• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penggunaan Model Pembelajaran Terpadu sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pkn Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Penggunaan Model Pembelajaran Terpadu sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pkn Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

211

Penggunaan Model Pembelajaran Terpadu sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pkn Pada Siswa Kelas VIII-A

SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan

Sumarni

sumarnia706@gmail.com/SMP Negeri 1 Kokop-Bangkalan

Abstrak : Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak pada lembaga pendidikan salah satunya, dim ana lem baga pendidikan dituntut untuk dapat menyelenggarakan proses pendidikan secara optimal dan aktif sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (Action Research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018. Dari hasil kondisi awal prestasi siswa dapat dililhat siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa, hal itu besar presentasenya adalah 33,33%. Pada siklus 1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 13 siswa atau sebesar 54,17%. Sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas belajar sebesar 19 siswa atau 79,19%, hal itu menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap prestasi siswa setelah pengunaan pembelajaran terpadu. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran terpadu dapat meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci : Pembelajaran Terpadu, Prestasi Belajar, PKn

Abstract: The progress of science and technology very rapidly in all areas of life. This progress certainly has an impact on educational institutions, one of them, in which education is required to be able to manage the educational process optimally and actively in an effort to improve the quality and quality of education itself. This study uses action research (Action Research) as much as two rounds. Each round consists of four stages: planning, execution, observation, and reflection. The target of this research is Student Class VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Lesson Year 2017/2018. From the results of the initial activities of student achievement can dililhat students who complete learning as many as 8 students, it was a large percentage is 33.33%. In cycle 1 students who thoroughly learn as many as 13 students or equal to 54.17%. While in cycle 2 students who finished studying 19 students or 79.19%, it shows a significant improvement on student achievement after the use of integrated learning. Based on these results can be concluded that the integrated learning method can improve the achievement of learning Civics in students Class VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Lesson 2017/2018.

(2)

212 Pendahuluan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37. Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembela-jaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus diting-katkan.

Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini sem akin diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode konvensional m erupakan m etode dim ana guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan

mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru. Metode ini berkisar pada pem berian ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Akibatnya dalam mempelajari materi PKn siswa cenderung kurang semangat dan dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Hal tersebut terjadi pula di SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan.

(3)

213 buku paket PKn, dan metode mengajar guru yang masih berkisar pada ceramah, tanya jawab serta penugasan.

Berdasarkan sebab-sebab tersebut peneliti memfokuskan pada metode mengajar guru yang masih bersifat konvensional. Salah satu cara yang dapat ditem puh oleh guru berkaitan dengan pengem bangan metode mengajar agar tidak terpaku pada metode mengajar konvensional adalah sebagaim ana yang dikem ukakan oleh Hamzah B.U no yaitu dengan mengubah dari sekedar metode ceram ah dengan berbagai var(2008:17)iasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pem belajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru.

Oleh karena itu metode konven-sional dalam pengajaran PKn harus diubah. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran PKn. Sebaliknya dengan metode baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya sekedar menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan informasi kepada teman-temannya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud menggunakan model pembelajaran terpadu Model ini dipilih karena melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan mem produksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipela-jarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpe-ngaruh terhadap kebermaknaan penga-laman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menja-dikan proses pembelajaran lebih efektif.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mengadakan tes kemampuan awal dan wawancara dengan guru PKn Kelas VIII-A, maka penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018.

(4)

214 mencobakan model pembelajaran terpadu pada Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018. Metode ini diterapkan agar dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul "Penggunaan Model Pembelajaran Terpadu Sebagai

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Pada

Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1

Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun

Pelajaran 2017/2018".

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah penelitian ini adalah "Apakah melalui model pembelajaran terpadu, dapat meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018?"

Tujuan penelitian ini adalah "Untuk mengetahui pengaruh

penggunaan model pembelajaran terpadu terhadap prestasi belajar PKn pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018".

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun tlari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi guns mencapai tujuan pembelajaran". (Oemar Hamalik, 1995 : 57).

Menurut J. Gino (2000: 6) mengatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah melalui praktek atau latihan, "Learnimg is a process which behavior On the broader sense) is originated through practise or training".

(5)

215 belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Jadi belajar menurut penulis adalah perubahan perilaku akibat pengalaman.

Tujuan (goaIs) pembelajaran adalah "rumusan yang luas menge-nai hasilhasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya mengandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman belajar" (Oemar Hamalik, 1995 :76).

