BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan metode dan prinsip akuntansi berterima umum agar informasi yang dihasilkan berkualitas, yaitu yang menyajikan informasi secara relevan, netral, lengkap (komprehensif) dan mempunyai daya banding dan uji (Sulistyanto, 2008).
Salah satu bagian laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan adalah informasi laba yang diukur dengan dasar akrual (Subramanyam, 1996 dalam Siregar dan Utama, 2006). Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 dalam Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa informasi laba tersebut merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu, informasi laba juga membantu para pengguna laporan keuangan dalam menaksir earnings
power perusahaan yang akan datang.
manajemen laba, yaitu melaporkan laba atau kinerja sesuai dengan kepentingan yang ingin dicapainya. Apabila manajer ingin kinerjanya terlihat baik daripada kinerja sesungguhnya maka manajer akan menaikkan informasi labanya lebih tinggi dibanding laba sesungguhnya. Sementara apabila manajer menginginkan kinerja perusahaan rendah maka manajer itu akan mengatur labanya lebih rendah dibandingkan kinerja sesungguhnya. Agar kinerjanya terlihat lebih merata selama beberapa periode manajer akan mengatur informasi sedemikian rupa sehingga labanya tidak bergerak secara fluktuatif selama periode-periode itu (Sulistyanto, 2008).
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ujiyantho (2006) menyebutkan bahwa manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemilik
(principal) dan manajemen perusahaan (agent) atau yang disebut dengan
agency conflict.
(agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba
(earnings management) untuk menyesatkan pemilik mengenai kinerja
ekonomi perusahaan (Ujiyantho, 2006).
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba juga menambahkan bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Herni dan Susanto, 2008). Upaya untuk merekayasa informasi akuntansi hanya membuat laporan keuangan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai media pertanggungjawaban manajer kepada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Inilah yang membuat informasi dalam laporan keuangan tidak teruji validitasnya. Laporan keuangan tidak mampu menjadi cermin tanggung jawab manajer dalam mengelola sebuah perusahaan (Sulistyanto, 2008).
perusahaan-perusahaan non publik melakukan pelanggaran yang melibatkan persoalan laporan keuangan. Dan disusul kasus Citibank pada tahun 2011 yang dilakukan oleh manajer bank tersebut.
Salah satu penyebab adanya praktik manajemen laba adalah kurangnya penerapan good corporate governance (GCG) (Alijoyo et al., 2004 dalam Nasution dan Setiawan, 2007). Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 mendefinisikan good corporate governance sebagai suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran. Sedangkan menurut FCGI (2003) corporate governance adalah susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pengawasan kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate
governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih
transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Jika konsep corporate
governance dapat diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan
terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat (Nasution dan Setiawan, 2007).
Siregar dan Utama (2006) meneliti variabel struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktik corporate governance terhadap pengelolaan laba pada perusahaan industri keuangan, real estate dan komunikasi yang terdaftar di BEI periode 1995-2002. Praktik corporate governance pada penelitian ini diproksikan dengan kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit. Kualitas audit yang diproksi dengan kulitas KAP tidak terbukti mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap pengelolaan laba. KAP besar tidak terbukti membatasi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Selanjutnya proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit juga tidak terbukti membatasi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Pengangkatan komisaris independen dan komite audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan GCG dalam perusahaan.
waktu tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan kompensai bonus mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan komite audit dan ukuran KAP tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
Nasution dan Setiawan (2007) meneliti pengaruh corporate
governance dengan menggunakan komposisi dewan komisaris, ukuran
Penelitian Guna dan Herawaty (2010) meneliti pengaruh mekanisme
good corporate governance terhadap manajemen laba dengan proksi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2008. Hasil dari penelitian tersebut adalah seluruh variabel mekanisme good corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang berbeda-beda diatas, maka peneliti ingin menguji tentang pengaruh ukuran komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sutini dan Mukodim (2010), perbedaan penelitian yang akan dilakukan sekarang adalah obyek penelitian yang menggunakan perusahaan perbankan periode 2010-2012 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI Tahun 2006-2009, selain itu penelitian ini menambahakan variabel komite audit yang dalam penelitian sebelumnya hanya menguji ukuran komisaris independen, ukuran dewan komisaris, tingkat leverage dan ukuran perusahaan.
Penelitian ini penting dilakukan karena untuk memberikan informasi maupun pengetahuan tentang seberapa besar pengaruh ukuran dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit, tingkat
leverage,dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba pada
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan penelitian ini berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran komisaris independen berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba?
2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba?
3. Apakah komite audit berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba?
4. Apakah tingkat leverage berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba?
C. PEMBATASAN MASALAH
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan adalah:
1. Untuk menguji ukuran komisaris independen terhadap praktik manajemen laba
2. Untuk menguji ukuran dewan komisaris terhadap praktik manajemen laba
3. Untuk menguji komite audit terhadap praktik manajemen laba 4. Untuk menguji leverage terhadap praktik manajemen laba
5. Untuk menguji ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian adalah:
a. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai manajemen laba
b. Sebagai perbandingan dan pengembangan, serta penyempurnaan dari penelitian - penelitian tentang manajemen laba yang telah dilakukan sebelumnya