• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Water Birth

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Water Birth"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi normal . Persalianan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan / aterm (37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth.

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau waterbirth masih belum populer, berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool ).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.

(2)
(3)

BAB II PEMBAHASAN

WATER BIRTH

2.1 Pengertian Water Birth

Water Birth merupakan salah satu metode alternative persalinan pervaginam, dimana ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat ( yang dilakukan pada bathtub atau kolam ) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan member rasa nyaman.

2.2 Metode Water Birth

Ada 2 metode water birth

1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.

2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.

2.3 Keuntungan Water Birth

Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika dibandingkan dengan persalinan lainnya.

A. Keuntungan Bagi Ibu

a) Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman

(4)

dalam kolam dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain.

Adanya mitos yang menyebutkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya Water Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi. Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di banding persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri.

b) Mengurangi Tindakan Episiotomi

(5)

c) Pemendekan Persalinan Kala I

Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman, menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya, member perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan penggunaan episiotomy, mengurangi kejadian seksio sesaria, memudahkan persalinan.

d) Menurunkan Tekanan Darah

Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.

B. Keuntungan Bagi Bayi

Persalinan sendiri dapat mejadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat bersalin umumnya.

(6)

persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban.

2.4 Kerugian Water Birth

Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain: 1. Risiko Maternal

a. Infeksi

Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi maternal maupun neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus dalam hal APGAR Score, pH darah dan keperluan perawatan intensif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi mendapatkan keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita sendiri tidak steril. Sekresi vagina blood slim, cairan amnion, dan feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi dengan filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak beresiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang suhunya sekitar 32-370 disesuaikan dengan suhu tubuh. b. Perdarahan Postpartum

(7)

penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam seperti di The University of Michigan Hospital.

c. Trauma Perineum

Penggunaan episiotomy pada Water Birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dan 25,7%, pada land birth menunjukkan kejadian laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi. A Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada persalinan dengan Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran klinik dalam hal trauma perineum. Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water birth, Maia-birthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada water birth 27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini secara statistic sangat bermakna. Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi paling tinggu juga menunjukkan derajat laserasi perineum III dan IV (4,1%).

2. Risiko Neonatal

Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air.

a. Terputusnya Tali Pusat

Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke permukaan air tidak sedara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan biasanya.

(8)

Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab telinga dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth.

d. Hipoksia

Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi merespon stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat 4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson (1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan udara)

e. Aspirasi Air dan Tenggelam

(9)

2.5 Patofisiologi

a. Pengurangan Rasa Nyeri

Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin (stress related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkunagn di luar rahim dengan baik.

Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase persalinan.

b. Pengurangan Risiko Aspirasi

(10)

dalam kandungan mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak usia kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30 menit. Kerja otot diaphragma dan intercostals menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ vital termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas. Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon penghambatan pertama.

Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.

(11)

dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana akan merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan udara.

c. Pemendekan Fase Persalinan

Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.

d. Pengurangan Perdarahan Postpartum

Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang paa water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air.

2.6 Indikasi dan Kontraindikasi a. Syarat-syarat

a) Ibu hamil risiko rendah

b) Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit

(12)

d) Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm

e) Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika diperlukan

b. Kriteria / Indikasi

a) Merupakan pilihan ibu

b) Kehamilan normal ≥ 37 minggu c) Fetus tunggal presentasi kepala

d) Tidak menggunakan obat-obat penenang e) Ketuban pecah spontan < 24 jam

f) Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan

g) Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol,dll) h) Denyut jantung normal

i) Cairan amnion jernih

j) Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin c. Kontra Indikasi

a) Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah b) Infeksi dan demam pada ibu

c) Herpes genitalis d) HIV, Hepatitis

e) Denyut jantung abnormal

f) Perdarahan pervaginam berlebihan

2.7 Prosedur Persalinan

a. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water birth antara lain:

(13)

f) Jaring untuk mengangkat kotoran

g) Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set h) Shower air hangat, portable/permanent pool i) Handuk, selimut

j) Warmer dan peralatan resusitasi bayi b. Selama Berlangsungnya Persalinan

1) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.

2) Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar 37º C (sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim)

3) Observasi dan monitoring antara lain:

a) Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakuakn sebelum, selama, setelah kontraksi.

b) Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.

c) Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam.

d) Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi .

e) Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL)

4) Manajemen Kala II

(14)

sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.

b) Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.

c) Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.

d) Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mingkin dibawa kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannyamasih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali.

5) Manajemen Kala III

a) Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam b) Saat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan

c) Estimasikan perdarahan

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer. Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks dan dapat mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

- Melahirkan dalam air – melahirkan bebas rasa sakit. Kompas cyber media. http://www.kompas.co.id/v er1/ Kesehatan/0706/ 23/1601293.

- Cook, E. Alternative birthing methods.http://www.americanpregnancy.org. - Buckley, S. Water Birth : The power of Water (Australia’s parents pregnancy).

http://www.onyx-ii.com/birthsong/page.cfm?waterbirth.

- Water birth – wikipedia, the free encyclopedia (wikipedia foundation, Inc.).

http://www.en.wikipedia.org/wiki/water_birth

Referensi

Dokumen terkait

3 Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda) memberikan definisi mengenai desentralisasi pada Pasal 1

Pembuatan Minuman Fungsional Teh Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Bercita Rasa Sari Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia).. Fakultas

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi laba tersebut, faktor yang menurut penulis perlu membutuhkan perhatian adalah beban penyusutan sarana gerak, karena beban

Berdasarkan penjelasan dari uraian latar belakang, maka judul yang akan diambil dalam penelitian ini adalah “PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN RETURN ON EQUITY

Setelah melaksanakan kegiatan penelitian yang merupakan proses dari kegiatan pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan menggunakan media filmstrips di kelas XI

Menurut keterangan perseroan, untuk perdagangan saham dengan nominal baru di pasar tunai baru akan dilakukan pada 17 Juli 2017 mendatang.. Seperti diketahui perseroan sudah

kejahatan. c) Orang yang menyuruh melakukan kejahatan. d) Orang yang membujuk orang lain untuk melakukan kejahatan. e) Orang yang membantu untuk melakukan kejahatan.

Adapun sebagai masalah turunan dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada perbedaan penghayatan makna hidup saat sebelum dan setelah mengalami kematian suami secara