Untuk mencapai tujuan pembela-jaran tersebut diperlukan suatu strategi yang diyakini efektivitasnya. Penerapan stategi pembelajaran tidak asal memilih tetapi, seorang guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang sesuai dengan teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan model mengajar.

Jadi dapat disimpulkan pembela-jaran menurut penulis adalah siasat, strategi guru agar peserta didik mau belajar dan mau memahami subyek belajar sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku akibat pengalaman dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai

pendekatan belajar-mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermak-na kepada abermak-nak." (tim pengembang PGSD,2001:6) Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghu-bungkan dengan konsep lain yang sudah mereka hadapi. Pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:

1) Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya,

2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kem am puan dan perkembangan anak,

3) Suatu cara untuk m engem bangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan,

(6)

216 sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. (Tim Pengembang PGSD, 2001:8)

5)

Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:

1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara lebih bermakna.

2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.

3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4) Menumbuhkembangkan

keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. 5) Meningkatkan gairah dalam

belajar.

6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan

Kegiatan belajar mengajar erat kaitannya dengan prestasi belajar,

karena hasil dari usaha belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk prestasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2005:102) menyatakan bahwa:

“Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai dalam periode tertentu”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha belajar yang dilakukan oleh siswa termasuk di dalamnya penguasaan pengetahuan maupun ketrampilan, selanjutnya prestasi belajar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai dalam periode tertentu.

(7)

217 tes dan non tes" .Untuk jenis kategori tes dapat berupa test tulisan dan tes lisan sedangkan untuk non test dapat berupa observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, ".

Dari pendapat pakar ahli di atas dapat disimpulkan bahwa alat ukur prestasi belajar dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu tes dan non test. Kedua jenis kategori penilaian tersebut dapat digunakan untuk mengukur seberapa keberhasilan proses pembelajaran. Pembuatan alat penilaian ini tergantung pada aspek yang mau dinilai untuk aspek kognitif mengunakan test sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor dapat mengunakan alat non test.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI . No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa:

"Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu memiliki hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang

cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945". (PERMENDIK-NAS RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah)

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kew arganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dengan bertindak secara cerdas dalam kegiatan berm asyarakat, berbangsa serta anti korupsi. 3) Berkembang secara positif dan

demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(8)

218 Pendidikan demokrasi di sekolah dalam pendidikan kewarganegaraan diwujudkan dengan cara kesempatan belajar pada siswa secara aktif pada pembelajaran. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi di sekolah. Siswa dengan bebas mengungkapkan gagasan dan pikirannya tanpa ada rasa ketakutan terhadap guru. Hal ini akan tercipta menumbuhkan demokratisasi dalam kelas, yang akan mendorong terciptanya suasana yang kondusif dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang optimal. Pembelajaran pendidikan kewarga-negaraan hendaknya mengutamakan proses pembinaan nilai, sikap dan perilaku-perilaku yang positif supaya dapat internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan harus dibuat pada suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan termotifasi sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan belajar dengan baik serta mudah mengikuti

proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai.

Arnie Fajar (2005: 141) menguraikan bahwa "Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, teram pil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pncasila dan UUD 1945"

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mengandung niai-nilai moral yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku anak, baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Bidang studi ini telah ditetapkan oleh M PR dengan Tap M PR No. II / M PR / 1998 yang mana sebagai realisasinyadalam GBHN sebagai berikut :

(9)

219 baik negeri maupun swasta". (Depdikbud, 2006:53).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah sangat besar terhadap bidang studi ini, sehingga pemerintah menetapkan untuk diadakan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan disetiap jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahkluk ciptaan Tuhan.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan kemanusiaan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjatli warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

Pendidikan kewarganegaraan adalah"pendidikan yang mengem-bangkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air".(penjelasan pasal 37

Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional)

Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demok-rasi. yang menjatli strategis dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara tlemokrasi. Demokrasi tlalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang tlemokratis. Warga Negara yang tlemokratis bukan hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa depan yang cerah. Sesungguhnya, kehidupan yang tlemokratis adalah cita-cita yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika mereka pertama kali merumuskan Pancasila dan UUD 1945.

(10)

220 Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang :

1) Beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin tlalam bermayarakat, bangsa dan Negara.

3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga N egara.

4) Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. 5) Aktif memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanu-siaan, bangsa dan Negara.

