PENGARUH PEMB TERHADAP KA
D
M
BERIAN JAMU PENURUN LEMAK DAR ADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PU
HIPERLIPIDEMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Bravo Fransiskus Manik
NIM: 088114008
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
ARAH MEREK “X” PUTIH JANTAN
at
PENGARUH PEMB TERHADAP KA
D
M
ii
BERIAN JAMU PENURUN LEMAK DAR ADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PU
HIPERLIPIDEMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Bravo Fransiskus Manik
NIM: 088114008
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
ARAH MEREK “X” PUTIH JANTAN
at
iv
v
K ar ya t ulis ini kuper sembahkan unt uk
T uhan Yesus K r ist us at as jawaban d alam set iap langkahku
Bapak d an I bu at as keper c ayaan, c int a, dan per hat iannya
K akak dan A dikku at as semangat dan doanya
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Bravo Fransiskus Manik
Nomor Mahasiswa : 088114008
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PEMBERIAN JAMU PENURUN LEMAK DARAH MEREK “X” TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL
TIKUS PUTIH JANTAN HIPERLIPIDEMIA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Mei 2012
Yang menyatakan
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Yogyakarta, 25 April 2012
Penulis
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya
dengan tangan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X” Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih Jantan Hiperlipidemia”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi berkat, rahmat, dan anugerah, serta
kekuatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini hingga selesai.
2. Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Yosef Wijoyo M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Phebe Hendra M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
ix
5. Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
6. dr. Fenty M.Kes., Sp.PK., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
mendukung dan membimbing penulis dalam menyelesaikan seluruh
pendidikan akademik selama perkuliahan.
7. Teman-teman seperjuangan: Peffley, Denny, Benny, Hendry, dan Aspi yang
telah bersama-sama melalui proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya kita bisa menyelesaikannya.
8. Mas Heru, Mas Kayat, Mas Parjiman, Mas Ratijo, selaku laboran dan
karyawan Fakultas Farmasi yang telah membantu penulis selama pelaksanaan
penelitian di laboratorium.
9. Seluruh teman-teman farmasi, khususnya kelas A angkatan 2008 yang telah
banyak berbagi keceriaan dan tumbuh bersama dalam satu farmasi.
10. Teman-teman FST angkatan 2008, atas kebersamaanya dalam proses belajar
dan saling membangun dalam perkuliahan, khususnya FST kelas A 2008.
11. Teman- teman seperjuangan di laboratorium yang pernah menjadi bagian
dalam kegiatan praktikum penulis selama perkuliahan ( Susi, Novi, Felicia,
Susan, Helen, Nona, Dina, Wiwi, Rika, Natalia, Prasilya). Terima kasih atas
kerjasamanya, keceriaannya, dan kebersamaannya selama praktikum. Sukses
untuk kita semua.
12. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang
x
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga dan waktu penulis. Untuk itu
penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Yogakarta, Mei 2012
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii
HALAMAN PENGESAHAN………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……… v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vii
PRAKATA……… viii
DAFTAR ISI………. xi
DAFTAR TABEL………. xv
DAFTAR GAMBAR……….... xvi
DAFTAR LAMPIRAN………. xviii
INTISARI……….. xxi
ABSTRACT……….... xxii
BAB I PENGANTAR……….. 1
A. Latar Belakang………... 1
1. Permasalahan………... 2
2. Keaslian Penelitian………... 3
3. Manfaat Penelitian………... 4
xii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……… 5
A. Kolesterol………... 5
1. Definisi………... 5
2. Biosintesis Kolesterol ………... 6
3. Absorpsi dan Pengangkutan Kolesterol ………... 11
4. Metabolisme Kolesterol………... 15
5. Kadar Kolesterol Manusia………... 17
6. Klasifikasi Kadar Kolesterol Total, HDL, LDL……... 18
B. Dislipidemia………... 18
C. Obat Tradisional………... 19
D.Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X” ………... 20
1. Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)……... 21
2. Daun Salam (Syzgium polyanthum)………... 21
3. Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) ... 21
4. Daun Alpukat (Persea americana)…………... 22
5. Daun Teh (Camellia sinensis)………... 22
E. Statin………... 22
1. Golongan Statin………... 22
2. Simvastatin………... 24
F. Landasan Teori………... 25
xiii
BAB III METODE PENELITIAN………... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………... 28
B. Variabel Penelitian………... 28
1. Variabel Utama………... 28
2. Variabel Pengacau Terkendali………... 28
3. Variabel Pengacau Tak Terkendali………... 29
C. Definisi Operasional ………... 29
D. Bahan dan Alat Penelitian………... 29
1. Bahan Penelitian………... 29
2. Alat Penelitian………... 31
E. Tatacara Penelitian………... 31
1. Pembuatan Dosis Jamu………... 31
2. Preparasi Bahan………... 32
3. Penetapan Lama Waktu Pemberian Pakan Hiperlipidemik………. 33
4. Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji ……… 34
5. Penetapan Kadar Kolesterol Total………... 36
F. Analisis Hasil………... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 38
A. Percobaan Pendahuluan………... 38
xiv
2. Pembuatan dan Penetapan Dosis Jamu………... 39
B. Uji Produk Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X”... 40
1. Pertambahan Berat Badan Tikus………... 41
2. Jumlah Konsumsi Kumulatif Pakan Tikus…………... 46
3. Penetapan Kadar Kolesterol Total dalam Serum ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 53
A. Kesimpulan………... 53
B. Saran………... 53
DAFTAR PUSTAKA………... 54
LAMPIRAN……….. 56
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Berbagai Penelitian Terkait Efek Kandungan dalam Jamu
Penurun Lemak Darah Merek “X” ………... 3
Tabel II Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein………... 12
Tabel III Klasifikasi Kadar Kolesterol Total dan HDL……….. 18
Tabel IV Klasifikasi Kadar Kolesterol LDL ……….. 18
Tabel V Perubahan Berat Badan Tikus Selama Perlakuan………….... 41
Tabel VI Kenaikan Berat Badan Tikus Minggu I (Pakan Hiperli-pidemik)………... 43
Tabel VII Kenaikan Berat Badan Tikus Minggu II (Diet Rendah Lemak + Perlakuan) ... 43
Tabel VIII Selisih Pertambahan Berat Badan Tikus Selama Perlakuan…. 45 Tabel IX Kadar kolesterol Total Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X”………... 48
Tabel X Hasil Analisis ANOVA Satu Arah Kadar kolesterol Total Serum Darah Tikus Setelah Perlakuan Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X” ………. 49
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Reaksi Pembentukkan Asam Mevalonat yang Dikatalisis
oleh Enzim HMG-KoA Reduktase……….. 7 Gambar 2 Reaksi Pembentukan Senyawa 5-Isopentenil Pirofosfat
dan Bentuk Isomernya dari Asam Mevalonat………….. 8 Gambar 3 Reaksi Pembentukan Senyawa Skualen dari 2 Molekul
Farnesilpirofosfat yang Dikatalisis oleh Enzim Skualen
Sintase……….. 9
Gambar 4 Reaksi Pembentukan Lanosterol dan Kolesterol yang
Berlangsung di Retikulum Endoplasma……….. 10
Gambar 5 Struktur Simvastatin……… 24
Gambar 6 Bagan Alur Penelitian Efek Penurunan Kadar Kolesterol
Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X” pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar……… 36 Gambar 7 Grafik Hubungan Berat Badan Tikus (gram) dan Waktu
(hari) Tiap Kelompok Selama Diberi Perlakuan………. 42 Gambar 8 Grafik Hubungan Berat Badan Tikus (gram) dan Waktu
(hari) Tiap Kelompok Selama Minggu I (Pakan
xvii
Gambar 9 Grafik Hubungan Berat Badan Tikus (gram) dan Waktu
(hari) Tiap Kelompok Selama Minggu II (Diet Rendah
Lemak+Perlakuan)………... 44
Gambar 10 Grafik Kumulatif Konsumsi Pakan Tikus (gram) Selama
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Komposisi Pakan AD2 ………. 54 Lampiran 2 Penentuan Konsentrasi Jamu Penurun Lemak Darah
Merek “X” ………. 54
Lampiran 3 Contoh perhitungan volum penyuntikan……… 54 Lampiran 4 Pertambahan Berat Badan Tikus Selama Perlakuan
Pakan Hiperlipidemik Setelah Dikurangi Berat Badan
Awal (Hari ke-0) ……… 55
Lampiran 5 Pertambahan Berat Badan Tikus Selama Perlakuan
Pakan Diet Rendah Lemak dan Perlakuan Setelah
Dikurangi Berat Badan Awal (Hari ke-7)……….. 56 Lampiran 6 Uji Normalitas Data Pertambahan Berat Badan Tikus
Selama Perlakuan……… 57
Lampiran 7 Hasil Analisis Data Pertambahan Berat Badan Tikus
Selama Perlakuan dengan ANOVA Satu Arah……….. 57 Lampiran 8 Konsumsi Pakan Kumulatif Selama Perlakuan Pakan
Hiperlipidemik ………... 58
Lampiran 9 Konsumsi Pakan Kumulatif Selama Perlakuan Pakan
xix
Lampiran 10 Uji Normalitas Data Konsumsi Pakan Kumulatif Tikus
Selama Perlakuan ……….. 60
Lampiran 11 Hasil Analisis Data Konsumsi Pakan Kumulatif Tikus
Selama Perlakuan dengan ANOVA Satu Arah ………. 60 Lampiran 12 Data Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total Awal
(Hari ke-0) ………. 61
Lampiran 13 Uji Normalitas dan Homogenitas Variasi Data Kadar
Kolesterol Total Awal (Hari ke-0) ……… 61 Lampiran 14 Hasil Analisis Data Kadar Kolesterol Total Awal (Hari
ke-0) denganKruskall Wallis Test……… 62 Lampiran 15 Data Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total Setelah
Induksi Pakan Hiperlipidemik (Minggu I) dan Setelah
Perlakuan (Minggu II) ………... 63 Lampiran 16 Uji Normalitas Data Kadar Kolesterol Total Setelah
Induksi Pakan Hiperlipidemik (Minggu I) dan Setelah
Perlakuan (Minggu II) ………... 64 Lampiran 17 Hasil Analisis Data Kadar Kolesterol Total Setelah
Induksi Pakan Hiperlipidemik (Minggu I) dan Setelah
Perlakuan (Minggu II) dengan ANOVA Satu
Arah……… 64
xx
Induksi Pakan Hiperlipidemik (Minggu I) dan Setelah
Perlakuan (Minggu II) denganPost hoc tests………... 65 Lampiran 19 Perhitungan Persen Penurunan Kadar Kolesterol Total
xxi
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jamu penurun lemak darah merek “X” terhadap berat badan dan kadar kolesterol total dalam darah tikus putih jantan galur Wistar hiperlipidemia.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola searah. Pada penelitian ini digunakan 25 ekor tikus yang dibagi menjadi lima kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Kelompok I adalah kontrol negatif yang diberi CMC 1%, kelompok II, III, IV adalah perlakuan produk jamu penurun lemak darah dengan 3 peringkat dosis yaitu 126, 252, dan 504 mg/kgBB, dan kelompok V adalah simvastatin sebagai kontrol positif. Semua kelompok tikus diberi diet tinggi lemak dan kolesterol selama minggu pertama. Setelah itu, seluruh kelompok perlakuan diberi diet standar disertai dengan pemberian perlakuan sesuai kelompok masing-masing. Berat badan tikus dan jumlah konsumsi pakan ditimbang setiap hari. Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan pada hari ke-0, setelah pemberian diet tinggi lemak dan kolesterol (hari ke-7), dan setelah terapi (hari ke-14).
Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan bahwa jamu penurun lemak darah merek “X” dapat memberikan penurunan kadar kolesterol total dalam darah secara bermakna dosis 252 dan 504 mg/kgBB (p<0,05) terhadap kontrol negatif CMC 1%. Persentase penurunan dosis 252 mg/kgBB terhadap kontrol positif simvastatin adalah sebesar 65,81 %. Namun, pemberian jamu ini tidak dapat menghambat pertambahan berat badan dan menekan jumlah konsumsi pakan dibandingkan kontrol negatif secara bermakna (p>0,05).
xxii
ABSTRACT
The purpose of this research was to found the influence of merk “X” blood lipid lowering jamu on hyperlipidemic white male wistar rat. This research was experimental with complete random pattern design.
In this research, 25 rat divided into five groups with different kinds of treatment. Group I are negative control which traeated by CMC 1%, Group II, III, IV which treated by “X” blood lipid lowering jamu in 3 dosage level, 126 mg/kgBB, 252 mg/kgBB, and 504 mg/kgBB, and group V treated by simvastatin as positive control. All of group was given with high fat and cholesterol diet on first week. After that, all group was given with standard diet and different kinds treatment for each group. The rat body weight and the amount of daily intake was measured daily. Total cholesterol level were measured at first day, after treatment with high fat and cholesterol diet (first week) and after therapy (second week)
The result of one way Anova showed that merk “X” blood lipid lowering jamu can decreased total cholesterol level significantly (p<0,05) to CMC 1% as negative control at 252 mg/kg BW dosage. The percentage of 252 mg/kg BW to positive control group is 65,81 %. However, treatment with this jamu can not inhibit body weight and controlling daily intake not significantly (p>0,05) to negative control
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hiperlipidemia merupakan penyebab utama aterosklerosis dan penyakit yang
berkaitan dengan aterosklerosis seperti penyakit jantung koroner. Hubungan ini
menyatakan bahwa semakin tingginya kadar kolesterol dalam darah akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Makan makanan tinggi lemak jenuh (lemak
hewani) dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu,
peningkatan kadar kolesterol dapat disebabkan beberapa faktor seperti gaya hidup
dan perilaku, faktor genetik, maupun kondisi metabolik yang dapat mempengaruhi
metabolisme lipoprotein. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa mortalitas
penyakit jantung koroner berkurang sebesar 30%-40% jika pasien dengan kolesterol
tinggi diobati dengan obat hipolipidemia (Goodman dan Gilman, 2001).
Salah satu pilihan terapi untuk menurunkan kadar kolesterol adalah dengan
menggunakan obat-obat kimia, seperti terapi dengan menggunakan obat-obatan yang
termasuk dalam golongan statin. Salah satunya yang umum digunakan adalah
simvastatin. Namun, dengan berkembangnya pemahaman yang berkembang di
masyarakat untuk lebih memanfaatkan obat dari bahan alam, telah mendorong
berbagai usaha mencari alternatif baru yaitu penggunaan obat tradisional yang berasal
Jamu adalah alternatif sebagai obat bagi penderita kolesterol tinggi yang
berasal dari dari bahan alam yang sudah berkembang di masyarakat Indonesia.
Namun, penggunaan jamu yang pada dasarnya hanya berdasar pengalaman empiris
saja tentunya belum dapat dipastikan kemanfaatannya. Oleh karena itu, jamu tersebut
perlu dilakukan uji praklinik untuk lebih memastikan secara ilmiah efektivitas terapi
dari jamu tersebut sehingga dapat dikembangkan menjadi obat herbal terstandar.
