EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK
(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Christina Yessy Jessica
NIM: 098114056
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK
(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Christina Yessy Jessica
NIM: 098114056
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Efek Pemberian Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) Terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus Jantan Galur Wistar” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal masa perkuliahan hingga masa
penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. sebagai Dosen Pembimbing skripsi atas
kesediaan memberikan pengajaran, bimbingan, masukkan, kritik dan saran
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dosen Penguji skripsi yang
telah banyak memberikan masukan dan saran demi kemajuan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. sebagai Dosen Penguji skripsi yang
telah berkenan memberikan masukan dan saran demi kemajuan skripsi ini.
5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Farmasi yang
telah memberikan izin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna
viii
6. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala pengajaran dan
bimbingannya selama perkuliahan.
7. dr. Ari, Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat, Pak Ratidjo, Pak Musrifin, Pak
Wagiran, dan Mbak Igar atas segala bantuan dan kerja sama selama penulis
melakukan penelitian.
8. Papa Markus Nyoman Wiryadhi, mama Ni Wayan Sudina Op., kakakku
tersayang (Maria Ni Luh Ayu Oktani Pratiwi) dan Norbertus I Gede Yudika
Widiantara yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dan perhatian
selama proses penyusunan skripsi.
9. Agustina Erni Purnamasari sebagai sahabat dan rekan kerja selama penelitian
dan penyusunan skripsi atas dukungan, kerjasama, semangat dan doanya.
10.Yenny, F. Eki Supra Bawati, Katherine Jessica, Marsela Lotjita, Herman
Gunawan, Danny Trias, Wisnu Brahmana, Suryana Firdaus, Ignatius Kuncarli,
Thomas Catur, Bernadhea Wikan, Diah Intan, Lidya Dinda dan Evi Fenny
Veronica sebagai sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberi dukungan dan
semangat selama penyusunan skripsi.
11.Teman-teman FSM C 2009, FKK 2009 dan semua teman-teman Fakultas
Farmasi USD atas kebersamaannya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
12.Teman-teman Kos Odiliaatas atas dukungan, bantuan dan kebersamaannya
selama tinggal di Yogyakarta.
13.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata, semoga segala informasi yang ada dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
INTISARI ... xvii
ABSTRACT ... xviii
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 3
2. Keaslian penelitian ... 3
3. Manfaat penelitian ... 4
B. Tujuan penelitian ... 4
xi
A. Kolesterol ... 6
1. Definisi ... 6
2. Biosintesis kolesterol ... 7
3. Absorpsi dan pengangkutan kolesterol ... 11
4. Ekskresi kolesterol ... 14
B. Hiperlipidemia dan Aterosklerosis ... 15
C. Terapi Antihiperlipidemia ... 17
D. Simvastatin ... 19
E. CHOD-PAP ... 20
F. Serat ... 22
1. Definisi ... 22
2. Manfaat ... 23
3. Jenis-jenis serat ... 26
4. Hubungan serat dengan kolesterol ... 27
G. Buah Pisang Kepok ... 29
1.Klasifikasi tanaman ... 29
2. Morfologi tanaman ... 29
3. Kandungan buah pisang ... 30
4. Kegunaan tanaman di masyarakat... 33
H. Landasan Teori ... 33
I. Hipotesis ... 35
BAB III. METODE PENELITIAN ... 36
xii
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 37
1. Variabel utama ... 37
2. Variabel pengacau ... 37
3. Definisi operasional ... 37
C. Bahan dan Alat Penelitian ... 38
1. Bahan penelitian ... 38
2. Alat penelitian ... 40
D. Tata Cara Penelitian ... 40
1. Pengumpulan bahan ... 40
2. Determinasi tanaman ... 41
3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok ... 41
4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok ... 41
5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v) ... 43
6. Pembuatan suspensi serbuk buah pisang kepok ... 43
7. Penentuan dosis dan konsentrasi simvastatin ... 43
8. Pembuatan suspensi simvastatin ... 43
9. Pembuatan pakan tinggi lemak ... 44
10.Orientasi lama waktu pemberian pakan tinggi lemak ... 44
11.Pengkondisian hewan uji ... 44
12.Tahapan percobaan ... 45
13.Penetapan kadar kolesterol darah ... 46
xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Determinasi Tanaman ... 47
B. Pembuatan Pakan Tinggi Lemak ... 47
C. Penetapan Lama Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 48
D. Pembuatan Sediaan Serbuk Buah Pisang Kepok ... 51
E. Penetapan Dosis Serbuk Buah Pisang Kepok ... 52
F. Konsumsi Pakan Kumulatif ... 53
G. Berat Badan Tikus ... 55
1. Pertambahan kenaikan berat badan tikus ... 55
2. Rata-rata kenaikan berat badan tikus ... 57
H. Pengukuran Kadar Kolesterol ... 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN ... 71
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Kadar Kolesterol Total ... 6
Tabel II. Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein ... 14
Tabel III. Efek Terapi Obat Terhadap Lipid ... 18
Tabel IV. Komposisi Reagen CHOD-PAP ... 21
Tabel V. Kandungan Serat dalam Buah-Buahan untuk Setiap 100 g ... 24
Tabel VI. Kandungan Serat Larut dari Berbagai Sumber Makanan ... 27
Tabel VII. Jumlah Kandungan Kimia Pisang Kepok per 100 g Bahan ... 31
Tabel VIII. Rata-Rata Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Tikus Selama Orientasi ... 49
Tabel IX. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Kadar Kolesterol Selama Orientasi ... 50
Tabel X. Hasil Uji Post-Hoc dan Scheffe Orientasi Pakan Tinggi Lemak ... 50
Tabel XI. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Konsumsi Pakan Kumulatif ... 55
Tabel XII. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Pertambahan Kenaikan Berat Badan ... 57
Tabel XIII. Hasil Uji GLM Repeated Measure Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 58
Tabel XIV. Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Sintesis Kolesterol ... 10
Gambar 2. Faktor Pemicu Aterosklerosis ... 17
Gambar 3. Struktur Simvastatin ... 19
Gambar 4. Buah Pisang Kepok ... 29
Gambar 5. Grafik Rata-Rata Kadar Kolesterol Tikus Selama Orientasi ... 49
Gambar 6. Grafik Konsumsi Pakan Kumulatif Tikus ... 54
Gambar 7. Grafik Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 56
Gambar 8. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Tumbuhan Pisang Kepok. ... 71
Lampiran 2. Foto Alat Penelitian ... 72
Lampiran 3. Tabel Komposisi Pakan AD II dan Pakan BR II ... 73
Lampiran 4. Keseragaman Bobot Tablet Simvastatin ... 74
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Volume Penyuntikan ... 75
Lampiran 6. Analisis Statistik Data Penentuan Waktu Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 76
Lampiran 7. Analisis Statistik Data Rata-Rata Pakan Kumulatif ... 78
Lampiran 8. Analisis Statistik Data Pertambahan Kenaikan Berat Tikus ... 79
Lampiran 9. Analisis Statistik Data Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 80
Lampiran 10.Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Kolesterol hari ke-0 ... 85
Lampiran 11.Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Kolesterol hari ke-0 dan 14... 86
Lampiran 12.Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Kolesterol hari ke-14 ... 92
Lampiran 13.Surat Keterangan Ethical Clearance ... 94
xvii
INTISARI
Serat yang terdapat pada buah-buahan dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Salah satu buah yang mengandung serat adalah buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) terhadap kadar kolesterol tikus jantan galur Wistar serta mengetahui berapakah dosis paling efektif dari serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah tikus jantan galur Wistar.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian ekperimental murni rancangan acak lengkap pola searah dengan menggunakan 35 ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tujuh kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) diberi pakan AD II dan CMC 1% (b/v), kelompok II (kontrol pisang) diberi pakan AD II dan sediaan Musa x paradisiaca L. (pro sp.) dengan dosis 7,6 g/kgBB, kelompok III (kontrol pakan tinggi lemak) diberi pakan tinggi lemak dan CMC 1% (b/v), kelompok IV (kontrol positif) diberi pakan tinggi lemak dan simvastatin dengan dosis 0,0018 g/kgBB, kelompok dosis I diberi pakan tinggi lemak dan sediaan Musa x paradisiaca L. (pro sp.) dengan dosis 1,9 g/kgBB, kelompok dosis II diberi pakan tinggi lemak dan sediaan Musa x paradisiaca L. (pro sp.) dengan dosis 3,8 g/kgBB, dan kelompok dosis III diberi pakan tinggi lemak dan sediaan
Musa x paradisiaca L. (pro sp.) dengan dosis 7,6 g/kgBB. Hasil pengukuran kadar kolesterol diuji dengan menggunakan ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Post –Hoc dan Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian selama 14 hari menunjukkan bahwa serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) belum dapat mempengaruhi kenaikkan kadar kolesterol darah tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dan tidak didapatkan dosis yang paling efektif dalam mempengaruhi kadar kolesterol darah.
