• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PALEMBANG"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

JIGSAW

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh NUR ASIAH NIM 09221047

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Hal : Persetujuan Pembimbing Lamp. : -

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudara :

Nama : Nur Asiah

NIM : 09 221 047

Program : S1 Tadris Matematika

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X di MAN 2 Palembang.

Maka, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Kepada Yth.

Bapak Dekan Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang

Di

(3)

iii

Skripsi Berjudul:

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2

PALEMBANG

Yang ditulis oleh saudara NUR ASIAH, NIM 09 221 047 telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan

di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 20 Februari 2014

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Palembang, 20 Februari 2014 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“ Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga “ (H.R Muslim).

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”

(QS. Muhammad : 7)

“Sebesar-besarnya cita-cita manusia adalah orang iman yang bercita-cita ingin meraih sukses urusan dunia dan urusan akhiratnya”

(Riwayat Ib‟nu Majah)

“Bukanlah hidup kalau tidak ada masalah, bukanlah sukses kalau tidak melalui rintangan, bukanlah menang kalau tidak dengan pertarungan, bukanlah lulus kalau

tidak ada ujian, dan bukanlah berhasil kalau tidak berusaha”

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Ayahanda dan Ibundaku

H. Hidron dan Hj. Mustiah

Terima kasih atas segenap ketulusan cinta & kasih sayangnya selama ini,

do‟a, pendidikan, perjuangan dan pengorbanan untuk Ananda.

Keluarga Besar

(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Asiah

Tempat Tanggal Lahir: Palembang, 14 Maret 1992 Program Studi : Tadris Matematika

Nim : 09 221 047

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta penyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah hasil pengamatan, penelitian, pengelolaan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.

2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

(6)

vi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen berbentuk post-test only control design. Penelitian ini mengambil dua kelas yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling, kelas X. 4 sebagai kelas eksperimen yakni memperoleh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual, dan kelas X.7 sebagai kelas kontrol yaitu memperoleh pembelajaran langsung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematika dan wawancara kepada siswa. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil tes digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Dari hasil analisis diperoleh thitung = 3,04 dan dengan α = 0,05 diperoleh ttabel = 2,00 yang berarti thitung > ttabel yaitu 3,04 > 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima yaitu terdapat pengaruh positif penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik, dan hasil wawancara diperoleh respon positif dari siswa mengenai pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual.

(7)

vii

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine influence of the use cooperatif learning model of jigsaw type through a contextual approach to mathematical problem solving ability of students. This study used an experimental method shaped post-test only control design. This study took two classes taken using cluster sampling technique, X. 4 grade as an experimen class that is gaining cooperative learning model of jigsaw type through contextualapproach, and X. 7 grade as a control class that is gaining direct learning. The data was collected using mathematical problem solving ability tests and interviews to students. The data obtained from interviews were analyzed descriptively. The data obtained from the tests are used to test theresearchhypotheses usingt-test. From analysis of the results obtained tcount= 3,04 and α = 0,05 is obtained ttable = 2,00. It means

tcount > ttable, the suggests that Ha is accepted that there is a positive influence of

the use cooperative learning model of jigsaw type through a contextual approach

to mathematical problem solving ability of students, and the results of interviews obtained a positive response from students about learning to use cooperative learning model of jigsaw type through acontextualapproach.

Key words : cooperative learning of jigsaw type, contextual approach,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa tercurahkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Tadris Matematika.

Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang. Semoga kita semua mendapatkan syafaat oleh-Nya di akherat kelak. Aamiin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat apresiasi sekali kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara keseluruhan. Untuk itu, penulis ingin menyatakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Mukhtar, M.A. selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

(9)

ix

3. Ibu Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.

4. Bapak Dr. H. Ismail, M.Ag. selaku pembimbing I.

5. Bapak Muhammad Win Afgani, S.Si., M.Pd. selaku pembimbing II. You are the best and you are my favorite lecturer.

6. Segenap dosen dan staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

7. Dosen-dosen Tadris Matematika, yang telah ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat buat mahasiswanya, menjadi inspirasi buat saya untuk menjadi tenaga pendidik.

8. Seluruh bapak, ibu guru dan staf pegawai Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang yang telah membantu dan memudahkan urusan saya dalam proses penelitian.

9. Kedua orang tua saya (H. Hidron dan Hj. Mustiah), kakak (Hely Musti), ayuk (Lia Syofriani) dan adik (Evi Mardiani) yang sangat saya cintai dan senantiasa mendoakan, memberikan saran, dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2009 IAIN Raden Fatah Palembang terkhusus teman-teman Tadris Matematika 2. 11.Rekan-rekan seperjuangan BEMI 2012 dan DEMAI 2013 yang telah

mewarnai hari-hariku selama hidup di dunia kampus. Semoga kita semua sukses dimanapun kita berada.

12.Seluruh ADK ‟09, Amran, Sutri, Aidil, Yandi, Tito, Amelda, Eli, Fatimah, Vita, Ita, Nita, Nia, Fuji, teman-teman dalam lingkaran suciku dan

(10)

x

Mbak Munif, Mbak Mariana, Mbak Ema, dan Mbak Rani. Terima kasih atas cinta dan semangat yang kalian berikan. Kita saling menguatkan dan saling mengingatkan. Ana uhibbukum fillah.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ...

Halaman Persetujuan ... Halaman Pengesahan ... Motto dan Persembahan ... Halaman Pernyataan...

Abstract ...

