• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEAMANAN JAMU UNTUK NYERI KEPALA TIPE TEGANG TERHADAP FUNGSI HATI (Study of safety of tension-type headache jamu on liver function)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KEAMANAN JAMU UNTUK NYERI KEPALA TIPE TEGANG TERHADAP FUNGSI HATI (Study of safety of tension-type headache jamu on liver function)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(Study of safety of tension-type headache jamu on liver function)

Sunu Pamadyo T I, Agus Triyono

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan

Jl. Raya Lawu 11, Tawangmangu, Karanganyar 57792 e-mail: suneo.pamadeo@gmail.com

ABSTRAK

Nyeri kepala tipe tegang adalah nyeri kepala yang paling sering dialami oleh masyarakat di seluruh dunia. Nyeri kepala ini sering menyerang pada usia pelajar dan produktif sehingga harus ditekan prevalensinya. Pegagan, sembung dan pulosari adalah tanaman obat penyusun ramuan jamu yang secara terpisah atau digabung biasa

digunakan masyarakat untuk mengurangi nyeri kepala. Ramuan jamu ini juga digunakan di Klinik Saintifikasi

Jamu sebagai jamu untuk nyeri kepala tegang otot. Hasil observasi pada pasien selama 5 tahun, ramuan tersebut memberikan respon yang lebih baik dibandingkan jika digunakan secara tunggal. Selama ini tidak ditemukan gejala dan tanda-tanda toksisitas akut dan sub kronis dari pasien yang diberi ramuan tersebut. Meskipun demikian, belum ada data penelitian tentang keamanan formula jamu tersebut secara pra-klinik. Untuk itu perlu dilakukan uji klinik fase I pada manusia untuk mendapatkan bukti keamanan ramuan jamu ini. Penelitian diikuti oleh 55 orang sehat sebagai subyek, yang dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing diberi sediaan ramuan jamu untuk direbus di rumah setiap hari selama 30 hari yang diberikan sebanyak 4 kali (setiap minggu) bersamaan dengan waktu kontrol. Saat kontrol dilakukan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan laboratorium darah pada awal dan akhir perlakuan 1 (satu) bulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa seluruh subyek yang diberi ramuan jamu tidak ditemukan tanda-tanda toksisitas akut berupa mual, muntah, diare atau rasa tidak nyaman pada tubuh. Pada pemeriksaan fungsihati dan fungsi ginjal tidak ditemukan perubahan antara keadaan awal (sebelum minum jamu) dan keadaan akhir (setelah minum jamu). Hasil penelitian ini ramuan jamu untuk nyeri kepala tipe tegang aman digunakan secara terus menerus hingga 30 hari.

(2)

ABSTRACT

Tension headache is a headache which most experienced by people around the world. This headache often attack student and productive are which it is prevalence. Centella asiatica, sembung and pulosari are medicinal plantscommonly used separately or combined to reduce headache. These herb are also used as a herbal medicine in

Hortus Medicus Scientification Jamu Clinic for muscle tension. Observations on patients during 5 years concoction of the formula provide better response when used in combination rather than use in single preparation. For the time being there was not found the symptoms and signs of acute and sub-chronic toxicity. But there is no research data on the safety of the jamu consisting of Centella asiatica, sembung and pulosari. It is necessary to conduct phase I clinical trials in healthy humans to obtain safety evidence of the jamu. This study was followed by 55 healthy people as research subjects, who were divided into 3 groups for safety monitoring of jamu. Subjects were given a dosage of jamu every day for 30 days (1 month) that give 4 times (weekly). While the administrations of jamu each week, the subject were anamnesized, physical examination and laboratory tests ofblood at the beginning and end of treatment. The whole subjectswho are given jamuhave no signs of acute toxicity include nausea, vomiting, diarrhea or discomfort in the body. The examination of liver function and kidney function there were not found any change between the initial state (before taking herbal medicine) and final state (after taking herbal medicine). The results of the study of jamu for tension-type headache safe continuous use up to 30 days whilethis herb does not increase the fitness index in healthy people.

Key words: tenssion-type headache, toxicity test.

