• Tidak ada hasil yang ditemukan

magnesium untuk menanggulangi stres pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "magnesium untuk menanggulangi stres pada"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Mata Kuliah : Nutrisi Mineral dan Vitamin Dosen : Dr. Ir. Sumiati M.Sc

‘EFEK SUPLEMENTASI Mg PADA TERNAK BABI YANG

MENGALAMI STRES’

OLEH :

MEGA PRATIWI SARAGI D251120101

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN PAKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Setiap ternak termasuk babi menghadapi berbagai pemicu stres selama pemeliharaan. Stres pada ternak babi harus ditangani dengan tepat terutama selama proses sebelum dipotong terutama saat berada dalam proses distribusi karena ini merupakan pemicu stres utama (Gispert et al., 2000). Pemicu stres yang biasa terjadi pada babi adalah transportasi, keadaan di rumah potong dan suhu lingkungan yang tidak nyaman. Efek negatif stres ini diantaranya dapat mengakibatkan penurunan kesejahteraan ternak, kerusakan dijaringan kulit babi, penurunan konsumsi pakan, dan kerusakan karkas dan daging babi. Kerusakan daging ini tidak disukai oleh konsumen dan sangat dihindari oleh peternak karena dapat menurunkan nilai jual daging babi bahkan pada kondisi stres yang akut dapat mengakibatkan kematian ternak.

Mineral Magnesium (Mg) dapat menurunkan efek negatif yang diakibatkan oleh stres pada ternak babi. Mg dikenal sebagai kofaktor berbagai reaksi enzimatis yang berkaitan dengan dengan metabolisme energi dan protein. Suplementasi Mg selama masa pertumbuhan dapat mengurangi kortisol di saliva, lesi di kulit (O’Driscoll et al., 2013). Pada keadaan stress akut pada ternak babi suplementasi Mg dapat mengurangi lesi di daging pinggang (loin) (Peeters et al., 2005). Selanjutnya Peeters et al. (2006) juga mengatakan bahwa suplementasi Mg pada pakan dapat membuat ternak babi lebih tenang selama proses distribusi sehingga mengahsilkan kualitas daging yang lebih baik. Ada beberapa bentuk Mg yang biasa dipakai sebagai suplementasi diantaranya

Tulisan di bawah ini akan memaparkan bagaimana efek Mg dalam mengatasi efek negatif dari stres pada ternak babi. Dalam tulisan ini akan dipaparkan hasil lima jurnal 8 tahun terakhir yang ditulis oleh Panella-Riera et al. (2008), Panella-Riera et al. (2009), Humphreys et al. (2009), Tang et al. (2008), dan O’Driscoll et al.(2013), dengan topik pengaruh suplementasi Mg pada ternak babi yang mengalami stres.

Tujuan

(3)

MATERI DAN METODE

Penelitian Panella-Riera et al. (2008) bertujuan untuk melihat efek suplementasi MgCO3 pada kesejahteraan ternak dan kualitas karkas dan daging pada

ternak yang bergenotip berbeda yanitu halotan positif (nn) dan negatif (NN) menggunakan 61 ternak babi dengan jumlah ternak yang positif mempunyai gen halotan adalah 34 sementara ternak yang negatif halotan berjumlah 27. Ternak-ternak ini akan diberi tiga pakan yang berbeda dimana kontrol adalah diet tanpa suplementasi dan Magnesium adalah grup pakan yang diberi suplementasi 1,28 g MgCO3/kg. Ternak diberi pakan perlakuan selama 5 hari sebelum dipotong dan

dijaga supaya mendapat kondisi stres yang minimal sekali. Diamati pengaruhnya terhadap beberapa perameter seperti perilaku dan kualitas karkas dan dagingnya serta apa saja kendala-kendala yang dihadapi saat suplementasi.

Selanjutnya masih penelitian yang dilakukan oleh Panella-Riera et al. (2009) tentang suplementasi Mg dalam bentuk MgSO4 pada ternak dengan gen halotan

positif dan negatif terhadap konsumsi pakan, kesejahteraan ternak dan kualitas daging babi. Sebanyak 69 ternak babi yang terdiri dari 36 ekor halotan positif (nn) dan 33 ekor halotan negatif (NN) diberi pakan dengan suplementasi MgSO4 selama 5

hari sebelum dipotong. Ternak-ternak ini dihadapkan pada kondisi stres yaitu dengan mencampurkannya dengan ternak babi lainnya ke dalam suatu truk dan ditransportasikan melalui jalanan yang buruk selama 1 jam. Di tempat pemotongan tingkah laku ternak diamati juga pada saat diberi CO2 untuk membuat ternak tersebut

pingsan.