Abstrak ... Kata Pengantar ... Daftar Isi... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Lampiran ...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif ... B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... C. Pendekatan Kontekstual ... D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe

Jigsaw Menggunakan Pendekatan Kontekstual ... E. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 1. Masalah Matematika ... a. Masalah Rutin ... b. Masalah Non rutin ... 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... F. Hubungan Pendekatan Kontekstual dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... G. Pembelajaran Matematika ... H. Materi Pembelajaran ... I. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... J. Hipotesis ...

(12)

xii BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Variabel Penelitian ... D. Definisi Operasional Variabel ... E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 1. Populasi Penelitian ... 2. Sampel Penelitian ... F. Prosedur Penelitian ... 1. Tahap Persiapan ... 2. Tahap Pelaksanaan ... 3. Tahap Penyelesaian ... G. Teknik Pengumpulan Data ...

1. Wawancara ... ... 2. Test ... H. Teknik Analisis Data ...

1. Wawancara ... ... 2. Test ...

a. Menghitung Nilai Akhir ... b. Uji Normalitas ... c. Uji Homogenitas ... d. Uji Hipotesis ...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Hasil Penelitian ... a. Deskripsi Hasil Uji Validitas ... 1) RPP ... 2) Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 3) Soal Posttest ...

4) Soal Kuis... b. Deskripsi Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ...

1) Deskripsi Pertemuan Pertama di

Kelas Eksperimen... 2) Deskripsi Pertemuan Kedua di Kelas

Eksperimen ... 3) Deskripsi Pertemuan Ketiga di Kelas

Eksperimen ... 4) Deskripsi Pertemuan Keempat di Kelas

Eksperimen ... c. Deskripsi Pembelajaran pada Kelas Kontrol ... 1) Deskripsi Pertemuan Pertama di Kelas

(13)

xiii

Kontrol ... 2) Deskripsi Pertemuan Kedua di Kelas Kontrol . 3) Deskripsi Pertemuan Ketiga di Kelas Kontrol . 4) Deskripsi Pertemuan Keempat di Kelas

Kontrol ... d. Deskripsi Pelaksanaan Posttest pada

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 2. Analisis Data ... a. Analisis Hasil Wawancara ... b. Analisis Data Hasil Tes ... 1) Uji Normalitas ... 2) Uji Homogenitas ... 3) Uji Hipotesis ... B. Pembahasan ...

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ... Perbedaan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian

Sekarang ... Desain posttest only control design ...

Populasi siswa kelas X MAN 2 Palembang ...

Ketentuan Pemberian Skor Validasi ... Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Pertama ... Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Kedua ... Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Ketiga ... Data Skor Kuis Kelompok pada Pertemuan Keempat... Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... Data Hasil Posttest Kelas Kontrol ... Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Persentase Aspek Pemecahan Masalah Soal Posttest No 1

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Persentase Aspek Pemecahan Masalah Soal Posttest No 2

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Persentase Aspek Pemecahan Masalah Soal Posttest No 3

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20.

Sketsa Pembentukan Kelompok Jigsaw………... Teknik pengambilan sampel secara cluster random

sampling……….

Peneliti Membimbing Siswa pada Pertemuan Pertama ... Siswa Berdiskusi dalam Kelompok Ahli pada Pertemuan

Pertama ... Siswa Berdiskusi di Kelompok Asal pada Pertemuan

Pertama ...

Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Pertemuan Pertama ... Peneliti Membimbing Siswa pada Pertemuan Kedua ...

Siswa Berdiskusi dalam Kelompok Ahli Pertemuan Kedua ... Siswa Berdiskusi di Kelompok Asal pada Pertemuan Kedua ... Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Pertemuan Kedua ... Siswa Berdiskusi di Kelompok Ahli Pertemuan Keempat ...

Siswa Berdiskusi di Kelompok Asal Pertemuan Keempat ... Peneliti sedang Menjelaskan Materi ... Siswa sedang Memperhatikan Penjelasan Peneliti ... Siswa sedang Mencatat Hasil Penjelasan Peneliti ...

Suasana posttest pada kelas eksperimen ...

Suasana posttest pada kelas kontrol ... Jawaban siswa yang kurang sempurna dalam memahami

masalah pada soal no. 1 ... Jawaban siswa yang kurang sempurna dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah pada soal no. 1 ... Jawaban siswa yang kurang sempurna dalam menafsirkan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. SK PenunjukanPembimbing Skripsi ...

2. Surat Penunjukkan Tim Penguji Seminar Proposal ... 3. SK Perubahan Judul Skripsi ... 4. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FakultasTarbiyah ... 5. Surat Pengantar Izin Penelitian dari Kemenag Sumatera Selatan ... 96 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari MAN 2 Palembang ... 7. Kartu Bimbingan Skripsi ... 8. Lembar Validasi Pakar Tentang Kevalidan Soal Test ... 9. Lembar Validasi Teman Sejawat Tentang Kevalidan Soal Test ... 10. Lembar Validasi Pakar Tentang Kevalidan Soal Kuis ... 11. Lembar Validasi Teman Sejawat Tentang Kevalidan Soal Kuis .... 12. Lembar Validasi Pakar Tentang Kevalidan RPP Penelitian ... 13. Lembar Validasi Pakar Tentang Kevalidan LKS ... 14. RPP Kelas Kontrol pada Pertemuan 1 ... 15. RPP Kelas Kontrol pada Pertemuan 2 ... 16. RPP Kelas Kontrol pada Pertemuan 3 ... 17. RPP Kelas Kontrol pada Pertemuan 4 ... 18. RPP Kelas Kontrol pada Pertemuan 5 ... 19. RPP Kelas Eksperimen pada Pertemuan 1 ... 20. RPP Kelas Eksperimen pada Pertemuan 2 ... 21. RPP Kelas Eksperimen pada Pertemuan 3 ... 22. RPP Kelas Eksperimen pada Pertemuan 4 ... 23. RPP Kelas Eksperimen pada Pertemuan 5 ... 24. Pedoman Wawancara ... 25. Wawancara Awal dengan Siswa ... 26. Wawancara Awal dengan Guru ... 27. Wawancara Akhir dengan Siswa ... 28. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen (X.4) ... 29. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol (X.7) ... 30. Uji Normalitas ... 31. Uji Homogenitas ... 32. Uji Hipotesis (uji t-test) ... 33. Tabel Hasil Validasi LKS terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa dengan Pakar ... 34. Tabel Hasil Validasi Soal Posttest terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Pakar ...

