• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redesain Museum dan Mini Theater Dirgant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Redesain Museum dan Mini Theater Dirgant"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

PROPOSAL SINOPSIS PROYEK AKHIR

Nama: Noor Alfina

Nim: 5112412071

Prodi: Teknik Arsitektur, S1

Redesain Museum dan Mini Theater Dirgantara Mandala

Yogyakarta

dengan penekanan Arsitektur Infill

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Judul

“Redesain Museum dan Mini Theater Dirgantara Mandala Yogyakarta dengan penekanan Arsitektur Infill” merupakan judul dari kegiatan perencanaan ini.

Redesain berasal dari kata re- dan desain. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, desain adalah rancangan dan re- adalah kembali atau sekali lagi.

Maka redesain adalah suatu kegiatan merancang kembali sebuah objek dengan

(2)

( 2 )

Museum merupakan institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,

dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,

mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata

kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Museum Dirgantara Mandala adalah objeknya. Merupakan museum perjuangan

yang memamerkan berbagai jenis pesawat terbang yang pernah dimiliki

Indonesia, khususnya TNI AU.

Mini theater berarti sebuah tempat pemutaran film dengan skala bentang kecil.

Sedangkan arsitektur infill dalam hal ini merupakan konsep yang mengacu pada

aspek kontekstual yang berpengaruh terhadap penyisipan sebuah bangunan

baru ke dalam kawasan bersejarah.

Sehingga judul dapat dimaknai sebagai suatu usaha merencanakan dan

merancang kembali Museum dan Mini Theater Dirgantara Mandala Yogyakarta

dengan memberikan keharmonisan dalam dua buah struktur dari masa yang

berbeda tanpa mengurangi nilai-nilai historikalnya.

1.2. Latar Belakang

1.2.1. Latar Belakang Awal Mula Perencanaan Museum Dirgantara Mandala

Yogyakarta

Di Indonesia terdapat banyak museum tempat penyimpanan benda-benda

bersejarah, Museum Dirgantara Mandala adalah salah satunya. Berbeda dengan

museum-museum perjuangan yang lain, di museum ini dipamerkan berbagai

jenis pesawat terbang yang pernah dimiliki Indonesia, khususnya TNI AU. Selain

itu, di museum yang berlokasi di Yogyakarta ini, terdapat pula diaroma-diaroma

perjuangan bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan

mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Lembaga Pendidikan AKABRI Bagian Udara Yogyakarta yang saat ini bernama

Akademi Angkatan Udara/AAU, sudah memiliki Museum Pendidikan / Karbol,

(3)

upaya menyatukan/mengintegrasikan kedua Museum tersebut. Di samping itu

timbul pemikiran untuk mempertimbangkan dalam menentukan lokasi Museum,

bila keduanya berhasil disatukan, yang kemudian mengarah ke Yogyakarta.

Adapun dasar pertimbangannya, adalah sebagai berikut:

1. Pada peristiwa 1945 – 1949 Yogyakarta memegangg peranan penting

sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI- AU.

2. Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna AU calon Perwira

TNI AU.

3. Semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU

mengacu pada semangat Maguwo.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka KASAU mengeluarkan Surat Keputusan

No. Kep/II‟IV/1978 tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa Museum Pusat

AURI yang semula berkedudukan di Jakarta, dipindahkan ke Yogyakarta,

diintegrasikan dengan Museum Pendidikan menjadi Museum Pusat TNI AU

Dirgantara Mandala dengan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan

Ksatrian AKABRI Bagian Udara.

Operasi Boyong pemindahan benda-benda koleksi Museum AURI di Jakarta ke

Yogyakarta telah dimulai sejak November 1977. Dalam Langkah penyempurnaan

pemindahan lebih lanjut berdasarkan Keputusan KASAU No. Skep./04/IV/1978

tanggal 17 April 1978 dilengkapi dengan pemberian nama Museum tersebut

dengan nama “Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala”. Pembukaan dan

peresmian Museum ini bersamaan pula dengan peresmian Museum Sekbang

Pertama 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adi Sutjipto, yang

dilakukan oleh Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi, bertepatan

dengan peringatan Hari Bakti TNI AU 19 Juli 1978. Perlu dicatat bahwa

Pembinaan Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala, mencangkup pula

Museum Sekbang Pertama tahun 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud

Adisujipto, yang kini telah dialihkan statusnya sebagai Museum Sekbang

Pertama dengan nomor Inventaris Monumen TNI-AU/No.in/o1/Adi/Men.

Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala

teus berkembang dan bertambah terutama Alustista Udara berupa pesawat

(4)

( 4 )

dapat menampung, serta lokasinya sukar dijangkau pengunjung, maka Pimpinan

TNI-AU memutuskan untuk memindahkan lagi.

Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk dan memutuskan bahwa gedung bekas

pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisujipto yang di masa pendudukan Jepang

digunakan sebagai gudang logistic, segera direhabilitasi untuk dimanfaatkan

sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada tanggal 17 Desember

1982 Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah

prasasti. Hal ini diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI-AU No.

Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung bekas

pabrik gula tersebut untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum

Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada

tanggal 29 Juli1984 Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan

penggunaan gedung yang sudah direhap tersebut sebagai gedung Museum Pusat

TNI-AU Dirgantara Mandala. Luas area museum seluruhnya lebih kurang 4,2 Ha.

Luas bagunan seluruhnya yang digunakan 8.735 m2.

Dalam rangka melengkapi fasilitas museum sebagai sarana penunjang serta

untuk lebih meningkatkan penanaman minat dirgantara pada generasi penerus,

dibangun Mini Teater yang telah diresmikan oleh Kepala Staf Anagkatan Udara

Marsekal TNI Imam Sufaat S. IP pada tanggal 27 Januari 2011. Mini theater

merupakan salah satu fasilitas teknologi informasi dan multimedia untuk

memberikan informasi kepada para pengunjung melalui pemutaran film tentang

berbagai hal terkait kedirgantaraan.[1]

1.2.2. Latar Belakang Meredesain Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta

Tahun 2014 menjadi tahun terakhir dari rangkaian tahun kunjungan museum

yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sejak ditetapkannya tahun 2010

menjadi tahun kunjungan museum di Indonesia. Museum didirikan dengan

tujuan utama melestarikan warisan budaya, bukan hanya melestarikan fisik

benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung

di dalam benda-benda tersebut dalam sistem nilai dan norma (Direktorat

Museum RI, 2008).

(5)

Menurut data Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman

Kemendikbud RI, Jumlah museum se-Indonesia hingga tahun 2011 tercatat

sebanyak 227 museum dalam berbagai bentuk. Dari jumlah sebanyak itu

sedikitnya terdapat kira-kira 15% di Yogyakarta. Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta sedikitnya memiliki 33 museum, baik yang dikelola oleh perorangan,

swasta maupun pemerintah. Dengan jumlah seperti itu, Yogyakarta merupakan

daerah di Indonesia yang memiliki jumlah museum terbanyak. Menurut Humas

DPD Barasmus (Badan Pengurus Museum Indonesia) DIY tidak seluruhnya

museum tersebut laris dikunjungi oleh wisatawan, hanya sekitar 50 % dari

jumlah tersebut yang rutin dan sering dikunjungi oleh wisatawan, sisanya

jarang, bahkan tidak dikenal oleh masyarakat maupun wisatawan. Museum yang

sering dikunjungi adalah, antara lain: Kraton Yogyakarta, Museum Sono Budoyo,

Museum Ullen Sentanu, dan Museum Benteng Vredeburg. Untuk meningkatkan

kunjungan masyarakat ke museum, berbagai program telah dilaksanakan oleh

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada tahun

2010 Assosiasi Museum Indonesia (AMI) bekerjasama dengan Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata RI menyelenggarakan program Tahun Kunjungan

Museum (TKM) 2010, sebagai langkah awal dari program Gerakan Nasional Cinta

Museum.

