• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cover Desain : Tim Editorial Photo Properties : (Coral Bleaching Sebesi Island) Redaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cover Desain : Tim Editorial Photo Properties : (Coral Bleaching Sebesi Island) Redaksi"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

COPYRIGHT©AQUASAINS 2016

Cover Desain

: Tim Editorial

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena Penyusunan Jurnal “AQUASAINS” telah

selesai. Jurnal ini disusun untuk mengapresiasi dan mempublikasi hasil-hasil

penelitian, dan kajian ilmiah bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Untuk

mendukung tujuan tersebut, jurnal ini mengkhususkan diri dengan materi-materi

dalam bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Edisi kelima Nomor satu ini

memuat tujuh artikel yang diharapkan akan menambah wawasan dan pemahaman

di bidang perikanan dan sumberdaya perairan.

Pada kesempatan ini redaksi menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah mengirimkan artikelnya-artikelnya. Redaksi akan membuka kesempatan

seluas-luasnya bagi seluruh kalangangan akademisi maupun praktisi baik dari

dalam lingkungan maupun diluar Universitas Lampung untuk mempublikasikan

hasil-hasil penelitiannya.

Akhir kata semoga jurnal ilmu perikanan dan sumberdaya perairan “AQUASAIN

S

ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung, Nopember 2016

(4)
(5)

D

AFTAR

I

SI Vol 5 No. 1

Mardame Pangihutan Sinaga

Correlation Analysis Of Trawl Catchment To The Chlorophyll-A And

Sea Surface Temperature In Central T

apanuli Waters ………

..

413 - 420

Sera Hardiyani, Esti Harpeni, Agus Setyawan, Supono

Pathogenicity And In Vivo Study Of Local Isolate Bacillus Sp. D2.2 At

The Vannamei Culture (Litopenaeus vannamei

) ………

..

421 - 426

Ira, Nur Irawati

Fish Community

In

Seagrass

Habitat Around

Sawapudo

Waters,Konawe District, South-

East Sulawesi ………

427 - 434

Herdiana Mutmainah, Rani Santa Clara

Analysis of Coral’s Cover And Coral’s Mortality Index Around Pagai

Strait, Mentawai

………

435 - 444

Perdana Ixbal Spanton

Studies Using Red Brick to Reduce of Iron (Fe) Levels From on Dug

Well Water in Trinsing Country,Village Jingah, District Central

Teweh,North Barito Regency

………...

445 - 450

La Ode Alirman Afu, Subhan

Coral Reef Condition Based on Level of Sedimentation in Kendari Bay

451 - 456

Suliswati, EstiHarpeni, Moh.Muhaemin

Effect of Light Intensity on The Cell Density, Diameter and Cell

(6)
(7)

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145. Email :aquasains@yahoo.com;

aquasains@gmail.com

Website : http://ejournal.unila.ac.id/2012/09/10/aquasains/ http://perikanan.unila.ac.id/index.php/aquasains.html; http://aquasains.wordpress.com/

PERNYATAAN PEMINDAHAN HAK MILIK

(COPYRIGHT TRANSFER STATEMENT)

Ketika naskah diterima untuk dipublikasikan, Hak Milik dipindahkan ke Jurnal Aquasains.

Pemindahan Hak Milik memindahkkan kepemikikan eksklusive untuk mereproduksi dan

mendistribusikan naskah, termasuk cetakan lepas, penerjemahan, reproduksi fotografi,

mikrofilm, material elektronik (

offline

maupun

Online

) atau bentuk reproduksi lainnya yang

serupa dengan aslinya.

When the article is accepted for publication, its copyright is transferred to Aquasains Journal.

The copyright transfer convers the exclusive right to reproduce and distribute the article,

including offprint, translation, photographic reproduction, microfilm, electronic material,

(offline or online) or any other reproduction of similar nature.

Penulis menjamin bahwa artikel adalah asli dan bahwa penulis memiliki kekuatan penuh untuk

mempublikasikannya. Penulis menandatangani dan bertanggungjawab untuk melepaskan

bahan naskah sebagian atau keseluruhan dari semua penulis. Jika naskah merupakan bagian

dari skripsi mahasiswa, maka mahasiswa tersebut wajib menandatangani persetujuan bahwa

pekerjaannya akan dipublikasikan.

The Author warrant that this article is original and that the author has full power to publish.

The author sign for and accepts responsibility for releasing this material on behalf os any and

all-

author. If the article based on or part os student’s thesis, the student needs to sign as

his/her agreement that his/her works is going published

.

Judul Naskah

Title of Article

:

………

………

………

Penulis

Author

:

………

………

………

………

Tanda Tangan Penulis

Author’s Signature

:

………

………

………

Tanda Tangan Mahasiswa

Student’s Signature

:

………

………

Tanggal

Date

(8)
(9)

Persyaratan Legal

Penulis harus menjamin bahwa naskah tidak akan dipublikasikan dimanapun dalam bahasa yang sama atau berbeda tanpa izin dari pemilik hakcipta, yang menjamin hak pihak ketiga tidak akan dilanggar, dan penerbit tidak akan bertanggung jawab jika ada klaim dari pihak ketiga.

Penulis yang menyertakan bagian gambar atau teks yang sudah dipublikasikan di lain tempat yang membutuhkan izin dari pemilik harus menyertakan bukti seperti izin atau persetujuan yang diperoleh ketika akan megirimkan makalahnya. Materi yang diterima tanpa bukti akan dianggap asli dari penulis. Naskah harus dilengkapi dengan “Pernyataan Pemindahan Hakmilik”

Legal Requirement

The author(s) guarantee(s) that the manuscript will not be published elsewhere in any language without the consentof the copyright owners, that the rights of third parties will not be violated, and that the publisher will not be held legally responsible should there be any claims for compensation.

Authors wishing to include figures or text passages that have already been published elsewhere are required to obtain permission from the copyright owner(s) and to include evidence that such permission has been granted when submitting their papers. Any material received without such evidence will be assumed to originate from the authors.

Manuscripts must be accompanied by the ‘‘Copyright Transfer Statement’’.

Prosedur Editorial

Makalah harus merupakan hasil penelitian yang relatif baru. Semua naskah adalah subjek untuk peer review. Penulis harus mengirimkan naskahnya dalam bentuk elektronik dengan format LYX atau Word dan PDF ke alamat redaksi:

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

Email :

aquasains@yahoo.com aquasains@gmail.com

Naskah yang dikembalikan ke penulis untuk revisi harus dikirim kembali dalam waktu 4 minggu, sebaliknya jika tidak akan dipertimbangkan telah menyatakan menarik diri.

Naskah yang diyatakan ditolak tidak akan dikembalikan ke penulis (kecuali Ilustrasi asli). Makalah yang tidak sesuai dengan aturan jurnal akan dikembalikan ke penulis untuk direvisi sebelum dipertimbangkan untuk dipublikasi. Penulis bertanggung jawab terhadap keakuratan pustaka.

Editorial Procedure

Papers must present scientific results that are essentially new. All manuscripts are subject to peer review.

Authors should submit their manuscripts electronically as Postscript or PDF to: Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

Email :

aquasains@yahoo.com aquasains@gmail.com

Manuscripts which are returned to the authors for revision should be sent back within 4 weeks; otherwise they will be considered withdrawn. Rejected manuscripts will not be returned to the authors (except for original illustrations). Papers that do not conform to the journal norms may be returned to the authors for revision before being considered for publication.

The author is responsible for the accuracy of the references.

Persiapan Naskah

Untuk membantu penulis menyiapkan naskah, Aquasains akan menyediakan template dalam bentuk paket makro LYX dan template dalam bentuk word yang dapat digunakan dengan MS Office Word

Manuscript Preparation

 General remarks To help you prepare your manuscript, Aquasains offers a LYX macropackage as well as a template that can be used with Winword 2007 or 2010 or higher.  Title page The title page should include:

(10)

dengan perkembangan teknologi.

Halaman Judul.Halaman judul harus

termasuk:

– Nama(nama) Penulis

– Judul harus ringkas dan informatif – Intitusi yang berafiliasi dengan penulis

dan alamat penulis

– Alamat Email, telpon/HP dan nomor fax untuk korespondensi dengan penulis

Abstrak.Tiap Makalah harus didahuli dengan

abstrak berisikan hasil yang paling penting dan kesimpulan yang dapat ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan tidak lebih dari 300 kata.

Kata Kunci. Tiga atau enam katakunci harus

disediakan setelah abstrak untuk tujuan pengindekskan.

Singkatan. Singkatan harus didefinisikan

pada saat pertama kali disebutkan dalam abstaks dan disebutkan ulang pada tubuh naskah utama dan digunakan secara konsisten untuk selanjutnya.

 Daftar simbol yang harus mengikuti abstraks dalam bentuk daftar jika diperlukan. Penomoran Bab harus dalam bentuk desimal. Satuan Internasional (SI) harus digunakan.  Catatan kaki yang mendasar pada teks harus

diberi nomor secara berurutan dan ditempatkan pada bagian bawah halaman dimana dirujuk

Catatan Kaki. Catatan pada halaman judul

tidak diberikan simbol perujuk. Catatan kaki pada teks diberi nomor secara berurutan, begitu juga dengan tabel harus ditunjukkan dengan huruf kecil superscript (atau bintang untuk nilai signifikan dan data statistik lainnya).

Pendanaan. Penulis diharapkan untuk

mengungkapkan semua bentuk

komersialisasi atau asosiasi lain yang mungkin memici konflik kepentingan yang berhubungan dengan materi yang dikirim. Semua sumber pendanaan yang mendukung pekerjaan dan institusi atau perusahaan yang berafiliasi dengan penulis harus diakui.

Apendiks. Jika ada satu atau lebih apendiks,

harus diberi nomr secara berurutan. Persamaan dalam apendiks harus ditujukan secara berbeda dari bagian utama makalah seperti (A1), (A2) dsb. Pada tiap apendiks persamaan harus diberi nomor secara terpisah.