Kata kunci: Musa x paradisiaca L. (pro sp.), pakan tinggi lemak, kadar
xviii ABSTRACT
Dietary fiber in fruits can be used to lower blood cholesterol level. One of the fruits that contain fiber is Musa x paradisiaca L. (pro sp.). This study aimed to determine the effect of Musa x paradisiaca L. (pro sp.) powder on cholesterol levels of Wistar male rats and to know the most effective dose of giving powder
Musa x paradisiaca L. (pro sp.) for lowering blood cholesterol levels of Wistar male rats.
This research was experimental study with one way-complete-random design using 35 male rats Wistar were divided randomly into seven groups. Group I (Negative control) was given AD II and CMC 1% (w/v), group II (banana control) was given AD II and Musa x paradisiaca L. (pro sp.) with dosage 7.6 g/kgBW, group III (high-fat feed control) was given high fat food and CMC 1% (w/v), group IV (positive control) was given high fat food and simvastatin with dosage 0.0018 g/kgBW, group V (dose I) was given high fat food and Musa x paradisiaca L. (pro sp.) with dosage 1.9 g/kgBW, group VI (dose II) was given high fat food and Musa x paradisiaca L. (pro sp.) with dosage 3.8 g/kgBW, and group VII (dose III) was given high fat food and Musa x paradisiaca L. (pro sp.) with dosage 7.6 g/kgBW. Cholesterol measurement results was tested using one-way ANOVA and continued by Post-Hoc by Scheffe test with the reliable level was 95%.
The results for 14 days showed that Musa x paradisiaca L. (pro sp.) powder can not affect blood cholesterol levels increment of male rats Wistar induced with high fat food and in this research can not find the most effective dose in lowering blood cholesterol levels.
Keywords: Musa x paradisiaca L. (pro sp.), high fat food, blood cholesterol
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pola makanan fast-food yang berlemak tinggi, tinggi karbohidrat dan
kalori, saat ini lebih digemari dan lebih bergengsi dibandingkan makanan
tradisional yang justru lebih menyehatkan. Makanan berlemak ketika dikonsumsi
akan diubah menjadi kolesterol di dalam usus (Cahyono, 2008). Kolesterol bila
terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh
darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis.
Aterosklerosis jika terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner (Almatsier, 2009).
Menurut prediksi WHO, pada tahun 2020 penyakit jantung koroner dan
stroke yang saat ini menjadi penyebab kematian utama di Negara maju nantinya
menjadi penyebab kematian pertama di dunia. Di Indonesia, penyakit jantung
menjadi penyebab kematian urutan ke-11 pada tahun 1970, namun pada tahun
1982 menjadi urutan ketiga dan berdasarkan survei Depkes pada tahun 1997
sudah menduduki urutan pertama yang menggeser kedudukan penyakit infeksi
(Cahyono, 2008).
Kolesterol adalah suatu sterol yang penting dan banyak terdapat di alam.
Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan manusia (Poedjiadi dan
dalam hati dan jumlah kolesterol yang disintesis bergantung pada kebutuhan
tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Almatsier, 2009). Semakin tinggi
kadar kolesterol maka risiko terjadinya serangan jantung juga akan semakin besar.
Kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis
(Cahyono, 2008). Aterosklerosis merupakan suatu kondisi terjadinya penimbunan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah yang secara perlahan-lahan akan
menyempitkan dan mengeraskan pembuluh darah yang akan berakibat pada
terhambatnya aliran darah dan dapat menyebabkan terjadinya kematian tiba-tiba
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Aterosklerosis dapat dicegah dengan suatu senyawa yang dapat
menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Almatsier (2009) menyatakan
bahwa konsumsi serat makanan mempunyai hubungan negatif dengan kolesterol
darah. Di dalam sistem pencernaan, serat bisa mengikat asam empedu yang
merupakan hasil akhir dari pengolahan kolesterol di dalam tubuh. Asam empedu
kemudian akan dikeluarkan bersama-sama dengan feses. Semakin banyak serat
yang dikonsumsi maka akan semakin banyak pula lemak dan asam empedu yang
dikeluarkan dari tubuh sehingga kadar kolesterol dalam darah pun akan menurun
(Primandini dan Astri, 2010). Penelitian tentang serat untuk menurunkan kadar
kolesterol darah telah banyak dilakukan saat ini, salah satu contohnya adalah
penelitian yang dilakukan Asiah (2008) tentang pektin (serat larut air) pada kulit
jeruk bali dan kulit pisang ambon yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah
Selain pada kulit buah pisang, serat juga terdapat dalam daging buah
pisang (Primandini dan Astri, 2010). Kandungan serat tertinggi dari buah pisang
terdapat pada buah pisang mentah dalam bentuk serbuk (Morton, 1987). Menurut
Zafar dan Akter (2011) hemiselulosa dan serat lainnya dari buah Musa
paradisiaca mentah menunjukan penurunan absorpsi kolesterol dan trigliserida.
Peneliti tertarik untuk mencoba menggunakan buah pisang kepok dalam
penelitian ini karena buah pisang kepok merupakan buah yang keberadaannya
sangat melimpah di Indonesia dan tak terbatas oleh musim, selain itu menurut
Arifin (2011) buah pisang kepok merupakan buah pisang yang paling baik untuk
dibuat dalam bentuk serbuk. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L.