Berbagai penelitian ilmiah terkait kemampuan dari masing-masing simplisia
dalam jamu penurun lemak darah merek “X” yang memiliki komposisi daun jati
belanda, daun salam, daun sambiloto, daun alpukat, dan daun teh telah dibuktikan
dapat menurunkan kadar LDL kolesterol, trigliserida, kolesterol total, pada hewan uji
dengan desain penelitian yang berbeda-beda (Wijayanti, 2007);(Pidrayanti,
2008);(Fatmawati, 2008);(Anggraheny, 2007);(Tuminah, 2004).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan penelitian ilmiah untuk
mengetahui efek penurunan kadar kolesterol total yang dapat dihasilkan dari
penggunaan jamu penurun lemak darah merek “X” terhadap obat simvastatin yang sudah umum digunakan di masyarakat pada tikus jantan hiperlipidemia.
1. Permasalahan
Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
b. Seberapa besar persen penurunan kadar kolesterol total jamu penurun lemak
darah merek “X” terhadap simvastatin pada tikus jantan hiperlipidemia ? 2. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan penulis berbagai penelitian yang telah dilakukan terkait
penelitian ini adalah:
Tabel I. Berbagai Penelitian Terkait Efek Kandungan dalam Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X”
No. Peneliti, daun jati belanda (Guazuma ulimfolia Lamk.) terhadap kadar trigliserida dalam plasma tikus putih jantan galur Wistar.
Pemberian infusa 1250 mg/kg BB dapat menurunkan kadar trigliserida sebesar 41,30% dari daun salam (Eugenia polyantha) terhadap kadar LDL kolesterol serum tikus jantan galur Wistar hiperli-pidemia.
Pemberian ekstrak Eugenia polyantha0,72 g/hari selama 15 hari dapat menurunkan kadar LDL kolesterol tikus hiperli-pidemia secara bermakna. kolesterol, LDL (Low Den-sity Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan trigliserida darah tikus (Rattus norvegicus) diabetes.
Pemberian ekstrak daun sambi-loto dosis 2,1 g/Kg selama 21 hari merupakan lama pembe-rian paling berpengaruh terha-dap kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida hingga mendekati kadar pada tikus kontrol.
4. Anggraheny, 2007
Pengaruh pemberian jus Persea americana mill. terhadap kadar kolesterol total serum tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia.
Penelitian mengenai pembuktian efek penurunan kolesterol total sediaan
jamu penurun lemak darah merek “X” yang mengandung komposisi daun jati belanda, daun salam, daun sambiloto, daun alpukat, dan daun teh belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang
penggunaan obat dari bahan alam dalam bidang kesehatan.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kemampuan produk jamu penurun lemak darah merek“X” dalam menurunkan kadar kolesterol total.
B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apakah jamu penurun lemak darah merek “X” memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol total pada tikus jantan
hiperlipidemia.
2. Mengetahui seberapa besar persen penurunan kadar kolesterol total jamu
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kolesterol 1. Definisi
Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural
penting pada membran dan lapisan luar lipoprotein. Senyawa ini disintesis di
beberapa jaringan dari asetil-KoA dan merupakan prekursor semua steroid lain di
tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D. Sekitar
separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar 700 mg/hari) dan sisanya
diperoleh dari makanan. Hati dan usus masing-masing menghasilkan sekitar 10% dari
sintesis total pada manusia. Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti
mampu membentuk kolesterol, yang berlangsung di retikulum endoplasma dan sitosol
(Murray, Granner, Mayes dan Rodwell, 2006).
Aliran kolesterol di dalam darah mengandung komponen lemak dan protein
(lipoprotein). Kelas utama lipoprotein yang terdapat dalam serum darah orang
berpuasa adalah Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL), dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL), dan Intermediate Density Lipoprotein (IDL) (NCEP ATP III, 2004). Fungsi kolesterol dalam tubuh adalah sebagai berikut:
a) Sebagai komponen pembentuk membran sel
Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk
b) Sebagai prekursor sintesis asam empedu dalam hati
Dalam proses pengangkutan balik kolesterol (reverse cholesterol transport),
kolesterol bebas yang sudah dikeluarkan dari jaringan oleh HDL akan
diangkut menuju hati untuk dikonversi menjadi asam empedu.
c) Sebagai prekursor berbagai hormon steroid dan vitamin D
Kortikosteroid, hormon seks (estrogen dan testosteron), dan vitamin D
membutuhkan kolesterol sebagai prekursornya (Murray dkk., 2006).
2. Biosintesis kolesterol
Biosintesis kolesterol terjadi terutama di hati, meskipun di otak, sistem saraf
perifer dan kulit juga terjadi sintesis kolesterol. Kolesterol diekspor dari hati dan
diangkut ke jaringan lain dalam bentuk Low Density Lipoprotein (LDL) untuk penyerapan melalui reseptor tertentu. Di hewan, sel dapat memperoleh kolesterol
yang dibutuhkan dari makanan melalui sirkulasi LDL atau mereka dapat mensintesis
sendiri seperti diuraikan di atas. Biosintesis kolesterol sangat diatur yang bervariasi
tergantung pada ketersediaan eksternal sumber kolesterol. Setiap kolesterol berlebih
dalam membran akan kembali ke dalam sel. Hal ini dapat berfungsi sebagai sinyal
umpan balik untuk mengatur kadar kolesterol (Christie, 2011).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu:
a) Sintesis mevalonat dari asetil Ko-A,
b) Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat melalui pengeluaran CO2,
d) Siklisasi skualen menghasilkan steroid induk yaitu lanosterol dan
pembentukkan kolesterol (Nelson dan Cox, 2001).
Pada tahap pertama, dua molekul asetil-KoA membentuk asetoasetil-KoA
yang dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetoasetil KoA lain yang dikatalisis oleh hidroksimetil-glutaril koenzim A
(HMG-KoA) sintase untuk membentuk enam molekul karbon HMG-KoA yang
direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase
(gambar 1). HMG-KoA reduktase merupakan enzim yang berperan penting dan
secara luas dianggap sebagai tahap penentu laju dalam sintesis keseluruhan sterol.
Enzim ini terikat pada membran dan terletak dalam retikulum endoplasma. Enzim
HMG-KoA reduktase yang merupakan protein integral membran pada retikulum
endoplasma ini adalah salah satu target yang dihambat oleh obat yang dikenal sebagai
golongan statin, untuk menurunkan kadar kolesterol dalam sirkulasi darah.
Gambar 1. Reaksi Pembentukkan Asam Mevalonat yang Dikatalisis oleh Enzim HMG-KoA Reduktase
Tahap berikutnya melibatkan reaksi fosforilasi pertama asam mevalonat oleh
mevalonat kinase untuk membentuk ester 5-monofosfat, diikuti oleh proses fosforilasi
lanjut untuk menghasilkan suatu pirofosfat tidak stabil, yang dengan cepat mengalami
dekarboksilasi untuk menghasilkan asam 5-isopentenil pirofosfat. 5-isopentenil
pirofosfat mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk
isopren aktif yang lain yaitu asam 3,3-dimetilalilpirofosfat (gambar 2). Sintesis
5-isopentenil pirofosfat di sitoplasma pada sel tumbuhan juga melalui jalur ini.
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Senyawa 5-Isopentenil Pirofosfat dan Bentuk Isomernya dari Asam Mevalonat
(Nelson dan Cox, 2001);(Christie, 2011)
Tahap ketiga adalah kondensasi enam isoprenoid untuk membentuk skualen
(gambar 3). Pada tahap ketiga ini 5-isopentenil pirofosfat dan 3,3-dimetilalilpirofosfat
akan mengalami kondensasi bersamaan dengan proses eliminasi asam pirofosfat
untuk membentuk geranilpirofosfat. Hasil reaksi ini akan bereaksi dengan molekul
farnesilpirofosfat yang terkondensasi dengan bantuan katalis enzim skualen sintase
akan menghasilkan preskualen difosfat. Molekul preskulen difosfat yang terbentuk ini
akan tereduksi dengan penghilangan gugus pirofosfat oleh NADPH untuk
menghasilkan skualen.
