• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Ilmu Kajian Filosofis atas Seja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Ilmu Kajian Filosofis atas Seja"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

FILSAFAT ILMU

(3)

UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(4)

iii

FILSAFAT ILMU

Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi

Ilmu Pengetahuan

(5)

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

JENA, Yeremias

Filsafat Ilmu: Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi Ilmu Pengetahuan/oleh Yeremias Jena.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta:

Deepublish, Juli 2015.

xviii, 267 hlm.; Uk:17.5x25 cm ISBN 978-Nomor ISBN

1. Teori Filsafat I. Judul 101 Desain cover : Unggul Pebri Hastanto

Penata letak : Dyah Wuri Handayani

Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id

www.penerbitdeepublish.com E-mail: deepublish@ymail.com

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Copyright © 2015 by Deepublish Publisher

All Right Reserved

Isi diluar tanggung jawab percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

(6)

v

KATA PENGANTAR

ebih dari sepuluh tahun sudah saya mengajar Filsafat Ilmu pada level sarjana, terutama di Fakultas Psikologi. Saya teringat sebelas tahun lalu seorang rekan mengundang saya mengajar ilmu ini di Fakultas Psikologi Gunadarma di Depok. Harus diakui, pengalaman ini tidak hanya mendorong saya meminati filsafat ilmu, tetapi juga ikut memikirkan relevansi pengajaran filsafat ilmu bagi seorang calon sarjana ilmu psikologi. Beberapa bab awal dari buku ini sebetulnya sudah mulai dipikirkan pada periode ini.

Tahun 2009 adalah tahun keberuntungan saya. Di tahun inilah saya diterima masuk menjadi dosen tetap di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dengan home base di Fakultas Kedokteran. Minat dan kuliah-kuliah filsafat di Universitas ini sangat diberi tempat, dan itulah yang menyemangati saya untuk terus berkiprah dan mengembangkan ilmu filsafat di Indonesia. Apalagi ketika diberi kesempatan mengajar di Fakultas Psikologi Atma Jaya, minat terhadap filsafat ilmu yang mulai bertumbuh beberapa tahun sebelumnya, akhirnya menemukan lahannya yang subur untuk bertumbuh.

Demikianlah, di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jayalah sebagian besar isi buku ini ditulis dan diperkaya. Ini tidak terlepas dari peran serta para mahasiswa. Saya selalu takjub dan kagum dengan mahasiswa yang berusaha menampilkan terbaik dalam setiap presentasi dan penulisan makalah filsafat ilmu, meskipun mereka bukan mahasiswa filsafat. Dan harus saya akui, beberapa makalah mahasiswa memiliki kualitas yang tidak kalah dengan mahasiswa fakultas filsafat. Tentu peran dosen paralel seperti Dr. Phil. Mikhael Dua dan Drs. Agustinus Marsup, M.Hum yang menjadi rekan diskusi dan berbagi pemahaman di Fakultas Psikologi Atma Jaya tidak bisa diabaikan. Terutama untuk Dr. Phil. Mikhael Dua, dengan pemahamannya yang mendalam dan luas serta pengalamannya mengajar filsafat ilmu selama belasan tahun, tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa pemikiran Beliau ikut mewarnai cara berfilsafat saya, terutama menyangkut refleksi filosofis atas ilmu pengetahuan.

(7)

Beberapa bab dari buku ini sebetulnya sudah saya tulis sejak tahun 2005, tetapi kemudian digarap secara serius dan menjadi lengkap sebagai bahan ajar setelah saya kembali dari studi Master Bioetika di Eropa dan mulai mengajar Filsafat Ilmu di Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya di tahun 2011. Harus diakui, naskah ini tidak pernah diterbitkan oleh penerbit mana pun sampai tahun 2014 Dirjen Pendidikan Tinggi di Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan membuka Hibah Penulisan Buku Perguruan Tinggi. Karena sudah siap dengan seluruh kelengkapan, naskah ini pun akhirnya saya ajukan untuk bersaing dalam hibah tersebut, dan akhirnya dipilih sebagai salah satu naskah penerima hibah buku ajar, berdasarkan Pengumuman Hasil Seleksi Program Hibah Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi Tahun 2014, nomor 2744/E5.4/HP/2014, tertanggal 11 September 2014 (http://simlitabmas. dikti.go.id/fileUpload/pengumuman/Daftar-Penerima -Hibah-Penulisan-Buku-Teks-Tahun-2014.pdf). Hibah Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi ini tidak hanya memicu karya lebih lanjut, tetapi juga pengakuan atas bidang keilmuan yang saya geluti selama ini.

