• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FORMULA JAMU HIPERKOLESTEROLEMIA TERHADAP FUNGSI HATI Effect of jamu formula for hipercolesterolemia on heart function

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH FORMULA JAMU HIPERKOLESTEROLEMIA TERHADAP FUNGSI HATI Effect of jamu formula for hipercolesterolemia on heart function"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Agus Triyono, Sunu Pamadyo Tanjung Ismoyo

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Lawu no 11 Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Dalam rangka saintifikasi jamu, yaitu mencari bukti ilmiah khasiat dan keamanan formula jamu sebagai

penurun kadar kolesterol, maka dilakukan penelitian uji klinik pengaruh formula jamu hiperkolesterolemia terhadap fungsi hati. Formula jamu satu dosis terdiri : daun jati belanda 5 gram, daun kemuning 5 gram, rimpang temu lawak 5 gram, rimpang kunyit 3 gram, dan herba meniran 3 gram). Formula tersebut secara empiris, hasil uji praklinik dan observasi klinik terbukti berkasiat menurunkan kadar kolesterol dan aman dalam penggunaannya.Uji klinik dilakukan dengan rancangan penelitian pre-post design. Uji klinik dilakukan

di Klinik Saintifikasi Jamu. Penelitian melibatkan 40 subyek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Protokol penelitian telah mendapat persetujuan etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Jakarta.Subyek penelitian yang telah menandatangani informed consent,

pada H0 dilakukan anamnesis identitas subyek, riwayat penyakit, gejala klinis, pemeriksaan fisik diagnostik,

dan pemeriksaan laboratorium fungsi hati (SGOT dan SGPT). Subyek penelitian diberikan bahan uji formula jamu hiperkolesterolemia untuk penggunaan selama tujuh hari, kemudian kontrol seminggu sekali sampai delapan minggu, setiap kontrol diberikan bahan uji untuk penggunaan selama satu minggu. Pada hari pertama (H1), subyek penelitian merebus formula simplisia (sediaan kering) sesuai petunjuk cara penyajian kemudian minum air rebusan formula jamu sehari tiga kali satu gelas selama 56 hari. Subyek penelitian kontrol setiap seminggu sekali untuk dilakukan anamnesis kemungkinan efek samping formula jamu dan pemeriksaan

fisik diagnostik. Dilakukan pemeriksaan fungsi hati (SGOT dan SGPT) pada subyek penelitian setiap empat minggu sekali. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada subyek penelitian selama perlakuan dan sesudah

perlakuan tidak ditemukan efek samping yang bermakna. Hasil analisis uji t berpasangan didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar SGOT (t = -0,09, p = 0,925 (p>0,05)) dan SGPT (t = -1,73, p = 0,093 (p>0,05)) sebelum dan sesudah pemberian formula jamu hiperkolesterolemia hari ke-28, dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar SGOT (t = -0,05, p = 0,959 (p>0,05)) dan SGPT ( t = -1,63, p = 0,113 (>0,05)) sebelum dan sesudah pemberian formula jamu hiperkolesterolemia hari ke-56. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian formula jamu hiperkolesterolemia sampai hari ke-56 secara klinis tidak ditemukan efek samping yang bermakna dan tidak mengganggu fungsi hati.

(2)

ABSTRACT

Has conducted research on the effect of hypercholesterolemia herbal formulas liver function. Herbal formula consists dose: 5 g leaves of Dutch identity, 5 g of yellow leaves, rhizomes meeting buffoonery 5 g, 3 g turmeric, and herbs meniran 3 g. The empirical formula and through preclinical trials berkasiat proven to lower cholesterol levels and safety in experimental animals. To determine the level of safety of herbal medicine on liver function

perform a clinical trial with pre-post design of the study design. Clinical trials conducted in saintifikasi Herbal

Clinic, involving 40 subjects who have met the inclusion and exclusion criteria. Subject H0 conducted research on the subject of identity history, medical history, clinical symptoms , physical examination diagnostic , and liver function tests (SGOT and SGPT). Research subjects were given the test material hypercholesterolemia herbs to use for 7 days to eight weeks, the test material consumption of the cup three times a day for 56 days. Further studies are required to control each subject once a week to do the history of the possibility of side effects herbal formulas and physical examination diagnostic. Liver function tests ( SGOT and SGPT ) on the subject of research conducted once every four weeks. Results of history and physical examination on the subject of research for the

treatment and after treatment found no significant side effects. The results of a paired t test analysis showed that there was no significant difference AST levels before and after the administration of herbal formulas of hypercholesterolaemia on day 28, and no significant difference before and after the administration levels herbal

formula hypercholesterolemia 56 th day. From these results it can be concluded that the administration of herbal

formulas of hypercholesterolaemia to day 56 was not found to be clinically significant side effects and does not

interfere with liver function.