35. Tabel Hasil Validasi Soal Kuis terhadap Kemampuan Pemecahan

(17)

xvii

Masalah Matematika Siswa dengan Pakar ... 36. Tabel Hasil Validasi RPP terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa dengan Pakar ... 37. Soal Posttest ... 38. Soal Kuis... 39. Hasil Kerja Posttest Siswa 1 ... 40. Hasil Kerja Posttest Siswa 2 ... 41. LKS 1 Pertemuan 1... 42. LKS 2 Pertemuan 1... 43. LKS 3 Pertemuan 1... 44. LKS 4 Pertemuan 1... 45. LKS 1 Pertemuan 2... 46. LKS 2 Pertemuan 2... 47. LKS 3 Pertemuan 2... 48. LKS 4 Pertemuan 2... 49. LKS 1 Pertemuan 4... 50. LKS 2 Pertemuan 4... 51. LKS 3 Pertemuan 4... 52. LKS 4 Pertemuan 4...

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk membekali orang dengan pengetahuan dan pengalaman serta untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terkadang mengenai hal-hal yang sukar dan pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera.

Hal seperti itu dalam matematika biasanya berupa pemecahan masalah matematika yang di dalamnya termasuk soal non rutin yaitu soal yang penyelesaiannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Contohnya menentukan umur ayah sekarang jika tujuh tahun lalu umur ayah sama dengan 6 kali umur Budi. Empat tahun yang akan datang 2 kali umur ayah sama dengan 5 kali umur Budi ditambah 9 tahun.

Sedangkan yang dimaksud soal rutin adalah soal yang sering muncul dalam pembelajaran, yang dapat dipecahkan sesuai prosedur yang dipelajari. Misalnya menentukan nilai a2 + b2 jika suatu sistem persamaan linear ax + by = 6 dan 2ax + 3by = 2 mempunyai penyelesaian x = 2 dan y = - 1.

(19)

2

menempati peringkat ke-61 dari 65 negara yang disurvei dengan nilai rata-rata kemampuan matematika Indonesia yaitu 371 dari nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh PISA adalah 500. Pada survey tersebut salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah.

Kenyataan umum yang dapat dijumpai di sekolah menunjukkan bahwa para guru di sekolah cenderung lebih suka memberikan bentuk soal-soal rutin kepada siswanya daripada soal-soal non rutin, sehingga para siswa terlatih menggunakan prosedur-prosedur pada soal rutin saja. Akibatnya, mereka tidak terbiasa dan mengalami kesulitan apabila diberi soal-soal yang sifatnya non rutin.

(20)

permasalahan yang sifatnya non rutin, karena soal yang biasa diberikan gurunya adalah berupa soal rutin.

Berdasarkan penelitian Narohita (2010), kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah adalah mereka umumnya tidak memiliki daya tahan dalam menghadapi berbagai masalah yang memerlukan daya nalar. Kesulitan-kesulitan dalam mempelajari matematika akan menimbulkan kebosanan, yang pada akhirnya dapat memunculkan sikap apriori terhadap pelajaran matematika. Akibatnya, prestasi belajar matematika mereka tidak sebaik harapannya.

Guru dalam hal ini harus membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Untuk itu diperlukan cara yang tepat untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah, dan salah satunya adalah dengan memberikan model pembelajaran dan pendekatan yang tepat.

(21)

Dalam pembelajaran matematika, tidak semua model atau metode pembelajaran cocok untuk digunakan setiap pokok bahasan, sehingga guru harus memilih model atau metode yang cocok agar mencapai hasil pembelajaran yang baik. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW, yaitu:

Artinya: “Dari Abi Hurairah RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: siapa yang memberi petunjuk ke jalan yang baik (dengan ilmunya) maka ia akan mendapat pahala seperti yang di dapatkan oleh orang yang mengikutinya tanpa kurang sedikit pun”. (H.R. Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa apabila akan memberikan ilmu kepada seseorang haruslah dengan cara yang baik agar orang yang menerimanya dapat mengikuti dengan baik pula. Begitupun dalam memilih suatu metode atau model pembelajaran untuk peserta didik haruslah tepat, karena metode atau model pembelajaran yang digunakan mempengaruhi hasil pembelajaran yang diperoleh oleh peserta didik.

(22)

belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa (Johnson & Johnson dalam Lie, 2002 : 7).