(8)

vii

bersedia menjadi Pendamping Ahli selama finalisasi naskah ini sebagaimana dimintakan Dirjen Dikti.

Dua perempuan penting dalam hidup saya pantas disebutkan namanya dan mendapatkan hormat dan terima kasih saya. Merekalah Veronica Wangun Koban (istri) dan Cecilia Angeline de Urupia (anak). Dengan caranya masing-masing, mereka telah dan selalu akan mendukung karya saya, baik dalam pengembangan pemikiran maupun pengajaran.

Karya sederhana ini masih jauh dari memadai. Berbagai kesalahan persepsi atau penarikan kesimpulan yang mungkin masih terdapat dalam buku ini kiranya dikembalikan kepada ketidakcermatan saya. Menyadari berbagai kekurangan itu, saya dengan senang hati menyambut semua kritik dan masukan membangun demi penyempurnaan buku ini ke depan.

(9)
(10)

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

PENDAHULUAN ... xiii

Bab 1 Dari Filsafat Pengetahuan ke Filsafat Ilmu Pengetahuan ... 1

1.1. Filsafat: Bermula dan Berakhir dengan Pertanyaan ... 2

1.2. Sumber-Sumber Filsafat ... 7

1.3. Cabang-Cabang Filsafat ... 10

1.4. Dari Pengetahuan ke Ilmu Pengetahuan ... 12

1.5. Mengapa Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan? ... 15

Bab 2 Problem Fakta: Antara Keyakinan dan Objektivitas... 21

2.1. Fakta dan Kepercayaan ... 22

2.2. Pengetahuan dan Jenis-jenisnya ... 27

2.3. Skeptisisme ... 32

Bab 3 Batas Ilmu Pengetahuan dan Bukan Ilmu Pengetahuan ... 39

3.1. Letak Perdebatan... 42

3.2. Mengidentifikasi Pseudosains ... 46

3.3. Tantangan Pseudosains Dewasa Ini ... 52

3.4. Penutup: Adakah Batas Sains-Bukan Sains?... 54

Bab 4 Mendefinisikan Ilmu Pengetahuan ... 57

4.1. Definisi dan Duduk Persoalan ... 58

4.2. Aspek-aspek dan Pengandaian Ilmu Pengetahuan ... 66

4.3. Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan ... 68

4.4. Alasan Mempelajari Ilmu Pengetahuan ... 69

(11)

