• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT PROSES BELAJAR strategi belaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAKIKAT PROSES BELAJAR strategi belaja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HAKIKAT PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN KOMPONENNYA

OLEH : KELOMPOK III

SAKINATUN NAJMI SIBARANI 5153111042

ARIS LABORA SIMATUPANG 5151111009

AFRIZAL SINAGA 5151111004

PRASTYO HARDIANTO 5153111039

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. EFFENDI NAPITUPULU M.Pd

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNANq FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata telah mempengaruhi hampir di seluruh sendi-sendi kehidupan manusia modern, termasuk dalam dunia pendidikan dengan munculnya istilah seperti e-learning, e-book sampai e-education. Revolusi ini juga berpengaruh pada paradigma pendidikan akan “tempat” belajar, dimana gedung sekolah yang berdiri tegak dengan atap dan dinding akan semakin tak populer karena manusia bisa belajar di mana saja dengan bantuan teknologi. Di sini yang terpenting adalah interaksi manusia itu dengan materi pelajaran dan proses pemahaman dan penguasaan ilmu. Dimana(sekolah?) atau kapan (pagi atau siang?)tidak lagi menjadi pertanyaan penting sebab otak manusia sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu yang bersifat relatif.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

Moh. Surya (1997) menyebutkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan.Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Lebih lanjut, peserta didik harus dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengajukan makalah yang berjudul “ Hakikat proses belajar mengajar dan komponennya”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

(3)

1. Jelaskan yang dimaksud dengan Konsep Belajar? 2. Jelaskan yang dimaksud dengan Konsep Mengajar? 3. Jelaskan yang dimaksud Hakikat proses belajar mengajar? 4. Jelaskan apa saja Ciri-ciri Belajar Mengajar?

5. Jelaskan apa saja komponen-komponen dalam proses belajar mengajar?

6. Bagaimana cara pengaplikasian proses belajar dengan model-model pembelajaran?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 KAJIAN TEORITIS

1. KONSEP BELAJAR

Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah sebagai berikut :

a) Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975), mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)

(4)

c) C.T.Morgan dalam Introduction to Psychology (1962) merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relative dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

Dari beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.

Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

2. KONSEP MENGAJAR

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti, membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri (Muhammad Ali, 1992).

Hasibuan (2000) menyebutkan bahwa konsep mengajar dalam perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum digunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang ini lebih menyempurnakan konsep tradisional di atas.

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peran serta ada dalam hubungan social tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia

(5)

(pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap embimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan menyeluruh.

3. HAKIKAT PROSES BELAJAR MENGAJAR

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.

Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.

Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak didik sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subjeknya. Rumusan seperti ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan anak dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang sangat dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.

Pendekatan baru melihat bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan milik guru dan murid dalam kedudukan yang setara, namun dari segi fungsi berbeda. Anak merupakan subjek pembelajaran dan menjadi inti dari setiap kegiatan pendidikan. Proses pengajaran yang mengesampingkan martabat anak bukanlah proses pendidikan yang benar. Bahkan merupakan kekeliruan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena itulah, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik anak yang akti, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan anak tidak belajar, Karena anak didik tidak merasakan perubahan dalam dirinya.

Kegiatan mengajar bagi seorang guru membutuhkan hadirnya sejumlah anak didik. Hal ini berbeda dengan belajar yang tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktifitas yang dilakukan oleh seseorang diluar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca suatu buku tertentu.

(6)

belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu dalam konsep pengajaran dan pendidikan.

Biasanya permasalah yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana adalah serentetean pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengn masalah pengelolaan kelas. Peranan guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anaka didik. Jadi, masalah pengaturan kelas selalu terkait dengan kegiatan guru. Semua kegiatan yang dilalikan gruru tidak lain demi kepentingan anak didik dan demi keberhasilan belajar itu sendiri.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatau proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukn proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Nana Sudjana, 1991).

Menurut Nana Sudjana (1997:148) pelaksanaan proses belajar meliputi tahap sebagai berikut:

1.Tahap Pra instruksional

Tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar yaitu : a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir

b.Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan sebelumnya

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah disampaikan

d.Mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan bahan yang sudah diberikan e. Mengulang pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup aspek bahan

2.Tahap Instruksioanal

a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa b.Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas

c. Membahas pokok materi yang dijelaskan

d.Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh yang konkret, pertanyaan, tugas.

e. Pengguanan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi pembelajaran

f. Menyimpulkan setiap pembahasan dari semua pokok materi

3.Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:

(7)

b.Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa urang dari 70% maka guru harus mengulang pelajaran

c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR

d.Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

Kegiatan Belajar-Mengajar memang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar. Oleh karena itu keduanya merupakan suatu keterpaduan, maka pendekatan atau metode mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain. 2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Berdasarkan uraian didatas, dapat ditarik pemahaman bahwa proses belajar mengajar merupakan seragkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru-murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

4. CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR

Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya perubhan pada anak didik . Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (1987) meliputi :

1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional 3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif

(8)

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.

3. Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

4. Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.

6. Perubahan yang bersifat pemanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

(9)

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Memperhatikan uraian tentang belajar dan mengajar sebagaimana dibahas diatas, akhirnya dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu 2. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan

dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan 3. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik

4. Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar

5. Aktor guru yang cermat dan tepat

6. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing-masing 7. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajran

8. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk

5. KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alamat dan sumber, serta evaluasi.

A. TUJUAN

Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir dan prosedur yang dilakukan.

(10)

Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas atau umum sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Hal ini disebabkan tujuan berikutnya merupakan turunan dari tujuan sebelumnya. Dengan ini diartikan bahwa dalam merumuskan tujuan, maka kita harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan pendidikan dan pengajarannya. Oleh karena itu, guru dalam melakukan pengajaran, sekalipun hanya berupa sub materi bahan ajar, tidak boleh terlepas dari konteks tujuan sebelumnya.

B. BAHAN PELAJARAN

Bahan/Materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang “dikonsumsi” oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat. Bahan ajar yang diterima anak didik harus mampu merespon setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan.

Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan pengajaran merupakan inti dalam proses belajar mengajar.

C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interikasi itu peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Seperti yang dikehendaki oleh pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), murid sebagai sentral pembelajaran. Keaktifan anak didik tentu mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok.

Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan bahan dan media pembelajaran, bahkan peserta didik dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

D. METODE

(11)

 Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya

 Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya

 Situasi berlainan keadaannya

 Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya

 Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda

E. ALAT

Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran maka alat mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan (Ahmad D. Marimba, 1991)

Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sebagai alat non verbal berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video dan sebagainya.

Jika dilihat dari sisi asalnya, alat terbagi atas alat material dan non material. Alat material termasuk alat bantu audivisoal. Dwyer (1967) berpendapat bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas. Melalui alat bantu pengajaran yang tepat, diharapkan guru dapat memberikan pengalaman belajar yang banyak dengan cara sedikit.

Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat audio-visual mempunyai sifat seperti berikut :

 Kemampuan untuk meningkatkan persepsi

 Kemampuan untuk meningkatkan pengertian

 Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar

 Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement)atau pengetahuan hasil yang

dicapai

 Kemampuan untuk meningkatkan ingatan

F. SUMBER PELAJARAN

(12)

Rostiyah N.K. (1989) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah :

 Manusia (dalam keluarga,sekolah dan masyarakat)

 Buku/perpustakaan

 Media massa (majalah, surat kabar, radio, tv dan lain-lain)

 Lingkungan alam, social dan lain-lain

 Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan

lain-lain

 Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno)

G. EVALUASI

Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggri, yaitu evaluation. Dalam buku Essential of Educational Evaluation karangan Edwin Wand & Gerald W. Brown, dikatakan bahwa “Evaluasi adalah sebuah tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”.

Rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakakn oleh Roestyah (1989), yakni bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai kapabilitas siswa guna mengetahui sebab-akibat dan hasil berlajar siswa guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.Maka dapat disimpulkan evaluasi memiliki tujuan secara umum, yakni :

 Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam

mencapai tujuan yang diharapkan

 Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat

siswa dalam pembelajaran

 Menilai metode mengajar yang digunakan

Lebih spesifik Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (1991) menyatakan bahwa evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut :

Merangsang kegiatan siswa

Menemukan sebab kemajuan atau kegagalan belajar

Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan pekembangan dan bakat

masing-masing siswa

Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan

lembaga pendidikan

(13)

Evaluasi pada dasarnya memiliki fungsi sebagai berikut :

Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki

proses pengajaran serta mengadakan program perbaikan bagi murid

Memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil berlajar dari setiap murid.

Menentukan posisi murid di dalam situasi belajar mengajar agar sesuai dengan tingkat

kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki masing-masing siswa Mengenal latar belakang murid yang memiliki kesulitan belajar

H. LINGKUNGAN

Lingkungan pembelajaran merupakan komponen proses belajar mengajar yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.

Semua komponen proses belajar mengajar itu harus dikelola sedemikian rupa sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.

