i
ANALISA TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK
MINIMALISASI PENGGUNAAN MATERIAL HANDLING PT. WIJAYA TRIUTAMA PLYWOOD INDUSTRI
UNIT GREEN CLIPPER
TUGAS MATA KULIAH
METODE PENELITIAN HMKK538
Untuk memenuhi persyaratan Lulus mata kuliah metode penelitian
Oleh:
NAMA : MUHAMMAD WIRANATA NIM : H1F113228
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. Karena berkah, rahmat, hidayah dan karunia-nya yang telah
dilimpahkan kepada kita semua, sehingga penyusunan laporan Kerja Praktek ini
dapat penulis selesaikan dengan baik. Adapun judul laporan Kerja Praktek ini
adalah “Analisa Tata Letak Fasilitas Produksi Untuk Minimalisasi Penggunaan Material Handling PT. Wijaya Triutama Plywood Industri Unit
Green Clipper”.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini sesuai
dengan kemampuan yang telah penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di
Universitas Lambung Mangkurat.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Dr. H. Sutarto Hadi Msc. selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Dr.Yuliansyah Firmana ST. M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
3. Ach. Kusairi S,.MT, MM. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
4. Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc selaku Dosen Pengampu
mata kuliah teknik industri yang sudah memberikan saran, dan ilmu yang
iii
5. Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah teknik industri yang sudah memberikan saran, dan ilmu yang
telah diberikan.
6. Bapak sertaIbu yang telah memberikan dorongan yang tidak terhingga baik
moril maupun materil kepada penulis yang diberikan dengan tanpa pamrih,
dan untuk adik-adikku tercinta.
7. Teman- teman Teknik Mesin 2016, terima kasih atas dukungan serta
kerjasama yang dijalin selama ini baik dikampus maupun ditempat kerja
iv
Ucapan Terimakasih Kepada:
Rektor Universitas Lambung MangkuratProf. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
Wakil Rektor 1 Wakil Rektor 2
Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D
Wakil Rektor 3 Wakil Rektor 4
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Dekan Fakultas Teknik
v
Ketua Prodi Teknik Mesin
Ach. Kusairi S,.MT, MM
Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik Industri
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., S.T., M.Kes Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc
Terakhir penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
yang berharga, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kemajuan Ilmu
Teknik Mesin Industri.
Banjarbaru, 31 Desember 2016
vi
1.5 Manfaat Penelitian...……… 4
1.6 Sistematika penulisan...……… 4
BAB II LANDASAN TEORI... 6
2.1 PT. Wijaya Triutama Plywood Industri... 6
2.2 Divinisi perancangan Tata Letak Pasilitas... 8
2.3 Tujuan perancangan Tata Letak Pasilitas... 9
2.4 Perinsip Dasar Tata Letak... 11
2.5 Manfaat Tata Letak...…...……….. 11
2.6 Tipe Tata Letak...……...……….. 12
2.7 Ukuran Jarak...….……….. 13
2.8 Analisa Kuanntitatif Aliran Bahan...……….. 20
2.9 Pengertian Materiaal Handling...…..……….. 23
2.10 Materiaal Handling...…...……….. 26
2.11 TujuanMateriaal Handling...……….. 28
vii
BAB III METODE PENELITIAN... 31
3.1 Objek Dan Lokasi Penelitian...……….………... 31
3.2 Alat dan Bahan...………....……….. 31
3.3 Teknik Pengumpulan Data...……….. 31
3.4 PenelitianDiagram Alir...………....……….. 33
3.5 Tahap Pengolahan Data...………....……….. 34
3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data…....……….. 36
3.7 Kesimpulan dan Saran...………....……….. 36
viii
Abstrak
Kelancaran aliran produksi salah satunya sangat ditentukan oleh adanya tata
cara pengaturan fasilitas–fasilitas produksi, dengan tujuan untuk mengatur area lantai kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi
produksi sehingga dapat menaikkan moral kerja dan performance dari operator.
Pada PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industri untuk aliran bahan terlihat masih
terdapat kegiatan yang bolak-balik. Hal ini mengakibatkan proses produksi
terganggu atau terhenti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan
penelitian untuk meningkatkan kelancaran proses produksi dengan menelaah tata
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis,
membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa.