PENDAHULUAN

Nyeri kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dan keluhan yang paling sering dialami manusia. Hampir setiap orang pernah merasakan nyerinya sakit kepala. Data menunjukkan, 92% populasi manusia mengalami penyakit ini sekali atau dua kali dalam setahun. Menurut WHO dalam WHO’s Global Campaign to Reduce the Burden of Headache Worldwide nyeri kepala adalah suatu masalah kesehatan global. Sebagian besar penderita nyeri kepala khususnya nyeri kepala tipe tegang banyak menyerang usia muda atau usia produktif yang merupakan sumber daya manusia untuk pembangunan, sehingga merupakan suatu masalah karena dapat menimbulkan kerugian akibat hilangnya jam kerja dan produktifitas kerja. Menurut survei di Amerika dari prevalensi

nyeri kepala tipe tegang yang berdampak pada menurunnya konsentrasibelajar dan bekerja sebanyak 62,7% sehingga nyeri kepala tipe tegang harus ditekan prevalensinya (Budiarto, 1995; Evans and Mathew, 2000; Janie dkk., 1997; Ramusen dan Olesen, 1994).

(3)

Steiner, 2005; Stewart and Lipton, 1994).

Nyeri kepala memang bukanlah suatu penyakit yang mengancam jiwa, namun nyeri kepala yang dapat datang tiba-tiba setiap waktu terasa sangat mengganggu penderitanya. Bahkan pada nyeri kepala sedang hingga berat penderita dapat mengalami mual, muntah berkeringat dingin hingga tidak dapat melakukan aktifitas apapun. Penyakit ini juga bukan merupakan suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga upaya pengobatan, mengurangi frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala sangat diperlukan. Pengobatan farmakologis untuk pasien nyeri kepala tipe tegang menggunakan Non Steroid Anti Inflamasi for Drugs yang biasanya dalam jangka panjang dapat menyebabkan peradangan pada lambung, gangguan ginjal dan hati, menyebabkan masyarakat berpikir beberapa kali untuk menggunakan obat-obatan ini meskipun sebenarnya mudah didapatkan karena dijual bebas (Rapoport, 1996; Widjaya, 1996; Soedibjo, 1998).

Pegagan adalah salah satu tanaman yang biasa digunakan masyarakat untuk mengobati sakit kepala, pusing dan memperkuat ingatan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa asiaticoside yang terkandung dalam pegagan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga tanaman ini dapat digunakan sebagai brain tonik dan mengurangi sakit kepala (Chainani, 2003; Pudjiastuti, 2006).

Sembung secara empiris digunakan untuk asma, maag dan relaksasi otot. Beberapa penelitian membuktikan sembung dapat merelaksasi otot-otot bronkus tikus, sehingga banyak digunakan masyarakat untuk mengobati

sakit asma, tegang otot dan maag. Diduga sembung dapat bermanfaat sebagai asma, maag dan nyeri kepala berkaitan dengan efek dari relaksasi otot-otot (Pudjiastuti dkk., 2006).

Secara turun menurun masyarakat Indonesia telah menggunakan pulosari sebagai obat tradisional untuk pusing, masuk angin dan mata berkunang-kunang. Pulosari mempunyai efek meningkatkan aliran darah ke kepala sehingga dapat digunakan untuk mengobati pusing (Badan Litbangkes, 2011; Depkes RI, 1989).

Ramuan jamu yang terdiri dari pegagan, sembung dan pulosari adalah ramuan yang digunakan di Klinik Saintifikasi Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sebagai jamu untuk nyeri kepala tegang otot. Dan hasil observasi pada pasien selama 5 tahun ini, ramuan yang terdiri dari ketiga tanaman tersebut memberikan respon yang lebih baik jika digunakan secara kombinasi dari ketiga tanaman tersebut daripada digunakan sendiri-sendiri, serta penggunannya pada klinik tersebut selama ini tidak ditemukan gejala dan tanda-tanda toksisitas akut dan sub kronis.

(4)

keamanan penggunaan ramuan jamu untuk nyeri kepala menggunakan orang sehat. Penilaian efek samping akut dan sub kronis dilakukan selama 1 (satu) bulan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini diikuti oleh 55 orang sebagai subyek yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I meminum jamu selama 10 hari, kelompok II meminum jamu selama 20 hari sedangkan kelompok III dengan perlakuan meminum jamu selama 30 hari (1 bulan). Perbedaan jumlah subyek pada tiap perlakuan karena memperhitungkan kemungkinan subyek drop out semakin lama perlakuan maka semakin besar kemungkinan subyek drop out atau lost of follow. Penilaian subyektif (simtomatis) sebagai parameter keracunan akut terutama dilakukan pada kelompok I dan II yaitu dengan perlakuan pemberian jamu selama 10 dan 20 hari. Hal ini karena jika 20 hari pemberian tidak ada tanda-tanda keracunan akut maka selanjutnya semakin kecil kemungkinan adanya tanda-tanda keracunan akut. Sedangkan penilaian obyektif