Penelitan Humphreys et al.,(2009) menggunakan suplementasi MgSO4 untuk

melihat efeknya dalam memperbaiki kualitas daging babi selama kondisi stres dari lingkungan. Sebanyak 160 ekor ternak babi dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing mendapat perlakuan pada bulan yang berbeda untuk mengevaluasi dampaknya terhadap suhu lingkungan di bulan tersebut. Perlakuan suplementasi Mg diberikan selama 14 hari sebelum dipotong dengan kadar MgSO4 adalah 3,2

(4)

transportasi dalam waktu singkat pada kualitas dagingnya dan ekspresi enzim μ-calpain dan calpastatin. Sebanyak 24 ekor babi siap potong persilangan (Duroc×Large White×Yorkshire) Bergen halotan negatif (NN) dengan bobot rata-rata 90 kg digunakan untuk melihat bagaimana efek suplementasi Mg-Asp dan stimulant stres berupa transportasi dalam waktu pendek pada beberapa parameter diantaranya kualitas daging dan level mRNA μ-calpain dan calpastatin levels di daging babi.

Penelitian terakhir yang akan dibahas adalah penelitian O’Driscoll et al., (2013). Dalam penelitian ini digunakan 448 sapi berumur 28 hari yang diberi suplemen ektrak Mg-organik dengan kadar 0,5 % di pakan dan Mg ini berasal dari laut. Ternak ini diberi stimulant stres berupa dicampur dengan ternak baru dan diambil makanannya (tidak diberi makan) selama 21 jam. Dengan menggunakan video tingkah laku ternak direkam selama 3 hari. Dalam penelitian ini juga mengukur level kortisol di saliva dan lesi kulit ternak yang terpapar stres yang akut.

(5)

Hasil

Pemaparan berikut ini akan menjelaskan hasil penelitian lima kelompok peneliti tentang pengunaan mineral Mg pada ternak babi. Mineral Mg yang dipakai mempunyai bentuk yang berbeda Panella-Riera et al. (2009) dan Humphreys et al. (2009) mengunakan MgSO4, Panella-Riera et al. (2008) mengunakan Mg dalam

bentuk MgCO3, Tang et al. (2008) menggunakan Mg-Aspartat, sementara O’Driscoll

et al. (2013) menggunakan Mg organik yang berasal dari laut. Seluruh penelitian ini pada dasarnya ingin mengetahui bagaimana pengaruh suplementasi Mg terhadap mitigasi stres yang berasal dari berbagai kondisi, performa dan kualitas daging babi.

Pertama akan dibahas hasil penelitian Panella-Riera et al. (2008) pada tabel 1 di bawah ini terlihat bahwa suplementasi Mg tidak memberikan efek positif baik pada perilaku ternak yang mengalami stres. Selain itu suplementasi juga tidak memperbaiki kualitas karkas dan dagingnya. Jika dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi suplementasi hasilnya tidak berbeda nyata. Pengaruh pemberian Mg juga belum terlihat memeprbaiki kualitas karkas dan daging babi pada penelitian Panella-Riera et al. (2008) ini. Perbaikan karkas lebih disebabkan oleh gen bukan karena suplementasi.

Tabel 1. Perilaku ternak babi yang diberi Mg pada kondisi stres

(6)

Tabel 3. Kualitas karkas dan daging babi

(7)

MgSO4 belum memberikan efek positif terhadap tingkah laku maupun kualitas karkas

dan daging babi.

Penelitian ke tiga yang akan dibahas adalah penelitian yang dilakukan oleh Humphreys et al., (2009). Penambahan MgSO4 belum memberikan efek positif bagi

performa karkas yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Efek jenis babi, jenis kelamin, suhu lingkungan dan suplementasi pakan pada performa karkas babi.

Selanjutnya adalah penelitian Tang et al., (2009) dimana hasilnya menunjukkan ada potensi perbaikan performa ternak yang diberi suplementasi MgSO4. Seperti yang terlihat pada tabel 5, 6, 7, dan 8 dibawah ini. Tabel 5

(8)

*a untuk warna merah intensif. Konsentrasi enzim calpain yang mengatur keempukan daging cenderung meningkat seperti terlihat di tabel 7.

