PERBEDAAN BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN STATUS GIZI DAN STATUS ANEMIA IBU HAMILTRIMESTER III
(STUDI KASUS DI PUSKESMAS CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA) Lilik Hidayanti, SKM., M.Si; Fitriyah Zulfa, SKM
ABSTRAK
Status gizi kurang pada ibu hamil (Kurang Energi Kronis=KEK) dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah (BBLR). Hasil penelitian ditunjukkan bahwa ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko sebesar 2,32 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu yang mempunyai status gizi normal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia ibu hamil trimester tiga di puskesmas Cihideung Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini adalah observasional research dengan menggunakan metode survey dan pendekatan yang dipakai adalah desain kohort prospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester tiga yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Cihideung Kota Tasikmalaya. Sampel diambil dengan kriteria inklusi ibu hamil yang tidak berisiko dengan jumlah 32 orang. Uji t independen digunakan untuk membuktikan adanya perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia karena berat badan bayi berdistribusi normal. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata berat lahir bayi lebih tinggi pada responden yang non anemi dibandingkan dengan responden yang anemi. Hasil uji t-bebas juga menunjukkan ada perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status anemi dengan nilai p 0,004. Rata-rata berat lahir bayi lebih tinggi pada responden yang non KEK dibandingkan dengan responden yang KEK. Hasil uji t-bebas juga menunjukkan ada perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dengan nilai p 0,00. Disarankan perlu adanya pemantauan terhadap pemberian tablet Fe, ketaatan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe, sosialisasi cara-cara yang benar mengkonsumsi tablet Fe dan penyuluhan tentang bahan-bahan makanan yang banyak mengandung Fe jenis hem
Abstract
consume the tablet of Fe and counseling about food stuff which is not a lot containing Fe of type hem.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus dimulai sedini mungkin
yaitu sejak bayi masih berada dalam kandungan, dan kondisi ini sangat bergantung pada kesehatan
dan status gizi ibu pada saat hamil. Di Indonesi ibu hamil merupakan golongan rawan yang sangat
mudah terkena masalah gizi, terutama masalah gizi kurang. Anemia dialami oleh ibu hamil. Anemi
yang terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada saat proses persalinan
(seperti partus lama, perdarahan saat melahirkan, dan infeksi pada masa nifas). Dan pada janin
dapat menyebabkan terjadinya imaturitas, prematuritas, BBLR, malformasi dan malnutrisi.
Status gizi kurang (KEK) pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko melahirkan dengan
bayi berat badan yang rendah (BBLR). Kurang energy kronis (KEK) ditandai dengan nilai lingkar
rendah atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa ibu hamil yang
menderita KEK mempunyai risiko sebesar 2.32 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan ibu yang mempunyai status gizi normal. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai
risiko mengalami kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester ketiga kehamilannya. Di
samping itu, ibu hamil yang KEK juga akan mengalami kesulitan persalinan dan apabila mampu
selamat akan melalui masa pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan.
Status gizi ibu hamil yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan janin yang optimal
didalam kandungan sehingga nanti apabila lahir dapat mencapai berat badan yang cukup atau
optimal. Bayi yang mempunyai berat lahir cukup akan lebih mudah untuk dapat menyesuikan diri
terhadap lingkungannya yang baru. Jumlah ibu hamil yang beresiko tinggi untuk melahirkan bayi
BBLR di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya pada tahun 2003 mencapai 14% dari keseluruhan
ibu hamil dan jumlah bayi yang lahir dengan berat badan di bawah normal mencapai 4,57% pada
tahun yang sama.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya perbedaan berat lahir bayi
berdasarkan status gizi dan status anemia ibu hamil trimester tiga di Puskesmas Cihideung Kota
C. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai Bulan Agustus sampai dengan Bulan Oktober.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berat Lahir Bayi
1. Pengertian
Puffer dan Seranno dalam Alisyahbanna (2000), mengemukakan bahwa berat lahir bayi adalah
berat badan bayi yang ditimbang sesaat setelah dilahirkan. Berat lahir bayi dibedakan menjadi 3
golongan yaitu:
a. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut sebagai bayi berat lahir rendah
(BBLR)
b. Bayi dengan berat lahir 2500-2999 gram , disebut sebagai bayi berat lahir kurang.pada
bayi-bayi ini masih menunjukkan risiko yang tinggi terjadinya kematiandan kesakitan akibat ISPA,
diare dan kadang-kadang dapat terjadi keterlambatan pertumbuhan.
c. Bayi dengan berat lahir 3000 gram, disebut bayi berat lahir baik. Pada bayi ini menunjukkan
angka kematian dan kesakitan yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok yang lain.
