Subjek Hukum pidana internasional
Di dalam disiplin ilmu hukum, subjek hukum
selalu menjadi bagian yang penting untuk
dibahas dan dijabarkan, hal ini dikarenakan,
Subjek Hukum pidana internasional
Sebagai sebuah disiplin hukum yang merupakan
gabungan dari dua disiplin hukum yang telah
ada, yaitu hukum pidana dan hukum
internasional, maka sedikit banyak subjek
Tujuan mempelajari Subjek Hukum
pidana internasional
Tujuan utama mempelajari subjek hukum
dalam hukum pidana internasional ini
adalah untuk mengetahui dan menjawab
pertanyaan mengenai, siapa sajakah yang
dapat dipertanggung jawabkan dalam
Subjek Hukum pidana internasional
Pertanyaan besarnya adalah, siapakah subjek hukum pidana internasional?
1. Menurut International Law Commission (ILC/ Komisi Hukum Internasional) dan Statuta Roma 1998,
subjek hukum pidana internasional adalah individu atau orang perseorangan.
2. Dalam sudut pandang tanggung jawab negara, dan di luar yurisdiksi materiil Statuta Roma 1998, belum ada kesamaan pendapat mengenai pihak-pihak
Individu
Individu sebagai subjek hukum pidana internasional
dapat dilihat salah satunya dalam Piagam London
1945.
Pasal 6 Piagam London:
…
Leaders, organizers, instigators and accomplices
participating in the formulation or execution of a
common plan or conspiracy to commit any of the
foregoing crimes
are responsible for all acts
Negara
Dalam konflik bersenjata yang berskala internasional, baik
melibatkan dua negara maupun lebih dalam bersengketa tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran aturan-aturan perang. Pelanggaran tersebut tentunya dilakukan oleh individu-individu baik atas nama negara (pemerintah) maupun atas nama pribadi (bukan karena perintah dari otoritas yang lebih tinggi). Negara tidak bertanggungjawab dalam hal terjadi tindak pidana internasional. Pertanggungjawaban negara diselesaikan
Badan Hukum Swasta
Badan-badan hukum swasta, baik swasta nasional
maupun swasta transnasional atau multinasional dapat menjadi subjek hukum pidana nasional, dan dengan
demikian tentunya dapat menjadi subjek hukum pidana internasional, hanya saja dalam ruang lingkup yang lebih terbatas dibandingkan dengan individu.
Contoh dalam hal terjadinya tindak pidana lingkungan yang berskala internasional.
Pertanggungjawaban Pidana
Sistem pertanggungjawaban pidana modern pada pokoknya menganut ajaran dualistis, yaitu pemidanaan harus
memenuhi syarat adanya actus reus dan mens rea.
Actus reus yaitu suatu perbuatan harus dibuktikan adanya suatu kesalahan dan atau adanya pemenuhan rumusan tindak pidana,
Mens rea adalah pertanggungjawaban yang dapat
dilakukan setelah pelaku tindak pidana memenuhi syarat
actus reus.
Pertanggungjawaban Individu
Prinsip pertanggungjawaban yang dianut dalam
tindak pidana internasional adalah prinsip
pertanggungajawaban individual atau
perseorangan. Pertanggungjawaban individual
(
individual responsibility
) merupakan prinsip
yang diikuti sejak diperkenalkan dalam Peradilan
Nuremberg.
Pertanggungjawaban Individu
(lanjutan)
Prinsip pertanggungjawaban individual ini diadopsi oleh ILC sebagai prinsip dasar hukum pidana internasional
yang menyatakan, any person who commits an act which constitutes a crime under international law is responsible therefore and liable to punishment .
Prinsip ini dianggap sebagai perkembangan yang sangat penting di dalam hukum internasional, karena dengan
begitu, individu dalam batas tertentu bisa menjadi subjek hukum internasional.
Pertanggungjawaban Komando
Pertanggungjawaban pidana komando berkaitan dengan salah satu bentuk tindak pidana, yaitu tindak pidana
omissions atau dalam teori hukum pidana disebut sebagai
comissions by omissions.
Omissions dapat dikatakan tidak melakukan sesuatu, walaupun ia mungkin ingin melakukan sesuatu, namun tidak terdapat pergerakan otot. Omissions merupakan tidak adanya pergerakan tubuh yang secara harfiah diartikan tidak melakukan pergerakan apa-apa.
Pertanggungjawaban Komando
(lanjutan)
Pertanggungjawaban komando mensyaratkan adanya keadaan-keadaan tertentu sehingga seorang komandan atau seseorang yang memiliki kedudukan/ pangkat
lebih tinggi dimungkinkan dikenakan
pertanggungjawaban pidana, syarat tersebut adalah jika dia gagal untuk mencegah atau menghukum
Pertanggungjawaban Komando
(lanjutan)
Terdapat 3 aspek penting yang harus dipenuhi untuk
menentukan seorang perwira atau komandan harus bertanggung jawab atas tindakan kejahatan bawahannya:
1. Ada hubungan atasan-bawahan dalam kasus terjadinya tindakan kejahatan yang telah dilakukan. Ini ditunjukkan dengan bukti-bukti yang jelas, saksi, dokumen, dsb;
2. Atasan mengetahui atau diduga patut mengetahui adanya tindakan kejahatan yang dilakukan oleh bawahan;
3. Komandan atau atasan gagal untuk mencegah atau
Non Impunity
Sebelum mempelajari prinsip non impunity, ada baiknya jika dijelaskan terlebih dahulu perbedaan antara imunitas dan impunitas.
Imunitas adalah kekebalan hukum yang dimiliki oleh
Non Impunity
(lanjutan)
Tujuan utama prinsip ini adalah agar setiap atasan, baik sipil atau militer wajib bertanggungjawab terhadap
setiap kejahatan yang dilakukan oleh bawahannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tidak boleh
adanya imunitas terhadap setiap orang yang dipandang wajib dan sangat bertanggungjawab atas kejahatan
tersebut terlepas dari asal usul atau status sosial atau kepangkatannya
Daftar Referensi
1. Arie Siswanto, Yurisdiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional, 2005
2. George P. Fletcher, Basic Concepts of Criminal Law, 1998
3. I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional, 2006 4. Oemar Seno Adji dan Indriyanto Seno Adji, Peradilan
Bebas & Contempt of Court, 2007
5. Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, 2006