Rancangan ini pada umumnya digambarakan sebagai rancangan lantai,
yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan
sarana lain) untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran
barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mecapai tujuan
secara ekonomis dan aman (Apple, 1990, p2)
Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak
fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan
mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan
yang digunakan dalam proses operasi. Salah satu tujuan dari perancangan tata
letak fasilitas produksi adalah penggunaan ruangan yang lebih efektif.
Penggunaan ruangan akan efektif jika mesin-mesin atau fasilitas pabrik
lainnya disusun atau diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan jarak
minimal antar mesin atau fasilitas produksi, dan aliran perpindahan material.
Tata letak fasilitas produksi yang baik sangat berperan dalam kegiatan proses
produksi karena berpengaruh langsung kepada kelancaran jalannya proses
produksi, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dapat
memberikan kenyamanan dan keleluasaan gerak kepada para pekerja.
2
bergerak di bidang industri kayu lapis yang berlokasi di kota banjarmasin,
kalimantan selatan .
Kekurangan dari tata letak pabrik yang sekarang adalah pengaturan
tata letak tiap stasiun kerja yang belum sesuai, karena belum
memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja. Hal ini terlihat
pada stasiun pembubutan dan stasiun kerja pencetakan yang ditempatkan
berjauhan padahal langkah proses operasi tersebut berurutan. Luas area kerja
tidak standar, perbandingan luas area stasiun 4:1 dari luas mesin ( Sritomo,
1996 ) sehingga mengganggu keleluasaan gerak dan kenyamanan pekerja.
Untuk itu dibutuhkan perencanaan tata letak fasilitas yang baik untuk
memperpendek jarak antar stasiun produksi tanpa mengabaikan faktor
kenyamanan pekerja. Apabila masalah itu dapat terpenuhi maka biaya
material handling dapat diminimalisasikan. Dari hasil uraian diatas maka
penulis mengambil judul
Analisa tata letak unit green cliper dijadikan objek pada penelitian di
PT. Wijaya Triutama plywood industri karena unit ini mempunyai peran
tersendiri dalam pengolahan kayu lapis yaitu berfungsi untuk memotong dan
meratakan sisi-sisi dari material sort core kayu. Unit mesin mempengaruhi
struktur susunan pabrik karena aliran bahan dari mesin rotary dan press dryer
yang kalau tidak tersusun dengan baik maka akan memerlukan terlalu banyak
material handling yang digunakan dan membuat tata letak pabrik menjadi
3 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
perumusan permasalahannya adalah “ Bagaimana merancang ulang tata letak fasilitas produksi green clipper pada Pabrik Plywood “PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry” untuk memperbaiki tata letak fasilitas produksi awal sehingga dapat meminimalkan material handling ".
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang ulang
tata letak fasilitas unit Green Cliper“PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan sehingga dapat meminimalkan biaya
Material Handling.
1.4 Batasan Masalah
Agar lebih fokus dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini, maka
dilakukan pembatasan pokok permasalahan, yaitu :
1. Perancangan tata letak hanya dilakukan di bagian fasilitas produksi.
2. Tidak ada penambahan / perubahan fasilitas - fasilitas produksi yang
sudah ada selama penelitian
3. Tidak melakukan perubahan sistem produksi maupun urutan proses
produksi dari perusahaan yang sudah ada.
4. Biaya yang akan dibahas hanya biaya operasional dari material
handling.
5. Menggunakan 1 jenis produk acuan yaitu produk yang sering
4 1.5 Manfaat Penelitian
Laporan ini memiliki maafaat bagi beberapa pihak yang terkait di
dalamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa: Laporan ini bermaafaat bagi Mahasiswa mengetahui cara
merancang tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling
di PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan
Selatan.
b. Bagi Program Studi Teknik Mesin: Hasil laporan ini dapat dijadikan
referensi tambahan bagi civitas akademik Program Studi Teknik Mesin
Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dalam hal merancang
tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT.
Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.
c. Bagi Perusahaan: Laporan tentang rancangan tata letak fasilitas produksi
untuk minimalisasi matrial handling di PT. Wijaya Tri Utama Plywood
Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. dapat dijadikan bahan
pertimbangan atas masukan-masukan tentang hal di atas.
1.6 Sistematika penulisan
Sistematika yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir
ini dibagi menjadi eman ( 6 ) bab, yang pada masing-masing bab telah
dirancang tujuan tertentu. Berikut penjelasan secara detail dari masing-masing
5 1. Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
2. Bab II. Landasan Teori
Bagian ini berisi uraian tentang tori-teori yang digunakan untuk
membahas hal-hal yang menunjang dalam pengolaha data yaitu
diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan tata letak
dan jenis atau tipe tata letak yang ada.