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002 : 30) pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa. Dengan kata lain tidak semua kerja kelompok biasa disebut sebagai pembelajaran kooperatif, karena pada pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya sehingga secara tidak langsung diajarkan cara memimpin dan dipimpin oleh temannya, menghindarkan dari persaingan individu.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw. Penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

(23)

55,5 % pada siklus kedua, dan 75% pada siklus ketiga. Namun dari penelitian tersebut terdapat kendala yang dialami, dalam RPP nya terlihat pada pendahuluan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langsung menginformasikan model yang akan digunakan, kemudian siswa masih ada yang tidak terlibat secara aktif baik pada diskusi kelompok ahli maupun pada kelompok semula, dan juga masih terdapat kekeliruan atau kurang teliti yang dilakukan siswa dalam menerjemahkan soal, sehingga menurut peneliti perlunya digunakan sebuah pendekatan untuk meminimalisir kendala tersebut.

Karena, selain model pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam keseluruhan pengelolaan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.

Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan (Muslich, 2007 : 40).

(24)

Pertama, penerapan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah (F = 5,81, p < 0,05). Kedua, penerapan pendekatan kontekstual tetap berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah setelah diadakan pengendalian terhadap penalaran formal siswa (F = 6,82, p < 0,05). Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa pendekatan kontekstual akan menyebabkan proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan belajar bermakna, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

melalui Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian masalah ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

(25)

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Matematika

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengajarkan dan menyampaikan materi pada siswa dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu sekolah dan perbaikan pembelajaran matematika. 3. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 4. Bagi Peneliti

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

(27)

1. Saling ketergantungan positif 2. Tanggung jawab perseorangan 3. Tatap muka

4. Komunikasi antar anggota 5. Evaluasi proses kelompok

Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif (Widyantini, 2006 : 5), yaitu:

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Langkah Indikator Kegiatan Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serat memotivasi siswa.

Langkah 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menginformasikan pengelompokan siswa. Langkah 4 Membimbing kelompok

belajar.

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

B.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson, dkk. Adapun langkah-langkah dalam penerapan jigsaw menurut Widyantini (2006 : 5-7) adalah sebagai berikut.

(28)

baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Contoh pembentukan kelompok jigsaw sebagai berikut.

belajar materi 1 belajar materi 2 belajar materi 3 belajar materi 4 belajar materi 5

Gambar 1. Sktesa Pembentukan Kelompok Jigsaw

(29)

kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran

6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Langkah-langkah diatas sedikit berbeda dengan pendapat Lie (2002 : 68-69) yakni sebagai berikut.

1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.

(30)

dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat.

4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. 5. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka

masing-masing.

6. Setelah selesai, saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.

8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.

Lie (2002 : 69) juga menambahkan variasi dalam penerapan model

(31)

Dari kedua pendapat di atas mengenai langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe jigsaw, maka dapat peneliti rumuskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru.

2. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pelajaran

tersebut. Semua siswa dengan materi pelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group / CG). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

4. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

(32)

yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

6. Selanjutnya guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

C.Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menerapkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Zulfiani dkk, 2009 : 95).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama (Muslich, 2007 : 43), yaitu:

1. Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk), kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Questioning (bertanya), kegiatan yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari. 3. Inquiry (menyelidiki, menemukan), kegiatan belajar yang bisa

mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil “menemukan”

(33)

4. Learning community (masyarakat belajar), kegiatan belajar yang menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain.

5. Modelling (pemodelan), kegiatan belajar yang menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya.

6. Reflection (refleksi atau umpan balik), kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

7. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya), kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

D.Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Pendekatan Kontekstual

1. Guru menjelaskan secara umum mengenai materi dan mengaitkan materi pada masalah kehidupan nyata.

2. Guru mempersiapkan siswa untuk dibagi dalam kelompok asal yang terdiri dari 4 – 5 orang (masyarakat belajar).

(34)

4. Guru mengarahkan siswa untuk berbagi tugas menjadi anggota kelompok ahli dalam setiap kelompok asal.

5. Guru memberikan kesempatan siswa berdiskusi untuk membangun (kontruktivisme) pengetahuan dan menemukan (inkuiri) jawaban LKS yang diberikan.

6. Guru memantau kerja setiap kelompok dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika mengalami kesulitan.

7. Guru meminta para anggota kelompok ahli untuk kembali ke kelompok asal dan berdiskusi untuk membangun (kontruktivisme) pengetahuan yang diperolehnya kepada anggota-anggota kelompok asalnya dan menemukan

(inkuiri) jawaban LKS yang diberikan.

8. Guru meminta perwakilan siswa dari anggota kelompok asal

mempresentasikan jawaban di depan kelas (pemodelan), sedangkan kelompok lain memberikan tanggapannya. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal – hal yang kurang dimengerti.

9. Guru mengadakan evaluasi, baik secara individual ataupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar dengan memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan masing- masing individu (penilaian autentik). Dan bagi yang memperoleh nilai hasil belajar sempurna di beri penghargaan.

(35)

E.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 1. Masalah Matematika

Widjajanti (2009 : 403) menyatakan bahwa dalam belajar matematika, pada umumnya yang dianggap masalah bukanlah soal yang biasa dijumpai siswa. Soal atau pertanyaan disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab.

Dapat terjadi bagi seseorang, pertanyaan itu dapat dijawab dengan menggunakan prosedur rutin baginya, namun bagi orang lain untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan pengorganisasian pengetahuan yang telah dimiliki secara tidak rutin (Hudoyo dalam Widjajanti, 2009 : 403).

Senada dengan pendapat Hudoyo, Suherman, dkk. (dalam Widjajanti, 2009 : 403) menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah bagi anak tersebut.

Holmes (dalam Wardhani dkk, 2010 : 16) menyatakan bahwa terdapat dua kelompok masalah dalam pembelajaran matematika yaitu masalah rutin dan masalah nonrutin.

1. Masalah Rutin

(36)

deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari kata-kata menjadi simbol-simbol. Masalah rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih langkah pemecahan.