Melalui Pendidikan Kewargane-garaan ini diharapkan mampu untuk memahami, menganalisis dan menja-wab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam mengisi kemerdekaan menghadapi pengaruh global , maka setiap warga negara harus tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing di dalam disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemis-kinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna memiliki daya saing/kompetitif, transpran dan memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, berpikir obyektif rasional dan mandiri, sehingga menjadi bangsa yang dapat diperhitungkan dalam peraturan global dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh, tegak dan jaya sepanjang masa.

(11)

221 Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018".

Dalam penelitian ini hipotesis dari peneliti adalah: "Bahwa Peng-gunaan Pembalajaran Terpadu Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan"

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah karena peneliti mengajar di sekolah tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan November 2017.

Penelitian ini merupakan peneliti-an tindakpeneliti-an (Action Research), karena penelitian dilakukan untuk meme-cahkan masalah pembelajaran di kelas.

Sarwiji Suwandi (2004: 119) mengungkapkan bahwa "PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan nil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan

ditindaklanjuti dengan tindakan-tin dakan nyata yang terencana dan terukur".

Hal-hal panting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas, menurut Suharsimi Arikunto, Sudjanto dan Supardi (2006:16), yakni: "perencanaan, pelaksanaan, pengama-tan dan, refleksi".

Keempat komponen tersebut merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh setiap peneliti yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan realita atau kenyataan yang ada. Peneliti menjabarkan keadaan di lapangan dengan disertai data yang diperoleh selama proses penelitian.

(12)

222 kelas dan tugas-tugas siswa untuk kemudian dianalisis sebagai sumber data.

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan, yaitu: tes, observasi, wawancara, dan doku-mentasi.

Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini difokuskan pada prestasi belajar dalam proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan model pembela-jaran terpadu.

Tabel 3.1.

Indikator keberhasilan tindakan untuk prestasi belajar PKn

Aspek yang

Dinilai Target

Alat Penilaian

Batas tuntas 70% Tes

Ketuntasan kelas 75% Tes

Tabel 3.2

Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Pkn

Aspek yang Dinilai Target Alat Penilaian dengan baik ketika teman berpendapat

65% Lembar observasi Saling membantu dan

menyelesaikan masalah

65% Lembar observasi

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data yang diperoleh peneliti di lapangan penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018 dikum-pulkan, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat disajikan secara sistematis.

Hasil Tes Siklus I

(13)

223 Pelaksanaan tindakan I dilakukan pada hari Rabu, 27 September 2017 dan 04 Oktober 2017 pada jam ke-5 sampai jam ke-6 (pukul 10.00 s.d. 11.00 WIB). Sesuai kesepakatan bahwa siklus pertama dilakukan sebanyak 2 kali dengan alokasi waktu selama 40 menit setiap pertemuan. Pertemuan pertama menjelaskan mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia dan pertemuan kedua menjelaskan mengenai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia.

Berdasarkan tes siklus I terdapat siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 11 siswa dengan persentase sebesar 45,83% dan yang mendapat nilai > 70 sebanyak 13 dengan persentase sebesar 54,17% siswa, dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 54,17.

Ketuntasan belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1.

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Kriteria Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 13 54,17%

Belum Tuntas 11 45,83%

Jumlah 24 100%

Kriteria keberhasilan tindakan untuk prestasi belajar adalah 54,17%

dengan batas tuntas 70 dan ketuntasan kelas sebesar 75%. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa target yang diharapkan belum tercapai. Keadaan ini akan diperbaiki pada siklus II.

Hasil Tes Siklus II

Perencanaan siklus II dilakukan tanggal 14 Oktober 2017 pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kokop Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2017/2018 untuk mempersiapkan skenario pembelajaran yang berupa RPP bahan ajar yang berasal dari buku-buku dan sumber lainnya, instrument penelitian yang berupa lembar observasi tentang kegiatan selama pembelajaran dan daftar wawancara, kisi-kisi sikus II yang berjumlah 15 pilihan esay beserta soal tes, dan kunci jawaban soal tes tersebut telah di uji validitas dan reliabiltasnya.

Berdasarkan tes siklus II terdapat siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar 20,83% dan yang mendapat nilai 2 70 sebanyak 19 dengan persentase sebesar 79,17% siswa, dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 65,04. Ketuntasan belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(14)

224 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Kriteria Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 19 79,17

Belum Tuntas 5 20,83

Jumlah 24 100%

Kriteria keberhasilan tindakan untuk prestasi belajar adalah 79,17% dengan batas tuntas 70 dan ketuntasan kelas sebesar 75%. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa target yang diharapkan sudah tercapai.

Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada kondisi awal yang hanya menggunakan model pembelajaran ceramah sebagai proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajarn terpadu pada siklus I dengan model pembelajaran ceramah dan tugas kelompok kemudian pada siklus II dirubah menggunakan model pembelajaran terpadu dengan model pembelajaran kerja kelompok dan bermain peran.

Dibandingkan pada kondisi awal pada pembelajaran siklus I dan siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar. Prestasi belajar pada kondisi awal ditunjukkan dengan hasil dari mid semester gasal dengan batas ketuntasan belajar adalah 70 sehingga didapat presentase siswa tuntas belajar sebesar

33,33% atau sebanyak 8 siswa. Pada siklus I didapatkan presentase siswa tutas belajar sebesar 54,17% atau sebanyak 13 siswa, sedangkan pada siklus II didapatkan presentase siswa tuntas belajar sebesar 79,19% atau sebanyak 19 siswa. Sehingga telah sesuai dengan apa yang telah diharapkan sesuai dengan indikator yang direncanakan yaitu ketuntasan sebesar 75%.

Tabel 4.3

Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Hasil Kondisi Awal, Siklus I, dan

Siklus II

Keadaan

Presentase Ketuntasan Belajar

Jumlah SiswaTuntas

Kondisi awal 33,33% 8 siswa

Sikus I 54,17% 13 siswa

Siklus II 79,19% 19 siswa

(15)

225 kewarganegaraan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Penutup

Penggunaan model pembelajaran terpadu ini merupakan sebagai langkah upaya perbaikan pada kondisi awal, dari hasil siklus I dan II dibuktikan dengan adanya peningkatan presatsi belajar siswa dari hasil kondisi awal yang hanya siswa tuntas belajar sebanyak 8 orang atau sebesar 33,33%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 13 siswa atau sebesar 54,17% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 19 siswa atau sebesar 79,19 siswa, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembe-lajaran terpadu pada mata pepembe-lajaran pendidikan kewarganegaraan dapat meningkatakan prestasi belajar siswa.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok tata urutan peratuaran perundangan nasional. Sesuai dengan dengan penelitian yang sebelumnya. Hasil penelitian ini m enunjukan kebenaran antara hipotesis bahwa dengan pengunaan model pembelajaran terpadu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka

disampaikan saran sebagai berikut : 1) Hendaknya guru dapat menerapkan

metode pem belajaran terpadu untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. 2) Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam penerapan metode pembelajaran terpadu, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran PKn khususnya. 3) Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis terlebih dahulu menganalisis metode untuk disesuaikan dengan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung, media pembelajaran, dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan.

Daftar Pustaka

Anonim. 2003. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(16)

226 Arnie Fajar. 2005. Portofolio.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur

Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia

Depdikbud. 2006. Kurikulum 2006

Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar PKn. Bandung: CV . M ini Jaya A badi.

Hamzah B.U no. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

J. Gino. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Press

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidi kan. Bandung: Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung : Bumi Aksara.

Sarwiji Suwandi. 2004. Peneltian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Syaiful Bahri Djamarah.2002.

Psikologi Belajar. Jakarta: RinekaCipta

Tim pengembang PG SD. 2001.

Metode Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV Maulana

Winarno. 2005. Pendidikan Kewarga-negaraan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Gambar

Tabel 3.2 instrumen penelitian berupa lembar

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya orang yang menjadi pemimpin adalah orang yang dipersepsikan oleh anggota kelompok sebagai orang yang dapat dengan kuat mewakili nilai kelompok atau mampu membawa

Joko Subando, Q100100019 : Pengelolaan Kultur Sekolah Berbasis Syariah (Studi Situs di SMP IT Nurhidayah Surakarta). Tesis, Program Pascasarjana Universitas

* Refund for shorten hotel stay will be subject to the regulations of the hotel or Company concerned * Please kindly do not present the bills to the client. Total

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa lulusan dari SMP Swasta dan SMP Negeri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

Bahan yang digunakan : - Pipa baja tebal dengan ukuran Ø dalam 22 mm. dan Ø luar 35 mm serta dengan

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARATB. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Alat evaluasi dalam penelitian ini yaitu berupa tes yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui penguasaan siswa. Tes adalah instrumen yang.. digunakan untuk mengukur

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Unir.ersitas Sebelas \'Iaret, scgala bentuk tuntutan hukum yang timbrrl atas pelanggaran