3. Bab III. Metodologi Penelitian.
Pada Bab III dilakukan pembahasan tentang objek penelitian dan
tahapan-tahapan dalam proses penelitian, dari mulai tahapan studi
pendahuluan hingga sampai pada tahapan penarikan hasil dan
kesimpulan penelitian.
4. Bab IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Untuk Bab IV berisi tentang data-data yang diproleh selama proses
penelitian, dan dilakukan proses pengolahan data berdasarkan data
yang diperoleh.
5. Bab V. Analisis Data.
Pada bab ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan, untik mendapatkan hasil output yang sesuai dengan metode
6 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PT. Wijaya Triutama Plywood Industri
PT. Wijaya Triutama Plywood Industri (PT. WTUPI), yang selanjutnya
di sebut PT. WTUPI adalah merupakan perusahaan industry kayu lapis dan
pembangkit listrik tenaga uap. PT. WTUPI terletak di Jln. Trisakti komplek
UKA kelurahan Basirih kecamatan Banjarmasin barat kota Banjarmasin
Propinsi Kalimantan Selatan. Berdiri sejak 24 Januari tahun 1980 dan mulai
produksi secara komersial pertama pada bulan Agustus tahun 1982 berupa
Veneer basah (green Veneer) sejumlah 3.000 m3.
Pada tahun yang sama tepatnya tanggal 20 Juni 1982 PT. WTUPI mulai
mempublikasikan proses produksinya kepada pengusaha atau konsumen di
Banjarmasin. Pemerintah Republik Indonesia memberikan persetujuan
terhadap proses produksi komersial kepada PT. WTUPI pada tanggal 1
Agustus 1982. Dengan persetujuan tersebut perusahaan melakukan ekspor
perdana hasil produksi plywood pada bulan Agustus 1982 sebanyak 2.000
m3. Negara pertama tujuan ekspornya adalah Hongkong.
Sejalan dengan perkembangan usaha dan bahan baku log PT. WTUPI
dapat mengembangkan usahanya dengan memproduksi Plywood, Block
Board, dan Laminated Board. PT. WTUPI sampai sekarang (2015) sudah
mempunyai 9 line pengupas bahan baku. Pemasaran produk yang dihasilkan
7
antara lain Jepang, Korea, RRC, Hongkong, Mexico, Jerman, Belgia, Taiwan,
Singapura, Malaysia, USA, Filipina dan Vietnam.
Untuk menjamin kualitas produk pada Konsumen PT. WTUPI juga
mempunyai beberapa sertifikat yang telah diakui dunia, antara lain:
1. JAS Ordinary Panel
2. California Air Resources Base (CARB)
Selain sertifikat tersebut, PT. WTUPI juga menjalankan sistem
manajemen mutu ISO 9002 pada tahun 1997 dan Sistem manajemen
lingkungan 14001 mulai tahun 1999.
Seiring berjalannya waktu, PT. WTUPI berkeinginan untuk tetap eksis di
industri kayu lapis yang kemudian terhambat persoalan pasokan energy listrik
dari PT. PLN yang kurang stabil. Persoalan ini mengakibatkan kualitas hasil
produksi tidak stabil pula. Sehingga pada tahun 1995 PT. WTUPI
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap unit 1 dengan total kapasitas 15
MW yang dibangun bertahap. Bulan Agustus 1996 PLTU dengan kapasitas
1x6 MW mulai beroperasi dan pada tahun 1998 dibangun lagi dengan
kapasitas 1x6 MW. Kemudian pada tahun 2002 PLTU dengan kapasitas 1x3
MW juga didirikan. Pembangkit listrik ini terletak di Jln. Trisakti Komplek
UKA – Flamboyan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Pada tahun 1998 PT.WTUPI mulai bekerja sama dengan PT. Perusahaan
Listrik Negara (PT.PLN) dan group dari PT.WTUPI yaitu PT. Basirih
Industrial dan PT. Intan Wijaya International dalam memanfaatkan exess
power dari pembangkit listrik tersebut. Kerjasama jual beli ini di karenakan
8
kebutuhan masyarakat dan industri. Izin usaha tetap kelistrikan untuk umum
dari Kementrian Badan Penanaman Modal Dan Pembinaan Badan Usaha
Milik Negara juga sudah didapat. Dengan Nomor izin : 371/T/industri/2000
yang dikeluarkan pada 19 Juni 2000 dan berlaku selama perusahaan masih
beroperasi.