Key words: clinical study, hypercholesterolemia herbal formulas, liver function

PENDAHULUAN

Hiperkolesterolemia adalah keadaan dimana terjadi kelebihan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol yang tinggi ini bisa merusak dinding pembuluh darah dan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit baik penyakit jantung koroner (PJK) oleh proses artherosklerosis atau kerusakan otak (stroke). Empat puluh persen kematian mendadak akibat serangan jantung disebabkan oleh hiperkolesterolemia. Di Indonesia, terdapat 36 juta penduduk (18%) yang menderita hiperkolesterolemia (Braunwald et al., 2001).

Kolesterol di dalam darah 70% beredar tidak dalam keadaan bebas, tetapi berada dalam partikel-partikel lipoprotein. Lipoprotein

merupakan senyawa kompleks antara lemak dan protein, lipoprotein terdiri empat jenis yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),

(3)

mengandung kolesterol yang cukup tinggi. Hal ini berarti, peningkatan kadar LDL di dalam darah selalu di sertai hiperkolesterolemia. LDL berfungsi mengangkut kolesrerol dari sel yang satu ke sel yang lainya dan diperlukan untuk pembentukan hormon sterol dan steroid (Braunwald et al., 2001).

Kolesterol merupakan sterol utama dalam tubuh manusia, dan merupakan komponen struktural membran sel dan lipoprotein plasma, serta sebagai bahan awal pembentukan asam empedu dan hormon steroid. Sterol dan derivatifnya sukar larut dalam larutan berair tetapi larut dalam pelarut organik terutama alkohol, sehingga senyawa ini dimasukkan dalam golongan lipid (Braunwald et al., 2001).

Penyakit hiperkolesterolemia membu-tuhkan terapi jangka panjang dan cenderung memerlukan pengobatan seumur hidup. Kondisi ini sering menyebabkan penderita bosan dengan pengobatan konvensional dan memilih pengo-batan alternatif termasuk obat tradisional/jamu. Berdasarkan Permenkes No.003/ MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu disebutkan bahwa saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah khasiat dan keamanan jamu. Saintifikasi jamu dilakukan melalui observasi klinik yaitu penelitian berbasis pelayanan kesehatan yang merupakan terobosan Kementerian Kesehatan dalam upaya memberikan dukungan ilmiah (evidence based) terhadap jamu untuk dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal.

Kecenderungan back to nature masyara-kat Indonesia maupun manca negara saat ini, merupakan suatu peluang yang cukup besar

bagi obat bahan alam untuk menggantikan obat modern walaupun belum secara penuh. Pelu-ang pasar masih cukup luas untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Kebu-tuhan dalam negeri meningkat setiap tahunnya sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jum-lah Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di Indonesia(ISFI, 2008).

Ada beberapa tanaman berdasarkan uji praklinis dan observasi klinis berkhasiat menu-runkan kadar kolesterol darah, yaitu jati belanda, kemuning dan kelembak. Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) mengandung tanin dan musi-lago. Kandungan lainnya yaitu resin, flavonoid, karotenoid, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen, juga senyawa-senyawa lain sep-erti sterol, beta-sitosterol, friedelin-3-alfa-asetat, friedelin-3-beta-ol,alkoloida serta karbohidrat dan minyak lemak. Tanin yang banyak terkand-ung di bagian daun, mampu mengurangi penyer-apan makanan dengan cara mengendapkan mu-kosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musi-lago, absorbsi usus terhadap makanan dapat di-kurangi. Hal ini yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing. Dalam perkem-bangannya, daun jati belanda juga banyak di-manfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol dan rematik (ISFI, 2008).

(4)

kadinen, metil-anthranilat, bisabolen, P-earyophyllen, geraniol, karene-3, eugenol, sitronellol, metil-salisylate, s-guaiazulen, osthol, panikulatin, tanin, dankumarin. Kulit batang mengandung mexotioin, 5-7-dimethoxy-8- (2,3-dihydroxyisopentyl) kumarin. Sedangkan bunga kemuning mengandung scopeletin, dan buahnya mengandung semi-ec-carotenone. Kelembak (Rheum officinale Baill) mengandung flavonoida, di samping itu akarnya juga mengandung glikosida dan saponin, sedangkan daunnya juga mengandung polifenol (ISFI, 2008).

Sehubungan dengan hal diatas, telah dilakukan penelitian uji klinik pengaruh formula jamu hiperkolesterolemia terhadap fungsi hati sebagain dasar pemanfaatan di masyarakat dan pelayanan kesehatan formal. Menilai pengaruh formula jamu hiperkolesterolemia terhadap fungsi hati.

METODE PENELITIAN

Uji klinik dilakukan dengan rancangan penelitian pre-post test design. Uji klinik dilakukan di Klinik Saintifikasi Jamu. Penelitian melibatkan 40 subyek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah : subyek dengan kadar kolesterol darah 200-300 mg/dl, Usia 20-65 tahun, laki-laki atau perempuan, bersedia mengikuti penelitian/ jadwal follow up dengan menandatangani

informed consent. Kriteria eksklusi adalah : perempuan hamil atau menyusui (berdasarkan pengakuan), subjek dengan komplikasi penyakit berat (misal kanker stadium lanjut/ terminal dll).