Gambar 3. Reaksi Pembentukan Senyawa Skualen dari 2 Molekul Farnesilpirofosfat yang Dikatalisis oleh Enzim Skualen Sintase
(Nelson dan Cox, 2001);(Christie, 2011)
Tahap keempat merupakan pembentukkan lanosterol dan pembentukkan
kolesterol (gambar 4). Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat
mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi
skualen 2,3-epoksida oleh monooksigenase skualen di retikulum endoplasma.
Skualen 2,3-epoksida akan mengalami siklisasi yaitu terjadinya perpindahan gugus
skualen epoksida lanosterol siklase untuk membentuk lanosterol. Selanjutnya
lanosterol akan membentuk kolesterol yang berlangsung di membran retikulum
endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti steroid dan rantai samping
yang melibatkan hingga sekitar 20 macam reaksi seperti, pengeluaran gugus metil di
C14dan C4untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol , selain
itu ikatan rangkap di C8-C9kemudian dipindahkan ke C5-C6dalam dua langkah yang
membentuk demosterol. Akhirnya, ikatan rangkap rantai samping direduksi, dan
menghasilkan kolesterol.
Gambar 4. Reaksi Pembentukan Lanosterol dan Kolesterol yang Berlangsung di Retikulum Endoplasma
(Murray dkk., 2006);(Nelson dan Cox, 2001);(Christie, 2011)
Biosintesis kolesterol diatur terutama oleh sterol regulatory element binding protein(SREBP). SREBP merupakan prekursor yang tidak aktif yang akan masuk ke dalam retikulum endoplasma. SREBP ketika di retikulum endoplasma akan
suatu protein yang merupakan sensor kolesterol seluler. Ketika kadar kolesterol
seluler tidak memadai, SCAP akan berikatan dengan SREBP. Kompleks
SCAP-SREBP kemudian bergerak ke badan golgi, di mana dua protease spesifik membelah
SREBP sehingga memungkinkanC-terminal regulatory untuk memasuki inti sel dan mengaktifkan faktor transkripsi. Pengaktifan faktor transkripsi ini akan merangsang
ekspresi gen mengkode reseptor LDL dan enzim HMG-KoA reduktase yang
merupakan kunci dalam biosintesis kolesterol. Hal ini pada akhirnya akan
merangsang penyerapan dan sintesis kolesterol. Sebaliknya, ketika tingkat kolesterol
seluler lebih tinggi, SCAP tidak berikatan dengan SREBP sehingga penyerapan dan
sintesis kolesterol tidak terjadi (Christie, 2011).
3. Absorpsi dan Pengangkutan Kolesterol
Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum. Hasil pencernaan lipid
diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara difusi pasif. Perbedaan
konsentrasi diperoleh dengan cara:
a. Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak
yang memasuki sel,
b. Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida, yaitu produk utama
pencernaan yang melintasi mukosa usus halus.
Sebelum diabsorpsi kolesterol mengalami esterifikasi kembali yang
dikatalisis oleh asetil-Koenzim A dan kolesterol asetil transferase. Pembentukan
terbentuk di dalam usus halus dikemas untuk dibasorpsi secara aktif dan
ditransportasi oleh darah. Bahan-bahan ini bergabung dengan protein-protein khusus
dan membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein (Almatsier, 2009).
Tubuh membentuk empat jenis lipoprotein, yaitu kilomikron, Low Density Lipoprotein (LDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan High Density Lipoprotein (HDL). Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran dan densitas dan mengangkut berbagai jenis lipida dalam jumlah yang berbeda. Berikut adalah tabel
mengenai karakteristik dari masing-masing jenis lipoprotein yang berperan dalam
pengangkutan kolesterol di dalam tubuh.
Tabel II. Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein
Kilomikron VLDL LDL HDL
Kerapatan (g/ml) <0,94 0,94-1,006 1,006-1,063 1,063-1,210 Komposisi (%)
a. Protein 1-2 6-10 18-22 45-55
b. Trigliserida 85-95 50-65 4-8 2-7
c. Kolesterol 3-7 20-30 51-58 18-25
d. Fosfolipid 3-6 15-20 18-24 26-32
Lokasi sintesis Usus Usus dan Hati
Kilomikron adalah lipoprotein yang mengangkut lipid dari saluran cerna ke
seluruh tubuh. Kilomikron diabsorpsi melalui dinding usus halus ke dalam sistem
Kilomikron adalah lipoprotein paling besar dan mempunyai densitas paling rendah.
Lipid yang diangkut oleh kilomikron adalah trigliserida (Almatsier, 2009).
Kilomikron pada dasarnya mengemulsi lemak sebelum masuk ke dalam
aliran darah. Dalam aliran darah trigliserida yang ada pada kilomikron dipecah
menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase yang berada
pada sel-sel endotel kapiler. Kilomikron yang telah dipecah ini disebut kilomikron remnants. Sebagian besar asam lemak yang terbentuk di dalam tubuh diabsorpsi oleh sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain. Asam lemak ini dapat langsung digunakan sebagai
zat energi atau diubah kembali menjadi trigliserida. Sel-sel otot cenderung
menggunakannya sebagai sumber energi, sedangkan sel lemak menyimpannya
sebagai trigliserida. Bila sebagian besar trigliserida telah dipisahkan dari kilomikron,
sisanya yang sebagian besar terdiri atas kolesterol dan protein dibawa ke hati dan
mengalami metabolisme. Sementara itu, hati mensintesis trigliserida dan kolesterol
dari kelebihan protein dan karbohidrat yang ada. Hati merupakan organ yang
memproduksi lipid utama di dalam tubuh. Sel-sel lemak tidak membuat lemak tetapi
hanya menyimpan lemak (Almatsier, 2009);(Toth, 2010).
Very Low Density Lipoprotein(VLDL) adalah lipoprotein yang dibentuk di dalam hati. VLDL merupakan lipoprotein berdensitas sangat rendah yang terutama
terdiri atas trigliserida dalam jumlah yang besar, kolesterol, dan Apoprotein B-100
(ApoB-100). Ketika VLDL meninggalkan hati, lipoprotein lipase akan kembali
bekerja dengan memecah trigliserida yang ada pada VLDL. VLDL kemudian
trigliserida yang berkurang ini mengakibatkan densitas VLDL bertambah berat dan
menjadi IDL dan kemudian LDL, yaitu lipoprotein yang berdensitas rendah
(Almatsier, 2009);(Toth, 2010).
Low Density Lipoprotein (LDL) utamanya terdiri atas kolesterol dan kolesterol ester bersirkulasi dalam tubuh dan sebagian kecil dari trigliserida. LDL
tidak disekresikan langsung dari hepatosit, melainkan adalah produk dari
metabolisme VLDL. Ketika VLDL ini dikonversi menjadi LDL, VLDL akan
melepaskan konstituen dari permukaannya yaitu apoprotein AI, A-II, dan fosfolipid
yang digunakan untuk membentuk HDL dalam serum. Trigliserida akan mengalami
hal yang sama seperti yang terjadi pada kilomikron dan VLDL. Kolesterol dan
fosfolipida akan digunakan untuk membuat membran sel, hormon-hormon atau
disimpan. Reseptor LDL yang ada di dalam hati akan mengeluarkan LDL dari
sirkulasi. Pembentukkan LDL oleh reseptor LDL ini penting dalam pengontrolan
kolesterol darah. Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati, karena sebagian
besar (50%-75%) reseptor LDL terdapat di dalam hati (Almatsier, 2009);(Toth,
2010).