Melihat hal itu, pada tahun 2016 PT. WTUPI membangun PLTU unit
2 dengan kapasitas 1x30 MW. Serta berencana untuk membangun unit 3
dengan kapasitas 1x30 MW. PLTU unit 2 sekarang sudah beroperasi dengan
beban minimal untuk PT. PLN adalah sebesar 27 MW yang disalurkan
melalui Gardu Induk (GI) Mantuil. Sehingga, total rata-rata yang disalurkan
ke PT. PLN dari unit 1 dan 2 adalah sebesar 30 MW.
2.2 Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas
Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses
perancangan fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain dan
susunan fasifitas, peralatan phisik, dan manusia yang ditujukan untuk
meningkatkan efisensi produksi dan sistem pelayanan. (Purnomo, 2004).
Sedangkan (Wignjosoebroto, 1992) mengemukakan bahwa tata letak fasilitas
merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang
kelancaran proses produksi.
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan
mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan
perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer
9
letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan
menjaga kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri.
Secara skematis perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas
Pabrik (Tompkins, J.A., 1996)
2.3 Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas
Secara garis besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk menentukan
bagaimana aktivitas-aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi dapat diatur
sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok
produksi secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat tujuan perencanaan tata
10 1. Memudahkan proses manufaktur.
Penyusunan mesin, peralatan, dan ruang kerja yang baik menghasilkan
kemudahan proses produksi
2. Meminimumkan pemindahan barang.
Pengaruh jarak terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang
dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan
berdampak pada pengurangan waktu produksi.
3. Menjaga fleksibilitas (keluwesan)
Ada kalanya suatu pabrik menuntut adanya perubahan tata letak
akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas. Keadaan ini
menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan proses produksi.
4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi
Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan
barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi
jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnya biaya
produksi.
5. Menurunkan cost of capital
Suatu penggunaan fasilitas produksi yang tepat akan mengurangi biaya
pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya
duplikasi peralatan.
6. Menghemat pemakaian ruang
Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan menghemat
(efisisensi) ruangan yang dipakai
11
dalam hal pengawasan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan.
8. Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan
Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja maupun keru
2.4 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak
Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang
didapat dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat disimpulkan
enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut:
1. Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi
proses produksi
2. Perpindahan jarak yang minimal
3. Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik
4. Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien
5. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara
6. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel. Tujuan tersebut dapat
dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik.
2.5 Manfaat Perencanaan Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan
dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yang
bekerja di masing-masing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala
fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat operasi
kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum pengaturan semua
12
1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan
2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu
3. Minimisasi pemakaian area tanah
4. Pola aliran produksi yang terbaik
5. Keseimbangan penggunaan area tanah
6. Keseimbangan di dalam lintasan Fleksibilitas dalam menghadapi
ekspansi dimasa yang akan datang
2.6 Tipe-tipe Tata Letak
Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan
menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses
manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak
secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group Technology
Layout (Purnomo, 2004).
2.6.1 Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)
Jika suatu pabrik secara khusus akan memproduksi satu macam
produk atau kelompok produk dalam jumlah/volume yang besar dan
waktu produksi yang lama, maka segala fasilitas–fasilitas produksi dari pabrik tersebut haruslah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi
dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan layout berdasarkan aliran
produk, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan dapat diatur
menurut prinsip “machine after machine” tidak perduli macam mesin
13
layout), maka segala fasilitas–fasilitas untuk proses produksi (baik pabrikasi maupun perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran
(flow line) dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line) yang mungkin diaplikasikan yaitu :
a. Straight Line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum
dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif
sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam production equipment.
Gambar 2.2 Straight Line
Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan :
1. Jarak yang terpendek antara dua titik.
2. Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis
lurus yaitu dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang
terakhir.
3. Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total
akan kecil karena jarak antara masing–masing mesin adalah sependek-pendeknya
b. Serpentine atau zig zag (S-Shaped).