(pro sp.)) terhadap kadar kolesterol darah tikus jantan galur Wistar.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dapat
memberikan efek terhadap kadar kolesterol darah tikus jantan galur Wistar?
b. Berapa dosis yang paling efektif dari serbuk buah pisang kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah
tikus jantan galur Wistar?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran peneliti, penelitian mengenai efek pemberian serbuk
darah tikus jantan galur Wistar belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis yang
pernah dilakukan oleh Asiah (2008) “Perbandingan Pengaruh Pemberian Pektin
Kulit Jeruk Bali (Citrus grandis) dan Kulit Pisang Ambon (Musa spp.) Terhadap
Penurunan Kolesterol Darah pada Mencit (Mus musculus)”. Persamaan dari
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asiah (2008) adalah metode
yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada jenis dan bagian
pisang yang digunakan, jenis sediaan dan hewan uji.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan manfaat dari
buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) sebagai obat
tradisional yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol
darah.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat tentang efek buah pisang kepok (Musa xparadisiaca L. (pro
sp.)) terhadap kadar kolesterol darah.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk membuktikan efek
pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))
2. Tujuan khusus
a. Untuk memperoleh data sebagai bukti bahwa serbuk buah pisang kepok
(Musa xparadisiaca L. (pro sp.)) dapat memberikan efek terhadap kadar
kolesterol darah tikus jantan galur Wistar.
b. Untuk mengukur dosis efektif serbuk buah pisang kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) dalam mempengaruhi kadar kolesterol darah
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kolesterol
1. Definisi
Kolesterol merupakan steroid yang paling dikenal karena memiliki
keterkaitan dengan terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung. Secara
kimiawi, kolesterol penting karena merupakan prekusor bagi sejumlah besar
steroid yang sama pentingnya serta mencakup asam empedu, hormon seks dan
vitamin D (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Klasifikasi kadar kolesterol
total didasarkan pada National Cholesterol Education Program Adult Treatment
Panel III (NCEP ATP III) tahun 2004 adalah sebagai berikut (Tabel I):
Tabel I. Klasifikasi Kadar Kolesterol Total
Kadar Kolesterol (mg/dL) Klasifikasi
<200 Normal
200-239 Batas tinggi
240 Tinggi
(NCEP ATP III, 2004).
Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi
diperlukan dan di sisi lain dapat membahayakan bergantung dari berapa banyak
kolesterol terdapat di dalam tubuh. Jumlah kolesterol bergantung pada kebutuhan
tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan. Kolesterol merupakan komponen
esensial membran struktural semua sel dan merupakan komponen utama sel otak
dan sel saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar
Kolesterol disintesis di beberapa jaringan dari asetil-KoA dan merupakan
prekusor dari steroid lain di tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, asam
empedu dan vitamin D. Kolesterol di eliminasi dari tubuh tanpa diubah atau
setelah di ubah menjadi asam empedu dan proses ini sering dikenal sebagai
reserve cholesterol transport . Kolesterol merupakan unsur pokok batu empedu,
namun peran utama kolesterol dalam proses patologis adalah sebagai faktor dalam
pembentukan aterosklerosis, arteri-arteri vital, yang menimbulkan penyakit
pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskular (Murray dkk., 2009).
Fungsi kolesterol dalam tubuh adalah sebagai berikut :
a. Sebagai komponen pembentuk membran sel
Kolesterol merupakan komponen yang membentuk membran sel dan lapisan
eksternal lipoprotein.
b. Sebagai prekusor sintesis asam empedu dalam hati
Pengangkutan balik kolesterol (reverse cholesterol transport), kolesterol
bebas yang sudah dikeluarkan dari jaringan oleh HDL akan diangkut menuju
hati untuk dikonversi menjadi asam empedu.
c. Sebagai prekusor sebagai hormon steroid dan vitamin D
Kortikosteroid, hormon seks (estrogen dan testosteron), dan vitamin D
membutuhkan kolesterol sebagai prekusornya (Murray, Granner, Mayes dan
Rodwell, 2006).
2. Biosintesis kolesterol
Kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa tahapan
isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat melalui beberapa reaksi yang
melibatkan beberapa jenis enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetalil
pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol. Pembentukan kolesterol ini juga
berlangsung melalui beberapa reaksi yang membentuk senyawa-senyawa antara,
yaitu geranil pirofosfat, skualen dan lanosterol (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Kecepatan pembentukan kolesterol ini dipengaruhi oleh konsentrasi
kolesterol yang telah ada di dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat kolesterol
dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan menghambat sendiri reaksi
pembentukannya (hambatan umpan-balik). Sebaliknya apabila jumlah kolesterol
sedikit karena berpuasa, kecepatan pembentukan kolesterol meningkat (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2006).
Biosintesis kolesterol terjadi dalam lima tahapan (Gambar 1), yaitu:
a. Tahap 1 – Biosintesis mevalonat
Dua molekul asetil KoA bersatu membentuk asetoasetil-KoA yang
dikatalis oleh tiosesitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA sintase untuk
membentuk HMG-KoA (hidroksi-3-metilglutaril-KoA) yang direduksi menjadi
mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase. Ini merupakan
tahap regulatorik utama di jalur sintesis kolesterol dan merupakan tempat kerja
golongan obat penurun kadar kolesterol paling efektif yaitu inhibitor HMG-KoA
b. Tahap 2 – Pembentukan unit isoprenoid
Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan
tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentenil
difosfat (Murray dkk., 2009).
c. Tahap 3 – Enam unit isoprenoid membentuk skualen
Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan
rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan
molekul lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh karbon
geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk
farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung diujung fosfat untuk
membentuk skualen. Piro organik dieliminasi membentuk praskualen difosfat
yang kemudian mengalami reduksi oleh NADPH disertai eliminasi satu molekul
pirofosfat anorganik lainnya (Murray dkk., 2009).
d. Tahap 4 – Pembentukan lanosterol
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip
dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi
skualen 2,3-epoksida oleh oksidase di retikulum endoplasma. Gugus metil C14
dipindahkan ke C13 dan yang ada di C8 ke C14 sewaktu terjadi siklisasi dikatalisis
oleh oksidoskualen lanosterol siklase (Murray dkk., 2009).
e. Tahap 5 – Pembentukan kolesterol
Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran
rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk
14-desmeti Innsrerol dan zimosterol. Ikatan rangkap di C8 – C9 kemudian
dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah, yang membentuk desmosterol.
Akhirnya, ikatan rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol.
Belum dapat dipastikan bagaimana urutan masing-masing tahap yang dijelaskan
diatas dapat benar-benar terjadi (Murray dkk., 2009).
3. Absorpsi dan pengangkutan kolesterol
Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum. Hasil pencernaan lipid
diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara difusi pasif.
Perbedaan konsentrasi diperoleh dengan cara:
a. Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak
yang memasuki sel.
b. Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida, yaitu produk utama
pencernaan yang melintasi mukosa usus halus (Almatsier, 2009).
Sebelum diabsorpsi kolesterol mengalami esterifikasi kembali yang
dikatalisis oleh asetil Koenzim A dan kolesterol asetil transferase. Pembentukan
enzim-enzim ini dipengaruhi oleh kadar tinggi kolesterol makanan. Kolesterol
yang terbentuk di dalam usus halus dikemas untuk diabsorpsi secara aktif dan
ditransportasi oleh darah. Bahan-bahan ini bergabung dengan protein-protein
khusus dan membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein (Almatsier,
2009).
Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari saluran
cerna ke seluruh tubuh. Kilomikron di absorpsi melalui dinding usus halus ke
dalam sistem limfa untuk kemudian melalui ductus thoracicus di sepanjang tulang
belakang masuk ke dalam vena besar di tengkuk dan seterusnya masuk ke dalam
aliran darah. Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar dan mempunyai
densitas paling rendah. Lipid yang diangkut oleh kilomikron adalah trigliserida
Kilomikron pada dasarnya mengemulsi lemak sebelum masuk ke dalam
aliran darah. Dalam aliran darah trigliserida yang ada pada kilomikron dipecah
menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase yang berada
pada sel-sel endotel kapiler. Kilomikron yang telah dipecah ini disebut kilomikron
remnants. Asam lemak yang terbentuk di dalam tubuh sebagian besar akan
diabsorpsi oleh sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain. Asam lemak dapat langsung
digunakan sebagai zat energi atau diubah kembali menjadi trigliserida. Sel-sel otot
cenderung menggunakan asam lemak sebagai sumber energi, sedangkan sel-sel
lemak akan menyimpan asam lemak sebagai trigliserida. Bila sebagian besar
trigliserida telah dipisahkan dari kilomikron, sisanya yang sebagian besar terdiri
atas kolesterol dan protein dibawa ke hati dan mengalami metabolisme.
Sementara itu, hati mensintesis trigliserida dan kolesterol dari kelebihan protein
dan karbohidrat yang ada. Hati merupakan organ yang memproduksi lipid utama
di dalam tubuh. Sel-sel lemak tidak membuat lemak tetapi sel-sel ini hanya
menyimpan lemak (Almatsier, 2009).
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) merupakan suatu lipoprotein
yang dibentuk di dalam hati. VLDL merupakan lipoprotein yang berdensitas
sangat rendah, terutama terdiri atas trigliserida dalam jumlah yang besar,
kolesterol, dan Apoprotein B-100 (ApoB-100). Ketika VLDL meninggalkan hati,
lipoprotein lipase akan kembali bekerja dengan memecah trigliserida yang ada
pada VLDL. VLDL kemudian akan mengikat kolesterol yang ada pada
mengakibatkan densitas VLDL bertambah berat dan menjadi IDL dan kemudian
LDL, yaitu lipoprotein yang berdensitas rendah (Almatsier, 2009).
Low Density Lipoprotein (LDL) utamanya terdiri atas kolesterol dan
kolesterol ester bersirkulasi dalam tubuh dan sebagian kecil trigliserida. LDL
tidak diekskresikan langsung dari hepatosit, melainkan adalah produk dari
metabolisme VLDL. Ketika VLDL ini dikonversi menjadi LDL, VLDL akan
melepaskan konstituen dari permukaannya yaitu apoprotein AI, A-II dan
fosfolipid yang digunakan untuk membentuk HDL dalam serum. Trigliserida akan
mengalami hal yang sama seperti yang terjadi pada kilomikron dan VLDL.
Kolesterol dan fosfolipida akan digunakan untuk membuat membran sel,
hormon-hormon atau disimpan. Reseptor LDL yang ada di dalam hati akan
mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini
penting dalam pengontrolan kolesterol darah. Pengatur utama kadar kolesterol
darah adalah hati, karena sebagian besar (50%-75%) reseptor LDL terdapat di
dalam hati (Almatsier, 2009).
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein dengan densitas
yang tinggi. HDL diproduksi di hati dan usus halus yang kemudian masuk ke
dalam aliran darah. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipida yang ada di dalam
aliran darah. HDL menyerahkan kolesterol ke lipoprotein lain untuk diangkut
kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Nilai LDL
dan HDL mempunyai implikasi terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan resiko tinggi terhadap serangan jantung,
sebagai “kolesterol jahat”, sedangkan HDL sebagai “kolesterol baik”. Komposisi
dari lipoprotein dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein
Lipoprotein Trigliserida % Kolesterol % Fosfolipid % Protein %
1. Kilomikron 80-90 2-7 3-6 1-2
2. VLDL 55-65 10-15 15-20 5-10
3. LDL 10 45 22 25
4. HDL 5 20 30 45-50
(Almatsier, 2009).
4. Ekskresi kolesterol
Kolesterol diekskresikan dari tubuh di dalam empedu sebagai asam
(garam) empedu. Setiap hari, sekitar 1 g kolesterol dikeluarkan dari tubuh. Sekitar
separuhnya diekskresikan di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi
asam empedu. Sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah sterol
utama dalam tinja, senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh bakteri di usus
bagian bawah (Murray dkk., 2009).
Asam empedu dibentuk dari kolesterol. Asam empedu primer disintesis
dari kolesterol di dalam hati. Asam-asam ini adalah asam kolat (cholic acid) yang
ditemukan dalam jumlah besar dan asam kenodeoksikolat (chenodeoxycholic
acid). 7α-hidroksilasi pada kolesterol adalah tahap regulatorik pertama dan
terpenting dalam biosintesis asam empedu dan dikatalisis oleh kolesterol 7α
-hidroksilase, suatu enzim mikrosom. Enzim ini merupakan suatu
mono-oksigenase tipikal, memerlukan oksigen, NADPH, dan sitokrom P450 (Murray
dkk., 2009).
Tahap-tahap hidroksilasi selanjutnya juga dikatalisis oleh
satu subjalur yang akan menghasilkan kolil-KoA, yang ditandai dengan
bertambahnya gugus α-OH di posisi 12, dan jalur lain yang menghasilkan
kenodeoksilkolil-KoA. Jalur kedua di mitokondria yang melibatkan 27-hidroksi
kolesterol oleh sterol 27-hidroksilase sebagai langkah pertama menghasilkan
cukup asam empedu primer. Asam empedu primer memasuki empedu sebagai
konjugat glisina atau taurin. Konjugasi ini berlangsung di peroksisom. Rasio
konjugat glisin terhadap taurin pada manusia normalnya adalah 3:1. Empedu yang
alkalis, asam-asam empedu dan konjugatnya diasumsikan berada dalam bentuk
garam sehingga muncul istilah “garam empedu.” Sebagian asam empedu primer
di usus mengalami perubahan lebih lanjut akibat aktivitas bakteri usus.
Perubahan-perubahan tersebut mencakup dekonjugasi dan 7α-dehidroksilasi yang
menghasilkan asam empedu sekunder, asam deoksikolat dan asam litokolat
(Murray dkk., 2009).
B. Hiperlipidemia dan Aterosklerosis
Semakin tinggi kadar kolesterol maka risiko terjadinya serangan jantung
juga akan semakin besar. Kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan suatu kondisi terjadinya
penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah arteri. Terjadinya penumpukan
kolesterol di dinding pembuluh darah tidak hanya karena faktor LDL saja, tetapi
juga disebabkan pada kadar kolesterol HDL, kolesterol total dan trigliserid.
Terjadinya peningkatan salah satu atau lebih kadar kolesterol total, kolesterol
Sigit, Adnyana, Setiadi, dan Kusnandar, 2009). Terjadinya hiperlipidemia
meningkatkan resiko ateriosklerosis makin besar (Cahyono, 2008).
Kolesterol bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan aterosklerosis,
sekalipun kolesterol merupakan penyebab utama pembentuk aterosklerosis.
Aterosklerosis akan semakin mudah terbentuk salah satunya akibat peningkatan
kadar kolesterol, selain itu juga karena faktor risiko yang dimiliki seseorang
seperti: menderita diabetes mellitus, hipertensi, riwayat keluarga menderita
penyakit jantung, obat atau alat kontrasepsi, perokok, pertambahan usia (45 tahun
ke atas bagi laki-laki dan 55 tahun ke atas bagi wanita), dan kurang aktivitas serta
olah raga (Gambar 2) (Cahyono, 2008).