Bab 5 Pemikiran Yunani Kuno dan Abad Pertengahan

tentang Ilmu Pengetahuan ... 77

5.1. Kegiatan Mengetahui... 79

5.2. Sains Ideal orang Yunani ... 81

5.3. Model Geosentrisme Yunani... 85

5.4. Kegagalan Model Sains Konseptualis tentang Alam ... 89

5.5. Abad Pertengahan Membela Sains Ideal Aristoteles ... 97

Bab 6 Realisme Ilmiah dan Revolusi Kopernicus ... 99

6.1. Masalah Nominalisme, Realisme, dan Idealisme ... 100

6.2. Sumbangan Revolusi Kopernikan ... 112

Bab 7 Polemik Sains di abad ke-17-18 dan Positivisme Logis ...123

7.1. Solusi Para Ilmuwan ... 124

7.2. Posisi Positivisme Logis dalam Sains ... 130

7.3. Kritik Terhadap Kaum Positivis Logis ... 136

Bab 8 Dimensi Dinamis Ilmu Pengetahuan ...141

8.1. Kemunduran Positivisme... 142

8.2. Ilmu Pengetahuan PascaPositivisme Logis ... 145

8.3. Mengkritik Thomas S. Kuhn... 152

8.4. Penutup ... 165

Bab 9 Metodologi Ilmu Pengetahuan ...169

9.1. Rasionalisme Versus Empirisme ... 170

9.2. Empirisme versus Rasionalisme ... 175

9.3. Sintesa Pengetahuan Apriori dan Aposteriori: Immanuel Kant ... 178

9.4. Metode-Metode Keilmuan ... 182

9.5. Penutup: Kritik Terhadap Metode Keilmuan... 186

Bab 10 Kebenaran dan Teori Ilmiah ...189

10.1. Tiga Teori Kebenaran ... 190

10.2. Teori Ilmiah dan Pembuktiannya ... 202

10.3. Status Teori-teori: Realisme dan Anti Realisme ... 205

(12)

xi

Bab 11 Ilmu dan Nilai-nilai Kemanusiaan ... 217

11.1. Ilmuwan di Menara Gading ... 218

11.2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan ... 226

11.3. Komitmen Moral Para Ilmuwan... 230

11.4. Penutup ... 237

Bab 12 Pentingnya Demokratisasi dalam Teknologi ... 239

12.1. Pokok Persoalan: Demokrasi Kehilangan Kekuatan di (adapan Kemenangan Teknologi ... 242

12.2. Determinisme Teknologis ... 247

12.3. Apa Itu Teknologi dan Pentingnya Demokratisasi Teknologi ... 251

DAFTAR PUSTAKA ... 259

GLOSARIUM ... 263

(13)
(14)

xiii

PENDAHULUAN

elain dipelajari di sekolah tinggi atau Fakultas Filsafat, filsafat ilmu juga dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Psikologi. Program studi pascasarjana, terutama program studi doktor pasti mempelajari filsafat ilmu. Apakah filsafat ilmu itu sehingga harus dipelajari? Lalu, jika buku ini membahas persoalan-persoalan seputar filsafat ilmu, apa relevansi dan sumbangannya bagi studi dan pengembangan ilmu-ilmu?

Secara sederhana harus dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari dasar atau fundamen, metode, dan implikasi dari sains. Persoalan utama yang hendak diangkat filsafat ilmu pengetahuan sebenarnya adalah bagaimana mengkaji atau merefleksikan secara filosofis unsur-unsur hakiki dari reliabilitas teori-teori ilmiah dan tujuan-tujuan yang hendak diwujudkan ilmu pengetahuan. Pertama, sejauh reliabilitas teori ilmiah mempersoalkan bagaimana sebuah teori tidak hanya mampu memecahkan masalah dan memprediksi di masa lampau tetapi juga keterandalannya di masa depan, maka filsafat ilmu sebetulnya menguji metodologi keilmuan seperti apa yang membuatnya bersifat reliabel. Dalam arti itu, filsafat ilmu lalu mendiskusikan metode-metode keilmuan, bagaimana metode-metode keilmuan tersebut dipraktikkan sehingga bisa menghasilkan teori dan hukum ilmiah, apa kelebihan dan kekurangan metodologi keilmuan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan lain yang juga menarik dalam rangka realibilitas teori ilmiah adalah sejauh mana metodologi ilmiah dapat menghasilkan kebenaran. Untuk hal yang terakhir ini, pertanyaan filosofis yang jauh lebih sulit adalah apakah ilmu pengetahuan dapat mencapai atau menghasilkan kebenaran?