14
bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan
dengan luasan area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan
dibelokkan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan
secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan
dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
Gambar 2.3 Serpentine/Zig Zag
c. U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana
dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada
lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini
akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan
juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya
material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif
panjang, maka U-Shaped ini akan tidak efisien dan untuk ini
15
Gambar 2.4 U-Shaped
d. Circular.
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik
dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan
material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung.
Hal ini juga baik apabila departemen penerimaan dan pengiriman
material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi
yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.
Gambar 2.5 Circular
e. Odd angle.
Pola aliran berdasarkan odd-angle ini tidaklah begitu dikenal
16
pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi–kondisi seperti :
1. Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis
aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area
yang saling berkaitan.
2. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.
3. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran
yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan.
4. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari
fasilitas–fasilitas produksi yang ada.
Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan
terutama akan merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.
Gambar 2.6 Odd-Angle
2.6.2 Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses
Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan
peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu
17
Karakteristik tipe tata letak ini atara lain:
a. Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil
b. Produksi berdasarkan job order
c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan
pada satu departemen
Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mampu mengerjakan
berbagai macam jenis dan model produk serta spesialisasi
kerja. Sedangkan kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan
lintasan kerja dalam departemen sehingga memerlukan area
untuk work in process storage.
2.6.3 Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout) Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama
tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin,
manusia dan komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju
lokasi komponen utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah
perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan operator dengan keterampilan yang tinggi dan
pengawasan yang ketat.
2.6.4 Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (group technology layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke
dalam satu kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin
18
kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah ‘manufacturing cell”.
Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan
produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat
diperoleh pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran
kerja menjadi lebih lancar dan jarak perpindahan material akan
lebih pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu
diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang
tinggi untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada.
Kelancaran keja sangat tergantung pada kegiatan peigendalian
produksl khususnya dalam menjaga keseimbangan kerja yang
bergerak.
2.7 Ukuran Jarak
Terdapat beberapa sistem yang dipergunakan untuk melakukan
pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain. Ukuran yang
dipergunakan banyak tergantung dari adanya personil yang memenuhi
syarat, waktu untuk mengumpulkan data, dan tipe-tipe sistem pemindahan
material yang digunakan.
a. Jarak Euclidean
Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara
pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Untuk menentukan
jarak euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya
menggunakan formula sebagai berikut:
𝑑
𝑖𝑗=
[(𝑥
𝑖− 𝑥
𝑗)
2+ (𝑦
𝑖− 𝑦
𝑗)
2]
1⁄219
Gambar 2.7Jarak Euclidean
Dimana :
𝑥
𝑖 = koordinat x pada pusat fasilitas i𝑦
𝑖 = koordinat y pada pusat fasilitas i𝑥
𝑗 = koordinat x pada pusat fasilitas j𝑦
𝑗 = koordinat y pada pusat fasilitas j𝑑
𝑖𝑗 = jarak antara pusat fasilitas i dan jb. Jarak Rectilinear
Jarak rectilinear atau Jarak Manhattan merupakan jarak yang
diukur mengikuti jalur tegak lurus. Dalam pengukuran jarak
rectilinear digunakan formula sebagai berikut.
20
Gambar 2.8 Jarak Recitiliear
c. Adjacency
Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas
atau departemen-departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan.
Kelemahan ukuran jarak Adjacency adalah tidak dapat memberi
perbedaan secara riil jika terdapat dua pasang fasilitas dimana
satu dengan yang lainnya tidak berdekatan.
2.8 Analisa Kuantitatif Untuk Menganalisa Aliran Bahan
Dalam melakukan analisa kuantitatif aliran bahan dapat mengunakan
beberapa metode sebagai berikut :
a. Peta Dari – Ke (From – To Chart)
Analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan
kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah
unit dan satuan kuantitatif lainnya. Peta yang umum digunakan
untuk melakukan analisis kuantitatif ini adalah from to chart.
Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi di mana banyak
items yang mengalir melalui suatu area. Angka - angka yang
21
beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume
atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini
Berikut ini adalah aplikasi from to chart untuk tiga
komponen yang diproses dengan urutan- mesin seperti pada tabel
1.1 sebangkan aliran komponen ditunjukan seperti pada gambar 2.5
Tabel 1.1 Kuantitas dan urutan produksi
Komponen kuantitas produksi/hari Urutan proses
1 25 A-B-D-E
2 15 A-C-D-B-E
3 10 A-D-E
Gambar 2.9 Aliran komponen
Pada gambar 2.6 adalah peta dari-ke yang menunjukkan
jumlah material yang di pindahkan dari A ke B adalah komponen 1
dengan kapasitas 25. Material yang dipindahkan dari D ke E adalah
komponen 1 dan 3 dengan kuantitas 25 dan 10 sehingga total yang
dipindahkan 35.