Dinding pembuluh darah arteri dapat digambarkan sebagai pipa yang
memiliki permukaan dinding yang halus dan licin. Semua unsur sel dalam darah
(sel darah merah, keping darah/trombosit) tidak dapat menempel di dinding
pembuluh darah. Pembentukan aterosklerosis diawali dengan rusaknya dinding
pembuluh darah. Kerusakan ini dapat terjadi disebabkan karena beberapa faktor
seperti hipertensi, rokok, diabetes mellitus, dan zat-zat lainnya. Setelah dinding
pembuluh darah rusak, maka kolesterol yang dibawa oleh LDL terperangkap pada
dinding pembuluh darah tersebut. Semakin lama akan semakin menebal dan
akhirnya aterosklerosis dapat menutupi hampir semua permukaan pembuluh darah
Gambar 2. Faktor Pemicu Aterosklerosis (Rakel, 2012)
Proses pembentukan aterosklerosis tidak terjadi begitu saja tetapi
membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan saat usia masih muda proses
aterosklerosis sudah dimulai. Dampak buruk dari aterosklerosis tergantung pada
tempat terjadinya aterosklerosis. Apabila aterosklerosis terjadi di pembuluh darah
koroner akan menimbulkan resiko serangan jantung atau yang sering disebut
penyakit jantung koroner, selain itu juga menimbulkan serangan stroke bila terjadi
aterosklerosis di pembuluh darah otak. Apabila aterosklerosis telah menutup jalan
darah di kaki, maka dapat terjadi pembusukan kaki (gangren) (Cahyono, 2008).
C. Terapi Antihiperlipidemia
Tujuan yang ingin dicapai dari manajemen terapi antihiperlipidemia
berulang dari infark miokardiak, angina, gagal jantung, dan stroke iskemia. Kadar
kolesterol yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan hiperlipidemia adalah <200
mg/dL. Penatalaksanaan hiperlipidemia dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologi dan farmakologi (Sukandar dkk., 2009).
a. Terapi non farmakologi
Prinsip utama pengobatan hiperlipidemia adalah mengatur diet dengan
mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma.
Individu dengan berat badan berlebih sebaiknya segera melakukan diet penurunan
berat badan. Pasien dianjurkan makan makanan rendah kolesterol (kurang dari
300 mg/hari), rendah lemak total (kurang dari 30% dari kalori), dan rendah lemak
jenuh (kurang dari 10% dari kalori). Selain itu pasien diharuskan mengubah gaya
hidup dengan berolahraga atau latihan fisik (Syarif, Ascobat, Setiabudy,
Astuningtyas, Setiawati dan Sunaryo, 2009).
b. Terapi farmakologi
Tabel III menyajikan beberapa obat antihiperlipidemia yang ada dipasaran:
Tabel III. Efek Terapi Obat Terhadap Lipid
Obat Mekanisme Kerja Efek Terhadap Lipid Kolestiramin, kolestipol,
kolesevelam
katabolisme LDL
↓absorpsi kolesterol
↓Kolesterol
Niacin ↓sintesis LDL dan VLDL ↓Trigliserida
↓Kolesterol
Gemfibrozil, fenofibrate,
clofibrate
klirens VLDL
↓sintesis VLDL ↓Trigliserida↓Kolesterol
Lovastatin, pravastatin, simvastatin,
fluvastatin, atorvastatin, rosuvastatin
katabolisme LDL Menghambat sintesis LDL
↓Kolesterol
Ezetimibe Memblok absorpsi kolesterol pada intestinal border
↓Kolesterol
D. Simvastatin
Simvastatin (Gambar 3) merupakan hasil sintesis dari fermentasi
Aspergillus terreus yang digunakan sebagai senyawa penurun kadar lipid.
Simvastatin berwarna putih sampai abu-abu, tidak higroskopis, berupa serbuk
kristal yang yang praktis tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam kloroform,
metanol, dan etanol. Tablet simvastatin untuk pemberian oral terdapat dalam
sediaan dosis 10, 20, 40, atau 80 mg dan disertai kandungan bahan tambahan lain
(Anonim, 2007).
Gambar 3. Struktur Simvastatin (NIST, 2011).
Obat golongan statin bekerja dengan cara menghambat sintesis
kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase. Akibat
penurunan sintesis kolesterol ini, maka SREBP (Sterol Regulatory Element
Binding Proteins) yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu
diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan
gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL.
Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan
kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga
simvastatin yang merupakan gugus inaktif lakton, akan dihidrolisis membentuk
asam β-hidroksi yang terikat pada 955 protein plasma. Senyawa inilah yang
merupakan penghambat HMG Ko-A reduktase (Anonim, 2007).
Simvastatin diabsorpsi sekitar 40-75% dan mengalami metabolisme
lintas pertama di hati. Waktu paruhnya berkisar 1-3 jam. Simvastatin dan
metabolitnya sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar diekskresi
oleh hati ke dalam cairan empedu dan sebagian kecil lewat ginjal (Suyatna, 2007).
Tablet simvastatin dapat digunakan dalam terapi bersamaan dengan perlakuan diet
rendah lemak jenuh dan kolesterol. Pada pasien hiperkolesterolemia, pemberian
simvastatin akan dapat mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Apo B
dan trigliserida, serta menaikkan HDL kolesterol pada pasien dengan
hiperkolesterolemia primer (heterozigot familial dan nonfamilial) dan
dislipidemia campuran(Anonim, 2007).
E. CHOD-PAP
Pengukuran kadar kolesterol serum dapat berfungsi sebagai indikator
fungsi hati, fungsi empedu, penyerapan usus, kecenderungan terhadap penyakit
arteri koroner, dan fungsi tiroid. Kadar kolesterol yang penting dalam diagnosis
dan klasifikasi hyperlipoproteinemias. Stres, usia, jenis kelamin, keseimbangan
hormon, dan kehamilan mempengaruhi tingkat kolesterol normal. The Adult
Treatment Panel (NCEP) merekomendasikan bahwa semua orang dewasa
kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida) setiap lima tahun sekali untuk
melindungi dari resiko risiko penyakit jantung koroner (Abbott, 2006).
Penggunaan enzim untuk uji kolesterol telah dipelajari oleh banyak
peneliti. Reagen yang digunakan didasarkan pada perumusan Allain, et al. dan
modifikasi Roeschlau dengan perbaikan lebih lanjut untuk membuat reagen dalam
larutan tetap stabil. Prinsip metode pengukuran secara enzimatik ini (CHOD-PAP)
adalah hidrolisis enzimatik kolesterol esterase yang akan mengubah kolesterol
ester menjadi kolesterol dan asam lemak bebas. Kolesterol bebas akan dioksidasi
oleh kolesterol oksidase menjadi Cholest-4-ene-3-one dan hydrogen peroksida.
Kombinasi hydrogen peroksida dengan asam hidroksibenzoat (HBA) dan
4-aminoantpirin menjadi sebuah kromofor (quinonimine) yang akan diukur pada
panjang gelombang 500 nm (Abbott, 2006).
Cholesterol esters + H2O CE Cholesterol + fatty acids
Cholesterol + O2 CHOD Cholest-4-ene-3-one + H2O2
2 H2O2 + 4-AAP + Phenol POD Quinoneimine dye + 4 H2O
(Anonim, 2011).