 A concise and informative title  The affiliation(s) and address(es) of the

author(s)

 The e-mail address, telephone and fax numbers of the communicating author  Abstract. Each paper must be preceded by an

abstract presenting the most important results and conclusions in english or Indonesian in no more than 300 words.

 Keywords. Three to six keywords should be supplied after the Abstract for indexing purposes.

 Abbreviations Abbreviations should be defined at first mention in the abstract and again in the main body of the text and used consistently thereafter.

 A list of symbols should follow the abstract if such a list is needed. Symbols must be written clearly. The numbering of chapters should be in decimal form. The international system of units (SI units) should be used.

 Essential footnotes to the text should be numbered consecutively and placed at the bottom of the page to which they refer.  Footnotes on the title page are not given

reference symbols. Footnotes to the text are numbered consecutively; those to tables should be indicated by superscript lower-case letters (or asterisks for significance values and other statistical data).

 Acknowledgements. These should be as brief as possible. Any grant that requires acknowledgement should be mentioned. The names of funding organizations should be written in full.

 Funding. Authors are expected to disclose any commercial or other associations that might pose a conflict of interest in connection with submitted material. All funding sources supporting the work and institutional or corporate affiliations of the authors should be acknowledged.

 Appendix. If there is more than one appendix, they should be numbered consecutively. Equations in appendices should be designated differently from those in the main body of the paper, e.g. (A1), (A2) etc. In each appendix equations should be numbered separately.  References The list of References should only

include works that are cited in the text and that have been published or accepted for publication.

(11)

termasuk kata dalam naskah yang disitir dan yang sudah dipublikasikan atau diterima untuk publikasi.

Kominikasi pribadi hanya disebutkan dalam teks. Jika tersedia DOI (Digital Object Identifier) dapat ditambahkan pada akhir dari pustaka dalam bentuk pertanyaan.

Pensitiran dalam teks harus ditunjukan dengan nomor dalam kurung kuadrat seperti [1], [2] dsb. Pustaka harus diberi nomor dalam urutan dimana terlihat dalam teks dan didaftar dalam urutan numerik. Judl jurnal harus disingkat sesuai dengan aturan internasional yang berlaku. Pustaka dengan tanda baca yang benar harus mengikuti gaya seperti berikut:

Artikel jurnal:

Hijau T, Hitam J, Biru W (2010) Judul artikel. Singkatan Jurnal.Volume Nomor:halaman-halaman

Buku:

Hijau T, Hitam J (2012) Judul Buku. Lokasi: Penerbit. hal

Buku dengan banyak Penulis:

Biru W (2011) Judul Bab.Dalam: Hijau T, Hitam J (Eds) Judul Buku.

Lokasi:Penerbit., pp 1-50

Pustaka seperti “komunikasi pribadi” atau “data tidak dipublikasikan” tidak dapat dimasukkan dalam daftar pustak, tetapi harus disebutkan dalam tanda kurung: hal ini juga diterapkan pada makalah yang dipresentasikan pada pertemuan tetapi belum dipublikasikan atau diterima untuk publikasi. Tanggal harus diberikan untuk kedua bentuk “komunikasi pribadi” atau “data tidak dipublikasikan”

Makalah yang telah diterima untuk publikasi harus dimasukkan dalam daftar pustaka dengan nama jurnal dan ditambahkan keterangan “in press”.

Komunikasi oral hanya disebutkan dalam Pengakuan/ucapan terima kasih.

Makalah yang dipoblikasikan online tetapi belum atau tidak dicetak dapat disitir menggunakan Digital Object Indentifier (DOI). DOI harus ditambahkan pada akhir pustaka dalam bentuk pertanyaan

Contohnya: Ward J, Robinson PJ (2004) How

to detect hepatocellular carcinoma in cirrhosis. Eur Radiol DOI 10.1007/s00330-004-1450-y

question.

Citations in the text should be identified by numbers in square brackets. References should be numbered in the order in which they appear in the text and listed in numerical order. Journal titles should be abbreviated. References with correct punctuation should be styled as follows:

Journal articles:

Green T, Black J, Blue W (2010) Title of article. Abbreviated journal title Vol No: page-page Books:

Green T, Black J (2012) Book title. Publisher, location

Multiauthor books:

Blue W (2011) Chapter title. In: Green T, Black J (eds) Book title. Publisher, location, pp 1–50 References such as ‘‘personal communications’’or ‘‘unpublished data’’ cannot be included in the reference list, but should be mentioned in the text in parentheses: this also applies to papers presented at meetings but not yet published or accepted for publication.A date should be given for both ‘‘personal communications’’ and ‘‘unpublished data’’. Papers which have been accepted for publication should be included in the list of references with the name of the journal and ‘‘in press’’.

Oral communications should only be mentioned in the acknowledgements. A paper published online but not (yet) in print can be cited using the Digital Object Identifier (DOI). The DOI should be added at the end of the

reference in question.

Example: Ward J, Robinson PJ (2004) How to detect hepatocellular carcinoma in cirrhosis. Eur Radiol DOI 10.1007/s00330-004-1450-y  Illustrations and Tables. All figures

(photographs, graphs or diagrams) and tables should be cited in the text, and each numbered consecutively throughout. Lowercase letters (a, b etc.) should be used to identify figure parts. If illustrations are supplied with uppercase labeling, lowercase letters will still be used in the figure legends and citations.

Line drawings. Please submit good-quality prints. The inscriptions should be clearly legible.

(12)

grafik atau diagram) dan tabel harus disitir dalam teks, dan diberi penomeran secara berurutan dengan nomer arab (1, 2, dst) untuk mengidentifikasi gambar atau tabel. Gambar atau foto atau grafik harus dikirimkan dalam kualitas terbaik untuk dicetak, untuk gambar dua warna (hitam dan putih) harus dikirim dengan kontrs yang jelas. Beberapa gambar yang ditempatkan dalam satu plate dalam satu halaman harus dibuat legenda dengan singkat dan jelas yang dapat menjelaskan gambar. Legenda ditempatkan di bawah gambar, diats sitiran untuk gambar.

Tabel harus memiliki judul dan legenda untuk menjelaskan jika menggunakan singkatan dalam tabel.Catatan kaki untuk tabel digunakan untuk menjelaskan keterangan dari isi tabel dengan meggunakan superscript huruf kecil. Untuk menjelaskan signifikansi atau data statistik digunakan lambang bintang (asterik).

grouped in a plate on one page.

Figure legends must be brief, self-sufficient explanations of the illustrations. The legends should be placed at the end of the text. Tables should have a title and a legend explaining any abbreviation used in that table. Footnotes to tables should be indicated by superscript lower-case letters (or asterisks for significance values and other statistical data). For color illustrations the authors will be expected to make a contribution (£ 308, plus VAT) towards the extra costs, irrespective of the number of color figures.

Pengiriman Elektronik

Teks dan gambar harus dikirim dalam file terpisah. Panduan teknis untuk menyiapkan naskah.

 Teks

Jurnal aquasain hanya menerima file dengan format LYX (lebih disukai untuk yang sudah familier) atau format dokumen MS word. Untuk pengiriman naskah menggunakan perangakt lunah pengolah kata LYX harus menyertakan sumber aslinya dan dalam bentuk postscript atau pdf. Penulis dapat menggunakan paket makro LYX ataupun template word yang akan disediakan oleh radaksi.

Panduan layout

1. Menggunakan huruf normal sederhana (seperti timesRoman) untuk teks • Pilihan style yang lain:

• Untuk teks yang membutuhkan perhatian, istilah asing, dan nama latin menggunakan tipe italik

2. Untuk tujuan khusus seperti vektor matematik gunakan tipe huruf tebal 3. Gunakan penomoran halaman secara

otomatis

4. Untuk Indentasi menggunakan tab stops dan tidak diperkenankan menggunakan space bar

5. Untuk tabel menggunakan fungsi tabel dalam MS word, tidak menggunkan

Electronic Submission

Text and figures must be sent as separate files Technical instructions for preparing your manuscript

 Text

This journal accepts either LaTeX or Word documents.

LaTeX: The electronic version should include the original source (including all style files and figures) and a PostScript or PDF version of the compiled submission. Authors who prepare their papers with

LaTeX are encouraged to use macropackage for this journal.

Layout guidelines

1. Use a normal, plain font (e.g., Times Roman) for text.

Other style options:

o for textual emphasis use italic types. o for special purposes, such as for

mathematical vectors, use boldface type.

2. Use the automatic page numbering function to number the pages.

3. Do not use field functions. 4. For indents use tab stops or other commands, not the space bar. 5. Use the table functions of your word

(13)

membuat tabel

6. Menggunakan editor persamaan dalam MS word

7. Tabel dan gambar diletakkan di halaman akhir naskah

8. Semua gambar yang ada dalam teks dikirimkan delam file terpisah

 Ilustrasi

Siapkan gambar yang akan dikirim dalam format EPS untuk grafik vektor yang dapat dikspor dari program pengolah gambar atau perangkat lunak image converter, dan untuk gambar dua warna (hitam-putih) menggunakan format TIFF. Nama file (satu file untuk tiap gambar) juga termasuk nomor gambar. Legenda gambar harus disertakan dalam teks tidak dalam file gambar.

– Resolusi pemindaian:gambar yang dipindai harus didigitasi dengan resolusi minimum 800 dpi untuk gambar berwarna dan 300 dpi untuk gambar dua warna. – Warna gambar disimpan dalam format

RGB (8 bits tiap saluran).

– Grafik vektor: huruf yang digunakan dalam grafik vektor harus sudah termasuk, tidak

diperkenankan menggambar

menggunakan hairline, minimum tebal garis adalah 0.2 mm (0.567 pt).