2.2. APLIKASI PRAKTIS

Setelah penjelasan dari teori yang telah dibahas sebelumnya maka kami memilih konsep model pembelajaran secara umum sebagai aplikasi dalam penerapannya, dimana model pembelajaran ini sudah dilaksanakan terutama bagi sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum 2013. Model-model pembelajaran tersebut adalah :

1. Expository Teaching 2. Student Active Learning 3. Interactive Learning 4. Inquiry

5. Discovery

6. Contextual teaching and Learning

1. EXPOSITORY TEACHING (Model Pembelajaran Ekspositori)

Pembelajaran dengan Model Ekspository merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa. Dalam pelaksanaannya Model Ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan, yaitu :

(14)

Mengajak siswa keluar dari kondisi pasif

Membangkitan motivasi dan minat siswa untuk belajar Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa

Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka

ii.PENYAJIAN (Penyampaian materi pelajaran sesuai persiapan yang telah dilakukan) Materi yang disampaikan harus mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa

Menggunakan bahasa dan intonasi suara yang baik dengan siswa Menjaga kontak mata dengan siswa

Menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap

hidup dan menyenangkan

iii.KORELASI (Langkah pemberian makna dalam materi pelajaran) iv.MENYIMPULKAN (Tahap memahami inti dari materi pelajaran)

v.MENGAPLIKASIKAN

2. STUDENT ACTIVE LEARNING (Cara Belajar Siswa Aktif)

CBSA adalah suatu sistem pengajaran yang lebih banyak melibatkan siswa untuk lebih berperan dalam proses pengajaran. Siswa dituntut lebih aktif dalam proses belajar mengajar, seperti bertanya dan diskusi kelompok.

3. INTERACTIVE LEARNING (Model Pembelajaran Interaktif)

Model Pembelajaran Interaktif dirancang agar siswa bertanya kemudian mencari jawaban pertanyaan mereka sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Langkah dalam pengaplikasiannya adalah :

4. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY (Permintaan)

Langkah dalam pengaplikasian model pembelajaran tersebut yaitu :

 Menghadapkan masalah

Menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan  Menemukan masalah

Memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah  Mengkaji data dan Eksperimentasi

 Mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan

 Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif

5. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (Penemuan)

Model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

(15)

Model Pembelajaran Problem Solving berorientasi pada investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adala pemecahan masalah.

Langkah-langkah pembelajaran problem solving :

 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai,

misalnya laporan.

 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(16)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku mental karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

2. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

3.Model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu : Expository Teaching-Receptive Learning (Model Ekspositori-Pembelajaran Reseptif), Student Active Learning (Cara Belajar Siswa Aktif), Interactive Learning (Model Pembelajaran Interaktif), Model Pembelajaran Inquiri, Pembelajaran Discovery, Model Pemecahan Masalah (problem solving), dan Contextual Teaching and Learning (Model Pembelajaran Kontekstual).

3.2. SARAN

1. Model pembelajaran yang tertuang dalam makalah ini termasuk model pelajaran yang sifatanya konstruktif, artinya model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar, dan ini termasuk yang dikehendaki kurikulum 2013. 2. Dengan menerapkan model pembelajaran pada setiap kegiatan belajar mengajar,

maka akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan akan bermuara kepada hasil dari penerapan model pembelajaran yang dimaksud.

3. Sehubungan dengan hasil penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada para pembaca agar diadakan pengkajian lanjutan yang berjudul sama dengan makalah ini, agar ditemukan pengertian dari hakekat belajar dan pembelajaran yang lebih baik.

REFERENSI

Rooijakkers, Ad. (1991). Mengajar dengan Sukses. Jakarta : PT. Gramedia

Ibrahim, R. & S, Syaodih Nana. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Pengisian Soal dan Penyelusuran Minat calon mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Bangka Belitung perlu dibuat dalam surat keputusan;.. Bahwa

Menurut sukirno (2004:333) inflasi yaitu kenaikkan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di

Salah satu yang menjadi kendala dalam perdagangan baik antara Indonesia dengan EU maupun dengan mitra dagang lainnya adalah buruknya infrastruktur di Indonesia. Infrastruktur

Seterusnya, konsep daulat dan derhaka dalam sistem pemerintahan kesultanan Melayu Melaka penting kepada raja dan sultan kerana dengan adanya konsep

Misalnya dengan diadakannya pameran seni budaya daerah, event- event perlombaan budaya daerah, pemasaran produk-produk budaya yang dimiliki setiap daerah (makanan, kerajinan,

Permanasari, Lufty Dyah (2003). Designing a set of Speaking Instructional Materials Using Role-plays for the Second Grade Students of SMU Kolese Loyola Semarang. Yogyakarta:

Tujuan penelitian ini adalah merancang bahan ajar berbasis augmented reality menggunakan android sebagai sarana untuk pembelajaran bangun ruang bidang datar

Nilai rataan relatif genotipe ZIOF-0046, ZIOF-0052, dan ZIOF-0053 lebih dari rataan relatif umum (adaptif), ZIOF-0046 adaptif di lokasi Sukabumi dan Majalengka pada musim pertama,