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan bagian dari 20-30% dari kolesterol total serum dan memainkan beberapa peran penting dalam menjaga
stabilitas pembuluh darah. Komponen utama dari apoliprotein HDL adalah apo A-I
dan apo A-II. Jumlah kolesterol HDL yang semakin tinggi dalam darah justru akan
mengurangi resiko penyakit kolesterol tinggi (NCEP ATP III, 2004). HDL akan
termasuk menghambat ekspresi dari molekul adhesi sel endotel dan mengurangi
oksidasi LDL. HDL menstimulasi pengiriman seluler kolesterol atau reverse cholesterol transport(RCT), yaitu serangkaian reaksi enzimatik dimana kolesterol di lingkungan sistemik dikirim kembali ke hati untuk dieliminasi menjadi garam
empedu atau kolesterol empedu. HDL dapat membawa sampai 75 jenis protein
berbeda. Protein ini meliputi apoprotein, lipid-memodifikasi enzim (misalnya, lesitin
kolesterol asilltransferase (LCAT), kolesterol ester transfer protein), dan faktor
imunitas. Berbeda dengan LDL, yang menstimulasi pengiriman kolesterol dan
penyerapan oleh makrofag dinding pembuluh darah, HDL akan mengirim kelebihan
kolesterol seluler kembali ke hati untuk dieliminasi melalui saluran cerna dengan
prosesreverse cholesterol transport(Toth, 2010). 4. Metabolisme Kolesterol
Hati dan usus adalah organ penting dalam pengaturan metabolisme
kolesterol. Kolesterol yang diangkut ke hati melalui lipoprotein menjadi substrat
untuk sintesis asam empedu dan dapat disekresi ke dalam empedu dalam bentuk asam
empedu dan kolesterol. Asam empedu dan kolesterol ini dilepaskan ke usus besar dan
diserap kembali melalui jalur sirkulasi enterohepatik. Namun, sekitar 50 persen dari
kolesterol yang disekresikan ke saluran pencernaan tidak diabsorpsi dan
diekskresikan. Dengan demikian, jalur enterohepatik merupakan rute utama untuk
menghilangkan kolesterol dari tubuh (Burgess, Sinclair, Chretien, Boucher, dan
Asam empedu adalah produk akhir metabolisme kolesterol. HDL merupakan
sumber kolesterol untuk sintesis asam empedu sehingga sebagian besar kolesterol
yang belum teresterifikasi dari HDL diubah menjadi asam empedu. Perubahan
kolesterol menjadi asam empedu dimulai oleh enzim P-450 di hati, kolesterol 7α -hidroksilase. Hal ini diikuti oleh beberapa hidroksilasi dari struktur cincin steroid
kolesterol dan pembelahan rantai samping. Dengan demikian, asam empedu tetap
mempertahankan sifat lipofilik dan hidrofilik. Sifat ampifatik ini memungkinkan
untuk pembentukan misel campuran dengan fosfolipid dan kolesterol dalam empedu
(Burgess dkk., 2006).
Transportasi kolesterol ke dalam empedu melibatkan beberapa faktor, yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi homeostasis kolesterol. Kemampuan untuk
mengangkut asam empedu dan kolesterol melintasi membran plasma hepatosit
merupakan faktor yang mengendalikan sekresi/ekskresi lemak empedu. Sebuah
transporter membran khusus akan dapat memfasilitasi ekskresi kolesterol bebas ke
dalam empedu. Setelah disekresi ke dalam empedu, asam empedu membentuk
interaksi molekul yang sangat kuat untuk fosfolipid sehingga kolesterol bebas dapat
diangkut ke dalam usus. Sebagian besar asam empedu akan diserap di dalam saluran
usus. Dengan demikian, hingga 95% asam empedu diserap kembali oleh usus ke
dalam vena portal dan kembali ke hati, yang berfungsi untuk mengatur sintesis asam
empedu atau diresirkulasi ke dalam empedu (Burgess dkk., 2006).
Sirkulasi enterohepatik ini mendaur ulang sekitar sepuluh kali tiap hari dan
mempengaruhi juga homeostasis kolesterol. Kolesterol empedu juga diatur oleh
sirkulasi enterohepatik. Sekitar 20-80% dari kolesterol empedu akan diserap kembali
oleh tubuh. Persentase penyerapan ini berbeda pada tiap individu (Burgess dkk.,
2006).
5. Kadar kolesterol manusia
Dalam tubuh manusia terdapat dua macam kolesterol yaitu kolesterol
eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen adalah kolesterol yang
diabsorbsi dari saluran pencernaan sedangkan kolesterol endogen adalah adalah
kolesterol yang dibentuk dalam sel tubuh (Guyton dan Hall, 2006). Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol:
1. Diet lemak yang sangat jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol darah 15
sampai 25 persen. Keadaan ini akibat peningkatan penimbunan lemak dalam hati
yang kemudian menyebabkan peningkatan jumlah asetil Ko-A di dalam sel hati
untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk menurunkan kadar
kolesterol dalam darah, mempertahankan diet rendah lemak jenuh biasanya sama
pentingnya dengan mempertahankan diet rendah kolesterol.
2. Faktor genetik, misalnya pada hiperkolesterolemia familial.
3. Hormon tiroid dapat menginduksi peningkatan jumlah reseptor LDL pada sel
hati, yang akan meningkatkan kecepatan sekresi kolesterol, sehingga konsentrasi
4. Hormon insulin akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar
jaringan tubuh, sehingga akan mengurangi pemakaian lemak (Guyton dan Hall,
2006).
6. Klasifikasi Kadar Kolesterol Total, HDL, dan LDL
Kolesterol total serum darah terdiri dari VLDL, LDL, HDL, dan kolesterol
bebas. Klasifikasi kadar kolesterol total, HDL dan LDL didasarkan pada National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) tahun 2004 (tabel III dan tabel IV) adalah sebagai berikut:
Tabel III. Klasifikasi Kadar Kolesterol Total dan HDL (NCEP ATP III, 2004)
200-239 Batas tinggi ≥60 Tinggi
≥240 Tinggi
Tabel IV. Klasifikasi Kadar Kolesterol LDL (NCEP ATP III, 2004)
Dislipidemia adalah keadaan yang dikaitkan dengan LDL kolesterol dalam
adalah suatu tolak ukur dari beban lipoprotein aterogenik dalam serum; termasuk
VLDL, IDL, LDL, dan lipoprotein (Toth, 2010).
Dislipidemia adalah kelas yang sangat heterogen dalam gangguan
metabolisme yang dapat bergantung pada pola makan yang buruk, penyerapan
kolesterol dan lipid yang berlebihan pada saluran cerna, mutasi pada reseptor
permukaan sel, kelainan dalam produksi atau aktivitas enzim lipolitik dalam serum
dan di dalam sel, serta perubahan dalam metabolisme apoprotein (Toth, 2010).
Pada kenyataannya dislipidemia merupakan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi. Penanganan dislipidemia dalam konteks pencegahan primer dan
sekunder harus disertai dengan identifikasi menyeluruh dan pengelolaan semua faktor
risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas, merokok, penyakit aterosklerosis,
nefropati dan penyakit ginjal kronis (Toth, 2010).
C. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Dirjen POM, 2004).
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor : HK.00.05.4.2411, Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat bahan
penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia
dikelompokkan menjadi:
1. Jamu, yang harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris,
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Obat Herbal Terstandar, yang harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
b. Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik,
c. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi,
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
3. Fitofarmaka, yang harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik,
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi,
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (Dirjen POM, 2004).
D. Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X”
lemak darah utama dan membantu mencegah komplikasi akibat kolesterol dan
trigliserida tinggi seperti: penyakit jantung koroner, stroke dan hipertensi.