Format Data

Untuk naskah awal pengiriman file disimpan dalam bentuk RTF (Rich Text Format) atau DOC atau DOCX atau format lain yang kompatibel dengan pengolah kata MS Word. Gambar dalam format EPS dan atau TIFF. Jika menggunakan pengolah kata LYX file disimpan dalam format berekstensi .lyx dan termasuk sumber aslinya dari makropaketnya dan dalam format postscript atau pdf. Informasi umum yang berisi judul, Operating

system yang digunakan, program pengolah

kata, program pengolah gambar, dan program kompresi file ditulis dalam program notepad atau wordpad.

Semua file teks, ilustrasi atau gambar dan informasi umum dikirim dalam bentuk file kompresi ZIP, file diberi nama dengan hal yang mudah diingat (seperti nama penulis) tidak lebih dari 8 karakter tidak menggunakan simbol khusus.

File dikirim ke alamat redaksi jurnal Aquasains di :

aquasains@yahoo.com atau

processing program or MathType for equations.

7. Place any figure legends or tables at the end of the manuscript.

8. Submit all figures as separate files and do not integrate them within the text.  Illustrations

The preferred figure formats are EPS for vector graphics exported from a drawing program and TIFF for halftone illustrations. EPS files must always contain a preview in TIFF of the figure. The file name (one file for each figure) should include the figure number. Figure legends should be included in the text and not in the figure file.

– Scan resolution: Scanned line drawings should be digitized with a minimum resolution of 800 dpi relative to the final figure size. For digital halftones, 300 dpi is usually sufficient.

– Color illustrations: Store color illustrations as RGB (8 bits per channel) in TIFF format.

– Vector graphics: Fonts used in the vector graphics must be included. Please do not draw with hairlines. The minimum line width is 0.2 mm (i.e., 0.567 pt) relative to the final size.

Data formats

Save your file in two formats:

1. Text: RTF (Rich Text Format) or Microsoft Word compatible formats

Figures: EPS or TIFF.

2. PDF (a single PDF file including text, tables and figures). Make sure that all fonts are embedded. name (one file for each figure) should include the figure number. Figure legends should be included in the text and not in the figure file.

General information on data delivery Please send a zip file (text and illustrations as separate files) to:

aquasains@yahoo.com atau aquasains@gmail.com

(14)

Materi Elektronik Pelengkap (MEP)

Untuk artikel dalam jurnal ini yang akan dipublikasikan disediakan materi:

o Dikirim ke Editor dalam bentuk elektronik bersama dengan makalah sebagai subjek untuk peer review

o Diterima Editor

MEP terdiri atas:

– Informasi yang tidak mungkin dicetak seperti animasi, klip video, rekaman suara dsb.

– Informasi yang lebih tepat dalam bentuk elektronik seperti rangkaian/sequence, data spektral dsb.

– Data asli yang besar yang berhubungan dengan makalah seperti tabel tambahan, ilustrasi (berwarna dan atau hitam putih) dsb.

Setelah makalah dinyatakan diterima oleh Editor MEP akan dipublikasikan sebagaimana yang diterima dari penulis hanya dalam versi online. Referensi akan diberikan pada versi cetak.

Electronic

supplementary

material

(ESM)

for an article in the journal will be published in aquasains provided the material is:

o submitted to the Editor(s) in electronic form together with the paper and is subject to peer review

o accepted by the journals Editor(s)

ESM may consist of

 information that cannot be printed: animations, video clips, sound recordings

 information that is more convenient in electronic form: sequences, spectral data, etc.

 large original data that relate to the paper, e.g. additional tables, illustrations (color and black & white), etc.

After acceptance by the journals Editor(s) ESM will be published as received from the author in the online version only. Reference will be given in the printed version.

Perbaikan/Koreksi

Penulis harus menyertakan membuat bukti koreksi pada printout dalam file pdf, pengecekkan bahwa teks sudah lengkap dimana gambar dan tabel sudah termasuk di dalamnya. Setelah publikasi online, selanjutnya perubahan hanya dapat dilakukan dalam bentuk Erratum yang akan di hyperlink-kan dengan artikel.

Penulis hanya. Perubahan mendasar dalam isi seperti hasil terbaru, nilai terkoreksi, judul dan kepengarangan tidak diperkenankan tanpa persetujuan dari editor yang bertanggung jawab. Dalam kasus ini harap menghubungi Pimpinan Redaksi sebelum mengembalikan bukti ke penerbit.

Proofreading

Authors should make their proof corrections on a printout of the pdf file supplied, checking that the text is complete and that all figures and tables are included. After online publication, further changes can only be made in the form of an Erratum, which will be hyperlinked to the article. The author is entitled to formal corrections only. Substantial changes in content, e.g. new results, corrected values, title and authorship are not allowed without the approval of the responsible editor. In such a case please contact the Editor-in-Chief before returning the proofs to the

(15)

(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 5 No. 1 Tahun 2016)

CORRELATION ANALYSIS OF TRAWL CATCHMENT

TO THE CHLOROPHYLL -A AND SEA SURFACE

TEMPERATURE IN CENTRAL TAPANULI WATERS

Mardame Pangihutan Sinaga1

Ringkasan Sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a are two important oceanographic parameters determining the abundance and dis-tribution of fish. The aim of this research is to determine distribution of SST, chlorophyll-a, composition of fish catch and the relation-ship between SST, chlorophyll-a with fish ca-tch. This study was conducted in Tapanuli Te-ngah waters. Catch analysis data has been ta-ken from field of research on the 7-19 July 2007 and satellite imagery was taken Labo-ratorium Matra Laut-Pusat Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasio-nal (LAPAN) Pekayon, Jakarta Timur at July 2007. The amount of fish catch from Tapanuli Tengah waters landed at PPN Sibolga city was 31.076 kgs. The catch of 15 species of domi-nant by peperek/keke (Leiognathus decorus), teri (Stolephorus commersonii), belado kuning (Atule mate), layang (Decapterus spp), kem-bung perempuan (Rastrelliger brachysoma), bun-cilak (Alepes djeddaba) dan parang-parang (Chi-rocentrus dorab). There was no relationship be-tween SST, chlorophyll-a with fish catch.

Keywords Catch analysis, Chlorophyll-a and SST, Tapanuli Tengah Waters

Received : 20 Mei 2016

Accepted : 12 Juli 2016

1)Universitas Timbul Nusantara. Jalan Mandala Utara

No.33-34, Grogol Petamburan, RT.7/RW.7, Tomang, Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khu-sus Ibukota Jakarta 11440

E-mail: m.pangihutan@gmail.com

PENDAHULUAN

Perairan Tapanuli Tengah cukup strategis se-bagai sentra produksi perikanan laut di Suma-tera Utara. Hasil tangkapan yang dihasilkan oleh para nelayan Tapanuli Tengah terdiri atas ik-an pelagis dik-an demersal. Hasil tik-angkapik-an ikik-an pelagis umumnya lebih dominan dibandingk-an ikdibandingk-an demersal. Jenis-jenis ikdibandingk-an ydibandingk-ang tertdibandingk-ang- tertang-kap pada umumnya adalah kembung perempu-an (Rastrelliger brachysoma), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), parang-parang ( Chi-rocentrus dorab), peperek/keke (Leiognathus decorus), beloso (Saurida rumbii), teri ( Stole-phorus commersonii), layang (Decapterus spp), belado kuning (Atule male), teter/alu-alu ( Sphyra-ena genie), biji nangka (Upeneus sulphurcus), bentong/buncilak (Alepes djeddaba), selar ( Se-lar crumenopthalmus), baledang dan sotong.

Eksploitasi sumberdaya perikanan di perairan Tapanuli Tengah telah memicu terjadinya kon-flik antar nelayan setempat yang disebabkan oleh perebutan daerah penangkapan ikan (DPI) yang baik. Persoalan semakin bertambah de-ngan hadirnya nelayan-nelayan asing dari Tha-iland, Malaysia dan Vietnam yang melakukan

(16)

perairan Tapanuli Tengah umumnya didasark-an pada faktor pengalamdidasark-an ydidasark-ang dikaitkdidasark-an de-ngan faktor musim. Sedangkan untuk menda-patkan gerombolan ikan dilakukan dengan cara-cara tradisional yaitu dengan memperhatikan tanda-tanda di laut, misalnya adanya gerom-bolan burung di atas/di dekat permukaan la-ut, ada tidaknya riak-riak ataupun buih air di permukaan laut dan juga warna air laut. De-ngan cara ini tingkat keberhasilannya rendah dan mengandung keterbatasan-keterbatasan da-lam skala ruang dan waktu.

Informasi daerah penangkapan ikan dapat di-peroleh melalui analisis parameter lingkungan seperti suhu perairan dan kandungan klorofil-a sertklorofil-a hklorofil-asil tklorofil-angkklorofil-apklorofil-an sehinggklorofil-a nelklorofil-ayklorofil-an dklorofil-a- da-pat meningkatkan efisien operasi penangkapan melalui penghematan waktu, tenaga dan biaya operasi penangkapan. Informasi tentang para-meter lingkungan dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan perkembangan teknologi inde-raja sedangkan hasil tangkapan diperoleh me-lalui kegiatan operasi penangkapan. Namun de-mikian pemetaan daerah penangkapan ikan ada-lah pekerjaan yang sangat rumit mengingat ba-nyak sekali faktor-faktor lingkungan perairan yang mempengaruhinya dan faktor tersebut ber-sifat dinamis. Adapun faktor-faktor tersebut cu-kup banyak yang meliputi faktor fisik, kimia-wi, biologi dan ekologis. Parameter lingkung-an ylingkung-ang menjadi fokus perhatilingkung-an dalam peneli-tian ini dibatasi pada SPL dan kandungan klorofil-a kklorofil-arenklorofil-a keduklorofil-a pklorofil-arklorofil-ameter tersebut sklorofil-angklorofil-at ber-peran penting terhadap keberadaan ikan di per-airan.