Menurut Abbott (2006), komposisi dari reagen CHOD-PAP untuk
pengukuran kadar kolesterol yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut (Tabel IV):
Tabel IV. Komposisi Reagen CHOD-PAP
Komponen Konsentrasi
Kolesterol Oksidase (Mikrobial) > 200 U/L Kolesterol Esterase (Mikrobial) > 500 U/L
Peroksidase > 300 U/L
4-Aminoantipirine 0,25 mmol/L
F. Serat
1. Definisi
Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh,
hal ini disebabkan karena tubuh tidak memiliki enzim yang dapat membantu
untuk mencernanya. Serat sangat diperlukan oleh tubuh, terutama dalam
membantu proses pencernaan dan juga diet (dietary fiber). Serat memiliki
kemampuan untuk menghambat proses penyerapan gula dan lemak yang tidak
baik di dalam saluran pencernaan. Serat ini ada 2 jenis yaitu yang bisa larut dalam
air dan ada pula yang tidak larut dalam air (Primandini dan Astri, 2010).
Awalnya serat hanya dikenal sebagai pencahar dan tidak memberi reaksi
apapun bagi tubuh oleh para ahli gizi. Pandangan akan serat ini kemudian mulai
berubah setelah dilaporkan bahwa konsumsi rendah serat dapat menyebabkan
banyak kasus penyakit kronis seperti jantung koroner, apendikitis, divertikulosis
dan kanker kolon. Serat yang memiliki efek fisiologis tersebut kemudian disebut
sebagai serat pangan atau dietary fiber (Santoso, 2011).
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang
sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Perubahan pola konsumsi
pangan di Indonesia menyebabkan berkurangnya konsumsi sayuran dan
buah-buahan hampir di semua provinsi Indonesia. Keadaan tersebut mengakibatkan
terjadinya pergeseran atau perubahan pola penyakit-penyakit infeksi menjadi
penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik (Santoso, 2011).
United of State Food Drug Administration mengajurkan Total Dietary
The American Heart Association dan The American Diabetic Assosiation
menyarankan untuk mengkonsumsi serat sebesar 25-35 g/hari dari berbagai bahan
makanan. PERKI (Perhimpunan Kardiologi Indonesia) menyarankan konsumsi
serat 25-30 g/hari untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah
(Nainggolan dan Adimunca, 2005).
Konsumsi serat makanan dari sereal dan buah-buahan berbanding
terbalik dengan risiko penyakit jantung koroner. Setiap 10 g total serat/hari,
terjadi penurunan sebesar 14% pada kejadian jantung koroner dan penurunan
sebesar 27% pada kematian akibat jantung koroner. Untuk setiap 10 g serat
buah/hari, terjadi penurunan sebesar 16% pada kejadian jantung koroner dan
sebsar 30% pada kematian akibat jantung koroner (Coleman, 2011).
2. Manfaat
Serat dapat digunakan dalam membantu menurunkan kadar kolesterol di
dalam darah serta bisa mengurangi risiko munculnya penyakit jantung koroner.
Serat dapat mencegah terserapnya lemak oleh tubuh dengan cara mengikat lemak
di dalam usus. Menurut ahli di berbagai belahan dunia jumlah serat yang
dibutuhkan oleh tubuh adalah sebanyak 30 gram setiap harinya. Berikut ini adalah
Tabel V. Kandungan Serat dalam Buah-Buahan untuk Setiap 100 g
No. Nama Buah Kandungan Serat (g)
1. Jambu Biji 5,6
2. Jeruk Sitrun 2,0
3. Sirsak 2,0
4. Anggur 1,7
5. Alpukat 1,4
6. Belimbing 0,9
7. Apel 0,7
8. Pepaya 0,7
9. Srikaya 0,7
10. Pisang 0,6
11. Semangka 0,5
12. Jeruk Bali 0,4
13. Mangga 0,4
14. Nanas 0,4
15. Melon 0,3
(Primandini dan Astri, 2010).
Serat dalam buah-buahan bermanfaat untuk melancarkan pencernaan.
Serat bisa mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Serat larut (serat yang tidak
dapat dicerna tapi bisa larut dalam air) bisa mengikat lemak di dalam usus. Selain
itu serat larut ini juga dapat mengikat asam empedu (produk akhir pengolahan
kolesterol di dalam tubuh) dan akhirnya dikeluarkan bersama feses (Primandini
dan Astri, 2010).
Nainggolan dan Adimunca (2005) mengemukakan beberapa manfaat
dari serat pangan (dietary fiber) untuk kesehatan, yaitu:
1. Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas)
Makanan yang kaya akan serat memerlukan waktu yang lebih lama
untuk dicerna di dalam lambung sehingga memberi rasa kenyang lebih
lama. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya
mengandung kalori rendah, kadar glukosa dan lemak rendah yang dapat
2. Penggulangan penyakit diabetes
Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga
mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan
terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna
karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut mampu meredam kenaikan
glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.
3. Mencegah gangguan gastrointestinal
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk,
meningkatkan air dalam feses menghasilkan feses yang lembut dan tidak
keras sehingga hanya memerlukan kontraksi otot yang rendah agar feses
dapat dikeluarkan dengan lancar. Dampaknya adalah fungsi
gastrointestinal akan menjadi lebih baik dan sehat.
4. Mencegah kanker kolon (usus besar)
Penyebab terjadinya kanker usus disebabkan oleh tertumpuknya
senyawa karsinogen di permukaan kolon dalam waktu yang cukup lama.
Mekanisme serat pangan dalam mencegah kanker usus adalah dengan
mempercepat transit feses dalam saluran pencernaan sehingga kontak
antara kolon dengan berbagai zat karsinogen yang terbawa dalam
makanan menjadi lebih pendek. Transit makanan yang lebih cepat akan
mengurangi kesempatan berbagai mikroorganisme dalam kolon untuk
5. Menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung
Serat mempunyai efek mengikat asam empedu dan kolesterol sehingga
menurunkan jumlah asam lemak di dalam saluran pencernaan.
Pengikatan asam empedu oleh serat akan menyababkan asam empedu
keluar dari siklus enterohepatik, karena asam empedu yang disekresi ke
usus tidak dapat diabsorpsi tetapi terbuang ke dalam feses. Penurunan
jumlah asam empedu menyebabkan hepar harus menggunakan kolesterol
sebagai bahan untuk membentuk asam empedu sehingga terjadi
penurunan kadar kolesterol dan mencegah risiko penyakit jantung.
3. Jenis-jenis serat
Serat makanan (dietary fiber) sebenarnya berbeda dengan serat kasar
(crude fiber). Serat kasar (crude fiber) merupakan bagian tanaman yang tidak
dapat dihidrolisis menggunakan pelarut asam sulfat 1,25% dan alkali natrium
hidroksida 1,25%. Serat pangan (dietary fiber) merupakan bagian dari bahan
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Nilai crude
fiber selalu lebih rendah dibandingkan dengan dietary fiber, lebih kurang 1/5 dari
seluruh nilai serat makanan (Nainggolan dan Adimunca, 2005)
Ada dua tipe serat makanan yaitu serat larut air (soluble fiber) dan serat
tidak larut air (insoluble fiber) (Nainggolan dan Adimunca, 2005). Serat larut air
terdiri dari pektin dan gum yang merupakan bagian dalam dari sel pangan nabati.