Sebelum pemerintah menetapkan TKM 2010, Daerah Istimewa Yogyakarta telah

menyelenggarakan Festival Museum Yogyakarta sejak tahun 2007 hingga 2011.

Festival ini merupakan ajang kreatifitas dan pelayanan pada publik yang

bertujuan untuk mempromosikan potensi museum-museum yang dimiliki oleh

Yogyakarta. Pada bulan November 2007, mengambil tempat di sepanjang jalan

Malioboro dilaksanakan festival opera dan karnaval museum. Kegiatan ini diikuti

22 museum yang ada di DIT. Tahun 2008 kosong, festival tidak diselenggarakan.

Tahun 2009 hingga 2011 festival museum tetap diadakan dengan format yang

relatif hampir sama dan lokasi di sepanjang jalan Malioboro hingga ke jalan Solo

– Plaza Ambarukmo. Pada tahun 2012, format penyelengaraan festival museum

sedikit berubah, dengan mengambil tema “Museum Goes to Mall”

diselenggarakan di Plaza Ambarukmo.Kemudian pada tahun 2013, festival

museum Museum Goes to Kampus diselenggarakan di Pusat Kebudayaan

(6)

( 6 )

Perkembangan jumlah pengunjung Museum di Yogyakarta terlihat belum

menggembirakan, bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan di DIY

setiap tahunnya. Secara berurutan, jumlah kunjungan wisawatan di DIY pada

tahun 2008 adalah 6.269.367 wisatawan, 7.884.213 wisatawan (2009),

8.270.988 wisatawan (2010), 9.300.786 wisatawan (2011), dan sebanyak

11.379.640 wisatawan pada tahun 2012. Ini berarti bahwa pada tahun 2012

hanya sekitar 3.69% dari seluruh wisatawan yang datang ke DIY berkunjung ke

museum, demikian juga pada tahun-tahun sebelumnya, tahun 2011 (1.31%),

tahun 2010 (3.82%), tahun 2009 (3.97%), dan tahun 2008 (2.24%). Hal ini tidak

berbeda jauh dengan pernyataan Direktur Ullen Sentalu Museum, KRT Thomas

Haryonagoro walaupun museum mempunyai arti yang sangat penting,

kunjungan masyarakat ke museum belum menggembirakan, hanya sekitar 2

persen dari jumlah penduduk per tahun.[2]

Oleh karena itu, perlu adanya gebrakan perubahan untuk mencapai target

peningkatan wisatawan. Pada peristiwa 1945 – 1949 Yogyakarta memegangg

peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI- AU. Dikenal

akan hal tersebut, maka salah satu museum yang membutuhkan sentuhan baru

yaitu Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Museum yang telah melalui

sejarah panjang ini menyimpan benda-benda koleksi yang sebagian besar

berupa pesawat terbang yang pernah digunakan oleh TNI-AU, koleksi pesawat

terbang tersebut berasal dari berbagai Negara, baik dari Negara Barat maupun

dari Timur. Di samping itu dismpan juga pesawat terbang buatan putra-putra

bangsa sendiri. Dengan kata lain bahwa koleksi pesawat terbang di Museum

Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala ini berasal dari hampir seluruh penjuru dunia.

Benda koleksi yang dimiliki Museum Dirgantara ini merupakan „harta karun‟

sejarah yang harus dijaga. Seiring dengan berkembangnya jaman, masyarakat

mulai lupa dan tak acuh terhadap bangunan yang menyimpan aset negara ini.

Maka gebrakan yang dimaksud di atas yaitu sebuah usaha merencanakan dan

merancang kembali Museum Dirgantara Mandala agar memiliki spirit of place

yang menjiwai sebuah tempat peristirahatan pesawat. Mengapa demikian?

Karena bangunan yang sekarang diduduki sebagai museum tersebut, merupakan

bangunan bekas pabrik gula yang pada dasarnya tidak dirancang untuk sebuah

museum pesawat.