22 Dari
Ke
A B C D E
A 25 15 10
B 25 15
C 15
D 15 35
E
b. Inflow dan Outflow
Inflow digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien
ongkos material handling yang masuk ke stasiun kerja dari stasiun
kerja yang lain sedangkan outflow digunakan untuk mencari
koefisien ongkos yang keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja
yang lain. Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan ongkos
material handling dan From To Chart sehingga dapat digambarkan
sebagai berikut :
23 c. Tabel Skala Prioritas (TSP)
Tabel skala prioritas menggambarkan urutan prioritas antara
stasiun kerja dalam suatu layout produksi, sehingga diharapkan
ongkos material handling menjadi minimum. Perhitungan inflow
dan outflow menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan tabel
skala prioritas, dimana prioritas tersebut diurutkan berdasarkan
harga koefisien ongkosnya mulai dari yang terbesar sampai dengan
yang terkecil.
Tujuan pembuatan TSP antara lain adalah untuk
memperpendek jarak tempuh material handling, meminimasi
ongkos material handling dan memperbaiki tata letak produksi
menjadi lebih optimal.
2.9 Pengertian Material Handling
Salah satu masalah penting dalam produksi ditinjau dari segi
kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke
tingkat proses produksi berikutnya. Untuk memungkinkan proses produksi
dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang
disebut dengan Material Handling. Terdapat banyak definisi mengenai atau
pengertian yang diberikan untuk material handling. Berikut ini ada dua
definisi secara umum, yaitu :
1. Material Handling adalah seni dan ilmu pengetahuan dari
perpindahan, penyimpanan, perlindungan, dan pengawasan
material.
24
Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena
masalah-masalah material handling tidak dapat secara
eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau model
matematika. Material handling membutuhkan sebuah
‘penilaian’ benar atau salah, dimana di perusahaan- perusahaanbenar-benar berpengalaman di bidang material
handling akan menilainya.
b. Ilmu Pengetahuan
Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu
pengetahuanb karena menyangkut metode engineering.
Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis
data, membuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih
dan mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan
bagian integral dari penyelesaian masalah material handling
dan proses perancangan sistem. Analisis model matematis dan
teknik–teknik kualitatif sangat berarti sebagai bagian dari proses ini.
c. Perpindahan
Perpindahan material membutuhkan waktu dan
memerlukan penggunaan tempat (yaitu penanganan material
digunakan pada waktu yang tepat dan tempat yang benar).
Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara ukuran,
bentuk, berat, dan kondisi material dengan lintasannya dan
25 d. Penyimpanan
Penyimpanan material sebagai penyangga antar
operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin.
Yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan material
antara lain adalah ukuran, berat, kondisi dankemampuan
tumpukan material, keperluan untuk mengambil dan
menempatkan material, kendala-kendala bangunan seperti
misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak antar kolom, dan
tinggi bangunan.
e. Perlindungan
Yang termasuk dalm perlindungan material antara lain
penmgawasan, pengepakan, dan pengelompokan material;
untuk melindungi kerusakan dan kehilangan material.
Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat pengaman
yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk
perlindungan terhadap material yang salah penanganan,
salah penempatan, salah pengambilan, dan urutan proses
yang salah. Sistem material handling harus dirancang untuk
meminimasi keperluan pengawasan, dan untuk menurunkan
biaya.
f. Pengawasan
Pengawasan material terdirir dari pengawasan fisik dan
pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah
26
penempatan antar material. Pengawasan status adalah
pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan,
keaslian, dan jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk
menjamin bahwa jangan sampai terlalu banyak pengawasan
yang dilakukan pada sistem material handling. Melakukan
pengawasan yang tepat merupakan suatu tantangan, karena
pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya
organisasi dan orang yang mengatur dan menjalankan fungsi
penanganan material.
g. Material
Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair,
dan gas. Sistem penanganan diantara bentuk material
mempunyai perlakuan yang berbeda diantara bentuk material.
2. Material Handling mempunyai arti penanganan material dalam
jumlah yang tepat dari material yang sesuai dalam waktu yang
baik pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat dalam
posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai dan biaya yang
murah dengan menggunakan metode yang benar.
