعقجق ممثث

ن

ق ولثمقعمتق ف

ق ِيمك

ق رقظ

ث نمنقلم

Artinya:”Kemudian Kami jadikan kamu sebagai khalifah (pengganti) di bumi ini sesudah mereka, untuk Kami perhatikan bagaimana kamu berbuat.”(Q.S. Yunus: 14)

Setelah bumi ini diciptakan, Allah memandang perlu bumi ini didiami, diurus, diolah. Untuk itu Dia menciptakan manusia yang diserahi tugas dan jabatan khalifah. Kemampuan bertugas ini adalah suatu anugerah Allah dan sekaligus merupakan manat yang dibimbing dengan suatu ajaran, yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang bernama khalifah itu.27

Untuk itu Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang lengkap dan utuh dengan sarana yang lengkap.

26 Ibid, hal. 13-14

27 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),

(17)

لق م

م ك

ث تماهقممأث نموط

ث بث نممم ممكثجقرقخمأق هثلملاوق

رقاص

ق بم لم

ق اوق عقممسملا مثكثلق لقعقجقوق ائفِيمشق نقومثلقعمتق

ن

ق ورثك

ث ش

م تق ممك

ث لمعقلق ةقدقئمفم لم

ق اوق

Artinya:”Dia (Allah) telah menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, supaya kamu dapat bersyukur.”(Q.S. An-Nahl: 78)

Islam melihat manusia secara keseluruhan tidak memisahkannya pada bagian-bagian. Perintah menjalankan syari’at Islam dan bertanggung jawab ditujukan kepada manusia yang utuh dan lengkap itu, bukan pada jiwanya saja, atau pada raganya saja. Islam tidak hanya memandang seseorang sebagai individu yang utuh dan lengkap saja, tetapi juga sebagai anggota masyarakat. Memang Allah mewajibkan manusia itu hidup berkelompok-kelompok untuk saling berkenalan dan hidup bersama. Sebagai anggota masyarakat, manusia harus bertanggung jawab. Ia mendiami dan mengurus bumi dengan bekerja, memelihara dan mengolahnya untuk diambil manfaatnya.28 Allah berfirman:

ي ندإم ممكثتمنقاكقمق ى

ذ لقع

ق اولثمقعما م

م ومقق ايق ل

م قث

ةثبققماعق هثلق نثوك

ث تق نممق نقومثلقعمتق ف

ق ومس

ق فق ل

م مماعق

ن

ق ومثلما ظ

م لا حثلمفميث لق هثنمإم رمادملا

Artinya:”Katakanlah: ‘Hai kaumku, bekerjalah kamu menurut kemampuanmu!’ Sesungguhnya akupun orang yang bekerja pula. Nanti kamu akan mengetahui siapa yang akan memperoleh hasilnya yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak akan mendapat keuntungan (ketenangan).”(Q.S Al-An’am: 135)

Allah menciptakan bumi dalam keadaan seimbang dan serasi. Keteraturan alam dan kehidupan ini dibebankan kepada manusia untuk memelihara dan mengembangkannya demi kesejahteraan hidup mereka sendiri. Tugas itu dimulai oleh manusia dari dirinya sendiri, kemudian istri dan anak serta keluarganya, tetangga dan lingkungannya, masyarakat dan bangsanya. Untuk itu ia harus mendidik diri dan anaknya serta membina kehidupan keluarga dan rumah tangganya sesuai dengan ajaran Islam. Ia harus memelihara lingkungan dan masyarakatnyamengembangkan dan

(18)

mempertinggi mutu kehidupan bersama, kehidupan bangsa dan negara. Itulah tugas khalifah Allah dalam mengurus dan memelihara alam semesta ini.29

F. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PAEDAGOGIK

Manusia sebagai makhluk paedagogik adalah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Makhluk itu adalah manusia, dialah yang memiliki potensi dapat didik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. Itulah fitrah Allah yang melengkapi penciptaan manusia. Firman Allah:30