Informasi tentang suhu perairan sangat pen-ting karena dapat pula digunakan untuk mem-pelajari proses-proses fisika, kimia dan biologi di laut. Pola distribusi SPL dapat dipergunakan untuk mengidentifikasikan parameter-parameter laut seperti arus, umbalan dan front. Umum-nya setiap spesies ikan mempuUmum-nyai kisaran su-hu optimum untuk makan, memijah, beruaya dan aktivitas lainnya (Laevastu et al., 1981). Lebih lanjut Laevastu et al. (1981) mengatak-an bahwa, batasmengatak-an arus serta variasi arus per-mukaan mempengaruhi migrasi musiman dan tahunan dari ikan pelagis dan semi pelagis ser-ta berperan dalam transporser-tasi telur, larva dan ikan-ikan kecil. Dengan mengetahui distribu-si SPL dan pola arus suatu wilayah perairan

maka akan dapat diamati fenomena upwelling dan thermal front yang merupakan daerah po-tensial penangkapan ikan.

Ikan pelagis yang bersifat predator menyukai perairan yang banyak ikan teri pemakan kan-dungan nutrien sebagai makanan utama. Kan-dungan nutrien tersebut dapat diestimasi me-lalui analisis sebaran klorofil-a. Valiela (2013) mengatakan bahwa sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasark-an kedalamberdasark-an perairberdasark-an. Variasi tersebut diaki-batkan oleh perbedaan intensitas cahaya mata-hari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di laut, sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrklorofil-asinyklorofil-a pklorofil-adklorofil-a perklorofil-airklorofil-an pklorofil-an- pan-tai dan pesisir, serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di perklorofil-airklorofil-an pklorofil-antklorofil-ai dklorofil-an pesisir disebklorofil-abkklorofil-an kklorofil-a- ka-rena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar melalui run-off dari daratan, sedangkan ren-dahnya konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijum-pai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh ting-ginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan me-lalui proses fisik masa air, dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan.

Penginderaan jauh (inderaja) kelautan saat ini telah berkembang seiring dengan perkembang-an teknologi informasi. Pemperkembang-anfaatperkembang-an teknolo-gi inderaja dalam pemanfaatan sumberdaya ik-an telah dilakukik-an di beberapa negara maju se-perti Jepang, Australia, Amerika dan beberapa negara-negara Eropa. Hal ini dapat membantu berbagai penelitian untuk memahami dinami-ka sumberdaya idinami-kan.

(17)

berarti seorang pengguna data satelit harus meng-etahui dasar-dasar penginderaan jauh dan pro-ses interpretasi citra untuk mendeteksi suatu fenomena alam pada suatu wilayah.

Para nelayan Sibolga dan sekitarnya masih meng-hadapi kendala untuk dapat meningkatkan efi-siensi dan produktivitas operasi penangkapan ikan. Adapun kendala yang dihadapi nelayan adalah sulitnya mencari daerah penangkapan ikan karena ketidaktahuan tentang faktor osea-nografi, tidak dapat merencanakan operasi pe-nangkapan ikan yang tepat. Hal ini disebabk-an oleh keterbatasdisebabk-an informasi daerah pendisebabk-ang- penang-kapan ikan. Penentuan daerah penangpenang-kapan ik-an potensial yik-ang dilakukik-an oleh para masya-rakat perikanan nelayan termasuk di Sibolga dan sekitarnya masih bersifat tradisional. Wak-tu, tenaga dan biaya operasional cukup tinggi untuk mencari daerah penangkapan ikan yang potensial dan tingkat ketidakpastian hasil tang-kapan masih cukup tinggi.

Untuk mengatasi tingkat ketidakpastian hasil tangkapan maka perlu dilakukan berbagai upa-ya antara lain : (1) Mempelajari keberadaan ik-an melalui ik-analisis paramater-parameter ling-kungan yang mempengaruhinya, seperti suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a, (2) Mempelajari hubungan antara suhu permuka-an laut (SPL) dpermuka-an kpermuka-andungpermuka-an klorofil-a terha-dap hasil tangkapan dan (3) Mempelajari se-baran suhu permukaan laut (SPL) dan kandung-an klorofil-a di perairkandung-an Tapkandung-anuli Tengah. Ke-giatan eksplorasi yang terkait dengan parameter-parameter lingkungan yang mempengaruhinya (seperti mempelajari hubungan suhu permuka-an laut (SPL) dpermuka-an kpermuka-andungpermuka-an klorofil-a terha-dap hasil tangkapan, sebaran SPL dan kandung-an klorofil-a di perairkandung-an Tapkandung-anuli Tengah) ma-sih sangat terbatas padahal manfaatnya sangat penting dalam perencanaan pemanfaatan sum-berdaya perikanan.

MATERI DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ada-lah : (1) Citra Suhu permukaan laut hasil de-teksi satelit NOAA-AVHRR, (2) Citra klorofil-a hklorofil-asil deteksi sensor Seklorofil-aWIFS sklorofil-atelit Seklorofil-a Stklorofil-ar pada level 1 dan 2, (3) Termometer digital, (4) Timbangan, (5) GPS dan (6) Kamera Digital.

Data yang digunakan dalam penelitian ini ter-diri dari tiga kelompok, yaitu : 1) Data pro-duksi, 2) Data SPL, 3) Data klorofil-a. Citra SPL dan klorofil-a yang dikumpulkan berben-tuk model data raster berasal dari jenis level dua yaitu telah terkoreksi baik secara geome-tri, radiometri dan memiliki informasi dasar. Setelah citra diterima oleh antena penerimaan di ILC PUSBANGJA LAPAN, kemudian di-lakukan perekaman dan pengolahan lebih lan-jut, yang meliputi : (1) Perekaman data kanal-kanal citra dari satelit NOAA-16 untuk SPL dan Fengyun FY-1 D untuk klorofil-a pada kom-puter induk (2) Perubahan (konversi) data kanal-kanal citra ke dalam bentuk raster (3) Pemilih-an citra bebas awPemilih-an, dimaksudkPemilih-an untuk me-milih liputan citra yang hanya memiliki < 10 % tutupan awan pada lokasi penelitian (4) Pe-nyimpanan data kanal-kanal citra bebas awan ke dalam CD-ROOM untuk selanjutnya dio-lah.

Kegiatan pengukuran sampel klorofil-a tidak menggunakan alat dalam melakukan penang-kapan ikan di laut selama penelitian karena alat yang digunakan sangat susah diperoleh sehing-ga hanya melakukan pengukuran dari citra sa-telit MODIS. Sedangkan suhu permukaan laut ada dilakukan pengukuran terhadap daerah pe-nangkapan tetapi data hasil pengukuran SPL di lapangan tidak digunakan karena tidak ma dengan data SPL pengukuran dari citra sa-telit NOAA-AVHRR sehingga menggunakan data pengukuran SPL dari citra satelit NOAA-AVHRR saja.

Ada beberapa hal yang dilakukan dalam meng-analisis komposisi hasil tangkapan, yaitu 1) kom-posisi jenis ikan (spesies), 2) jenis dan jumlah ikan yang dominan tertangkap, 3) komposisi jumlah dan spesies ikan yang dominan tertang-kap pada setiap posisi penangtertang-kapan yang ber-beda.

(18)

crop-ping area), dimaksudkan untuk memotong atau mengambil wilayah yang akan diolah dan dia-nalisa saja dengan memanfaatkan fasilitas cur-sor mapatau dengan menggunakan sub fasili-tasextentspadatools geoposition(3) Pemisah-an (masking area) awan, darat dan laut dimak-sudkan untuk menutupi nilai-nilai piksel darat dan awan sehingga hanya nilai-nilai piksel da-ri laut yang akan diolah informasinya. Persa-maan untuk pemisahan awan, darat dan laut menggunakan perbandingan nilai kanal 2 ter-hadap nilai kanal 1 dengan ketentuan tiap-tiap kelas sebagai berikut (O’Reilly et al., 2000) :

jikai2/i1<1,3maka ob jek adalah laut (1)

jikai2/i1>=1,3dan jikai2/i1<2maka ob jek adalah awan (2)

jikai2/i1>=2maka ob jek adalah darat (3)

dimana: i1 = input kanal 1 i2 = input kanal 2 Proses perhitungan persamaan (1), (2) dan (3) dilakukan dengan menggunakan fasilitas for-mula editor pada algorithm wizard

(4) Perhitungan nilai suhu pemukaan laut (SPL), dimaksudkan untuk mendapatkan nilai-nilai SPL berdasarkan nilai temperatur kecerahan ( bri-ghtness temperature) laut dengan menggunak-an algoritma McMillin & Crosby (LAPAN (1997):

SPL=T B4+2,702∗(T B4−T B5)–273,582 (4)

dimana: SPL = nilai suhu permukaan laut da-lam oC TB4 dan TB5 = nilai suhu kecerahan dari kanal 4 dan 5

Proses perhitungan persamaan (4) dilakukan dengan menggunakan fasilitasformula editor

padaalgorithm wizard

(5) Perhitungan nilai klorofil-a, dimaksudkan untuk mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan algoritmaocean colour

OC4-V4 (O’Reilly et al., 2000):

C=10a0+a1∗R+a2R+a3R+a4 (5)

R=Logkanal8

kanal9 (6)

dimana : C = klorofil-a dalam mg/L a0= 0,4708; a1= -3,8469; a2= 4,5338; a3= -2,4434; a4= -0,0414 Proses perhitungan persamaan (5) dila-kukan dengan menggunakan fasilitasformula editorpadaalgorithm wizard

Tabel 1 Komposisi hasil tangkapan pukat ikan dari tanggal 7–19 Juli 2007 per spesies.