2.10 Aspek-aspek biaya pemindahan barang ( Material Handling )
Secara umum biaya material handling akan terbagi dalam tiga
klasifikasi :
a. Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber
27
konsumen yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini
merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi
pabrik dengan memperhatikan tempat di mana sumber material
berada serta lokasi pada tujuannya.
b. In - Plant Receiving and Storage, yaitu biaya-biaya yang
diiperlukan untuk pemindahan material dari satu proses ke proses
berikutnya sampai ke pengiriman produk akhir.
c. Handling materials yang dilakukan oleh operator pada mesin
kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja
perakitan.
Dalam usaha menganalisa biaya material handling, maka
faktor- faktor berikut ini seharusnya sangat diperhatikan, yaitu :
a. Material
1. Harga pembelian dari mesin/peralatan
2. Biaya seluruh material yang digunakan
3. Maintenance cost dan repair – part inventory
4. Direct power cost (kilo watt hour, bahan bakar dan lain-lain)
5. Biaya untuk oli
6. Biaya untuk peralatan bangku (pelengkap)
7. Biaya instalasi, termasuk di sini seluruh material dan biaya
upah pekerja dan pengaturan kembali.
b. Salary dan Wages
28
pengoperasian peralatan-peralatan material handling)
2. Training Cost untuk menjalankan peralatan material handling
tersebut.
3. Indirect Labor Cost (staff dan service departemens) dan
lain-lain.
c. Financial Charge
1. Interest untuk investasi peralatan material handling
2. Biaya asuransi, depresiasi dan lain-lain.
2.11 Tujuan Material Handling
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk
mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh
terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan.
Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993) :
a. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi
kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material.
b.Meningkatkan keamanan dan mengembangkan
kondisi kerja.
c. Meningkatkan produktivitas :
1. Material akan mengalir pada garis lurus
2. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin
3. Perpindahan sejumlah material pada satu kali tertentu
4. Mekanisasi penanganan material
29
d.Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas
1. Meningkatkan penggunaan bangunan
2. Pengadaan peralatan serbaguna
3. Standardisasi peralatan material handling
4. Menjaga dan menempatkan seluruh peralatan sesuai
kebutuhan dan mengembangkan program pemeliharaan preventif
5. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem
e. Mengurangi bobot mati
f. Sebagai pengawasan persediaan
2.12 Biaya Material Handling
Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan
bahan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan. Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut:
1. Manaikkan kapasitas
2. Memperbaiki kondisi kerja
3. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan
4. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
5. Mengurangi ongkos
Beberapa aktivitas material handling yang perlu
diperhitungkan adalah pemindahan bahan menuju gudang bahan baku
dan keluar dari gudang jadi serta pemindahan atau pengangkutan yang
terjadi di dalam pabrik saja. Faktor - faktor yang mempengaruhi
perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah jarak tempuh
30
pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian,
jika jarak tempuh sudah ditentukan dan frekuensi material handling
sudah diperhitungkan maka bngkos material handling dapat diketahui,
dimana :
31 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini adalah Rancangan pembangunan unit baru Green
Clipper PT. Wijaya Triutama Plywoo Industry. Penelitian dilakukan di perusahaan
berlokasi di Provinsi Kalimantan Selatan Banjarmasin PT. Wijaya Triutama Plywoo
Industry.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan penunjang penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Rancangan pembangunan unit baru Green Clipper tahun 2016.
b. Kamera Samsung GT-B5330.
c. Microsoft Excel 2016.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Setelah pengamatan awal, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data.
Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian
ini antara lain:
a. Observasi
Pengumpulan data dari dokumen atau catatan-catatan yang ada di
perusahaan seperti sejarah, misi dan tujuan perusahaan, struktur
32 b. Dokumentasi
Pengumpulan data dari dokumen atau catatan-catatan yang ada di
perusahaan seperti sejarah, misi dan tujuan perusahaan, struktur
organisasi dan lain sebagainya.