Kedua, filsafat ilmu juga mengkaji atau mendiskusikan secara

filosofis apa tujuan ilmu pengetahuan. Perdebatan dalam konteks tujuan ilmu pengetahuan terletak pada apakah ilmu pengetahuan memiliki tujuan praktis tertentu yang ingin diwujudkan demi sesuatu di luar dirinya, misalnya demi kesejahteraan masyarakat? Meskipun dewasa ini semakin diterima sebagai bagian hakiki ilmu pengetahuan,

(15)

bahwa pengembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilakukan di menara gading, kenyataan bahwa secara historis muncul kecenderungan ilmuwan yang mau membebaskan diri dari tanggung jawab memajukan masyarakat tetap menjadi tema menarik yang harus didiskusikan secara filosofis. Selain itu, tidak boleh dilupakan bahwa tetap saja muncul godaan di kalangan ilmuwan sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa mempedulikan dampak yang akan dihasilkan bagi masyarakat. Kajian filosofis atas persoalan ini menyasar pada pentingnya menanamkan sikap kritis generasi muda dan para ilmuwan sendiri, bahwa praktik ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sosial memajukan dan menyejahterakan masyarakat.

Selain kedua ranah filsafat ilmu pengetahuan tersebut, masih bisa ditambahkan ranah atau ruang lingkup kajian lainnya dari filsafat ilmu. Ranah lain yang juga menarik – dan ini aspek ketiga – adalah diskusi filosofis seputar sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Kajian filosofis atas aspek ini sebetulnya ingin melihat secara kritis bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam sejarah. Relevansi kajian ini terletak pada bagaimana ilmu pengetahuan tidak hanya berkembang dalam historisitas tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh sejauh mana kesadaran keilmiahan manusia berkembang. Di akhir dari kajian ini kita semakin menyadari betapa para ilmuwan saling belajar satu sama lain, saling mengkritik dan mengoreksi untuk mencapai hipotesis dan teori ilmiah yang penjelasannya mengenai realitas semakin mendekati kebenaran.

Keempat, filsafat ilmu juga membuka diskursus filosofis atas

(16)

xv

menjadi alat teologi? Atau, apakah ilmu pengetahuan begitu saja melepaskan diri dari pengaruh teologi?

***

Tiga dari empat tema besar filsafat ilmu didiskusikan secara mendalam dalam buku ini. Persoalan reliabilitas teori ilmiah dalam arti sejauh mana tingkat keterandalan sebuah teori ilmiah dalam menjelaskan realitas didiskusikan terutama dalam bab-bab mengenai metodologi keilmuan (bab 9) dan problem kebenaran (bab 10). Problem tujuan ilmu pengetahuan didiskusikan secara mendalam dalam bab mengenai ilmu dan nilai kemanusiaan (bab 11). Sementara bagaimana ilmu pengetahuan didiskusikan dalam perspektif sejarah didiskusikan secara filosofis dalam bab-bab mengenai sains dalam budaya Yunani Kuno (bab 5), revolusi kopernikus (bab 6), sains abad 17-18 (bab 7), sains abad ke-19 dan melampaui positivisme abad 19 (bab 8). Tema keempat, yakni relasi ilmu pengetahuan dengan agama memang tidak menjadi bagian pembahasan buku ini. Meskipun demikian, menunjukkan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam menjelaskan realitas seperti ditunjukkan dalam kritik terhadap positivisme, kritik terhadap teknologi, kritik terhadap keterbatasan metodologi ilmiah justru membuka jalan bagi diskursus agama dan ilmu pengetahuan.

Buku ini diberi judul Filsafat Ilmu: Kajian atas Sejarah dan

Metodologi Ilmu Pengetahuan. Sebagaimana tampak dari rancangan

bab-bab dalam buku ini, kajian historis mengambil porsi yang cukup besar dalam buku ini, terutama dalam bab-bab mengenai pemikiran Yunani Kuno mengenai sains (bab 5), problem realisme ilmiah dan Revolusi Kopernikus (bab 6), polemik sains di abad 17 dan 18 (bab 7), dan kritik terhadap positivisme di bab 8. Kajian ini bertujuan untuk menunjukkan betapa ilmu pengetahuan berkembang dalam sejarah dan budaya tertentu. Dalam arti itu, kecenderungan ilmu pengetahuan yang ingin membebaskan diri dari tanggung jawab sosial seharusnya tidak diberi tempat.

