• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TATA LETAK PABRIK PTLP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN TATA LETAK PABRIK PTLP"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

By Aila Faizah 2017

PERENCANAAN TATA LETAK PABRIK

(PTLP)

Universitas Gunadarma

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI, DEPOK

Dalam PTLP ini pada dasarnya akan meupakan proses pengurutan dari suatu perencanaan tata letak yang sistematis. Urutan proses tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Pemilihan Lokasi

2. Opeation Process Chart (OPC) 3. Routing Sheet

4. Multi Product Process Chart (MPPC) 5. Menentukan Gudang

6. Ongkos Material Handling (OMH) 7. From To Chart (FTC)

8. Outflow, Inflow

9. Tabel Skala Prioritas (TSP)

10. Activity Relationship Diagram (ARD) 11. Activity Relationship Chart (ARC) 12. Area Alocation Diagram (AAD) 13. Template

(2)

Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk suatu

perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan memperhitungkan kelebihan dan

kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi

lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.

Contoh :

Sebuah perusahaan akan mendirikan pabrik baru

dengan calon lokasi didirikan di Bandung, Cirebon, dan Bogor dengan data sebagai berikut :

Bandung Cirebon Bogor

Pajak / th 1.000.000 500.000 1.200.000

Listrik / th 2.000.000 1.500.000 2.100.000

Ongkos buruh / unit 1.000 1.200 850

Ongkos operasi / unit 3.000 3.500 2.000

Kapasitas produksi = 1000 unit / th

(3)

Penjualan = Fixed Cost + Variable Cost + Profit BEP tercapai pada profit = 0

Maka BEP = Fixed Cost + Variable Cost

FC

Bandung Cirebon Bogor Listrik/th 1.000.000 500.000 1.200.000 Pajak/th 2.000.000 1.500.000 2.100.000 J u m l a h 3.000.000 2.000.000 3.300.000

VC

Ongkos buruh/unit 1.000 1.200 850

Ongkos operasi/unit 3.000 3.500 2.000

J u m l a h 4.000 4.700 2.850

Jika dianggap sebagai persamaan linear, maka :

BEP = FC + VC (X) X =

produksi

Bandung = 3.000.000 + 4.000 (1000) = 7.000.000 Cirebon = 2.000.000 + 4.700 (1000) = 6.700.000 Bogor = 3.300.000 + 2.850 (1000) = 6.150.000 *

Maka kita pilih lokasi Bogor

OPERATION PROCESS CHART (OPC)

(4)

yag meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan OPC ini merupakan tahap pertama dalam urutan untuk merencanakan tata letak pabrik.

Pada OPC ini berisi informasi mengenai :

1. Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktivitas 2. Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan 3. Peralatan/mesin yang digunakan

4. Persentase scrap dari aktivitas

ROUTING SHEET

Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik adalah pembuatan routing sheet.

Routing sheet ini digunakan untuk :

1. Menghitung jumlah mesin yang diperlukan

2. Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan.

Contoh Tabel Routing Sheet :

(5)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Untuk pengisian Routing Sheet :

Kolom 1 – 5 : Diisi dari OPC

Komlom 6 : Produk akhir per jam

Kolom 7 :

kolom (6)

1− Scrap

Kolom 8 :

kolom (7)

Effisiensi Msn

Kolom 9 :

kolom (8)

kolom (4)

MULTI PRODUCT PROCESS CHART

(MPPC)

Setelah kita memahami OPC dan Routing Sheet maka langkah selanjutnya adalah pengisian tabel MPPC

dimana dalam pengisiannya terlebih dahulu mengetahui OPC dan Routing Sheet .

(6)

Deskripsi

Peralatan 100 Nomor Komponen200 300 400 TeoritisJumlah mesinAktual Receiving

Meja Pabrikasi ……… ……… ……… ………

GUDANG

Dalam hal ini gudang terbagi atas 2 bagian, yaitu gudang untuk receiving dan shipping, dimana pada masing-masing gudang tersebut dihitung tempat yang paling memungkinkan dengan perhitungan pada bahan atau material yang akan ditempatkan, ditambag dengan allowance yang diperlukan. Dilihat dari cara

penyimpanannya terdiri atas dua bagian, yaitu rak dan tumpukan.

 Tumpukan

Contoh :

(7)

Material yang dibutuhkan 100 buah Maksimum tumpukan 5 buah

Allowance 200%

Penyelesaian :

40 x 100 x 20 = 80.000 cm2

80.000 / 20 = 4.000 cm2

4.1 x 100 = 400.000 cm2

400.000 / 5 (maks. Tumpukan) = 80.000 cm2

80.000 cm2 + (80.000 x 200%) = 240.000 cm2

Luas gudang = 1.200.000 cm2

 Rak

Jika untuk ukuran material diatas dibatasi dengan ukuran rak; Ukuran rak 80 x 200 x 100 cm

Maka :

80 x 200 x 100 = 1.600.000 cm2

1.600.000 / 80.000 = 20 unit material

(8)

= 80.000 + (80,000 x 200%) = 240.000 cm2

ONGKOS MATERIAL HANDLING (OMH)

Aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu yang cukup penting untuk

diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan bahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam

operasi. Kemudian harus diperhatikan tipe layout yang akan digunakan :

Ada beberapa tipe layout :

1. Layout by Process; Tipe layout yang diasa digunakan dengan mengelompokkan tiap jenis mesin dalam satu kelompok untuk melaksanakan jenis pekerjaan yang sejenis.