2. Faktor-faktor penyebab BBLR
UNICEF, 1988 mengembangkan kerangkan konsep makro sebagai salah satu startegi untuk
menanggulangi masalah kurang gizi terutama pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan
terjadinya Berat Bayi lahir Rendah (BBLR). Faktor risiko terjadinya BBLR menurut Kusharisupeni
& Achadi, 2000 ada 2 faktor yaitu faktor yang berhubungan dengan gizi dari faktor sosial.
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi:
1) Berat badan pra hamil
2) Pertambahan berat badan selama kehamilan
3) Tinggi badan ibu hamil
4) Adanya infeksi pada masa kehamilan
5) Anemi pada ibu hamil
6) Paritas
7) Kekurangan zat gizi tertentu, seperti asam folat.
b. Faktor-faktor sosial
1) Perilaku kesehatan perorangan
3) ANC (Antenatal care)
3. Dampak terjadinya BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah mempunyai risiko yang besar terhadap
kehidupannya di masa yang akan datang
Dampak terjadinya BBLR antara lain:
a. Dampak pada kecerdasan
b. Dampak pada pertumbuhan
c. Dampak pada imunitas
d. Dampak pada mortalitas
e. Dampak pada kerentanan terkena penyakit-penyakit degenerative
B. Status gizi
1. Pengertian status gizi
Menurut soekirman (2000), status gizi adalah suatu keadaan kesehatan yang diakibatkan
adanya hubungan yang tidak seimbang antara tubuh manusia, zat-zat gizi sebagai agen dan
lingkungan hidup manusia. Supriasa, 2002 mengemukakan bahwa status gizi adalah
kondisikesehatan seseorang yang disebabkan karena masukan makanan dan minuman yang
dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan menurut Trisnawijaya, dkk (1995) status gizi ibu hamil adalah
keadaan kesehatan ibu hamil yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara hoist, agen dan
environment.
Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu sebekum hamil, dan juga kemampuan
ibu untuk pertumbuhan janin yang optimal di dalam kandungan, sehingga pada saat dilahirkan
bayi akan mempunyai berat badan yang normal.
2. Akibat rendahnya status gizi pada ibu hamil
Berat lahir bayi salah satunya ditentukan oleh keadaan gizi ibu hamil yang dapat terlihat dari
ukuran tubuh ibu hamil yang berat badannya kecil dinatara ibu-ibu dengan tinggi badan yang
sama cenderung akan melahirkan bayi yang besar (Johana, 1990). Ibu hamil yang mempunyai
status gizi baik sebelum dan selama kehamilannya mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap pertumbuhan janin yang berada di dalam kandungannya. Selain itu konsumsi makanan
ibu hamil pada trimester terakhir kehamilannya sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dengan
cepat (Husaini dan Husaini, 1987).
Ibu hamil sangat rentan terkenan kekurangan energy danprotein padahal masukan enenrgi
mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan menyebabkan ukuran plasenta menjadi lebih
kecil dan suplai gizi dari ibu ke janin akan berkurang sehingga dapat terjadi retardasi
perkembangan janin intra uterin dan dapat mengakibatkan terjadinya BBLR
3. Penentuan Status Gizi Ibu Hamil
Penilaian status gizi yang dapat dilakukan pada ibu hamil adalah penilaian status gizi secara
antropometri (Gibson, 2005), dan ukuran antropometri yang dipakai adakah pengukuran LILA
(Lingkar Lengan Atas). Pengukuran dengan LILA dewasa ini menrupakan salahs atu cara
pengukuran status gizi yang banyak dgunakan karena pengukuran ini mudah dilakukan dan biaya
yang dikeluarkan juga cukup murah, serta hasil yang diperoleh cukup akurat. Pengukuran dengan
LILA ini dianjurkankarena lengan atas tidak begitu dipengaruhi oleh adanya lipatan-lipatankulit,
dan tidak dipengaruhi oleh adanya edema.
Tujuan pengukuran dengan LILA adalah untuk mengetahui risiko terjadinya KEK pada wanita
usia subur, baik ibu hamil atau calon ibu hamil sehingga dapat dijadikan penapisan terhadap risiko
terjadinya BBLR. Pengukuran LILA dilakukan dengan menggunakan pita LILA yang dikeluarkan oleh
Depkes dengan ambang batas 23,5 cm. apabila diketemukan hasil pengukuran di bawah 23,5 cm
atau berada dibagian merah daripita LILA maka dapat disimpulkan ibu hamil tersebut menderita
KEK, namun apabila berada di atas 23,5 cm atau di pita warna putih maka ibu hamil tersebut
masih dalam kategori normal.