(7)

Dengan memberikan sentuhan konsep arsitektur infill pada museum ini, perlu

adanya Redesain Museum dan Mini Theater Dirgantara Mandala Yogyakarta yang

dapat memberikan keharmonisan dalam kedua buah struktur dari masa yang

berbeda tanpa mengurangi nilai-nilai historikal yang telah ada dalam kawasan

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diharapkan terciptanya sarana yang

dapat menjadi sebuah sarana yang menghibur, mendidik, informatif, serta

dapat mendorong animo masyarakat mengunjungi museum.

1.3. Permasalahan

1.3.1. Permasalahan Umum

Bagaimana merancang kembali sebuah museum dan mini theater sebagai wisata

sejarah?

1.3.2. Permasalahan Khusus

Permasalahan khusus dalam perencanaan kembali ini yaitu bagaimana

menciptakan sebuah museum dan mini theater yang menghibur, mendidik,

informatif, serta dapat meningkatkan minat masyarakat pada bangunan yang

menyimpan sejarah.

1.4. Maksud dan Tujuan

1.4.1. Maksud

Merencanaan kembali sebuah museum dan mini theater untuk meningkatkan

fungsinya sebagai sarana yang menghibur, mendidik, informatif, serta dapat

meningkatkan minat masyarakat pada bangunan yang menyimpan sejarah ini.

1.4.2. Tujuan

1. Merencanakan kembali sebuah museum dan mini theater yang

menghibur, mendidik, informatif, serta dapat meningkatkan minat

(8)

( 8 )

2. Menerapkan konsep desain Arsitektur Infill di perencanaan museum dan

mini theater ini yaitu dengan memberikan keharmonisan dalam dua

buah struktur dari masa yang berbeda tanpa mengurangi nilai-nilai

historikalnya

1.5. Manfaat

Redesain Museum dan Mini Thater Dirgantara Mandala Yogyakarta sebagai salah

satu strategi pengembangan wisata sejarah yang berwujud massa baru tanpa

mengurangi nilai-nilai historikalnya dan diharapkan dapat menjadi sarana yang

menghibur, mendidik, dan informatif.

1.6. Lingkup Pembahasan

1.6.1. Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup perencanaan dan perancangan kembali Museum dan Mini Thater

Dirgantara Mandala Yogyakarta ini meliputi penambahan fungsi baru yang

bersifat komersial yaitu museum serta konsep-konsep perancangan yang

menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur,

seperti aspek fungsional, teknis, kinerja, kontekstual, serta pada konteks

arsitektur infill.

1.6.2. Ruang Lingkup Spasial

Secara administratif, lokasi rencana tapak berada di Yogyakarta dan sesuai

(9)

1.7. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar

perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul Redesain Museum

dan Mini Thater Dirgantara Mandala Yogyakarta adalah metode deskriptif.

Metode ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan mengenai design

requirement (persyaratan desain) dan design determinant (ketentuan desain)

terhadap perencanaan dan perancangan museum.

Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah nantinya akan

ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan dianalisa

lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil

penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan, batasan dan juga

anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan kembali

Museum dan Mini Thater Dirgantara Mandala Yogyakarta di Kawasan Pantai Tiga

Warna.

Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang digunakan

dalam perencanaan dan perancangan kembali Museum dan Mini Thater

Dirgantara Mandala Yogyakarta sebagai landasan dalam desain grafis arsitektur.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:

1.7.1. Data Primer

a. Observasi Lapangan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan tapak

perencanaan dan perancangan kembali Museum dan Mini Thater

Dirgantara Mandala Yogyakarta.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola serta berbagai

pihak-pihak yang terkait dalam perencanaan dan perancangan kembali

(10)

( 10 ) 1.7.2. Data Sekunder

Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai perencanaan

dan perancangan Museum dan Mini Thater serta peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan kembali Museum

dan Mini Thater Dirgantara Mandala Yogyakarta.

Berikut ini akan dibahas design requirement dan design determinant yang

berkaitan dengan perencanaan dan perancangan kembali Museum dan Mini

Thater Dirgantara Mandala Yogyakarta:

a. Pemilihan Lokasi dan Tapak

Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan

terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan

suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan perancangan

Museum dan Mini Thater, adapun data yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

 Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan dan perancangan Museum dan Mini Thater.

 Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga terhadap

lingkungan sekitarnya yang menunjang terhadap perencanaan dan

perancangan sebuah Museum dan Mini Thater.

Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak, kemudian

dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria lokasi dan

tapak yang telah ditentukan untuk kemudian memberi scoring terhadap

kriteria x nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari nilai yang

terbesar.

b. Program Ruang

Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih dahulu

mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan

perancangan Museum dan Mini Thater, yaitu dilakukan dengan

pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta

(11)

maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau literatur

perencanaan dan perancangan Museum dan Mini Thater.

Persyaratan ruang yang didapat melalui studi banding dengan standar

perencanaan dan perancangan Museum dan Mini Thater, sehingga dari

hasil analisa terhadap kebutuhan dan persyaratan ruang akan diperoleh

program ruang yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan

Museum dan Mini Thater.

c. Penekanan Desain Arsitektur

Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan dengan

observasi lapangan melalui studi banding pada Museum dan Mini Thater

lain serta dengan standar atau literatur mengenai perencanaan dan

perancangan yang kaitannya dengan persyaratan bangunan di sebuah

Museum dan Mini Thater.

Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

 Aspek konstektual pada lokasi dan tapak terpilih dengan pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.

 Literatur atau standar perencanaan dan perancangan Museum dan Mini Thater.

Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisa antara data

yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan dan

perancangan Museum dan Mini Thater sehingga akan diperoleh

pendekatan arsitektural yang akan digunakan pada perencanaan dan

(12)

( 12 ) 1.8. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Museum dan Mini Thater diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat,

ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan, serta alur

bahasan dan alur pikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi kajian literatur mengenai desain serta standar dan teori Museum dan Mini

Thater, perkembangan, pengertian, peraturan perundangan, sistem

pengelolaan, persyaratan teknis, dan studi banding.

BAB III TINJAUAN LOKASI

Membahas tentang gambaran umum pemilihan tapak berupa data fisik dan non

fisik, potensi dan kebijakan tata ruang pemilihan tapak, gambaran khusus

berupa data tentang batas wilayah dan karakteristik tapak terpilih untuk di

desain.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep

perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan

fungsional, pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan kelompok

ruang, sirkulasi, pendekatan kebutuhan Museum dan Mini Thater, pendekatan

kontekstual, optimaliasi lahan, pendekatan besaran ruang, serta analisa

(13)

1.9. Skema Pola Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penekanan studi pada proyek museum dan tempat pertunjukan musik tradisional di Bantul adalah terwujudnya konsep perencanaan dan perancangan bangunan museum

Berangkat dari perkembangan arsitektur Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir ini mengalami kemajuan dan diikuti dengan diadakannya sebuah pameran-pameran arsitektur

Karya lukis Raden Saleh yang berada di Indonesia, tempat yang sekarang terdapat di Istana Kepresidenan berasal dari Museum Amsterdam sebagai karya yang telah dikembalikan

Penerapan menggunakan pattern recognition (pengenalan pola) dengan koleksi kupu-kupu yang terdapat di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah

Tema yang diangkat dalam perancangan “ Redesain Perpustakaan Daerah di Manado ” yaitu “ Penelusuran Makna Edukatif dan Rekreatif Dalam Arsitektur ”. Dasar pertimbangan dari

Gedung Induk museum dengan arsitektur rumah kajang lako terdiri dari 2 lantai, lantai. pertama dari bagian bawah rumah kajang lako dimanfaatkan untuk keperluan

Judul Skripsi : Perancangan Sistem lnfonnasi Aniungan, Museum Dan Wahana Dengan Menerapkan Metode Virtual Reality Bertrasis Android Pada Taman Mini Indonesia Indah..

Gambar 1 Contoh Penerapan Maskot Bobo pada Majalah Bobo Objek yang digunakan dalam redesain majalah sekolah MTs Al Ihsan untuk merancang desain maskot yaitu ikon yang berasal dari Kota