(laboratoris) hanya dilakukan pada subyek kelompok III yaitu dengan pemberian jamu selama 30 hari. Hal ini karena perubahan fungsi hati dan fungsi ginjal dapat diketahui minimal 1 bulan setelah pemberian bahan uji secara terus menerus. Pada bahan uji yang bersifat sangat toksik akan tampak 2 minggu namun bahan uji yang bersifat sangat toksik maka akan muncul tanda-tanda keracunan akut terlebih dahulu (Arief, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

(5)

Seluruh subyek diberikan ramuan jamu dan tidak ditemukan tanda-tanda toksisitas akut berupa mual, muntah, diare atau rasa tidak nyaman pada tubuh. Pada pemeriksaan laboratotium fungsi hati dan fungsi ginjal tidak ditemukan perubahan antara keadaan awal (sebelum minum jamu) dan keadaan akhir (setelah minum jamu).

KESIMPULAN

Ramuan Jamu nyeri kepala tipe tegang selama 1 bulan terus menerus aman untuk digunakan dan tidak meningkatkan indeks kebugaran pada orang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Arief MTQ. 2004. Teknik Analisis dan Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. CSGF. Surakarta

Badan Litbang Kesehatan. 2011. Vademekum Tanaman Obat. Jakarta: Badan Litbangkes Budiarto G. 1995. Nyeri Kepala Tipe Tegang

dalam Praktek Umum. Dalam Nyeri Kepala, Kumpulan Naskah Simposium Nyeri Kepala. Surabaya. hal 108-135.

Chainani, N. 2003. Safety and Anti-inflammatory Activity of Curcumin: A Component of Turmeric (Curcuma longa). J. Compl. Med., 9(1):161-168.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V, Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Evans RW. and Mathew NT. 2000. Textbook of Headache. Lippincott Williams and Wilkins Press, Philadelphia. p 1-65.

Hariyomo T. 1996. Profil penderita migren dan nyeri kepala ripe tegang di poliklinik saraf RSUP Dr. Karyadi. Hal 27-9.

Jenie MN., Widyastuti, Noerjanto. 1997. Gambaran Klinis Nyeri Kepala Tipe Tegang dan Migren. Dalam Hadinoto dkk., Simposium Nyeri Kepala dan sindroma lain yang berhubungan. hal 156-172

Olesen, J. 2004. Classification International Classification of Headache Disorders. 2nd Edition. International Headache Society. Denmark. p 141 – 5.

Pudjiastuti dkk. 2006. Hasil Penelitian Tanaman Obat Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi 1997-2002. Balitbangkes, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Rapoport MA. 1996. Pathophysiology of Headache. Headache Disorder Management Guide for Practitioners. WB. Saunders Co. Ltd, London. p 37-54.

Rasmussen BK. and Olesen J. 1994. Epidemiologi of Migraine and Tension Type Headache. In Current Opinion in Neurology. p 264-271. Soedibjo, M. 1998. Alam Sumber Kesehatan:

Manfaat dan Kegunaan. Jakarta. Balai Pustaka.

Steiner TJ. 2005. Lifting the Burden: The Global campaign to Reduce the Burden of Headache Worlwide. J Headache Pain, 6(5): 373-377

Stewart WF. and Lipton RB. 1994. The Epidemiology of Tension Headache. Eur Neurology. WB. Saunders Co. Ltd. London. p 11-16

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pertemuan pertama sampai ketiga, silakan dikembangkan oleh guru masing-masing sekolah sesuai indikator yang telah ada, disesuaikan dengan model pembelajaran

Satu dusun boleh memiliki satu atau lebih bidang tanah dan satu atau lebih bidang tanah hanya berada pada satu dusun, sehingga direpresentasikan dengan derajat hubungan 1 :

[r]

Pada kegiatan ini, tindakan dilakukan peneliti bersama guru kelas dengan menerapkan metode penguatan positif berupa hadiah yang bertujuan untuk meningkatkan

Pada hasil penelitian dari 92 siswi bahwa tipe pola asuh orang tua yang paling banyak dipersepsikan oleh responden adalah demokratis 64,1% yang sebagian besar 71,2% memiliki

Adapun rancangan dalam program ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) melakukan assessment komunitas, tujuan dari dilakukannya assessment ini adalah untuk menentukan

Hal ini sangat mempengaruhi anak dalam pemanfaatan teknologi internet yang kurang sehat seperti mendapatkan data dan informasi melalui penjelajahan ( browsing )

Namun demikian sebagian besar (93,3 %) responden mengatakan bahwa Sapta Pesona berpengaruh sekali terhadap industri pariwisata clan 100,0 % mengatakan sangat berperan