C. Status anemia
1. Pengertian anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) berada di bawah nilai ambang
batas. Nilai ambang batas kadar Hb untuk ibu hamil adalah 11gr%. Terjadinya anemi pada ibu
hamil banyak disebabkan karena defisiensi zat besi yang dikarenaka adanya invansi maternal red
sel atau pengambilan sel darah merah oleh bayi yang berada dalam kandunga, rendahnya
konsumsi makanan yang bersumber fe karena pada ibu hamil sering terjadi morning sickness, dan
adanya infeksi-infeksi parasit seperti kecacingan dan malaria.
2. Akibat terjadinya anemi pada ibu hamil
Soekirman, 1995, mengemukakan bahwa ada hubungan antara kadar Hb pada ibu hamil dan
berat bayi yang akan dilahirkannya. Anemi pada ibu hamil akan menyebabkan gangguantransfer
zat gizi dari ibu ke janin dan gangguan oksigenasi. Hal ini jelas akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan pada hasil konsepsi, sehingga sering terjadi abortus, persalinan premature, cacat
Cardiffe, 1990 menyatakan bahwa ibu hamil yang mempunyai kadar Hb kurang dari 10,4gr%
berisiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah, premature dan tingginya
kematian perinatal dibandingkan dengan ibu hamil yang kadar Hb nya antara 10,4-13,2gr%
(Alisjashbana, 2000).
WHO, 1995 melaporkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia akan melahirkan bayi
dengan berat badan yang rendah atau kurang dari 2000 gram. Begitu juga hasil penelitian Menon
dari India yang dikutip oleh Susilowati, dkk, 1997 yang menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan
berat badan diatas 2400 gram dilahirkan dari ibu hamil yang kadar Hb nya di atas 10 gr%.
3. Penilaian status anemi pada ibu hamil
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya anemia gizi besi adalah
dengan pemeriksaan kadar Hb. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan kadar
Hb antara lain melalui test Sahli dan sianmethemoglobin. Cara Sahli mempunyai keuntungan
murah dan mudah dilakukan namun nilai subyektivitasnya sangat tinggi dan pada saat ini
penggunaan metode Sahli untuk mengukur kadar Hb sudah tidak direkomendasikan lagi oleh
WHO. Cara sianmenthemoglobin mempunyai nilai subyektivitas yang rendah warna merah darah
untuk menentukan kadar HB dibaca oleh fotometer, dan sampai saat ini penggunaan metode
siantmethemoglobin masih direkomendasikan oleh WHO.
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional
1. Status gizi adalah keadaan kesehatan ibu hamil trimester tiga yang diakibatkan karena masukan
makanan sehari-hari yang diukur dengan menggunakan pita LILA dengan ketelitian 0,1 cm.
2. Status anemia adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang diukur berdasarkan kadar Hb-nya.
Kadar Hb dikur dengan menggunakan metode sianmethemoglobin
3. Berat Lahir Bayi adalah berat badan bayi yang diukur sesaat setelah bayi lahir, dengan satuan
gram
B. Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi
2. Ada perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status anemia.
C. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional research dengan menggunakan metode survey dan
(status gizi dan status anemia) diukur pada saat sekarang,sedangkan variabel terikat (berat lahir
bayi) diukur 3 bulan yang akan datang (Sastroasmoro, 2000).
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester tiga yang memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas Cihideung Kota Tasikmalaya. Sampel diambil dengan kriteria inklusi ibu
hamil yang tidak berisiko, antara lain:
1. Ibu hamil berusia antara 20-35 tahun.
2. Tinggi badan ibu hamil > 140 cm
3. Paritas < 4 kali
4. ANC ≥ kali
Berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan maka jumlah sampel dalam penelitian
adalah 32 orang.
E. Prosedur Peneltian
1. Penentuan Status Anemia.
Penentuan status anemia dilakukan dengan pengukuran kadar hemoglobin dengan metode
cyanmethmoglobin. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah
kabupaten Tasikmalaya.
2. Penentuan Status Gizi
Penentuan status gizi ibu hamil dilakukan dengan menggunakan pengukuran pita LILA.
Pemeriksaan status gizi ibu dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi
Tasikmalaya.