هم لملا ت

ق رقط

م فم اففِينمحق نميددللم كقهقجموق ممقمأقفق

هم لملا ق

م لمخ

ق لم ل

ق يدمبمتق لق اهقِيملقعق س

ق

ا نملا رقط

ق فق يتملما

Artinya: “… (tegakanlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia berdasarkan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah itu…”(Q.S Al-Rum 30)

Firman Allah yang berbentuk potensi itu tidak akan mengalami perubahan dengan pengertian bahwa manusia terus dapat berpikir merasa dan bertindak dan dapat terus berkembang. Fitrah inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah lainnya dan fitrah ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia yang sekaligus berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik. Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini berdasarkan fitrah-Nya. Tetapi fitrah Allah untuk manusia yang disini diterjemahkan dengan potensi dapat didik dan mendidik, memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui jauh dari kemampuan fisiknya yang tidak berkembang.

Meskipun demikian, kalua potensi itu tidak dikembangkan, niscaya ia akan kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Teori nativis dan empiris yang dipertemukan oleh

29 Ibid, hal. 14

30 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),

(19)

Kerchenteiner dengan teori konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwa manusia itu adalah makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan pendidikan dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia, meskipun dilahirkan seperti kapas putih, besih belum berisi apa-apa dan meskipun ia lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, namun perkembangan itutidak akan maju kalua tidak melauli proses tertentu, yaitu proses pendidikan. Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan tanggung jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan pengembangan potensi itu mempunyai arti bahwa manusia mungkin dididik, sekaligus mungkin pula bahwa pada suatu saat ia kan mendidik. Kenyataan dalam sejarah memberikan bukti bahwa memamng manusia itu secara potensial adalah makhluk yang pantas dibebani kewajiban dantanggung jawab, menerima dan melaksanakan ajaran Allah pencipta. Ajaran yang dibebankan kepada manusia untuk melaksanakannya. Setiap umat Islam dituntut supaya beriman dan beramamal sesuai dengan petunjuk yang digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tetapi petunjuk itu tidak dating begitu saja kepada setiap orang, seperti kepada para Nabi dan Rasul, melainkan harus melalui usaha dan kegiatan. Karena itu, usaha dan kegiatan membina pribadi agar beriman dan beramal adalah suatu kewajiban mutlak. Usaha dan kegiatan itu disebut pendidikan dalam arti yang umum. Dengan kalimat lain dapat dikatakan bbahwa pendidikan ialah usaha dan kegiatan pembinaan pribadi. Adapun materi, tujuan dan prinsip serta cara pelaksanaannya dapat dipahami dalam petunjuk Allah yang disampaikan oleh para Rasul-Nya.31

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2016. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012.

(20)

Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam: Integrasi Jasmani, Rohani dan

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan, yaitu sebagai pusat untuk menggembleng umat Islam menjadi.. pribadi yang tangguh dan mulia

Dengan kata lain maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan akhlak;. pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia,

Islam sangat menghargai manusia karena akal pikirannya. Kewajiban agama Islam hanya ditujukan kepada orang-orang yang memiliki akal pikir yang baik. Selain itu manusia

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar dapat berpikir secara rasional, dan berakhlak mulia dalam kaitannya dengan nilai- nilai Pancasila,

Implikasi akal dalam mencapai tujuan pendidikan islam dari uraian diatas dapat kita fahami bahwa akal sebagai alat utama bagi manusia untuk mendapatkan ilmu, dan

Harus ditegaskan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan ruhani versi Ibn ‘Arabi tentunya bukan dengan logika akal, tetapi dengan jantung yang menjadi tempat menyatanya ruh yang

Bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syari’at Islam, serta mengisi tugas kehidupannya

Nafsiah dalam diri manusia memiliki beberapa dimensi diantaranya adalah dimensi al-Nafsu. Dimensi al-Nafsu adalah termasuk salah satu potensi yang dimiliki manusia dan