Jamu penurun lemak darah ini memiliki komposisi sebagai berikut:
1. Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)
Tanaman jati belanda adalah tanaman yang berasal dari Amerika dan telah
ditanam di Indonesia. Jati belanda yang merupakan anggota famili sterculiaceae ini memiliki khasiat yang telah dimanfaatkan sebagai obat karena daunnya memiliki
aktivitas anti hiperlipidemia. Kandungan dalam daun jati belanda antara lain
flavonoid, triterpen, tanin, saponin, polifenol, kardenolin, dan bufadienol. Sediaan
daun jati belanda 8 gram/kg BB tikus selama 90 hari tidak bersifat toksik dan aman
terhadap fungsi ginjal (Widiyaningrum, 2004).
2. Daun salam (Syzgium polyanthum)
Salam yang termasuk dalam anggota famili Myrtaceae ini memiliki kandungan minyak atsiri, tanin, flavonoid, dan eugenol (Depkes RI., 1980). Secara
tradisional daun salam antara lain digunakan untuk pengobatan diabetes, hipertensi,
analgesik, dan antiinflamasi (Ojewole dan Amabeoku, 2006).
3. Daun sambiloto (Andrographis paniculata)
Senyawa yang terdapat dalam daun sambiloto antara lain diterpen lakton,
andrographolide, flavones, serta flavonoid. Kandungan dari daun sambiloto ini
memiliki aktivitas kardioprotektif dengan daya antioksidan, penangkapan radikal
bebas dan kemampuan penghambatan peroksidasi lipid (Ojha, Nandave, Kumari, dan
4. Daun alpukat (Persea americana)
Alpukat merupakan famili dari Lauraceae yang memiliki senyawa bioaktif seperti kuersetin, rutin, isorhamnetin, luteolin, apigenin yang telah diteliti memiliki
aktifitas antioksidan untuk mencegah atau menghambat berbagai penyakit terkait
stress oksidatif (Owolabi, Coker, dan Jaja, 2010).
5. Daun teh (Camellia sinensis)
Teh merupakan famili dari Theaceae. Kandungan dari teh yang telah diketahui berkisar 4000 senyawa bioaktif yang sepertiganya merupakan
senyawa-senyawa polifenol. Senyawa polifenol yang terutama terdapat di dalam teh adalah
flavonoid. Senyawa flavanol yang terdapat dalam daun kering teh adalah katekin
yang menyusun 20-30% yang memberikan rasa kelat dan efek astringen pada seduhan teh. Senyawa flavonol yang terdapat dalam teh berada pada bentuk
glikosidanya sehingga larut air. Senyawa flavonol yang terdapat dalam teh adalah
kuersetin, myristein, dan kaempherol (Mahmood, Akhtar, dan Khan, 2010).
E. Statin 1. Golongan Statin
Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya
untuk mengobati dislipidemia. Statin merupakan inhibitor kompetitif
3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-KoA) reduktase. Statin memiliki struktur yang mirip
dengan HMG-KoA, yang mengkatalisis tahap awal pembatas laju pada biosintesis
terhadap substrat alami enzim, yaitu HMG-KoA. Statin yang lebih kuat misalnya
simvastatin dalam dosis lebih tinggi juga dapat menurunkan kadar trigliserida yang
disebabkan oleh naiknya kadar VLDL. Beberapa statin juga ditujukan untuk
meningkatkan kadar kolesterol HDL, walaupun signifikansi klinis efek ini terhadap
kolesterol HDL masih perlu dibuktikan (Goodman dan Gilman, 2007).
Lima uji klinis besar yang telah mendokumentasi khasiat dan keamanan
simvastatin, pravastatin, dan lovastatin untuk mengurangi insiden penyakit jantung
koroner fatal dan nonfatal stroke, dan mortalitas total. Laju insiden pada kelima uji
tersebut adalah sama antara kelompok plasebo dan kelompok yang menerima obat
aktif. Hal ini berlaku pada penyakit nonkardiak dan dua uji laboratorium, yakni
transaminase hati dan keratin kinase, yang paling sering digunakan untuk memantau
pasien yang menerima statin (Goodman dan Gilman, 2007).
Statin memberikan efek utamanya yaitu penurunan kadar LDL melalui
gugus mirip asam mevalonat yang menghambat HMG-KoA reduktase secara
kompetitif melalui penghamabtan produk. Statin mempengaruhi kadar kolesterol
dalam darah dengan menghambat pembentukkan kolesterol di dalam hati, yang
menyebabkan peningkatan ekspresi gen reseptor LDL. Sebagai respon terhadap
berkurangnya kandungan kolesterol bebas dalam hepatosit, SREBP yang terikat pada
membran dipecah oleh suatu protease dan dipindahkan ke nukleus. Faktor transkripsi
kemudian diikat oleh gen LDL yang responsif terhadap sterol, meningkatkan
transkripsi dan akhirnya meningkatkan sintesis reseptor LDL dan degradasi reseptor
hepatosit menyebabkan makin banyaknya LDL yang hilang dari darah, sehingga
kadar LDL menurun (Goodman dan Gilman, 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa statin juga dapat menurunkan
kadar LDL dengan cara meningkatkan penghilangan prekursor LDL yaitu VLDL dan
IDL dan menurunkan produksi VLDL di hati. Penurunan produksi VLDL di hati
yang diinduksi oleh statin diperkirakan diperantarai oleh berkurangnya sintesis
kolesterol, suatu komponen yang diperlukan untuk VLDL (Goodman dan Gilman,
2007).
2. Simvastatin
Simvastatin (gambar 5) merupakan senyawa penurun kadar lipid yang
merupakan hasil sintesis dari fermentasiAspergillus terreus.
Gambar 5. Struktur Simvastatin
(Anonim, 2007)
Simvastatin berwarna putih sampai abu-abu, tidak higroskopis, berupa
serbuk kristal yang praktis tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam kloroform,
metanol, dan etanol. Tablet simvastatin untuk pemberian oral terdapat dalam sediaan
dosis 10, 20, 40, atau 80 mg dan disertai kandungan bahan tambahan lain (Anonim,
Simvastatin merupakan golongan obat yang menghambat secara kompetitif
HMG Ko-A reduktase, suatu tahap penentu laju dalam sintesis kolesterol endogen.
Inhibisi enzim ini akan menurunkan sintesis kolesterol endogen. Setelah pemberian
oral, simvastatin yang merupakan gugus inaktif lakton, akan dihidrolisis membentuk
asam β-hidroksi yang terikat pada 95% protein plasma. Senyawa inilah yang merupakan penghambat HMG Ko-A reduktase (Anonim, 2007).
Simvastatin dan bentuk metabolitnya terikat pada protein plasma darah
sekitar 95%. Tablet simvastatin dapat digunakan dalam terapi bersamaan dengan
perlakuan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol. Pada pasien hiperkolesterolemia,
pemberian simvastatin akan dapat:
1. Mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Apo B dan trigliserida,
serta menaikkan HDL kolesterol pada pasien dengan hiperkolesterolemia
primer (heterozigot familial dan nonfamilial) dan dislipidemia campuran.
2. Mengobati pasien dengan hipertrigliserida
3. Mengobati pasien denganprimary disbetaliproteinemia(Anonim, 2007).
F. Landasan Teori
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan
keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat moderen. Penelitian
yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan
bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian
semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional
(Kumalasari, 2006).
Beberapa penelitian terkait manfaat dari beberapa simplisia yang terdapat
dalam jamu penurun lemak darah merek “X” yang memiliki komposisi daun jati
belanda (Guazuma ulmifolia), daun salam (Syzgium polyanthum), daun sambiloto (Andrographis paniculata), daun alpukat (Persea americana), dan daun teh (Camellia sinensis) telah dibuktikan masing-masing dengan penelitian yang berbeda pada hewan uji.