Bahan baku yang digunakan sebagai simplisia diambil dari daerah Karanganyar,

determinasi dan pengelolaan simplisia dilakukan di Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu. Bahan baku simplisia terlebih dahulu melalui proses pemilihan bahan secara fisik, kemudian diuji kromatografi lapis tipis dan kontrol kualitas. Pembuatan bahan dan kontrol kualitas dilakukan oleh tim Quality Control Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Bahan dicuci dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel, kemudian diangin-anginkan dilanjutkan pengeringan di dalam oven suhu 50°C selama 7 jam. Simplisia kering dilakukan pengemasan dengan dosisrimpang temulawak 5 gr, daun jati belanda 5 gr, daun kemuning 5 gr, rimpang kunyit 3 gr, herba meniran 3 gr.

(5)

dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik. Dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi hati (SGOT dan SGPT) setiap empat minggu sekali.

Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI di Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian uji klinik efek formula jamu hiperkolesterolemia di Klinik Saintifikasi Jamu. Subyek penelitian berjumlah 40 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi telah mengikuti penelitian ini.

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada subyek penelitian selama perlakuan dan sesudah perlakuan tidak ditemukan efek

samping yang bermakna.

Rerata nilai SGOT dan SGPT subyek penelitian sebelum dan sesudah perlakuan ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1.Rerata nilai SGOT dan SGPT subjek penelitian sebelum dan sesudah perlakuan

Parameter Hari

H0 H28 H56

SGOT 27,93 21,91 20,74

SGPT 21,54 20,71 20,76

Untuk mengetahui pengaruh pemberian formula jamu hiperkolesterolemia terhadap fungsi hati, dilakukan analisis perbedaan kadar SGOT dan SGPT sebelum dan setelah pemberian jamu dengan uji t berpasangan. Hasil analisis tersebut ditampilkan pada Tabel2. dan Tabel 3.

Tabel 2. Analisis Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT sebelum perlakuan (H0) dan sesudah perlakuan (H28)

Fungsi hati

Sebelum intervensi (H0) Sesudah intervensi (H28)

t p

mean SD mean SD

SGOT (mg/dL) 25,88 13,84 26,23 19,12 -0,09 0,925

SGPT (mg/dL) 25,73 12,35 30,80 21,49 -1,73 0,093

Tabel 3. Analisis Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT sebelum perlakuan (H0) dan sesudah perlakuan (H56)

Fungsi hati

Sebelum intervensi (H0) Sesudah intervensi (H56)

t p

mean SD mean SD

SGOT (mg/dL) 25,66 13,88 25,88 19,22 -0,05 0,959

(6)

Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar SGOT (t = 1,58, p = 0,120 (p>0,05)) dan SGPT (t = 0,63, p = 0,533 (p>0,05)) sebelum dan sesudah pemberian formula jamu hiperkolesterolemia hari ke-28.

Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar SGOT (t = 0,78, p = 0,439 (p>0,05)) dan SGPT ( t = 0,37, p = 0,717 (>0,05)) sebelum dan sesudah pemberian formula jamu hiperkolesterolemia hari ke-56.

Enzim SGOT (serum glutamic oxaloacetic transminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) merupakan transaminase serum yang peka pada kerusakan sel-sel hati. Peningkatan 2x atau lebih dari harga normal enzim SGOT dan SGPT merupakan tanda pasti adanya gangguan sel hati. Kenaikan enzim-enzim tersebut bisa disebabkan kerusakan sel-sel hati oleh ramuan jamu atau obat-obatan yang toksik terhadap sel sel hati (hepatotoksik). Hasil analisis diatas didapatkan nilai SGOT dan SGPT sebelum dan sesudah minum ramuan jamu tidak berbeda bermakna, berarti penggunaan ramuan jamu penurun kadar kolesterol darah selama 56 hari tidak mengganggu fungsi hati (Mc. Gilvery and Golstein, 1966).

KESIMPULAN

Penggunaan ramuan jamu penurun kadar kolesterol darah selama 56 hari tidak mengganggu fungsi hati.

DAFTAR PUSTAKA

Braunwald E., Fauci AS., Kasper DL., Hauser SL., Longo DL., Jameson JL. 2001. Horrison’s Principles of Internal Medicine. 15th edition.

Mc Grow Hill, New York

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor: 003/MENKES/PER /I/ 2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Jakarta. 2010.

I.S.F.I. dan GP. JAMU dan Obat Tradisional. 2008. Daftar Obat Alam (DOA). Edisi III. Himpunan Seminar Apoteker Industri Obat Tradisional PD. ISFI. Jawa Tengah.

Gambar

Tabel 3. Analisis Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT sebelum perlakuan (H0) dan sesudah perlakuan (H56)

Referensi

Dokumen terkait