Serat ini banyak terdapat pada buah dan sayur, sedangkan serat tidak larut air
serealia, kacang-kacangan dan sayuran (Santoso, 2011). Kandungan serat larut air
dari berbagai sumber makanan terlihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Kandungan Serat Larut Air dari Berbagai Sumber Makanan
(Coleman, 2011).
4. Hubungan serat dengan kolesterol
Konsumsi serat makanan berhubungan dengan penurunan absorpsi
kolesterol dan peningkatan pelepasan asam empedu. Pektin, hidroksimetil
selulosa, guar gum serta β-glukan dapat menurunkan absorpsi kolesterol
sedangkan psyllium tidak dapat menurunkan absorpsi kolesterol. Serat yang
viscous lebih efektif dalam menurunkan absorpsi kolesterol walaupun
mekanismenya belum sepenuhnya diketahui. Selain itu serat viscous juga dapat
menurunkan absorpsi triasilgliserol (Tensiska, 2008).
Serat makanan dari berbagai sumber seperti apel, barley,
kolesterol LDL. Food and Drug Administration (FDA) telah mengklaim bahwa
makanan yang mengandung 0,75 gram sampai 1,7 gram serat larut per porsi dapat
mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Viskositas merupakan karakteristik
yang dimiliki oleh semua serat penurun kolesterol. Ada beberapa teori untuk
menjelaskan bagaimana serat viscous dapat menurunkan kolesterol serum.
Penjelasan utama melibatkan sirkulasi asam empedu. Kolesterol LDL diubah
menjadi asam empedu di dalam hati, asam empedu ini akan digunakan untuk
mengemulsi lemak di usus. Serat viscous mengganggu proses sirkulasi
enterohepatik empedu dengan cara mengikat asam empedu. Akibatnya, kolesterol
LDL darah diubah menjadi asam empedu oleh hati untuk mengganti asam empedu
yang telah diekskresikan ke dalam tinja. Mekanisme inilah yang menyebabkan
menurunnya kadar kolesterol serum (Coleman, 2011).
Perubahan komposisi dari pool asam empedu karena konsumsi
beberapa serat viscous akan mengakibatkan berkurangnya sintesis kolesterol
(Coleman, 2011). Ketika mengkonsumsi serat akan terjadi perubahan pool garam
empedu dari cholic acid menjadi chenodeoxycholic acid yang akan menghambat
3-hydroxy 3-methylglutaryl (HMG) CoA reductase yang dibutuhkan untuk sintesis
kolesterol (Tala, 2009).
Beberapa studi menunjukkan bahwa dengan menggabungkan serat
viscous ke dalam portofolio diet akan dapat menurunkan kadar kolesterol LDL
yang setara dengan statin dan juga dapat meningkatkan efektivitas dari terapi diet
G. Buah Pisang Kepok
Gambar 4. Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) (Zafar dan Akter, 2011).
1. Klasifikasi tanaman
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Sub Kelas :Zingiberidae
Ordo :Zingiberales
Famili :Musaceae
Genus :Musa L.
Spesies :Musa x paradisiaca L. (pro sp.) (USDA, 2013).
2. Morfologi tanaman
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan
Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut
dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Tumbuhan ini
sebagaimana penggolongan dari tingkat Kingdom hingga species berikut ini
(Satuhu dan Supriyadi, 1999).
Tanaman pisang tumbuh di daerah tropik karena tanaman pisang
menyukai iklim panas. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang cukup air pada
daerah dengan ketinggian 2000 m dpl. Pisang merupakan tanaman yang berbuah
hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan
bonggol yang pendek. Mata tunas yang ada pada bonggol inilah yang akan
tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang sebenarnya tersusun
atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga
mencapai ketebalan 20-50 cm. Helaian daun berbentuk lanset memanjang, mudah
koyak, dengan panjang 1,5-3 m dan lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin,
tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan
menyirip, berwarna hijau. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup
bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan dan disebut dengan
jantung pisang (Dalimartha, 2003).
Pisang kepok (Gambar 4) termasuk pisang berkulit tebal dengan warna
kuning menarik kalau sudah matang. Satu tandan terdiri dari 10-16 sisir dengan
berat 14-22kg. Setiap sisir terdapat ± 20 buah. Daging buahnya kuning, umumnya
dimakan setelah direbus atau digoreng (Anonim, 2004).
3. Kandungan buah pisang
Pisang mengandung karbohidrat jenis fruktosa, sukrosa dan glukosa,
lemak, serat, vitamin C, piridoksin, serotonin, pektin, tannin, inositol, asam folat,
kesehatan kulit, mata, dan membran mukosa, ginjal, serta sistem pencernaan
(Primandini dan Astri, 2010). Kandungan kimia buah pisang per 100 g
berdasarkan pada tingkat kematangan dan bentuk sediaannya disajikan pada Tabel
VII.
Tabel VII. Jumlah Kandungan Kimia Buah Pisang per 100 g
(Morton, 1987)
Nutrisi yang terkandung di dalam pisang ini mudah diserap oleh tubuh
hingga ke bagian-bagian sel yang membutuhkannya. Kalsium yang terkandung
dalam buah pisang berguna untuk membunuh kuman, menangkal dampak negatif
dari natrium dan mengontrol tekanan darah. Kalium yang terkandung di dalamnya
berguna untuk menjaga keseimbangan air di dalam tubuh, menstabilkan tekanan
darah dan menormalkan fungsi jantung serta kerja otot (Primandini dan Astri,
2010).
Pisang mampu membentuk perlukaan sel lambung lebih kuat untuk
menahan cairan yang berbahaya atau beracun. Buah ini dapat menstimulasi
berlendir yang dengan cepat dapat menyelubungi permukaan lambung. Dengan
demikian, buah ini dapat mencegah kerusakan lambung yang berkelanjutan dari
asam hidroklorida dan pepsin lambung (Mahendra dan Evi, 2005).
Pisang yang belum matang mempunyai kandungan serat hemiselulosa
yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan
melindungi jantung. Hal ini tidak berlaku bagi pisang yang telah matang
(Mahendra dan Evi, 2005).
Kandungan mineral yang menonjol pada pisang adalah kalium. Sebuah
pisang kira-kira mengandung kalium sebesar 440 mg. Kalium berfungsi untuk
menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung, menurunkan tekanan
darah, dan membantu pengiriman oksigen ke dalam otak (Mahendra dan Evi,
2005).
Buah pisang kepok yang masih muda mengandung banyak tannin.
Tanin diketahui dapat memacu metabolisme glukosa dan lemak, sehingga
timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari. Senyawa ini juga
mempunyai aktivitas hipoglikemik yaitu dengan meningkatkan glikogenesis.
Selain itu tanin juga berfungsi sebagai astringent atau pengkhelat yang dapat
mengkerutkan membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari
makanan akibatnya menghambat asupan gula dan laju peningkatan gula darah
4. Kegunaan tanaman di masyarakat
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber
vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang,
pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat
cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai
sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia (BPPIPT,
2000).
Batang pisang bisa diolah menjadi serat untuk pakaian dan kertas Batang
pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok
dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air
batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun (BPPIPT,
2000).