2. Masalah Non Rutin

Masalah nonrutin membutuhkan lebih dari sekadar penerjemahan masalah menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang sudah diketahui. Masalah non rutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat sendiri metode pemecahannya. Dia harus merencanakan dengan seksama bagaimana memecahkan masalah tersebut.

Dalam pembelajaran matematika ada soal pemecahan masalah dan ada soal bukan pemecahan masalah. Pada umumnya soal cerita dapat digunakan untuk melatih siswa dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu dalam menyelesaikan soal cerita dapat digunakan strategi penyelesaian masalah, walaupun soal cerita matematika belum tentu merupakan soal pemecahan masalah. Kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal cerita tidak hanya kemampuan keterampilan (skill) dan mungkin algoritma tertentu saja melainkan kemampuan lainnya yaitu kemampuan menyusun rencana dan strategi yang akan digunakan dalam mencapai penyelesaian (Marsudi dan Astuti, 2011 : 9-10).

(37)

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan memecahkan masalah menjadi tujuan utama dari belajar matematika diantara tujuan yang lain. Orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global (Holmes dalam Wardhani dkk, 2010 : 7).

Menurut Polya (dalam Rohima, 2009 :11), untuk memecahkan suatu masalah ada empat langkah yang dapat dilakukan, yakni:

a. Memahami Masalah

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan). b. Merencanakan Pemecahannya

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur).

c. Menyelesaikan Masalah sesuai Rencana

(38)

d. Memeriksa Kembali Prosedur dan Hasil Penyelesaian

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.

Menurut Depdiknas (dalam Rohima, 2009 : 16), aspek yang dinilai dari hasil tes berdasarkan kemampuan pemecahan masalah antara lain sebagai berikut:

a. Kemampuan memahami masalah

Aspek yang dinilai : 1) pemahaman apa yang diketahui 2) pemahaman apa yang ditanyakan b. Kemampuan merencanakan penyelesaian masalah

Aspek yang dinilai : 1) ketepatan strategi pemecahan masalah

2) relevansi konsep yang dipilih dengan permasalahan

c. Kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian masalah

Aspek yang dinilai : 1) ketepatan model matematika yang digunakan 2) kebenaran dalam melakukan operasi hitung d. Kemampuan memeriksa hasil yang diperoleh

Aspek yang dinilai : 1) kebenaran jawaban

F. Hubungan Pendekatan Kontekstual dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(39)

disebabkan karena setelah selesai menempuh pendidikan, para siswa akan terjun ke masyarakat yang penuh dengan masalah–masalah atau problema– problema kemasyarakatan. Kemahiran dalam menyelesaikan masalah akan membantu mereka untuk mengatasi masalah kehidupan sehingga mampu bertahan dari gempuran–gempuran masalah yang menghadangnya.

Sebagai hasil belajar, kemampuan pemecahan masalah tentu juga dipengaruhi oleh faktor–faktor keberhasilan siswa dalam belajar. Salah satu faktor penting yang menjadi kunci dalam pemecahan masalah matematika adalah kemampuan penalaran formal. Hal ini disebakan karena pemecahan masalah menuntut kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir logis yang berdasarkan logika matematika. Kemampuan berpikir logis menurut kerangka berpikir ini merupakan suatu penalaran (Suriasumantri dalam Narohita, 2010 : 1441).

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa, pendekatan pembelajaran kontekstual, kemampuan pemecahan masalah matematika berkaitan erat. Kemampuan pemecahan masalah dapat dikembangkan dari pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dalam pendekatan pembelajaran kontekstual siswa, dibiasakan untuk memecahkan masalah sehari-hari yang dekat dengan keseharian siswa yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

G.Pembelajaran Matematika

(40)

didiknya untuk mempelajarinya. Menurut Dewi (dalam Hastuti, 2009) pembelajaran adalah suatu usaha membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk mebelajarkan siswa.

Secara etimologi, istilah matematika berasal dari bahasa latin

mathema yang berarti ilmu atau pengetahuan. Sedangkan dalam bahasa Belanda matematika disebut sebagai mathematick / wiskunde yang berarti ilmu pasti (TIM MKPBM dalam Hastuti, 2009 : 4). Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu (Jihad dalam Hastuti, 2009: 4).

Pembelajaran matematika adalah proses kegiatan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap terhadap kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang sifatnya konstan dan berbekas yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003 : 253) mengemukakan ada lima alasan perlunya belajar matematika, yaitu karena matematika sebagai:

1. Sarana berfikir yang jelas dan logis

2. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari 3. Sarana mengenal pola-pola hubungan generalisasi pengalaman 4. Sarana untuk mengembangkan kreativitas

(41)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan pemahaman, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Depdiknas dalam Hastuti, 2009 : 5)

H.Materi Pembelajaran Standar Kompetensi

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel.

Kompetensi Dasar

(42)

1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel.

2. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear.

3. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan penafsirannya.

4. Menyelesaikan pertidaksamaan satu variabel yang melibatkan bentuk pecahan aljabar.

5. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel.

6. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel dan penafsirannya.

Namun dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil tiga kompetensi dasar yang dicapai, yakni:

1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel.

2. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear.