Tabel 5. Konsentrasi kortisol di darah babi

Tabel 6. Efek Mg-Asp pada kualitas daging babi ketika diberi pemicu stres transportasi jangka pendek

(9)

Hasil penelitian O’Driscoll et al., (2013) menunjukkan dampak positif pemberian Mg-organik pada ternak babi. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan skor lesi pada ternak yang diberi suplementasi menurun dibandingkan dengan kontrol. Level kortisol disaliva juga cenderung menurun pada ternak yang diberi suplemen Mg dan diberi stimulan stres yakni dicampur dengan ternak babi yang baru. Hasilnya yaitu kortisol ternak yang disuplementasi 1,67 ± 0,1 ng/ml dibandingkan dengan kontrol 1,81 ± 0,1 nm/ml (P<0,08). Hasil selanjutnya adalah suplemen Mg mempunyai kecenderungan (P<0,08) dapat menurunkan presentase ternak yang masih berdiri setelah 3 jam dicampur dengan ternak babi yang baru dibanding dengan kontrol (49.8 ± 2.6% vs. 51.5 ± 2.6%; P = 0.08. Lebih cepat ternak berbaring itu menandakan ternak lebih tenang.

Gambar 1. Skor lesi pada ternak yang suplementasi Mg dan kontrol Pembahasan

(10)

dan perlakuan sebelum pemotongan (Guardia et al., 2004). Stres pada ternak babi yang akan dipotong mengakibatkan penurunan kualitas daging yang sangat dihindari produsen karena akan menurunkan nilai jual. Daging ternak babi yang stres akan mempunyai ciri pucat, lembut, dan bersifat eksudatif (pale, soft and exudative[PSE]). Daging yang mempunyai ciri PSE biasanya tidak disukai konsumen dan sulit untuk diolah lebih lanjut. Kejadian PSE ini juga dipengaruhi oleh gen halotan, yang biasa dilambangkan dengan n baik yang homozigot halotan (nn) dan heterozigot pembawa (Nn). Ternak babi yang mempunyai gen halotan (nn dan Nn) akan cenderung mudah untuk stres dibandingkan dengan ternak halotan negatif (NN) (Wayne, 2004).

Pemberian Mg pada ternak akan menurunkan efek stres (D’Souza et al., 1998), ternak menjadi lebih tenang saat dalam proses transportasi (Kuhn et al., 1981) dan menurunkan kejadian PSE (D’Souza et al., 1998). Namun ada beberapa penyebab yang harus dipahami karena pemberian Mg tidak serta merta dapat memperbaiki performa karkas. Berikut akan dibahas beberapa kendala-kendala suplementasi Mg sehingga belum dapat memberikan efek positif pada ternak babi.

Menurut Henry et al. (1996), pemberian asam amino Triptopan (Trp) juga dapat mengurangi kejadian PSE pada ternak babi. Penelitian Panella-Riera et al. (2008) membandingkan efek suplementasi Mg-Trp dengan yang tidak diberi suplementasi. Hasilnya menunjukkan bahwa suplementasi Mg lebih efektif pada ternak babi yang mepunyai gen nn atau gen halotan. Gen halotan yang biasa disimbolkan dengan n membuat babi lebih rentan terhadap stres. Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian Mg dan Trp secara bersamaan hanya selama 5 hari sebelum pemotongan, belum dapat memberikan efek positif pada kualitas daging babi yang diperlakukan dalam kondisi stres yang minimal sebelum dipotong. Ini menunjukkan bahwa jika suplementasi Mg-Trp hanya diberikan dalam jangka pendek, belum dapat memberi efek positif pada kualitas daging babi. Menurut Apple et al. (2000) peningkatan kualitas daging babi baru dapat terlihat saat suplementasi Mg dalam jangka panjang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Panella-Riera et al. (2009), menunjukkan bahwa suplementasi MgSO4 yang digabung dengan asam amino L-Trp

(11)

ternak yang mengalami stres sebelum dipotong. Jadi lebih baik suplementasi Mg dilakukan secara tunggal. Namun bisa juga jika ingin melihat efek dari sinergi antara Mg dan Trp maka suplementasi ini harus diberi dalam jangka waktu yang agak panjang. Selain itu pada hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian ini menunjukkan bahwa ternak yang di beri MgSO4 mengalami diare. Hal ini berkaitan

dengan sifat pencahar yang dimiliki oleh mineral dalam bentuk ini. Ini juga menyebabkan penurunan konsumsi pakan.