c. Wawancara
Pengumpulan data diperoleh secara langsung, dengan jalan
melakukan wawancara. Tipe wawancara yaitu studi kasus, metode
yang digunakan adalah openended, dimana peneliti dapat bertanya
kepada responden kunci yang berfungsi sebagai informan tentang
fakta suatu peristiwa disamping opini mengenai peristiwa yang ada.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala bagian
33
Mulai
Studi
Lapangan
Pustaka
Studi
Latar Belakang
Masalah
Tujuan
Penelitian
Pengambilan Data dan Pengolahan
Data
Pengukuran Performansi Tata
Letak Awal
A
A
Pembuatan Tata Letak
Usulan
Pengukuran Performansi Tata Letak
Usulan
Analisa Hasil
Kesimpulan dan Saran
3.4 Diagram Alir Penelitian
34 3.5 Tahap Pengolahan Data
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai
berikut :
A.Penentuan Kapasitas Produksi
Dalam menentukan kapasitas produksi menggunakan data
produkyang sering di pesan dan diproduksi dalam jumlah yang
besar (produk acuan). Dari data produksi, akan didapat produk
yang paling sering di produksi, sehingga produk tersebut akan
menjadi acuan dalam menghitung biaya material handling.
B.Pengukuran Performansi Tata Letak Awal dan Penentuan Biaya
Material Handling Awal.
Dalam pengukuran performansi tata letak yang menjadi
parameternya adalah Biaya Material Handling. Untuk mencari biaya
total material handling adalah sebagai berikut :
1. Penentuan jarak antar fasilitas tata letak awal
Jarak antar stasiun kerja dapat diketahui dengan
melakukan menentukan pusat antara stasiun kerja. Jarak
antar stasiun kerja dihitung dalam satuan meter.
2. Analisa Kuantitatif Pada Aliran Bahan
Analisa ini menghasilkan frekwensi atau jumlah
perpindahan barang dari setiap stasiun produksi yang ada
pada layout awal.
3. Penentuan Biaya Material Handling
35
berbagai macam biaya yang berkaitan dengan perpindahan
barang, antara lain biaya karyawan yang melakukan
per[indahan barang, biaya perawatan alat angkut, harga beli
alat angkut, perawatan, dan nilai ekonomis.
4. Biaya Total Material Handling Tata Letak Awal
Parameter yang digunakan untuk membandingkan
tingkat efisiensi layout adalah biaya total material handling.
Biaya total material handling dapat dicari dengan rumus :
Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x
Frekwensi )
C.Pembuatan dan Pengukuran Performansi Layout Usulan
Dalam pembuatan tata letak usulan, langkah-langkah yang
dilakukan antara lain :
a) Penentuan Tipe Tata Letak
Dalam penentuan tipe tata letak yang dipilih harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan.
2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu.
3. Minimisasi pemakaian area tanah.
4. Pola aliran produksi yang terbaik.
5. Keseimbangan penggunaan area tanah.
6. Keseimbangan di dalam lintasan.
7. Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang
36
b) Penentuan Biaya Total Material Handling
Variable yang dipakai dalam menentukan biaya total
sama dengan layout awal, yaitu ( biaya per meter x jarak
tempuh x Frekwensi ).
3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dari hasil
pengolahan data yang terdiri dari :
1) Analisis performansi tata letak awal.
2) Analisis hasil perancangan ulang tata letak produksi atau layout
usulan
3) Perbandingan tata letak awal dengan tata letak usulan.
4) Interpretasi hasil.
3.7 Kesimpulan & Saran
Dari analisis yang sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah
menarik kesimpulan untuk menjawab tujuan dari penelitian serta memberikan
37 3.8 Jadwal Kegiatan
Rencana pelaksanaan penelitian tugas akhir ini akan dilaksanakan pada Oktober 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Adapun rencana pelaksanaan tugas akhir ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah.
Rencana Kegiatan Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembuatan proposal Pengajuan proposal Mencari literatur
Pengumpulan dan Pengolahan data Penyusunan Laporan Tugas Akhir
38
Daftar Pustaka
Apple, J. M., 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Institut Teknologi Bandung.
Francis, R.L., McGinnis, Jr. L.F., White, J.A., 1992, Facility Layout and Location: An Analytical Approach, edisi kedua, Prentice Hall, Inc., New Jersey
Hadiguna, R. A. dan Heri, S., 2008,Tata Letak Pabrik, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.
Purnomo, Hari (2004). Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Tompkins, J. A. et. al. 1996. Facilities Planning. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
Wahyudi, ES.(2010). perancangan ulang tata letak fasilitas produksi di cv. dimas rotan gatak sukoharjo ( thesis ). UNS, Surakarta.