(17)

selanjutnya di bab 2 hendak mempersoalkan masalah fakta dan

bukan fakta (bab 2). Jika ilmu pengetahuan berpretensi mempelajari fakta atau fenomena, kita harus memahami seperti apa definisi ilmiah atas fakta atau fenomena tersebut? Kita tahu, definisi yang sangat mementingkan objek sejauh diobservasi hanya akan mereduksikan ilmu pengetahuan kepada sifatnya yang positivistik. Dan ini yang didiskusikan lebih lanjut dalam bab 8 buku ini.

Salah satu tema filsafat ilmu yang belum pernah disinggung di atas adalah problem mendefinisikan ilmu pengetahuan. Apa yang dimaksudkan dengan ilmu pengetahuan? Seperti apakah watak atau karakternya? Bab 3 dan bab 4 buku ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Bab 3 mengangkat problem bagaimana menentukan demarkasi atau batas antara sains dan non-sains. Pembatasan ini sendiri tentu bermasalah karena menyembunyikan kepentingan ideologis tertentu. Persoalannya, apakah kebenaran atau penjelasan atas realitas hanya bisa diberikan oleh ilmu pengetahuan? Lalu, apa yang dimaksudkan dengan wilayah non-sains? Apakah ilmu pengetahuan sosial, kajian budaya, atau sastra disebut sebagai non-sains? Berbagai kriteria mengenai demarkasi ini akan didiskusikan secara mendalam dalam bab ini.

Uraian di bab 3 antara lain menegaskan bahwa upaya menjelaskan realitas tidak seharusnya dimonopoli oleh ilmu pengetahuan alam. Dan ini nampak jelas dalam diskusi mengenai apa itu ilmu pengetahuan di bab 4. Mendefinisikan ilmu pengetahuan secara proporsional dan mengenai watak-wataknya ternyata dapat membantu kita menyadari wilayah-wilayah atau fenomena seperti apakah yang sebetulnya tidak bisa dipahami dan dijelaskan ilmu pengetahuan. Dalam arti itu, kita semakin menyadari keterbatasan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan sendiri sudah bersifat terbatas, bagaimana mungkin dia bisa mengklaim diri sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar?

(18)

xvii

pengetahuan dan ilmuwan (bab 11) sebelum akhirnya mengangkat sebuah tema yang jarang didiskusikan dalam buku-buku filsafat ilmu pengetahuan di tanah air, yakni tema demokratisasi teknologi (bab 12). Tema ini menarik lantaran kesadaran akan keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan saja bersifat terbatas, tentu teknologi pun bersifat terbatas. Keterbatasan teknologi ini seharusnya memicu kesadaran etis untuk membatasi penggunaan teknologi, terutama teknologi-teknologi yang secara eksplisit merugikan dan menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu cara membatasi aplikasi teknologi atau menentukan rambu-rambu penggunaannya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam seluruh proses penerapan suatu teknologi. Inilah yang disebut gerakan mendemokrasikan teknologi.

***

(19)
(20)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,301 dengan p sebesar 0,000. Nilai p < 0,01 membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BELAJAR MANDIRI E-MODUL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL..

Amelioration using 2.5 t/ha manure, liming with dolomite equivalent to 20% of Al saturation, and NPK fertilizer at dose of 45 kg N - 72 kg K 2 O – 60 kg P 2 O 5 /ha improved

[r]

Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan batuk berdarah disertai dahak kehijauan sejak 2 hari yang lalu, batuk tanpa darah dikeluhkan sejak 1 bulan ,

Pada usia remaja yang mengalami proses masa transisi perubahan dari bentuk tubuh hingga perkembangan kognitif, remaja putri juga rentan merasa bahwa di dalam sebuah lingkungan

Pembuatan virtual tour dilakukan dengan pengambilan beberapa foto lokasi kemudian dilakukan proses stiching (dijahit) untuk menggabungkan beberapa foto lokasi menjadi