Konsumsi pakan dibawah minimum konsumsi yang dirancang pada penelitian ini (< 2 kg/hari), menyebabkan konsumsi Mg/ekor/hari tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Jadi yang paling penting sebenarnya adalah mencukupkan dulu konsumsi pakan minimumnya agar konsumsi Mg nya juga sesuai dengan apa yang diinginkan sehingga kita dapat melihat dampak suplementasinya. Namun hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamillton et al. (2003) yang menyatakan bahwa suplementasi Mg yang paling baik adalah dalam bentuk Mg-Sulfat dibanding dengan bentuk proteinat dan propionat karena dapat menurunkan nilai L, menaikkan nilai b dan menurunkan kehilangan air yang menetes. Ini menunjukkan ada banyak hal yang mempengaruhi efek suplementasi pada ternak. Tabel 8 dibawah ini menunjukkan konsumsi pakan ternak dalam penelitian.

Tabel 8.

Penelitian selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Humphreys et al (2009) yang menggunakan mineral Mg dalam bentuk MgSO4 selama 14 hari sebelum

(12)

ditemukan perbedaan pada performa daging pada ternak yang diberi suplementasi Mg dan yang tidak diberi suplementasi. Kemungkinan ternaknya belum mencapai tingkat stres yang optimum untuk melihat efeknya pada daging. Peeters et al. (2006) menyebutkan bahwa untuk melihat efek suplementasi Mg pada daging, maka ternak tersebut perlu diberi stimulasi stres yang lebih besar. Hal ini menandakan bahwa ternak babi sebenarnya mempunyai kemampuan alamiah tersendiri untuk mengatasi stres sampai pada taraf tertentu.

Faktor yang menjadi pemicu stres yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu lingkungan. Namun suhu kandang pada bulan Juli untuk mewakili bulan dengan suhu terpanas adalah 34,2 oC, artinya suhu ini masih bisa ditolerir oleh

ternak. Jadi kurang tepat jika menggunakan suhu di daerah subtropis sebagai pemicu stres bagi ternak, karena kondisi yang disebabkan oleh suhu lingkungan tidak dapat memberikan efek stres. Data suhu penelitian dapat dilihat dibawah ini. Selain itu menurut penelitian Panella-Riera et al., (2009) penggunaan MgSO4 bagi ternak dapat

menyebabkan diare. Meskipun dalam hasil penelitian ini tidak dijelaskan tentang masalah itu, namun perlu dipertimbangkan juga.

Tabel 9.

Penelitian Humphreys et al (2009) ini mirip dengan yang dilakukan oleh Panella-Riera et al. (2009), dengan menggunakan suplementasi MgSO4 pada ternak

babi namun memberikan pemicu stres yang berbeda. Kedua hasilnya sama-sama menunjukkan bahwa suplementasi Mg belum memberikan hasil yang positif pada performa dan kualitas daging babi. Kedua penelitan itu belum menunjukkan hasil yang positif karena mengalami kendala yang berbeda. Humphreys et al (2009) mengatakan bahwa stimulan stressor pada penelitiannya kurang besar. Pada penelitian Panella-Riera et al. (2009) malah menunjukkan bahwa MgSO4 mempunyai

(13)

Jurnal selanjutnya adalah yang diteliti oleh Tang et al. (2008) yang menggunakan suplementasi Mg-Aspartat (Mg-Asp) selama 9 hari sebelum dipotong pada ternak yang diberi stimulasi stres berupa proses transportasi selama 1,5 jam. Secara umum suplementasi Mg-Asp ini mampu meningkatkan warna daging babi sehingga daging tidak tampak pucat. Mg-Asp juga cenderung mempunyai efek untuk menurunkan kortisol darah. Hal menarik yang didapat dari hasil penelitian ini adalah pengaruh Mg-Asp terhadap kecenderungan peningkatan μ-calpain. Enzim μ-calpain adalah kunci untuk mendapatkan keempukan daging (Koohmaraie, 1996). Kecenderungan peningkatan enzim μ-calpain ketika diberi suplementasi Mg-Asp menunjukkan bahwa mineral ini mampu memperbaiki kualitas daging dengan meningkatkan keempukan daging. Stres yang dialami ternak dapat mengakibatkan penurunan keempukan daging, namun diharapkan pemberian Mg-Asp dapat meningkatkan konsentrasi enzim μ-calpain yang dapat meningkatkan keempukan daging. Selain keempukan daging yang cenderung mampu ditingkatkan oleh mineral Mg-Asp, warna daging yang menjadi lebih merah juga dapat dihasilkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa suplementasi Mg-Asp dapat menganggualangi efek negatif stres pada daging ternak babi.