No Jenis Ikan Jumlah Hasil Tangkapan Persentase

1 Kembung Perempuan 1720 5.53

2 Kembung Lelaki 939 3.02

3 Parang-parang 1477 5

4 Sebelah 1309 4.21

5 Keke 11420 37

6 Beloso 873 2.81

7 Teri 3887 12.51

8 Layang 2016 6

9 Belado Kuning 1958 6,3

10 Teter 798 3

11 Biji Nangka 893 3

12 Buncilak 1668 5.37

13 Selar 614 2

14 Baledang 1404 4.52

15 Sotong 100 0.32

Jumlah Total 31076 100

(6) Pengkelasan SPL Citra yang telah dipro-ses dibuat ke dalam bentuk peta SPL dengan kelas tertentu. Setiap selang kelas akan dibe-ri warna berbeda untuk memudahkan analisis visual. Dalam penelitian ini digunakan selang kelas 0,5 ºC untuk memudahkan dalam ana-lisis daerah penangkapan ikan (7) Klasifikasi citra klorofil-a dan SPL tidak perlu dilakukan hanya diekpsort saja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai klorofil-a dan SPL jika citra SPL dan klorofil-a sudah di klasifikasi.

Pengolahan citra ke ArcView sangat perlu di-lakukan untuk mendapatkan peta SPL dan klo-rofil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(19)

Gambar 1 Persentase tangkapan yang dominan.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa hasil tangkapan yang dominan adalah ikan keke (Leiognathus decorus), teri (Stolephorus commersonii), be-lado kuning (Atule mate), layang (Decapterus

spp), kembung perempuan (Rastrelliger bra-chysoma), buncilak (Alepes djeddaba) dan parang-parang (Chirocentrus dorab). Persentase masing-masing tangkapan yang dominan tersebut da-pat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan pada Tabel 2 terlihat bahwa su-hu dominan hangat di seluruh wilayah perair-an Tapperair-anuli Tengah ditemukperair-an pada tperair-anggal 7, 12, 15 dan 17 Juli 2007 sedangkan pada tang-gal 9 dan 19 Juli 2007, ditemukan suhu domin-an hdomin-angat ddomin-an dingin pada wilayah ydomin-ang ber-beda. Pada tanggal 7, 9, 15 dan 19 Juli 2007, suhu dominan cukup bervariasi menurut wila-yah perairan. Selanjutnya pada tanggal 12 dan 17 Juli 2007, nampak jelas bahwa suhu domin-an relatif homogen ddomin-an penyebardomin-annya hampir sama untuk wilayah perairan yang berbeda.

Berdasarkan pada Tabel 3 terlihat bahwa kon-sentrasi klorofil-a pada tanggal 7, 9, 12, 15, 17 dan 19 Juli 2007 menyebar di seluruh wilayah perairan Tapanuli Tengah. Tingkat konsentra-si klorofil-a terbanyak sebesar 0,6-1,0 mg/m³ terdapat di tanggal 7, 12 dan 17 Juli 2007, kon-sentrasi klorofil-a sedang sebesar 0,5-0,6 mg/m³ terdapat di tanggal 19 Juli 2007 sedangkan ting-kat konsentrasi klorofil-a terendah sebesar 0,6 mg/m³ terdapat di tanggal 9 dan 15 Juli 2007.

Hasil tangkapan terbanyak ditemukan di per-airan Barus (DPI3), Sorkam (DPI4) dan Mur-shala (DPI5−8), sedangkan di perairan Barus

(DP1112), Sorkam (DPI910) dan Murshala (DPI11) hasil tangkapan lebih sedikit. Hal ini

meng-indikasikan bahwa penyebaran ikan bervaria-si secara temporal dan spabervaria-sial. Namun penye-baran ini tidak dipengaruhi oleh suhu dan kan-dungan klorofil-a. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan terhadap parameter-parameter ose-anografi yang lain seperti arus dan salinitas de-ngan menggunakan datatime seriesyang lebih akurat.

Hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis padahal tujuan utama penangkapan dari pukat ikan umumnya adalah ikan demersal karena sewaktu melakukan operasi penangkapan ik-an, alat tangkap pukat ikan yang diturunkan ke laut berada di permukaan laut seharusnya di dasar perairan. Cara pengoperasian alat tang-kap pukat ikan ini sama halnya dengan trawl, yaitu dapat dioperasikan pada kedalaman per-airan yang diinginkan seperti pada permukaan perairan (surface trawl), pertengahan atau ko-lom perairan (mid-water trawl) dan dasar per-airan (bottom trawl). Menurut letak jaring da-lam air seda-lama operasi penangkapan dilakuk-an, trawl terdiri atas 3 yaitu : (1)Surface trawl

(trawl yang dioperasikan pada permukaan per-airan) (2)Mid-water trawl(trawl yang diope-rasikan pada pertengahan atau kolom perairan) (3)Bottom trawl(trawl yang dioperasikan pa-da pa-dasar perairan).

(20)

Tabel 2 Penyebaran suhu permukaan laut dari satelit NOAA-AVHRR di empat wilayah perairan Tapanuli Tengah.

No Akuisasi Data SPL Tapanuli Tengah (ºC) SPL dominan menurut wilayah (ºC) Keterangan Kisaran Dominan Barus Sorkam Murshala Sibolga

1 7 Juli 2007 25-31 30 (H) 30 30 30 30 Bervariasi 2 9 Juli 2007 26-30 28-30 (H) 29-30 28-30 26-30 28 Bervariasi 3 12 Juli 2007 30-31 30 (H) 30-31 30-31 30-31 30-31 Homogen 4 15 Juli 2007 25-30 28-29 (H) 28 28-29 28-29 28 Bervariasi 5 17 Juli 2007 28-30 29 (H) 29 29 29 29 Homogen 6 19 Juli 2007 25-30 25 (D) 28 (H) 25 26-28 28-29 25 Bervariasi Keterangan : H = Suhu hangat D = Suhu dingin

Tabel 3 Penyebaran klorofil-a dari satelit FY-1 D di empat wilayah perairan Tapanuli Tengah.

No Akuisasi Data Klorofil-a Tap-Teng (mg/m³) Klorofil-a dominan menurut wilayah (mg/m³) Kisaran Dominan Barus Sorkam Murshala Sibolga 1 7 Juli 2007 0.6-1.6 0.6-0.9 0,6-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9

2 9 Juli 2007 0,6-2,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

3 12 Juli 2007 0,5-1,4 0,7-0,9 0,7-0,9 0,7-0,9 0,7-0,9 0,7-0,9

4 15 Juli 2007 0,6-2,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

5 17 Juli 2007 0,6-1,4 0,7-1,0 0,7-1,0 0,7-1,0 0,7-1,0 0,7-1,0 6 19 Juli 2007 0,5-2,0 0,5-0,6 0,5-0,6 0,5-0,6 0,5-0,6 0,5-0,6

data hasil tangkapan dari kapal penangkapan lainnya diperbolehkan tapi tidak semua hasil tangkapan akan diberitahu.

Pada Gambar 2 terlihat bahwa nilai data SPL insitu terhadap SPL exsitu (lapangan) adalah tidak sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh waktu perolehan data secara in-situ dengan ex-situyang berbeda. Dataex-situdideteksi oleh satelit NOAA-AVHRR dalam sehari dua ka-li sedangkan data SPL in-situ yang diukur di lapangan bervariasi antara jam 04.00 sampai 15.00 Wib tergantung waktu setting pukat ik-an. Menurut Nontji (1987), perbedaan antara SPL in-situ dengan ex-situ dapat dipengaruhi oleh awan atau kabut, perbedaan penyinaran matahari (intensitas matahari) yang datang di-hambat oleh awan maupun partikel-partikel la-innya yang ada di luar angkasa, arus, penaik-an massa air dpenaik-an pencairpenaik-an es di kutub. Secara alami suhu permukaan laut merupakan lapisan hangat, karena mendapat sinar matahari pada siang hari. Akan tetapi karena pengaruh angin, pada lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 meter terjadi pengadukan hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28.00oC) yang homogen, sehingga disebut

la-pisan homogen. Lala-pisan permukaan umumnya memiliki ketebalan kedalaman sebelum men-capai lapisan bawah yang lebih dingin (Gam-bar 3).

Kekurangan metode pengumpulan data ini ada-lah hasil tangkapan yang diperoleh sangat

se-Gambar 2 Hubungan SPL terhadap CPUE pada masing-masing DPI

Gambar 3 Hubungan klorofil-a terhadap CPUE pada masing-masing DPI.

(21)

kon-Gambar 4 Grafik Verifikasi antara SPL exsitu dengan insitu

flik. Untuk memperoleh data hasil tangkapan dari kapal penangkapan lainnya diperbolehkan tapi tidak semua hasil tangkapan akan diberi-tahu.

Pada Gambar 4 terlihat bahwa nilai data SPL insitu terhadap SPL exsitu (lapangan) adalah tidak sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh waktu perolehan data secara in-situ dengan ex-situyang berbeda. Dataex-situdideteksi oleh satelit NOAA-AVHRR dalam sehari dua ka-li sedangkan data SPL in-situ yang diukur di lapangan bervariasi antara jam 04.00 sampai 15.00 Wib tergantung waktu setting pukat ik-an. MenurutNontji (1987), perbedaan antara SPL in-situ dengan ex-situ dapat dipengaruhi oleh awan atau kabut, perbedaan penyinaran mata-hari (intensitas matamata-hari) yang datang diham-bat oleh awan maupun partikel-partikel lain-nya yang ada di luar angkasa, arus, penaikan massa air dan pencairan es di kutub. Secara alami suhu permukaan laut merupakan lapisan hangat, karena mendapat sinar matahari pada siang hari. Akan tetapi karena pengaruh angin, pada lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 meter terjadi pengadukan hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28.00oC) yang homogen, sehingga disebut

la-pisan homogen. Lala-pisan permukaan umumnya memiliki ketebalan kedalaman sebelum men-capai lapisan bawah yang lebih dingin (Gam-bar 5).