(43)

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Bentuk umum sistem persamaan liniear dua variable:

a1x + b1y = c1

a2x + b2y = c2

x dan y adalah variabel

a1, a2, b1, b2, c1, c2R

Cara menyelesaikannya dengan : 1) Metode Eliminasi

2) Metode Substitusi

3) Metode Campuran Eliminasi dan Substitusi 4) Metode Grafik

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel Bentuk umum persamaan linier tiga variabel:

a1x + b1y + c1z = d1

a2x + b2y + c2z = d2

a3x + b3y + c3z = d3

x, y, z adalah variabel

R d d d c c c b b b a a

a1, 2, 3, 1, 2, 3, 1, 2, 3, 1, 2, 3

Cara menyelesaikannya dengan: 1) Metode Eliminasi

2) Metode Substitusi

(44)

I. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang terdahulu yang dijadikan referensi bagi peneliti, diantaranya yaitu:

1. Berdasarkan penelitian Muliana (2006) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Jigsaw di Kelas 7.1 SMP Negeri 8 Prabumulih” terungkap bahwa adanya

peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika setiap siklusnya melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu 33,3% pada siklus pertama, 55,5 % pada siklus kedua, dan 75% pada siklus ketiga. 2. Berdasarkan penelitian Sugandi (2011) yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting Kooperatif Jigsaw terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA di Kota Cimahi” ditemukan bahwa

pembelajaran berbasis masalah dalam setting belajar kooperatif jigsaw

memberikan pengaruh terbesar dibandingkan dengan pengaruh pembelajaran konvensional, level sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa.

3. Berdasarkan hasil analisis data Narohita (2010) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Eksperimen pada SMP Negeri 1 Tejakula)” menunjukkan sebagai berikut:

(45)

pemecahan masalah setelah diadakan pengendalian terhadap penalaran formal siswa (F = 6,82, p < 0,05).

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang dapat digambarkan dengan table berikut ini:

Tabel 2. Perbedaan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Peneliti

Peneliti Tahun Aspek

a b c

Yeni Muliana 2006 √

Asep Ikin Sugandi 2011 √ √

Gede Alit Narohita 2010 √ √

Nur Asiah (sekarang) 2013 √ √ √

Keterangan:

a = model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

b = pendekatan kontekstual

c = kemampuan pemecahan masalah matematika

J. Hipotesis

Bertitik tolak dari tinjauan teoritis maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 = Tidak ada pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan kontekstual dan menggunakan media terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

(46)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan ke dalam jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Eksperimen yang dilakukan bermaksud mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di MAN 2 Palembang.

B.Desain Penelitian

Adapun desain penelitiannya adalah Posttest Only Control Design.

Dalam rancangan ini ada dua kelas sampel yang akan dibedakan, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Disini yang menjadi kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual, sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan, artinya pembelajarannya menggunakan cara biasa dilakukan pengajar sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran langsung. Sebagai bagan ini dilukiskan sebagai berikut:

Tabel 3. Desain posttest only control design.

Group Treatmen Posttest

Exp. Group X O1

(47)

Keterangan :

X : perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual

O1 : posttest pada kelas eksperimen dengan perlakuan O2 : posttest pada kelas kontrol tanpa perlakuan ( Sugiyono, 2013 : 112)

C.Variabel Penelitian

Pada penelitian ini ada dua variabel, yaitu:

1. Pengajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

melalui pendekatan kontekstual sebagai variabel bebas.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di MAN 2 Palembang sebagai variabel terikat.

D.Definisi Operasional Variabel

(48)

kembali ke kelompok asalnya dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika kelas X di MAN 2 Palembang adalah kesanggupan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa soal-soal pemecahan masalah yaitu dalam penelitian ini berupa soal cerita yang termasuk dalam masalah nonrutin, dengan cara menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya.

E.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MAN 2 Palembang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 291 orang. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 4. Populasi siswa kelas X MAN 2 Palembang

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

Akselerasi 5 20 25

X 1 13 27 40

X 2 15 24 39

X 3 15 23 38

X 4 11 27 38

X 5 17 21 38

X 6 11 29 40

X 7 11 22 33

(49)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Dalam memilih sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik cluster random sampling (area sampling) yaitu teknik pengambilan sampel kelas secara acak dalam menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel ini akan dijelaskan pada bagan di bawah ini:

Populasi penelitian

random

sampel

Gambar 2. Teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling

F. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Tahap Persiapan

a) Melakukan wawancara terhadap guru matematika dan siswa di sekolah yang akan menjadi penelitian yaitu MAN 2 Palembang.

b) Konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan dan dosen pembimbing.

c) Melakukan perizinan tempat untuk penelitian

d) Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan X. 7 aksel

X. 1 X. 6

X. 5 X. 2

X. 4 X. 3

X. 4 K. eksperimen

(50)

e) Menyusun instrumen penelitian kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Instrument penelitian ini di antaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal kuis, soal-soal test, pedoman wawancara, dan lain-lain sesuai kebutuhan penelitian. f) Analisis perangkat pembelajaran dan instumen pengumpulan data.

Perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data di validasi menggunakan validitas konstrak (Construct Validity). Menurut Sugiyono (2013:177), untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgment experts), yang disebut dengan validator.