Pada dasarnya Mg digunakan pada ternak untuk mengatasi efek stres pada ternak. O’Driscoll et al. (2013) melakukan penelitian mengenai pemberian Mg organik yang berasal dari laut untuk mengatasi stres yang disebabkan oleh pencampuran ternak babi dengan ternak lainnya dan puasa. Mineral Mg yang berasal dari laut diharapkan mempunyai ketersediaan yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan oleh tubuh dengan lebih baik. Hasilnya menunjukkan bahwa kesejahteraan ternak yang diberi Mg-organik meningkat, dimana ternak terlihat tidak menjadi terlalu agresif setelah dicampur dengan ternak lain dan juga kadar kortisol pada salivanya cenderung menurun. Kortisol adalah hormon yang dihasilkan pada saat tubuh mengalami stres. Sehingga kortisol sering dijadikan parameter untuk mengukur tingkat stres. Sedangkan pada ternak yang mengalami stres karena tidak diberi pakan, menunjukkan bahwa level kerusakan (lesi) kulit baik di tubuh bagian depan dan secara keseluruhan tubuh menurun.

(14)

stimulasi neuromuscular karena efek antagonistiknya dengan mineral Ca (D’Souza et al., 1998), dimana Ca mempunyai sifat untuk menstimulasi kontraksi muscular (otot). Selain itu ternak yang lebih tenang akan mengurangi kejadian PSE sehingga diharapkan kualitas dagingnya jadi lebih baik. Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh O’Driscoll et al. (2013), terlihat bahwa ternak yang diberi suplementasi Mg-organik dan diberi stimulasi stres yaitu dengan cara dicampur dengan ternak lain, menunjukkan bahwa ternak tersebut lebih cepat berbaring dibanding dengan kontrol. Walaupun pada penelitian ini baik babi yang diberi Mg dan maupun kontrol sama-sama berbaring, namun babi yang diberi Mg lebih cepat berbaring. Ini menadakan bahwa pemberian Mg dapat membuat ternak lebih cepat tenang.

Memang penelitian O’Driscoll et al. (2013) ini tidak mengamati sampai pada kualitas dagingnya, namun dapat dikatakan bahwa pemberian Mg-organik yang berasal dari laut dapat memberi efek yang lebih baik dibandingkan dengan Mg anorganik seperti yang dipakai oleh penelitian-penelitian yang dibahas sebelumnya. Mg-organik ini membuat ternak lebih tenang dan mengurangi stres, sehingga kemungkinan kualitas dagingnya juga menjadi lebih baik. Selain itu, perlakuan ini menggunakan suplementasi Mg dalam waktu yang cukup panjang yaitu 4 minggu berbeda dengan Panella-Riera et al. (2008 dan 2009) yang hanya memberi Mg selama 5 hari sebelum dipotong. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa rekomendasi pememberian suplementasi Mg pada ternak babi lebih baik dalam bentuk mineral Mg-organik dan dalam jangka panjang.

KESIMPULAN

(15)

dengan teori. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dampak positif suplementasi juga dipengaruhi oleh beberapa hal. Mineral Mg tidak disarankan diberikan dalam bentuk MgSO4 karena mempunyai efek pencahar. Pemeberian suplementasi Mg

dalam jangka pendek sebelum dipotong belum dapat memberikan efek positif pada babi. Pemberian Mg pada ternak yang tidak terlalu stres justru tidak menunjukkan keuntungan apapun. Terakhir adalah lebih baik memberikan Suplementasi dalam bentu Mg-organik.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

D’Souza, D.N., Warner, R.D., Leury, B.J., Dunshea, F.R., 1998. Industry (Chiba) 29, 69–75. The effect of dietary magnesium aspartate supplementation on NPPC, 1991. Procedures to Evaluate Market Hogs, 3rd Edition. pork quality. J. Anim. Sci. 76, 104–109.

Gispert,M., Faucitano, L., Oliver,M.A., Guardia, M.D., Coll, C., Siggens, K., Harvey, K., Diestre, A., 2000. A survey of pre-slaughter conditions, halothane gene frequency and carcass and meat quality in five Spanish pig commercial abattoirs. Meat Sci. 55, 97–106.