Air mempunyai sifat spesifik bahang yang ba-ik, artinya bertambah atau berkurangnya panas terjadi secara perlahan-lahan. Permukaan laut dapat mengabsorbsi sejumlah besar energi ma-tahari yang masuk ke dalamnya. Ketika evapo-rasi, permukaan laut menjadi panas. Pada saat dipanaskan, air hangat tetap dipermukaan

se-Gambar 5 Sebaran vertikal suhu secara umum di Per-airan Indonesia (Nontji, 1987).

dangkan air dingin tenggelam atau berada di lapisan bawah. Energi yang sampai dipermu-kaan bumi bervariasi menurut musim, lintang dan topografi (Ingmanson and Wallace, 1973).

Suhu air laut di lapisan permukaan sangat ter-gantung pada jumlah bahang yang diterima da-ri sinar matahada-ri. Menurut Laevastu and Hela (1970), perubahan suhu permukaan laut selain disebabkan oleh jumlah bahang yang diterima dari matahari juga dipengaruhi oleh keadaan alam dan lingkungan sekitar di daerah perairan tersebut. Pengaruh arus, keadaan awan, pena-ikkan massa air dan pencairan es di kutub juga mempengaruhi suhu di permukaan laut.

Sverdrup et al. (1942) mengatakan bahwa, proses-proses seperti absorbsi radiasi dari matahari, aliran bahang dari dalam bumi melalui dasar laut, perubahan bentuk energi kinetik menja-di energi bahang, aliran bahang dari atmosfer melalui udara ke laut dan kondensasi dari uap air yang disertai dengan terjadinya pelepasan bahang yang terjadi di laut akan menaikkan su-hu air laut. Selanjutnya proses-proses radiasi balik dari permukaan laut, aliran bahang (kon-veksi) ke atmosfer dan evaporasi dapat menu-runkan suhu air laut pada lapisan permukaan perairan.

SIMPULAN

(22)

diam-bil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Sebaran SPL di perairan Tapanuli Tengah ber-variasi yang berkisar antara 25°C hingga 31°C dengan kisaran SPL dominan 25°C hingga 30°C. Kandungan klorofil-a bervariasi antara 0,5-2,0 mg/m³ dengan nilai dominan 0,5-0,9 mg/m³. (2) Jumlah hasil tangkapan selama penelitian sebanyak 31.076 kg terdiri dari 15 spesies, yang didominasi oleh spesies ikan keke ( Leiogna-thus decorus), teri(Stolephorus commersonii), belado kuning (Atule mate), layang ( Decap-terusspp), kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma), buncilak (Alepes djeddaba) dan parang-parang (Chirocentrus dorab). (3) Se-baran SPL dan klorofil-a tidak berpengaruh ter-hadap hasil tangkapan.

Pustaka

Aboet, A., editor (1985). Penginderaan Ja-uh melalui Satelit suatu Alternatif Peneliti-an OsePeneliti-anografi, Jakarta. Proceeding Loka-karya Pemanfaatan Data Satelit Lingkungan dan Cuaca.

Brandt, A. v. (1964).Fish catching methods of the world. Fishing News (Books).

Gabriel, O., Lange, K., Dahm, E., and Wen-dt, T. (2008). Fish catching methods of the world. John Wiley & Sons.

Ingmanson, D. E. and Wallace, W. J. (1973).

Oceanology: an introduction. Wadsworth Publishing Company.

King, M. (2013). Fisheries biology, assess-ment and manageassess-ment. John Wiley & Sons. Laevastu, T., Hayes, M. L., et al. (1981).

Fi-sheries oceanography and ecology.

Laevastu, T. and Hela, I. (1970).Fisheries oce-anography: New ocean environmental se-rvices. Coward and Gerrish ltd.

LAPAN, B. (1997). Laporan akhir kegiatan penelitian dan pengembangan. pemanfaat-an pengelolapemanfaat-an data penginderapemanfaat-an jauh sate-lit lapan tahun anggaran 1996/1997 tentang spesifikasi standar ketelitian sst dan peman-faatannya untuk pengamatan pola arus laut dan daerah potensi penangkapan ikan. Te-chnical report, Lembaga Penerbangan An-tariksa Nasional.

Nontji, A. (1987).Laut nusantara. Djambatan. O’Reilly, J. E., Maritorena, S., Siegel, D. A., O’Brien, M. C., Toole, D., Mitchell, B. G.,

Kahru, M., Chavez, F. P., Strutton, P., Co-ta, G. F., and Hooker, S. B. (2000). Oce-an color chlorophyll a algorithms for seawi-fs, oc2, and oc4: Version 4. SeaWiFS post-launch calibration and validation analyses, Part, 3:9–23.

Sverdrup, H. U., Johnson, M. W., Fleming, R. H., et al. (1942). The Oceans: Their physics, chemistry, and general biology, vo-lume 7. Prentice-Hall New York.

(23)

(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 5 No. 1 Tahun 2016)

PATHOGENICITY AND

IN VIVO

STUDY OF LOCAL

ISOLATE

Bacillus

sp. D2.2 AT THE VANNAMEI

CULTURE (

Litopenaeus vannamei

)

Sera Hardiyani1 · Esti Harpeni2 · Agus Setyawan2 · Supono2

Ringkasan Penggunaan bakteri biokontrol da-pat dijadikan solusi bagi permasalahan pem-berantasan penyakit untuk menekan pertum-buhan bakteri pathogen pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Bacillus sp. D2.2 merupakan isolat bakteri lokal yang ter-bukti mampu menghambat pertumbuhanVibrio harveyisecara in vitro. Potensi lain isolat bak-teri ini perlu diketahui lebih lanjut melalui pe-nelitian ini. Tujuan pepe-nelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat patogenisitas bakteri bio-kontrolBacillussp. D2.2 terhadap udang va-name dan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogenVibrio alginolyti-cussecara in vivo. Uji patogenisitasBacillus sp. D2.2 dilakukan dengan metode LD50pada tingkat kepadatan 103, 104, 105dan 106CFU/ml. Hasil LD50menunjukkan Bacillus sp. D2.2 ti-dak bersifat patogen karena titi-dak ada konsen-trasi bakteri yang mematikan hingga 50% la-rva udang vaname. Uji antagonismeBacillus sp. D2.2 terhadapV.alginolyticussecara in vi-vo dilakukan pada 2 perlakuan, yaitu pemeli-haraan udang vaname tanpa penambahan Ba-cillussp. D2.2 dan pemeliharaan udang vana-me dengan penambahanBacillussp. D2.2. Ke-dua perlakuan diuji tantang denganV.alginolyticus 105 cfu/ml dan diulang 3 kali. Hasil

peneli-1)Alumni Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung

2)Dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung. Alamat: Jalan Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145.

E-mail: edypeni@yahoo.com

tian menunjukkan Bacillus sp. D2.2 mampu menurunkan pertumbuhanV.alginolyticusdari 105CFU/ml sampai 103CFU/ml. Hal tersebut menjelaskan bahwa Bacillus sp. D2.2 berpo-tensi sebagai bakteri biokontrol.

Keywords biokontrol,Bacillus sp. D2.2, Litopenaeus vannamei,Vibrio alginolyticus

Received : 09 September 2016

Accepted : 21 Oktober 2016

PENDAHULUAN

(24)

penya-kit vibriosis pada udang (Esteve and Herrera, 2000; Fan et al. 2006; Phuoc et al. 2008; Soto-Rodriguez et al. 2010).

Penelitian akuakultur yang membahas tentang antagonismeBacillussp. terhadap bakteri Vi-brio telah banyak dilakukan (Vaseeharan and Ramasamy 2003; Domrongpokkaphan and Wan-chaitanawong 2006; Balcázar and Rojas-Luna 2007). Kehadiran bakteri agen biokontrol da-pat dijadikan solusi bagi permasalahan pem-berantasan penyakit untuk menekan pertum-buhan bakteri, bahkan Verschuere et al. (2000) dan Janarthanam et al. (2012) menambahkan tentang pentingnya menggunakan bakteri lo-kal (indigenous) sebagai biokontrol terhadap bakteri patogen karena lebih cepat beradapta-si serta mampu menjaga kualitas air dan ke-sehatan kultivan. patogen. Penelitian sebelum-nya menemukan satu isolat bakteri biokontrol denganBacillussp. D2.2 dari tambak tradisio-nal di Desa Mulyosari, Kecamatan Pasir Sak-ti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lam-pung mampu menghambat pertumbuhan bak-teriVibrio harveyi secara in vitro (Setyawan et al. 2014). Penelitian ini merupakan peneliti-an lpeneliti-anjutpeneliti-an untuk mengetahui tingkat patoge-nisitas bakteri biokontrolBacillussp. D2.2 ter-hadap udang vaname dan kemampuannya da-lam menghambat pertumbuhan bakteri pato-genVibriosp. secara in vivo.

MATERI DAN METODE

Uji Patogenisitas

Uji patogenisitas dilakukan melalui uji LD50 (Lethal Dosage50) untuk mengetahui pada do-sis berapa isolat bakteriBacillussp. D2.2 ber-sifat patogen terhadap larva udang vaname. Ni-lai LD50yang didapatkan akan digunakan un-tuk menenun-tukan dosis bakteri biokontrol pada uji tantang saat bakteriV.alginolyticus dima-sukkan ke media pemeliharaan. Isolat bakteri biokontrol dikultur pada media TSB kemudian diinkubasi di orbital shaker selama 24 jam pa-da suhu ruang sekitar 27oC. Isolat bakteri di-sediakan dalam tingkatan kepadatan 103, 104, 105 dan 106 CFU/ml. Udang uji yang digu-nakan untuk tiap perlakuan berjumlah sepuluh

ekor tiap akuarium dengan tiga ulangan. Uji patogenisitas dilakukan dengan memasukkan bakteri Bacillussp. D2.2 ke media pemeliha-raan larva udang untuk menciptakan kondisi infeksi secara alami. Udang uji dipelihara da-lam akuarium seda-lama 14 hari dengan menga-mati sintasan dan gejala klinis yang timbul.