Berdasarkan penelitian (Wijayanti, 2007), telah diketahui bahwa infusa daun
jati belanda dapat menurunkan kadar trigliserida secara bermakna pada dosis 1250
mg/kg pada tikus putih jantan galur wistar. Penelitian lain juga membuktikan bahwa
pemberian ekstrak daun salam dosis 0,72 g/hari selama 15 hari dapat menurunkan
kadar LDL kolesterol serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia (Pidrayanti,
2003).
Ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) juga telah dilakukan uji praklinik pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar kolesterol, LDL
Penelitian mengenai pengaruh pemberian jus alpukat terhadap kadar
kolesterol total serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia telah dilakukan dan
diketahui pemberian jus 4 ml/hari selama 15 hari dapat menurunkan kadar kolesterol
total serum tikus wistar hiperlipidemia secara bermakna (Anggraheny, 2007).
Penelitian mengenai efek sari seduhan teh hijau dosis 0,54g/200gbb/hari
dapat menghasilkan efek penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
triglise-rida dan berat badan yang bermakna dibandingkan kontrol perlakuan pada tikus
putih yang diberi diet kuning telur serta sukrosa (Tuminah, 2004).
Dari berbagai penelitian tersebut diketahui masing-masing kandungan bahan
alam pada jamu penurun lemak darah merek “X” ini memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol total dengan berbagai mekanisme yang berbeda-beda.
Oleh karena jamu ini mengandung seluruh bahan alam tersebut, maka hasil
penelitian ini diharapkan jamu penurun lemak darah merek “X” dapat menurunkan
kadar kolesterol total pada tikus jantan hiperlipidemia.
G. Hipotesis
Jamu penurun lemak darah merek “X” dapat menurunkan kadar kolesterol
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimental
dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilaksanakan dilakukan di
Laboratorium Farmokologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis dari jamu
penurun lemak darah merek “X”.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar
kolesterol total (mg/dL) serum darah tikus.
2. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
a. Jenis kelamin tikus : jantan
b. Galur spesies tikus : Wistar
c. Berat badan tikus : 90-120 gram
d. Umur tikus : antara 1-2 bulan
3. Variabel pengacau tak terkendali a. Kondisi patologis dari hewan uji.
C. Definisi Operasional
1. Kadar kolesterol total awal adalah kadar kolesterol total yang diukur pada awal
penelitian sebelum pemberian perlakuan masing-masing kelompok dilakukan.
2. Kadar kolesterol total yang tinggi pada hewan uji adalah kadar kolesterol total
(mg/dL) dari hewan uji yang menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik
dibandingkan kadar kolesterol awal hewan uji (p<0,05).
3. Efek penurunan kadar kolesterol total adalah selisih kadar kolesterol total pada
tikus setelah pemberian pakan hiperlipidemik (minggu I) dan kadar kolesterol
setelah pemberian perlakuan masing-masing kelompok disertai diet rendah
lemak (minggu II) dalam satuan mg/dL.
4. Jamu penurun lemak darah merek “X” adalah jamu produksi PT. Jamu Puspo Internusa dengan kandungan daun jati belanda 640 mg, daun salam 540 mg,
daun sambiloto 400 mg, daun alpukat 320 mg, dan daun teh sebanyak 100 mg
yang memiliki nomorbatchKYIE001.
5. Tablet simvastatin adalah tablet simvastatin generik dosis 20 mg yang berbentuk
tablet salut.
D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian
a. Hewan uji
Tikus putih jantan galur Wistar, umur 1-2 bulan, yang diperoleh dari
Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
b. Bahan Uji
Produk jamu penurun lemak darah merek “X" yang diproduksi oleh PT.
Jamu Puspo Internusa.
c. Lemak babi
Lemak babi yang digunakan pada penelitian diperoleh dari pasar Bringharjo
Yogyakarta.
d. Kuning telur
Kuning telur yang digunakan pada penelitian diperoleh dari warung di daerah
Paingan, Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta.
e. Pakan AD2
Pakan AD2 produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. yang digunakan
diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
f. Pakan hiperlipidemik
Pakan hiperlipidemik dengan komposisi pellet AD2 (biasa) yang ditambahkan
campuran 100 gram kuning telur dan 50 gram minyak babi yang diperoleh
dari laboratorium Formulasi & Teknologi Sediaan Padat Semipadat.
g. Senyawa pembanding
h. lain–lain: Akuadest, CMC 1%, dan air minumad libtium. 2. Alat penelitian
Alat–alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. timbangan elektrik
b. kandang metabolit tikus
c. alat-alat gelas
d. jarum suntik peroral
e. mikrohematokrit
f. tabung serum
E. Tatacara Penelitian 1. Pembuatan dosis jamu
Jamu penurun lemak darah ini digunakan dengan pemakaian pada
masyarakat dengan dosis pada manusia dewasa yang diperkirakan 50 kg adalah 2
gram, sehingga untuk pemberian pada manusia 70 kg dosis pemberian adalah 2,8
gram. Kemudian dilakukan konversi dosis pada tikus dengan hasil peringkat dosis
ditentukan:
a. Peringkat dosis I ditentukan ½ kali dosis penggunaan pada manusia 70 kg,
maka dosis jamu untuk manusia 70 kg yaitu 2,8 gram/70 kg dikonversikan
pada tikus dengan berat badan 200 gram, yang memiliki faktor konversi
0,018. Maka dosis pemberian untuk tikus adalah:
b. Peringkat dosis II ditentukan 1 kali dosis penggunaan pada manusia 70 kg,
maka dosis jamu untuk manusia 70 kg yaitu 2,8 gram/70 kg dikonversikan
pada tikus dengan berat badan 200 gram, yang memiliki faktor konversi
0,018. Maka dosis pemberian untuk tikus adalah:
1 x 2,8 gram/70 kg BB x 0,018 = 252 mg/kg BB tikus
c. Peringkat dosis III ditentukan 2 kali dosis penggunaan pada manusia70 kg,
maka dosis jamu untuk manusia 70 kg yaitu 2,8 gram/70 kg dikonversikan
pada tikus dengan berat badan 200 gram, yang memiliki faktor konversi
0,018. Maka dosis pemberian untuk tikus adalah:
2 x 2,8 gram/70 kg BB x 0,018 = 504 mg/kg BB tikus
2. Preparasi bahan
a. Persiapan pakan diet tinggi lemak (hiperlipidemik): pakan hiperlipidemik
terdiri dari komposisi pakan AD2 ditambah 100 gram kuning telur dan 50
gram lemak babi yang diberikan hingga hari ketujuh.
b. Pembuatan larutan CMC 1%: CMC ditimbang sebanyak 0,5 gram dan
dilarutkan dalam labu takar 50 ml sampai tanda.
c. Penentuan dosis simvastatin: dosis simvastatin yaitu 20 mg pada manusia
berat badan 70 kg, kemudian dikonversikan pada tikus 200 gram dengan
faktor konversi 0,018 yaitu 20 mg simvastatin x 0,018 = 0,36 mg
simvastatin/200 gram= 1,8 mg/kg BB. Berdasarkan perhitungan tersebut,
d. Penetapan konsentrasi simvastatin pada hewan uji: Pada penelitian ini
penentuan konsentrasi simvastatin yang diberikan didasarkan pada
perhitungan sebagai berikut:
Konsentrasi (C) =Dosis x Berat Badan Volum
Konsentrasi (C) =1,8 mg/kg x 0,2 kg 2,5 ml
Konsentrasi (C) = 0,144 mg/ml
e. Pembuatan suspensi simvastatin 0,144 mg/ml: Timbang serbuk simvastatin
setara dengan 60 mg simvastatin murni, larutkan dengan CMC 1% dalam labu
takar 10,0 ml sebagai larutan induk simvastatin. Kemudian buat konsentrasi
0,144 mg/ml dalam labu takar 10,0 ml dari larutan induk simvastatin tersebut.