Guardia, M.D., Estany, J., Balasch, S., Oliver, M.A., Gispert, M., Diestre, A., 2004. Risk assessment of PSE condition due to pre-slaughter conditions and RYR1 gene in pigs. Meat Sci. 67, 471–478.

Hamilton D.N., Ellisa M., McKeitha F.K., Eggertb J.M., 2003. Effect of level, source, and time of feeding prior to slaughter of supplementary dietary magnesium on pork quality. Meat Science 65 : 853–857

Henry, Y., Sève, B., Mounier, A., Ganier, P., 1996. Growth performance and brain neureotransmitters in pigs as affected by tryptophan, protein and sex. J. Anim. Sci. Vol (74), 2700–2710.

Humphreys J.L., Carlson M.S., dan Lorenzen C.L., 2009. Dietary supplementation of magnesium sulfate and sodium bicarbonate and its effect on pork quality during environmental stress. Livestock Science 125, 15–21.

Koohmaraie, M., 1996. Biochemical factors regulating the toughing and tenderization process of meat. Meat Sci. (43) 193–201.

Kuhn, G., Nowak, A., Otto, E., Albrecht, V., Gassman, B., Sandner, E., Przybilski, H., Zahn, L., 1981. Studies on the control of meat quality by special treatment of swine. 1. Effects of stress and preventative magnesium feeding on selected parameters of carcass value and blood serum. Arch. Tierz. (24) 217–225. O’Driscoll, K., O’Gorman, D.M., Taylor, S., Boyle, L. The influence of a magnesium

rich marine extract on behaviour, salivary cortisol levels and skin lesions in growing pigs. Animal, in press.

Panella-Riera N., Dalmau A., Fàbrega E., Font M., Gispert M., Tibau J., Soler J., Velarde A., Oliver M.A., Gil M. 2008. Effect of supplementation with MgCO3 and L-Tryptophan on the welfare and on the carcass and meat quality of two halothane pig genotypes (NN and nn). Livestock Science 115, 107– 117

(17)

Peeters, E., Neyt, A., Beckers, F., Smet, S.M.D., Aubert, A.E., Geers, R., 2005. Influence of supplementalmagnesium, tryptophan, vitamin C, and vitamin E on stress responses of pigs to vibration. J. Anim. Sci. 83, 1568–1580.

Peeters, E., Driessen, B., Geers, R., 2006. Influence of supplemental magnesium, tryptophan, vitamin C, vitamin E, and herbs on stress responses and pork quality. J. Anim. Sci. 84, 1827–1838.

Tang R., Bing Yu, Zhang K.,dan Chen D., 2009. Effects of supplemental magnesium aspartate and short-duration transportation on postmortem meat quality and gene expression of μ-calpain and calpastatin of finishing pigs. Livestock Science 121, 50–55

Wayne Du. 2004. Porcine Stress Syndrome Gene and Pork Production.

www.omafra.gov.on.ca/english/livestock/swine /facts/04-053.htm. diunduh

Gambar

Tabel 1. Perilaku ternak babi yang diberi Mg pada kondisi stres
Tabel 3. Kualitas karkas dan daging babi
Tabel 4. Efek jenis babi, jenis kelamin, suhu lingkungan dan suplementasi pakan pada performa karkas babi.
Tabel 7.  Kandungan enzim pada daging babi yang diberi suplemen Mg-Asp
+4

Referensi

Dokumen terkait

• Komunikasi adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan- serta berkaitan satu sama lainnya

Ideologi gender yang berupa gagasan atau kepercayaan yang menggariskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran berbeda, ditambah lagi dengan adanya ideologi patriarki,

Penggunaan insektisida dalam bentuk campuran sering disarankan untuk menunda timbulnya resistensi hama terhadap insektisida tertentu, mengendalikan beberapa jenis

1) Kesadaran bahwa kita tidak sendiri dalam keyakinan beragama. Kita hendaknya tidak memaksakan keinginan kita menjadikan satu macam.. 2) Hadirnya kita ditengah

Pola kegiatan literasi di sekolah ditemukan tiga belas pola kegiatan meliputi tiga aspek, yaitu pola strategi dan pelaksanaan kegiatan literasi, sumber buku dan lingkungan

Berdasarkan uraian mengenai tema-tema yang berhubungan dengan keselamatan dalam surat-surat Paulus, khususnya yang bersumber dari pemikiran pakar dalam NPP maka

hanya terbatas pada perusahaan sektor keuangan sub sektor perbankan saja. 2) Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen dari sisi leverage saja, padahal