Uji Antagonisme Bakteri Bacillus sp. D2.2 se-cara in vivo pada Udang Vaname terhadap Bak-teri Patogen Vibrio alginolyticus.

Setelah mendapatkan nilai LD50, dosis bakteri Bacillussp. D2.2 yang akan digunakan untuk uji tantang terhadap bakteri patogenV. algino-lyticus dapat ditentukan. V. alginolyticus, di-masukkan ke dalam media pemeliharaan udang. Kepadatan bakteri V.alginolyticus yang digu-nakan pada uji tantang sama dengan bakteri bi-okontrol. Uji in vivo dilakukan dengan 2 per-lakuan, yaitu pemeliharaan udang vaname tan-pa penambahanBacillussp. D2.2 (P1) dan pe-meliharaan udang vaname dengan penambah-anBacillussp. D2.2 (P2). Kedua perlakuan ter-sebut diuji tantang denganV. alginolyticus. Pe-ngamatan dilakukan selama 3-7 hari dengan parameter pengamatan sintasan hidup udang vaname dan TVC (Total Vibrio Count). Da-ta dianalisis dengan menggunakan uji sDa-tatis- statis-tik nilai tengah (uji t) pada selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji LD50menunjukkan bahwa bakteri Ba-cillus sp. D2.2 tidak bersifat patogen karena dari semua kepadatan bakteriBacillussp. yang digunakan tidak ada yang mematikan ingga 50% hewan uji selama 15 hari masa pemeliharaan. Pada kepadatanBacillussp. D2.2 103cfu/ml, tidak ada larva udang yang mati, pada kepadat-an bakteri 104dan 105cfu/ml terjadi kematian larva udang sebesar 3%, dan kepadatan bakteri 106cfu/ml menghasilkan tingkat kematian la-rva udang tertinggi sebesar 10% (Gambar 1).

(25)

Gambar 1 Tingkat kematian udang saat uji patogeni-sitas

Gambar 2 Kepadatan bakteri V.alginolyticus pada uji in vivo

Taukhid, 2011). Penggunaan suatu bakteri se-bagai agen biokontrol harus dapat memberikan keuntungan dan tidak merugikan pada inang (Nour and El-Ghiet 2011).

Kepadatan bakteri biokontrolBacillussp. D2.2 yang dipilih untuk digunakan pada uji in vivo terhadap bakteri patogenV. alginolyticus ada-lah 105cfu/ml yang dinilai lebih aman diban-dingkan kepadatan bakteri 106cfu/ml karena tingkat kematian yang lebih kecil. V. algino-lyticus yang digunakan juga disediakan pada kepadatan 105 cfu/ml.

Jumlah kepadatan bakteriV.alginolyticus tan-pa pemberianBacillussp. D2.2 terjadi pening-katan sejak hari pertama hingga hari ketiga men-capai puncak kepadatan tertinggi sebesar 2,3 × 106cfu/ml kemudian menurun menjadi 5 × 105 cfu/ml di akhir pengamatan (Gambar 2). Sedangkan pada P2, jumlah kepadatan bakteri V.alginolyticusterus mengalami penurunan se-lama waktu pengamatan hingga di akhir waktu pengamatan jumlah kepadatan bakteri menjadi 4,7 × 103cfu/ml.

Hasil analisis uji t menunjukkan penambahan bakteri biokontrolBacillussp. D2.2 berpenga-ruh terhadap jumlah kepadatan bakteriV.

al-Gambar 3 Survival rate (SR) udang vaname pada uji in vivo

ginolyticus pada pengamatan hari kedua dan ketiga, namun tidak berpengaruh pada penga-matan hari keempat, kelima dan keenam.

Kemampuan bakteriBacillussp. dalam meng-hambat pertumbuhan patogen dikarenakan si-fat antagonisme bakteri tersebut, berupa persa-ingan nutrisi dan senyawa antibiotik yang di-hasilkan oleh bakteriBacillussp. yang dapat merugikan bakteri lain. Sedikitnya ada 66 je-nis antibiotik yang dihasilkan oleh bakteri Ba-cillus sp. (Nishijima et al., 2005). Sifat anta-gonisme bakteriBacillussp. D2.2 yaitu meng-hasilkan senyawa antibakteri berupa antibak-teri polipeptida yaitu bacitracin, yang mam-pu menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel, merusak permeabilitas membran sel dan merubah sistem respirasi (Setyawan et al., 2014).

Penambahan bakteri biokontrolBacillussp. D2.2 pada uji in vivo terhadap kelangsungan hidup udang vaname tidak berbeda nyata dengan per-lakuan tanpa penambahan bakteri biokontrol (p<0,05). Gambar 3. menunjukkan kelangsung-an hidup udkelangsung-ang vkelangsung-aname ykelangsung-ang diberi bakteri Ba-cillussp. D2.2 danV. alginolyticus(P2) lebih besar 10% dibandingkan udang vaname yang diberikan V. alginolyticus tanpa penambahan bakteriBacillussp. D2.2 (P1). Hal tersebut di-karenakan adanya bakteri biokontrolBacillus sp. D2.2 yang dapat menekan pertumbuhan bak-teri patogenV. alginolyticussehingga memini-malkan bakteriV. alginolyticusmenyerang tu-buh larva udang vaname.

(26)

meng-hambat pertumbuhan 4 strainVibriosp. seca-ra in vitro.Janarthanam et al. (2012) mengi-solasi bakteriBacillus spp. di perairan India dan menguji keefektifannya dalam mengham-bat bakteri patogenV. harveyisecara in vitro maupun in vivo, dan menyatakan bahwa iso-lat bakteriBacillusspp. mampu meningkatkan kelangsungan hidup udang windu dan mam-pu mengontrol virulensi dariV.harveyi. Sela-in menghambat pertumbuhan bakteri patogen, manfaat pokok yang ditimbulkan bakteri Ba-cillussp. adalah meningkatkan kelangsungan hidup hewan uji.

SIMPULAN

Bakteri biokontrolBacillussp. D2.2 tidak ber-sifat patogen pada kepadatan 103, 104, 105, 106 CFU/ml. Penambahan bakteri biokontrol Ba-cillus sp. D2.2 mampu menurunkan pertum-buhan bakteri patogenV. alginolyticus secara in vivo.

Pustaka

Balcázar, J. L. and Rojas-Luna, T. (2007). Inhibitory activity of probiotic bacillus sub-tilis utm 126 against vibrio species con-fers protection against vibriosis in juvenile shrimp (litopenaeus vannamei).Current mi-crobiology, 55(5):409–412.

Briggs, M., Funge-Smith, S., Subasinghe, R., and Phillips, M. (2004). Introductions and movement of penaeus vannamei and penae-us stylirostris in asia and the pacific. RAP publication, 10:92.

Domrongpokkaphan, V. and Wanchaitana-wong, P. (2006). In vitro antimicrobial acti-vity of bacillus spp. against pathogenic vi-brio spp. in black tiger shrimp (penaeus mo-nodon). Kasetsart Journal (Natural Scien-ce), 40:949–957.

Esteve, M. and Herrera, F. C. (2000). Hepa-topancreatic alterations in litopenaeus van-namei (boone, 1939)(crustacea: Decapoda: Penaeidae) experimentally infected with a vibrio alginolyticus strain.Journal of inver-tebrate pathology, 76(1):1–5.

Fan, J.-F., Li, W.-Z., Zang, H.-M., Wang, B., and Song, L.-C. (2006). The pathogen of red body disease in litopenaeus vannamei.Acta Hydrobiologica Sinica, 30(6):742–746. Janarthanam, K., George, M. R., John, K. R.,

and Jeyaseelan, M. (2012). In vitro and in vivo biocontrol of vibrio harveyi using indi-genous bacterium, bacillus spp.

Karunasagar, I., Karunasagar, I., and Umesha, R. (2005). 13. microbial diseases in shrimp aquaculture.

Lusiastuti, A. M. and Taukhid (2011). Selek-si kandidat probiotik anti aeromonas hydro-phila untuk pengendalian penyakit ikan air tawar. Technical Report 2, Balai Riset Pe-nelitian Budidaya Air Tawar.

Nishijima, T., Toyota, K., and Mochizuki, M. (2005). Predominant culturable bacillus species in japanese arable soils and their po-tential as biocontrol agents. Microbes and environments, 20(1):61–68.

Nour, E. and El-Ghiet, E. A. (2011). Effica-cy of pseudomonas fluorescens as biological control agent against aeromonas hydrophila infection in oreo chromisniloticus. World J Fish Marine Sci, 3(6):564–569.

Phuoc, L., Corteel, M., Nauwynck, H., Pensa-ert, M., Alday-Sanz, V., Van Den Broeck, W., Sorgeloos, P., and Bossier, P. (2008). In-creased susceptibility of white spot syndro-me virus-infected litopenaeus vannasyndro-mei to vibrio campbellii. Environmental microbio-logy, 10(10):2718–2727.

Setyawan, A., Harpeni, E., Ali, M., Maris-ka, D., and Aji, M. (2014). Potensi agen bakteri biokontrol indigenous tambak tradi-sional udang windu (penaeus monodon) di lampung timur strain d.2.2, terhadap bakte-ri patogen pada udang dan ikanpotensi agen bakteri biokontrol indigenous tambak tradi-sional udang windu (penaeus monodon) di lampung timur strain d.2.2, terhadap bakte-ri patogen pada udang dan ikan. Pertemuan Ahli Kesehatan Ikan.

(27)

Sugama, K., Novita, H., and Koesharyani, I. (2006). Production performance; disea-ses; spf-breeding; and risk issues concer-ning white shrimp, penaeus vannamei intro-duction into indonesia. Indonesian Aqua-culture Journal, 1(1):71–77.