Adapun beberapa aspek kevalidan terdiri dari isi, muka dan konstruk. Pada ketiga aspek tersebut memuat beberapa indikator yang akan diberi skor oleh validator. Adapun ketentuan pemberian skor pada lembar validasi, adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Ketentuan Pemberian Skor Validasi

Skor Indikator Kategori Indikator

1 Indikator sangat tidak valid 2 Indikator tidak valid 3 Indikator kurang valid 4 Indikator valid 5 Indikator sangat valid

(Modifikasi dari Sugiyono, 2013:135)

(51)

0,00 ≤ Rata-rata < 0,50 tidak valid 0,50 ≤ Rata-rata ≤ 1 valid

(Modifikasi Arikunto, 2010 : 271) Pada instrumen penelitian LKS, soal posttest dan soal kuis kategori kevalidan, yaitu:

1,00 ≤ Rata-rata < 1,50 sangat tidak setuju 1,50 ≤ Rata-rata < 2,50 tidak setuju

2,50 ≤ Rata-rata < 3,50 kurang setuju 3,50 ≤ Rata-rata < 4,50 setuju

4,50 ≤ Rata-rata ≤ 5,00 sangat setuju

(Modifikasi Arikunto, 2010 : 271) Instrument penelitian dikatakan valid jika rata-rata skor yang diberikan oleh validator pada tiap-tiap indikator kevalidan ≥ 3,50.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung atau pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap yang diadakan masing-masing 5 kali pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dengan alokasi waktu 4 x 45 menit setiap pertemuannya.

(52)

memberikan LKS yang berisikan permasalahan berupa masalah rutin dan non rutin. Dan setiap pertemuan diakhiri dengan memberikan soal quis untuk melihat kemampuan pemecahan masalah masing-masing individu siswa setelah diberi perlakuan.

Sedangkan di kelas kontrol pertemuan pertama sampai keempat, peneliti melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Dan di setiap pertemuan diberikan quis yang sama dengan quis pada kelas eksperimen.

Pertemuan ke lima pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, peneliti memberikan soal tes, yakni berupa soal-soal pemecahan masalah untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberikan perlakuan.

3. Tahap Penyelesaian

Setelah diperoleh data hasil tes siswa, selanjutnya data dianalisis kemudian mendeskripsikan hasil pengolahan data, melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN 2 Palembang.

G.Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data digunakan wawancara dan test. 1. Wawancara

(53)

peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono,2013: 320).

2. Test

Test adalah alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditetapkan (Arikunto, 2010 : 53). Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa.

H.Teknik Analisis Data 1. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Wawancara di lakukan dengan memberikan 8 butir pertanyaan kepada guru dan 5 butir pertanyaan kepada beberapa siswa. Hasil wawancara disalin dan digunakan sebagai pendukung data yang telah di ambil dan merupakan gambaran untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

2. Test

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data tersebut diolah sehingga hasil pengolahan ini nantinya dapat diambil suatu kesimpulan untuk membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan.

Langkah teknik analisis data tersebut adalah sebagai berikut : a. Menghitung Nilai Akhir

(54)

1) Membuat tabel penskoran

2) Memeriksa dan memberi skor pada jawaban siswa sesuai dengan tabel penskoran

3) Menghitung skor akhir

Skor tes akhir = skor yang diperoleh siswa skor maksimum x 100

b. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan rumus kemiringan kurva.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Menghitung rentang data

Rank = Data terbesar – Data terkecil 2) Menghitung banyak interval

K = 1 + 3,3 log n

Keterangan:

K = Banyak kelas interval

n = Banyak sampel penelitian 3) Menghitung panjang kelas interval

𝑃

=

𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 (Herryanto, 2007: 2.11-12)

4) Menyusun tabel distribusi

5) Menghitung rata-rata dari masing-masing kelompok data

𝑥

=

𝑓𝑖.𝑥𝑖
(55)

Keterangan: 𝑥 = Nilai rata-rata

fi = Frekuensi masing-masing kelas interval

xi = Titik tengah kelas interval

6) Menentukan varians dan simpangan baku

𝑠

2

=

𝑛 𝑓𝑖𝑥𝑖

2 𝑓

𝑖𝑥𝑖

2

𝑛(𝑛−1)

(Herryanto, 2007: 5.19)

𝑆

=

𝑛 𝑓𝑖𝑥𝑖 2− 𝑓

𝑖𝑥𝑖 2

𝑛(𝑛−1)

(Herryanto, 2007: 20.6)

Keterangan:

S2 = Varians sampel

S = Simpangan baku sampel

n = Jumlah sampel 7) Menentukan modus baku

𝑀

𝑜

=

𝑏

+

𝑝

𝑏1 𝑏1+𝑏2

(Herryanto, 2007: 4.19)

Keterangan:

b = Batas bawah kelas interval dengan frekuensi terbanyak p = Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

b1 = Frekuensi pada kelas interval yang terbanyak dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya

b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi interval berikutnya 8) Uji normalitas dengan menentukan kemiringan kurva, dengan rumus:

𝐾

𝑚

=

𝑋 −𝑀𝑆 𝑜 (Herryanto, 2007 : 6.2)
(56)

Km = Kemiringan kurva

Mo = Modus 𝑋 = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku sampel

Dengan kriteria pengujian jika -1<𝑲𝒎< 1, maka data berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, jika kedua kelompok telah diketahui berdistribusi normal, maka langkah-langkah pengolahan data selanjutnya adalah pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak.