3. Penentuan Berat Lahir Bayi
Bayi yang baru lahir ditimbang berat badannya dengan menggunakan baby Scale merk Yamato
kenko by Japan dengan ketelitian 0,1 Kg.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS for Windows release
13.pada analisis univariat dilakukan pendeskripsian semua variabel yang diteliti dengan
menggunakan table distribusi frekuensi dan grafik. Uji t independen digunakan untuk membuktikan
adanya perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia karena data berat lahir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-25 tahun. Pendidikan sebagian besar
responden adalah tamat SMA dan hanya sebagian kecil saja dari responden yang bekerja. Status gizi
yang diukur dengan menggunakan LILA menunjukkan bahwa sebagian besar responden masuk katagori
non KEK, begitu juga dengan status anemi sebagian besar responden masuk non katagori non anemi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang non KEK sebagian besar melahirkan bayi-bayi yang
masuk katagori non BBLR. Responden yang menderita anemi lebih banyak melahirkan bayi yang
BBLR dibandingkan melahirkan bayi yang non BBLR
C. Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status anemi
P : 0,004
Grafik 1 Perbedaan Berat Lahir Bayi Berdasarkan Status Anemi
Grafik 1 menunjukkan bahwa rata-rata berat lahir bayi lebih tinggi pada responden yang non anemi
dibandingkan dengan responden yang anemi. Hasil uji t bebas juga menunjukkan ada perbedaan
berat lahir bayi berdasarkan status anemi dengan nilai p 0,004. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Kardjati, 1986 dan Yayah Husaini, 1987 yang mengemukakan bahwa keadaa gizi ibu pada
saat hamil mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pertumbuhunan janin yang tidak
adekuat dapat berakibat buruk pada pertumbuhan janin yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan
berat badan yang rendah.
D. Perbedaaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi
P:0,00
Grafik 2 Perbedaan Berat Lahir Bayi Berdasarkan Status Gizi
Grafik 2 menunjukkan bawah rata-rata berat lahir bayi lebih tinggi pada responden yang non KEK
dibandingkan dengan responden yang KEK.hasil uji t-bebas juga menunjukkan ada perbedaan berat
lahir bayi berdasarkan status anemi dengan nilai p0,00. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Setyawan, 1997 yang menyatakan bahwa ibu hamil yang menderita anemi berisiko 2 kali lebih tinggi
untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Soekirman, 1995 menyatakan bahwa anemi pada
ibu hamil akan menyebabkan terjadinya gangguan transfer gizi dan oksigenasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan janin.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
1. Ada perbedaaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi
2. Ada perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status anemi
B. Saran
1. Perlunya pemantauan terhadap pemberian tablet Fe dan ketaatan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet Fe, serta sosialisasi cara-cara yang benar mengkonsumsi tablet Fe.
2. Perlunya penyuluhan tentang bahan-bahan makanan yang banyak mengandung Fe jenis
Hem.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, 2000, Berat Bayi Lahir Rendah, Kriteria WHO dan Tatalaksana BBLR (Makalah). Disampaikan pada diskusi Pakar Gizi mengenai ASI, MP-ASI, Anthropometri dan BBLR, kerjasama Persagi, LIPI dan UNICEF
Almatsier, 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta
Karyadi, dkk, 1990, Kecukupan Gizi yang Dianjurkan, Gramedia, Jakarta
Depkes RI, 1995, Pedoman Penggunaan Alat Ukur LILA pada WUS, Direktorat Bina Gizi Masyarakat,Jakarta
Hadisaputro, dkk, 1999, Penelitian Pemetaan Anemi Gizi dan Faktor-faktor Determinan pada Bumil dan Anak Balita di Jateng, Pusat Penelitian Kesehatan UNDIP bekerjasama dengan Kanwil Depkes Jateng
Hardinsyah, dkk, 2000, Review Status Gizi Ibu Hamil, Damapak BBLR dan Implikasinya pada Program Gizi dan Kesehatan (Kumpulan Makalah), Disampaikan pada Diskusi Pakar Gizi mengenai ASI, MP-ASI, Anthropometri, dan BBLR, Kerjasama Persagi, LIPI, dan UNICEF, Cipanas
Hartriyanti, 1996, Pemeriksaan Kehamilan sebagai Prediksi Kejadian BBLR, Info Pangan dan Gizi, Jakarta
Johana Ramawas, 1990, Pengaruh Gizi dan Diet Ibu Hamil Terhadap Tumbuh Kembang Janin, FK-UI, Jakarta
Kusharisupeni & Achadi, 2000, Determinan dan Prediktor Bayi Berat Lahir Rendah (Kumpulan Makalah). Disampaikan pada Diskusi Pakar Gizi mengenai ASI, MP-ASI, Anthropometri, dan BBLR, Kerjasama Persagi, LIPI, dan UNICEF, Cipanas
Saraswati, dkk, 1998. Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia Untuk Melahirkan Bayi dengan BBLR. Puslitbang Gizi, Jakarta
Soekirman, 1995. Dampak Pembangunan Terhadap Keadaan Gizi Masyarakat. Majalah Gizi Indonesia Vol 16 No 1-2. Jakarta
Setyawan, dkk, 1997. Pengaruh Ibu Hamil Trimester III terhadap Kejadian BBLR. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Jakarta
Susilowati, dkk, 1980. Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil (Makalah). Disampaikan pada Seminar sehari mengenai makanan ibu hamil dan menyusui. Jakarta
Yayah Husaini dan Husaini, 1987. Keadaan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil. Majalah Medika No 12. Jakarta