Vaseeharan, B. and Ramasamy, P. (2003). Control of pathogenic vibrio spp. by baci-llus subtilis bt23, a possible probiotic tre-atment for black tiger shrimp penaeus mo-nodon. Letters in applied microbiology, 36(2):83–87.

(28)
(29)

(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 5 No. 1 Tahun 2016)

FISH COMMUNITY IN SEAGRASS HABITAT

AROUND SAWAPUDO WATERS, KONAWE DISTRICT,

SOUTH-EAST SULAWESI

Ira1 · Nur Irawati1

Ringkasan Perairan Desa Sawapudo memili-ki topografi pantai yang landai dengan dasar perairan yang potensial untuk lamun tumbuh dan berkembang secara luas. Tujuan peneliti-an untuk mengetahui komunitas ikpeneliti-an di lamun perairan Desa Sawapudo. Hasil penelitian pat bermanfaat sebagai informasi penting da-lam pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem padang lamun. Penelitian dilaksanakan bulan Mei-Juli 2016 di perairan Desa Sawapudo Ke-camatan Soropia menggunakan alat tangkap ja-ring. Pengambilan sampel ikan dilakukan se-banyak tiga kali dengan interval waktu 30 ha-ri. Hasil yang diperoleh selama penelitian ya-itu ikan yang tertangkap berjumlah 136 indi-vidu dimana terdapat 12 spesies. Jumlah ke-limpahan ikan tertinggi ditemukan pada jenis ikanGeres oyenasebesar 0,53 ind/m2dan ter-endah pada ikanCheilio inermisyakni sebesar 0,07 ind/m2. Keanekaragaman jenis ikan dika-tegorikan tergolong sedang. Keseragaman ik-an memiliki kemerataik-an jumlah individu un-tuk setiap jenis. Sementara dominansi ikan ter-masuk kategori rendah, dimana tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya.

Keywords komunitas, ikan, lamun, sawapu-do, konawe, sulawesi tenggara

Received : 9 Oktober 2016

1)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universi-tas Haluoleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bu-mi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 (pho-ne/Fax:+62401 393782)

E-mail: irafpikunhalu@gmail.com

Accepted : 29 Oktober 2016

PENDAHULUAN

(30)

15.995,7 ton pada tahun 2007 dan rata-rata pe-nurunan produksi ikan dari tahun 2003 sampai 2007 sebesar 1,04 %.

Salah satu ekosistem perairan dangkal wila-yah pesisir yang berkaitan dengan lingkung-an habitat tempat hidup iklingkung-an adalah Padlingkung-ang lamun. Lamun adalah tumbuhan air yang me-miliki daun, rhizoma dan akar. Sistem rhizoma membentuk daun lamun menjadi lebat, sehing-ga dapat membuat perairan menjadi tenang. Me-nurut Orth et al. (2006), aspek lingkungan fisik lamun dapat berfungsi sebagai peredam ener-gi gelombang dan arus yang sampai ke pantai. Kondisi perairan yang tenang mengakibatkan banyak partikel tersuspensi di kolom air turun ke dasar. Partikel tersuspensi tersebut mengan-dung bahan organik. Lamun dapat pula meng-hasilkan bahan organik sendiri melalui daun lamun yang telah membusuk. Selain itu, di da-un lamda-un menempel sejumlah besar epifit. Aso-siasi lamun dengan epifit dapat menambah ke-tersediaan makanan di padang lamun. Inilah yang menyebabkan tingginya produktivitas di lamun. Produktivitas primer lamun dapat

men-capai 2,7 gC/m2/hari (Hemminga and Duarte,

2000).

Tingginya produktivitas organik dan perairan di sekitarnya menjadi tenang, mengakibatkan banyak ikan yang menjadikan lamun sebagai habitatnya. Beberapa penelitian yang telah di-lakukan menemukan bahwa ada empat katego-ri utama asosiasi ikan dengan padang lamun di Indonesia, yaitu kelompok ikan yang tinggal secara permanen, kelompok ikan yang tinggal secara temporal, kelompok ikan yang datang secara reguler seperti ikan karang yang migra-si secara harian, dan kelompok ikan yang da-tang secara sekali-kali. Padang lamun baik ke-cil maupun besar merupakan habitat penting bagi suatu jenis ikan.

Namun dibandingkan dengan terumbu karang dan mangrove, lamun masih sangat kurang men-dapat perhatian dari aspek perlindungan. Pada-hal lamun merupakan tempat hidup setengah dari spesies penghuni padang lamun yang ada di seluruh dunia. Menurut Fortes (1990), eko-sistem lamun diduga menyumbang sekitar 12% hasil tangkapan dunia atau mampu menyedi-akan lebih dari 1/5 perikanan tangkap di Negara-negara berkembang. Kehilangan habitat yang

bervegetasi lamun di suatu wilayah pesisir da-pat berdampak pada penurunan kepadatan dan kekayaan organisme (Bloomfield and Gillan-ders, 2005).

Sawapudo merupakan salah satu Desa di Ka-bupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi padang lamun cukup be-sar. Hal ini ditunjang oleh topografi pantainya yang landai dengan dasar perairan yang po-tensial untuk lamun tumbuh dan berkembang yakni terdiri atas pantai berpasir, berlumpur, berbatu, pasir berlumpur dan pasir yang ber-campur dengan karang mati. Lamun tersebut membentuk padang lamun yang cukup luas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi lamun yang ada di perairan Sawapudo memi-liki perbedaan kerapatan yang beragam mulai dari vegetasi lamun yang rapat, sedang dan ja-rang.

Penelitian yang berkaitan dengan lamun seba-gai salah satu penyumbang sumberdaya ikan bagi masyarakat di perairan Sawapudo belum pernah dilakukan, sehingga banyak informa-si yang belum diketahui. Oleh karena itu per-lu dilakukan penelitian untuk mengetahui ko-munitas ikan di lamun perairan tersebut. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai informa-si penting dalam pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem padang lamun.

MATERI DAN METODE

(31)

Gambar 1 Pengambilan data ikan

1. Stasiun 1: Terletak di bagian timur perair-an Desa sawapudo dperair-an dekat dengperair-an rataperair-an terumbu karang serta teluk. Memiliki tipe substrat pasir. Stasiun ini berada pada posi-si geografis 03o53’22.5” LS dan 122o36’33.7” BT.

2. Stasiun 2. Terletak di bagian utara perairan Desa Sawapudo dan dekat dengan mangro-ve serta memilii substrat berlumpur. Ber-ada pBer-ada posisi geografis 03o53’21.8” LS dan 122o36’51.2” BT.

3. Stasiun 3. Terletak di bagian utara perairan Desa sawapudo dan terletak dekat dengan mangrove dan rataan terumbu karang ser-ta bersubstrat pasir berlumpur. Sser-tasiun ini berada pada posisi geografis 03o53’22.3” LS dan 122o36’44.2” BT.

Pengambilan data ikan dengan menggunakan jaring. Jaring yang digunakan memiliki pan-jang 30 m dan lebar 1,5 m dengan ukuran ma-ta jaring/mesh size 1 inci dan daya regangan 65%. Dalam pengoperasiannya, jaring dipasang membentuk ukuran bulan sabit dan kedua ujung jaring diikatkan pada patok kayu agar tidak ter-hempas arus. Pengambilan sampel ikan dila-kukan sebanyak tiga kali dengan interval wak-tu 30 hari. Jaring dipasang pada saat air pasang dan dilakukan penggiringan ikan oleh 3 orang dan 2 orang untuk memegangi jaring serta mem-bentuk jaring seperti huruf O. Ikan yang ma-suk ke dalam jaring kemudian diidentifikasi je-nisnya dan dimasukkan ke dalam kantong sam-pel. Parameter lingkungan yang diamati ada-lah suhu, kecepatan arus, kedalaman perairan,

salinitas dan pH perairan. Pengukuran parame-ter lingkungan dilakukan secara insitu pada se-tiap stasiun.

Kelimpahan didefinisikan sebagai jumlah indi-vidu per satuan luas atau volume.

D=∑ni

A (1)

dimana: D

Gambar

Tabel 1 Komposisi hasil tangkapan pukat ikan daritanggal 7–19 Juli 2007 per spesies.
Gambar 1 Persentase tangkapan yang dominan.
Gambar 2 Hubungan SPL terhadap CPUE padamasing-masing DPI
Gambar 5 Sebaran vertikal suhu secara umum di Per-airan Indonesia (Nontji, 1987).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sektor, Kemenkeu dan K/L Cetak dan Upload Surat Pengantar dan Rekapitulasi Usulan Konfirmasi Hasil Penilaian Usulan Kegiatan DAK oleh Daerah Pengusul Exercise Pagu Indikatif Per

Pemberdayaan “diri” bermakna memberikan kekuasaan dan hak individu “diri” miskin yang selama ini tidak memiliki kekuatan untuk terlibat dalam mengakses sumber daya yang

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti dapat memberikan suatu pengertian bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa merupakan suatu kecakapan yang harus

Pemilihan format dalam pengem- bangan bahan ajar ini dimaksudkan mendesain atau merancang isi pembe- lajaran, pemilihan model, pendekatan, dan sumber belajar. Format

Teknis pelaksanaan : Peserta berkumpul diaula penginapan dan selanjutnya akan dijemput panitia menuju lokasi untuk mengikuti kegiatan Kongres Regional Istimewa

Untuk mengatasi hal tersebut, sistem nanopartikel merupakan metoda yang menarik dan dapat meniadakan keterbatasan minyak esensial dengan cara meningkatkan kestabilan kimia

12 Penelitian yoghurt sinbiotik tanpa lemak dengan umbi gembili dalam bentuk tepung sebagai sumber inulin dan pengaruhnya terhadap kadar kolesterol LDL tikus

Dari hasil peer assessment dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa 37,5% siswa yang mem- punyai rangking sama antara rangking diskusi kelompok dan berpikir aplikatif dan