Pembuatan suspensi simvastatin menggunakan CMC 1% sebagai pelarut
dikarenakan menurut United States Pharamcopeia, simvastatin praktis tidak larut dalam air.
f. Pembuatan suspensi jamu penurun lemak darah merek “X"
Suspensi jamu (C=4,032%) dibuat dengan menimbang sebanyak 2,016 gram
jamu penurun lemak darah merek “X” direndam dengan 50 ml CMC 1%
selama 10 menit sambil diaduk beberapa kali. Jamu disuspensikan dalam
CMC 1% untuk menyesuaikan dengan pelarut simvastatin
3. Penetapan lama waktu pemberian pakan hiperlipidemik
Penetapan lama waktu pemberian perlakuan pakan hiperlipidemik dilakukan
ke- 0, 7, dan 14, dilakukan pengukuran kolesterol pada hewan uji di laboratorium
klinik. Selanjutnya dari hasil pengukuran pada hari ke- 0, 7, dan 14 hari tersebut
ditetapkan hari yang menunjukkan kadar kolesterol total telah mengalami kenaikan
dengan perbedaan bermakna yang dianalisis secara statistik (p<0,05) dibandingkan
dengan hari ke-0.
4. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok secara acak,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Tiap hewan uji diadaptasikan dengan kondisi
yang sama dan dihindarkan dari keadaan stress sebelum perlakuan diberikan. Setelah
itu, 5 kelompok hewan uji diberikan pakan hiperlipidemik mulai hari ke-1 sampai
dengan hari ke-7 dan diberi minum ad libtium (minggu I), setelah tujuh hari
masing-masing kelompok tikus diberikan perlakuan sebagai berikut:
a. Kelompok 1: kelompok kontrol negatif (CMC 1%)
Pada hari ke-8 hingga hari ke-14, tikus diberikan pakan biasa AD2 (pellet)
serta CMC 1%. Pemberian CMC 1% dilakukan secara peroral pada sore hari.
Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang dikonsumsi dan
penimbangan berat badan tikus.
b. Kelompok 2: peringkat dosis I produk jamu
Pada hari ke-8 hingga hari ke-14, tikus diberikan pakan biasa AD2 (pellet)
serta dosis 126 mg/kg BB. Pemberian dosis jamu dilakukan secara peroral
pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang
c. Kelompok 3: peringkat dosis II produk jamu
Pada hari ke-8 hingga hari ke-14, tikus diberikan pakan biasa AD2 (pellet)
serta dosis 252 mg/kg BB. Pemberian dosis jamu dilakukan secara peroral
pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang
dikonsumsi dan penimbangan berat badan tikus.
d. Kelompok 4: peringkat dosis III produk jamu
Pada hari ke-8 hingga hari ke-14, tikus diberikan pakan biasa AD2 (pellet)
serta dosis 504 mg/kg BB. Pemberian dosis jamu dilakukan secara peroral
pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang
dikonsumsi dan penimbangan berat badan tikus.
e. Kelompok 5: kelompok kontrol positif (simvastatin)
Pada hari ke-8 hingga hari ke-14, tikus diberikan pakan biasa AD2 (pellet)
serta dosis 1,8 mg/kg BB. Pemberian simvastatin dilakukan secara peroral
pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang
dikonsumsi dan penimbangan berat badan tikus.
Selama penelitian dilakukan pengukuran kadar kolesterol total (mg/dL) pada
masing-masing tikus sebanyak tiga kali yaitu pada hari 0, hari 7, dan hari
ke-14. Pakan yang digunakan pada penelitian ini ialah pakan hiperlipidemik dengan
komposisi pakan AD2 yang ditambahkan 100 gram kuning telur dan 50 gram lemak
babi selama minggu I. Pada minggu ke- II tikus diberikan perlakuan sesuai
Gambar 6. Bagan Alur Penelitian Efek Penurunan Kadar Kolesterol Jamu
Penurun Lemak Darah Merek “X” pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar
Keterangan:
1. K1 = kelompok 1 2. K2 = kelompok 2 3. K3 = kelompok 3 4. K4 = kelompok 4 5. K5 = kelompok 5
6. K(-) = pemberian CMC 1%
7. P1 = pemberian dosis jamu 1 (126 mg/kgBB) 8. P2 = pemberian dosis jamu 2 (252 mg/kgBB) 9. P3 = pemberian dosis jamu 3 (504 mg/kgBB) 10. K(+) = pemberian simvastatin (1,8 mg/kgBB)
11. S0 = penetapan kadar kolesterol total hari ke-0 (pemeriksaan awal) 12. S1 = penetapan kadar kolesterol total hari ke-7 (tikus hiperlipidemia) 13. S2 = penetapan kadar kolesterol total hari ke-14 (tikus setelah diberi
perlakuan jamu)
5. Penetapan kadar kolesterol total
Pengambilan serum darah tikus untuk ditetapkan kadar kolesterol totalnya
tikus jantan diambil darahnya ± 1 ml melalui sinus orbitalis dengan menggunakan mikrohematokrit. Serum darah kemudian diproses di laboratorium klinik untuk
ditetapkan kadar kolesterol total (mg/dL) pada serum darah tikus. Kadar kolesterol
total (mg/dL) yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik.
F. Analisis Hasil
Data kadar kolesterol pada tiap kelompok dianalisis secara statistik. Berat
badan dan kadar kolesterol total serum darah dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui distribusi data menggunakan uji Saphiro-Wilk, dilanjutkan dengan melihat variansi data. Jika data terdistribusi normal dan variansi data homogen
(p>0,05), data kemudian dianalisis ANOVA satu arah dan post hoc test dengan uji LSD (Least Significance Difference) dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji ANOVA satu arah adalah uji untuk membandingkanmeanlebih dari dua kelompok, sedangkan post hoc test membandingkan antar kelompok. Syarat untuk uji ANOVA satu arah adalah data dengan distribusi normal (p>0,05) dan variansi data homogen (p>0,05).
Hasil pengukuran berat badan atau kadar kolesterol total serum darah jika
tidak terdistribusi normal atau variansi data tidak homogen, maka dilakukan uji
Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan berat badan dan kadar kolesterol total masing-masing
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Percobaan Pendahuluan 1. Penetapan lama pemberian pakan hiperlipidemik
Pada penelitian ini digunakan pakan hiperlipidemik sebagai induksi secara
eksogen untuk menaikkan kadar kolesterol total dan profil lipid darah dalam serum
tikus. Pakan diet lemak ini terdiri dari 100 gram kuning telur dan 50 gram lemak babi
yang dicampur dengan pakan pellet AD2 (biasa). Pakan AD2 dipilih sebagai pellet
yang dicampurkan dengan lemak babi dan kuning telur karena pellet AD2 adalah
pakan biasa yang digunakan sebagai pakan tikus sebelum perlakuan. Setiap 100 gram
kuning telur mengandung 2,5-3,0 gram kolesterol 6-7 gram triasilgliserol atau 11,5
gram nilai lemak, dan lemak babi juga diketahui mengandung kolesterol dan asam
lemak jenuh yang dapat menaikkan kadar kolesterol total (Almatsier, 2009).
Dari hasil perhitungan statistik diperoleh hasil bahwa pemberian pakan
hiperlipidemik selama 7 dan 14 hari sudah berbeda secara bermakna dibandingkan
hari awal (hari ke-0) (lampiran 4 dan 5), sedangkan untuk hari ke-7 dan ke-14
berbeda tidak bermakna (lampiran 6). Oleh karena itu, ditetapkan pemberian pakan
hiperlipidemik dilakukan selama tujuh hari dan setelah itu dilanjutkan pemberian
dosis jamu disertai diet rendah lemak. Kolesterol total serum terdiri dari VLDL,LDL,
dan HDL, dan kolesterol bebas. Peningkatan kolesterol total serum terkait dengan