I. Landasan Teori
Kolesterol sangat berguna bagi tubuh karena digunakan sebagai bahan
pembentukan vitamin D di kulit, hormon kelenjar adrenal dan sebagai bahan baku
pembentuk dinding sel. Namun berbeda halnya jika terjadi hypercholesterolemia
yaitu peningkatan kadar kolesterol di dalam darah. Semakin tinggi kadar
kolesterol dalam darah maka akan menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang
Aterosklerosis merupakan suatu kondisi terjadinya penumpukan
kolesterol di dinding pembuluh darah arteri. Apabila aterosklerosis ini terjadi di
pembuluh koroner maka akan dapat menimbulkan penyakit jantung koroner
(Cahyono, 2008). Menurut Primandini dan Astri (2010) untuk dapat menurunkan
kadar kolesterol di dalam darah adalah dengan cara mengkonsumsi serat pangan.
Di dalam tubuh serat akan merangsang peningkatan eksresi asam empedu ke
dalam usus dan akan menyebabkan absorpsi kolesterol dan lemak lainnya menjadi
melambat. Semakin tinggi konsumsi serat maka semakin banyak juga asam
empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh sehingga kadar kolesterol dalam
darah pun akan menurun (Tala, 2009). PERKI (Perhimpunan Kardiologi
Indonesia) menyarankan pengkonsumsian serat sebanyak 25-30 g/hari untuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah (Nainggolan dan Adimunca, 2005).
Food and Drug Administration mengklaim bahwa makanan yang
mengandung serat larut sebesar 0,75 g sampai 1,7 g per porsi dapat mengurangi
risiko penyakit jantung koroner. Dalam 1 buah pisang mengandung 1 g serat larut
dalam air dan total serat keseluruhannya adalah sebanyak 3 g (Coleman, 2008).
Mahendra dan Evi (2005) mengatakan bahwa kandungan serat hemiselulosa yang
cukup tinggi pada pisang yang belum matang mampu menurunkan kadar
kolesterol darah dan melindungi jantung. Kandungan serat tertinggi dari buah
pisang terdapat pada serbuk buah pisang mentah (Morton, 2007) dan buah pisang
yang paling baik untuk dibuat dalam bentuk serbuk adalah buah pisang kepok
informasi mengenai efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar kolesterol darah.
I. Hipotesis
Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dapat
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental
murni yaitu dengan melakukan percobaan pada kelompok perlakuan dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap pola searah yaitu dengan cara menentukan sampeldalam
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol denganpengacakan agar setiap sampel
punya kesempatan yang sama untuk dapat masuk ke dalam kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol.Penelitian ini dilakukan secara lengkap yaitu terdapat
kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok perlakuan. Pola searah
ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang sama pada kelompok perlakuan, yaitu
pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)).
Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus jantan galur Wistar.Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar berumur 1-2
bulan dengan bobot 100-200 g. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah tikus
putih jantan galur Wistar dengan umur diluar 1-2 bulan, berat kurang dari 100
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1. Variabel bebas
Dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)).
2. Variabel tergantung
Kadar kolesterol darah tikus jantan galur Wistar.
b. Variabel Pengacau
1. Variabel pengacau terkendali
a. Jenis kelamin hewan uji : tikus putih jantan
b. Galur spesies hewan uji : Wistar
c. Berat badan awal hewan uji : 100-200 g
d. Umur hewan uji : 1-2 bulan
e. Cara pemberian sediaan : peroral
2. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah
keadaan patofisiologis hewan uji yang digunakan, kemampuan hewan
uji dalam mencerna serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L.
(pro sp.)) dan kemampuan hewan untuk beradaptasi dengan
hiperlipidemia.
2. Definisi operasional
a. Serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) adalah serbuk yang dibuat dari
dalam oven selama 24 jam kemudian dihancurkan dengan menggunakan
mesin penyerbuk yaitu grinder sampai terbentuk serbuk.
b. Sediaan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) adalah
sediaan dalam bentuk suspensi yang dibuat dengan cara melarutkan
sejumlah serbuk buah pisang kepok (g) dalam larutan CMC 1% (b/v).
c. Dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) adalah
sejumlah gram serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))
yang disuspensikan dalam CMC 1% (b/v) yang diberikan kepada tikus
dengan rute pemberian peroral.
d. Komposisi pakan diet tinggi lemak adalah kuning telur ayam, minyak babi
dan pakan AD II dengan perbandingan (2:1:1) yang dibuat dalam bentuk
pelet, dan dianggap efektif apabila mampu meningkatkan kadar kolesterol.
e. Metode CHOD-PAP adalah suatu metode enzimatik yang dapat digunakan
untuk mengukur kadar kolesterol darah.
C.Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
a. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar dengan umur
1-2 bulan dan berat badan 100-200g yang diperoleh dari Laboratorium
b. Bahan Uji
Buah pisang kepok (Musa xparadisiaca L. (pro sp.)) mentah yang
diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang, Gamping,
Sleman. Pisang kepok yang digunakan pada penelitian ini adalah buah
pisang mentah berumur 2,5 bulan diambil pada bulan September 2012.
Bahan uji ini kemudian dikeringkan dan dijadikan serbuk.
c. Lemak babi
Lemak babi yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pasar
Bringharjo Yogyakarta.
d. Kuning telur
Kuning telur yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari warung di
daerah Paingan, Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta.
e. Pakan
Pakan yang digunakan secara umum adalah pakan AD II yang didapat dari
Laboratorium Hayati Imono.
f. Pakan tinggi Lemak
Pakan tinggi kolesterol dibuat dari campuran kuning telur ayam, minyak
babi danAD II dengan perbandingan 2:1:1 yang kemudian dibuat dalam
bentuk pellet.
g. Larutan CMC 1% (b/v)
h. Senyawa pembanding
Senyawa pembanding yang digunakan adalah tablet simvastatin generik
20mg.
2. Alat penelitian
a. Alat timbang elektrik
b. Serum tube
c. Rak tabung
d. Oven
e. Mesin penyerbuk (grinder)
f. Pipa hematokrit (non heparin)
g. Metabolit cage
h. Spuit peroral 5 cc
i. Alat-alat gelas
j. Mesin pembuat pelet
k. Penangas air.
D. Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan bahan
Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dariMejing wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang,
Gamping, Sleman. Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang
2. Determinasi tanaman
Determinasi dilakukan dengan menyamakan ciri-ciri buah pisang kepok
(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan website www.plantamor.com dan buku
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.
3. Pembuatan serbukbuah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))
Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang telah
terkumpul sebanyak 60 buah (3 sisir) dengan berat buah pisang basah (tanpa kulit)
keseluruhannya adalah 3600 g, dibersihkan kemudian dipisahkan antara kulit dan
daging buahnya. Daging buah dipotong tipis-tipis dan dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 40o– 50o C selama 24 jam di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Buah
pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang kering yang didapatkan
sebanyak 2046 g, kemudian dilakukan penyerbukan dengan menggunakan mesin
penyerbuk (grinder). Setelah itu, serbuk diayak menggunakan ayakan nomor
mesh 50. Diasumsikan dengan ayakan nomor mesh 50, partikel serbuk dapat
dibuat dalam bentuk sediaan suspensi yang diberikan pada hewan uji dengan
bantuan spuit peroral. Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro
sp.)) yang diperoleh adalah sebanyak 612 g.
4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))
Sebelumnya pada penelitian ini telah dilakukan orientasi untuk mencari
konsentrasi maksimum dari sediaan serbuk