A A

A

B B C C

(9)

2. Layout by Product; Lauout yang merupakan suatu garis operasi yang artinya mesin disusun

berdasarkan urutan proses operasi yang diperlukan.

3. Group Layout; Merupakan penggabungan layout proses dengan layout produk dengan cara

penyelesaian suatu operasi pada suatu departemen kemudian dilanjutkan dengan proses berikutnya. 4. Fixed Layout; Digunakan untuk produksi

barang-barang besar, misalnya kapal laut, sehingga memungkinkan mesin atau peralatan yang mendatangi objek produk.

Kembali pada OMH maka proses material handling ini merupakan perhitungan ongkos yang diperlukan untuk suatu pergerakan material dari suatu departemen ke departemen lain.

A B B

A B C

A B C E

(10)

FROM TO CHART (FTC)

From to chart merupakan penggambaran tentang

berapa total ongkos material handling, OMH, dari suatu bagian aktivitas menuju aktivitas yang lainnya dalam suatu pabrik. FTC diisi berdasarkan data dari OMH.

KE DARI

A B C D JUMLAH

A Xxxxxxxx 10 20 30 60

B - Xxxxxxxx - 40 40

C - 20 Xxxxxxxx 10 10

D 20 - - Xxxxxxxx 20

JUMLAH 20 30 20 80 150

 OUTFLOW

(11)

KE

Ongkos yang keluar dari B= 10

Ialah untuk melihat koefisien ongkos yang masuk dari ke mesin

KE DARI

A B C D

A XXXXXX 0.33 1.0 0.37

B - XXXXXXX - 0.5

C - 0.66 XXXXXXX 0.12

(12)

Ongkos A – B =

Ongkos dari A ke B

Ongkos yang masuk ke B= 10

30 = 0,333

A – D =

20

20 = 1,0

TABEL SKALA PRIORITAS (TSP)

TSP adalah menentukan urutan prioritas berdasarkan data yang diperoleh dari OutFlow atau InFlow (pilih salah satu).

Untuk persoalan diatas : Berdasarkan out flow

Prioritas I II III IV V

A

ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM

(13)

ARD adalah menerapkan hasil dari TSP ke dalam suatu diagram untuk menyusun tingkat kedekatan

berdasarkan prioritas yang telah dibuat.

Dari persoalan diatas :

ACTIVITY RELATIONSHIP CHART (ARC)

Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah

kegiatan atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling berhubungan (berinteraksi) antara satu dengan lainnya, dan yang paling penting diketahui bahwa setiap

kegiatan tersebut membutuhkan tempat untuk

A D

(14)

melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory, dll.

Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak pabrik harus dilakukan penganalisaan yang optimal.

Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah Activity

Relationship Chart.

Teknik ARC

Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe, adalah sebagai berikut :

(15)

No. TINGKAT KEPENTINGAN KODE WARNA

1 MUTLAK PENTING A MERAH

2 PENTING TERTENTU E KUNING

3 PENTING I HIJAU

4 BIASA O BIRU

5 TIDAK PENTING U PUTIH

6 TIDAK DIINGINKAN X COKLAT

2. Alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan catatan yang sama b. Menggunakan personil yang sama c. Menggunakan ruang yang sama d. Tingkat hubungan personil

e. Tingkat hubungan kertas kerja f. Urutan aliran kertas

g. Melakukan aliran kerja yang sama

h. Menggunakan peralatan dan fasilitas yang sama i. Ribut, kotor, getaran, debu, dan lain-lain

j. Lain-lain yang mungkin perlu

Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya maka hubungan antar aktivitas tersebut dibuat kedalam

(16)

WORK SHEET FOR ACTIVITY RELATIONSHIP CHART

NO. ACTIVITY DEGREE OF CLOSENESS

A E I O U X

1 Rec.& Shipp. 2 - 5 3, 4, 8 6, 7

-2 Stock Room 1, 5 - - 3, 4, 8 6, 7

-3 Tool Rom 4, 5 - - 1, 2 6, 7, 8

-4 Maintenance 3, 5 - - 1, 2, 8 6, 7

-5 Production 2, 3, 4 6, 7, 8 1 - - 4

6 Locker Room - 5 7 8 1, 2, 3

-7 Food Service - 5 6 1,2,3 3, 8 6

8 Office - 5 -

-

AREA ALOCATION DIAGRAM (AAD)

(17)

aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area Alocation

Diagram. Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur

pengaloaksian area ini adalah sebagai berikut :

 Aliran produksi, material, peralatan

 ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal

 Tempat yang dibutuhkan

 ARD

AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka sesuai dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD-nya.

AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari

penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik.

Gambar contoh AAD :

(18)

TEMPLATE

Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.

Informasi yang dapat dilihat pada Template : a. Tata letak kantor dan peralatannya

b. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga, dan lain-lain.

c. Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping.

d. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping

LOCKER ROOM

(19)
(20)

Contoh perhitungan luas lantai model rak komponen sekat:1.

Data pada Kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat diketahui dari data penunjang. Kolom 6 berisi jumlah pemakaian komponen tambahan dalam 1 minggu Produk/Minggu = 30 x hari kerja/minggu x volume pemakaian

Produk/Minggu = 30 x 5 x 5 = 750 unit3.

Kolom 7 berisi jumlah komponen yang harus tersedia dalam 1 minggu sesuaidengan pemesanannya, karena komponen tambahan sekat pemesanannyadilakukan dengan

lot for lot

maka jumlah unit tersedia sama dengan volume

pemakaian. Perbedaan terletak pada komponen tambahan sekrup, dimana

memilikilot size50 sekrup dalam 1boxpada setiap kali pemesanan.Unit/Minggu = Produk/Minggu : Unit Tersedia = 750 : 5 = 150 unit4.

Kolom 8 berisi jumlah komponen tambahan yang harus tersedia selama 4minggu. Komponen tambahan memiliki perbedaan pada perhitungan luaslantai bahan baku model tumpukan, karena periode yang digunakan pada perhitungan luas

lantai model rak adalah 4 minggu atau 1 bulan. Hal tersebutdikarenakan komponen tambahan memiliki ukuran yang lebih kecil

sehingga penggunaan ruangan pada gudang bahan baku tidak terlalu besar. Selain itu juga dikarenakan komponen tambahan tidak diproduksi sendiri dalam perusaha an, sehingga persediaan sangat mempengaruhi kelancaran proses produksi.Unit/ 4 Minggu = Unit/Minggu x Jumlah Minggu Kerja/bulanUnit/ 4 Minggu = 150 x 4 = 600 unit5.

Kolom 9 berisi volume material dari komponen tambahan sekat. Rumusvolume yang digunakan adalah rumus balok. Hal tersebut dikarenakan bentuk sekat yang seperti balok. Satuan perlu dikonversi ke dalam satuan m3(meter kubik) karena mengacu pada satuan internasional (SI).Volume material = p x l x t = 5 x 5 x 1 = 25 cm3 = 0,000025 m3

(21)

Kolom 11 berisi luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan sekatdengan mempertimbangkan tinggi maksimal model rak yaitu 2 meter.Ketinggian maksimal dipilih 2 meter karena rata-rata tinggi manusia tidak lebih dari 2 meter sehingga meskipun cukup tinggi namun dengan dimensiyang relatif lebih kecil diharapkan operator akan mudah dalam

menjangkaukomponen tambahan tersebut. Selain itu, tinggi maksimal 2 meter dapatmenghemat penggunaan ruangan gudang bahan baku.Luas Lantai = Volume Unit : Tinggi maksimal model rak Luas Lantai = 0,015 : 2 = 0,0075 m

Kolom 12 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar

proses produksi berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan denganmemperti mbangkan faktor operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku komponen tambahan, operator tidak akan mengalamikesulitan dan kualitas bahan baku tetap terjamin. Pemberian kelonggarandiasumsikan 100% untuk area pengambilan yang dilakukan oleh operator sedangkan sisanya 100% untuk gang sehingga aliran bahan tetap lancar.

Allowance= Luas Lantai xallowance

200% = 0,0075 x 200% = 0,015 m2

Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan.Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance

= 0,0075 + 0,015 = 0,0225 m2

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan untuk menyimpan komponen tambahan sekat dalam gudang bahan baku (

Gambar

Tabel 6. Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Rak

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini diharapkan juga mampu mengurangi area bahan baku di gudang material, dan dapat memberikan ruang yang cukup untuk membuat ruang assembly , painting , dan tempat

Dimana gudang merupakan salah satu tempat penyimpanan barang baik bahan baku yang akan di proses, dalam industry manufacturing sering terjadi permasalahan yang terletak

Diperlukan pengaturan tata letak gudang agar terdapat layout yang pasti (dedicated) untuk penyimpanan masing-masing barang sehingga jarak perpindahan dan material handling cost

Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis, meliputi layout dan kondisi awal gudang, menentukan stok maksimum dengan menggunakan persentil 95 dari masing-masing merk,

Dimana gudang merupakan salah satu tempat penyimpanan barang baik bahan baku yang akan di proses, dalam industry manufacturing sering terjadi permasalahan yang terletak

Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa

Dalam menempatkan peralatan pabrik, tata letak alat proses, penyimpanan bahan baku dan produk atau gudang, transportasi, laboratorium, kantor harus disusun sedemikian rupa

Beberapa industri karena sifat dan keadaan dari proses produksinya memaksa untuk menempatkan pabriknya dengan sumber bahan baku, Seperti pabrik semen, mengharuskan lokasi