Untuk pengujian homogenitas ada beberapa cara, salah satunya adalah Varian terbesar dibandingkan varian terkecil. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (Husaini dan Purnomo, 2008 : 133)

(1) Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat. (2) Tulis Ha dan Ho dalam bentuk statistik. (3) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus :

(4) Tetapkan taraf signifikansi (α) (5) Hitung Ftabel dengan rumus

Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel (6) Tentukan criteria pengujian Ho yaitu :

(57)

Jika Fhitung ≤ Ftabel , maka Ho diterima (homogen). (7) Bandingkan Fhitung dengan Ftabel,

(8) Buatlah kesimpulannya d. Uji Hipotesis

H0 = Tidak ada pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan kontekstual dan menggunakan media terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Ha = Ada pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan kontekstual dan menggunakan media terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan kontekstual dan menggunakan media terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan cara menghitung uji test dengan rumus uji-t sebagai berikut :

2 1 2 1 1 1 n n Sgab x x t    Keterangan : 1

x = nilai rata-rata kelas eksperimen

2

(58)

1

n = banyaknya data kelas eksperimen

2

n = banyaknya data kelas kontrol

gab

s = varian gabungan

2 1

s = varian kelas eksperimen

2 2

s = varian kelas kontrol

a. Rata-rata

  n i Xi n x 1 1 b. Varian 1 ) ( 1 2 2   

n X X s n i i

c. Varian gabungan

2 ) ( ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1       n n s n s n sgab

( Sugiyono, 2013:181)

Dengan demikian, kriteria pengujian terima Ho jika thitung < ttabel(1-α) dan tolak Ha jika thitung > ttabel(1- ). Pada penelitian ini nilai 𝛼

(59)

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MA Negeri 2 Palembang pada tahun ajaran 2013/2014 tanggal 2 Oktober sampai dengan 23 Oktober 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MAN 2 Palembang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 291 orang. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas X.4 yang berjumlah 38 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan, dan kelas X.7 yang berjumlah 33 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan validasi pakar dan teman sejawat tentang kevalidan RPP, lembar kerja siswa (LKS), soal kuis, dan soal posttest. Dalam proses belajar mengajar berlangsung, kelas X.4 sebagai kelas eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan kontekstual, sedangkan kelas X.7 sebagai kelas kontrol mendapatkan perlakuan model pembelajaran langsung. Pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dan 1 pertemuan untuk posttest.

(60)

Dua Variabel (SPLDV) dan Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV).

Data didapat dari hasil posttest yang dilaksanakan setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan, selanjutnya data posttest dianalisis. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di MAN 2 Palembang. a. Deskripsi Hasil Uji Validitas

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan validasi instrumen peneltian kepada pakar dan teman sejawat untuk mendapatkan instrumen penelitian yang berkeriteria valid. Instrumen penelitian yang divalidasi yaitu sebagai berikut:

1) RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi, kemudian RPP dikonsultasikan ke validator untuk mendapatkan saran dari pakar tersebut. Kemudian peneliti merevisi sesuai dengan saran yang diberikan. Pakar yang terlibat dalam validasi RPP ini ada 2 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang dan guru matematika di MAN 2 Palembang.

(61)

2) LKS

Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi. Kemudian LKS dikonsultasikan ke validator untuk menghasilkan LKS yang baik dan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pakar yang terlibat dalam validasi LKS ini ada 2 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang dan guru matematika di MAN 2 Palembang.

Berdasarkan hasil validasi pakar dari kedua validator tersebut dapat dilihat bahwa setiap aspek validasi LKS terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 4,63.

3) Soal Posttest

Soal posttest dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi. Kemudian soal dikonsultasikan ke validator untuk menghasilkan soal yang baik dan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pakar yang terlibat dalam validasi soal ini ada 4 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang, guru matematika di MAN 2 Palembang, dan 2 teman sejawat jurusan Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

(62)

Begitupula dengan hasil validasi teman sejawat, terlihat bahwa setiap aspek validasi soal posttest terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 4,59.

Dan total rata-rata keseluruhan dari empat validator tersebut didapat 4.57, maka soal posttest dinyatakan valid.

4) Soal Kuis

Soal kuis dalam penelitian ini divalidasi melalui lembar validasi. Kemudian soal dikonsultasikan ke validator untuk menghasilkan soal yang baik dan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pakar yang terlibat dalam validasi soal ini ada 4 orang yaitu dosen Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang, guru matematika di MAN 2 Palembang, dan 2 teman sejawat jurusan Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

Berdasarkan hasil validasi pakar tersebut terlihat bahwa setiap aspek validasi soal kuis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinyatakan valid dengan rata-rata skor yang didapat adalah 4,63.

(63)

b. Deskripsi Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

Pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen dengan empat kali pertemuan dalam

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Gambar 1. Sktesa Pembentukan Kelompok Jigsaw
Tabel 4. Populasi siswa kelas X MAN 2 Palembang
Gambar 2. Teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nurul Jadid dengan menggunakan metode yang telah dijelaskan dalam buku Metodologi penelitian Living Qur‟an dan Hadits.11 Selanjutnya, buku-buku yang berkaitan dengan Studi

belajar sudah mulai terfokus pada tugas- tugas belajarnya namun masih perlu pengawasan yang lebih ketat dan mendidik. Hasil belajar siswa setelah perbaikan pembelajaran

Penelitian yang berjudul usaha guru al-quran hadis dalam meningkatkan kemampuan belajar al-qura siswa di MTs Al-Huda Bandung membahas tentang berbagai usaha yang

- Melakukan entry data rencana studi yang sudah diisikan pada FPRS ke dalam komputer sesuai dengan jadwal dan ruang yang tercantum padaa. KETENTUAN UMUM

Hasil yang diperoleh adalah dari hasil percobaan dan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum proses pelapisan nikel dengan menggunakan campuran

Tabel diatas menunjukan bahwa responden yang menyatakan terganggu dengan kelas yang tidak kondusif sebanyak 27 orang (90%), yang menyatakan sedikit terganggu ada

Sesuai dengan definisi partisipasi tersebut, anggota bank sampah ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah Bantul karena

adalah gaya Postmodern dimana desain dibuat lebih inovatif dan fleksibel. Cakupan perancangan tugas akhir karya desain ini adalah lantai dua yang akan dijadikan Area