• Tidak ada hasil yang ditemukan

REDESAIN INTERIOR MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA DENGAN GAYA POSTMODERN DI KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "REDESAIN INTERIOR MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA DENGAN GAYA POSTMODERN DI KABUPATEN BANTUL"

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

REDESAIN INTERIOR MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA DENGAN GAYA

POSTMODERN DI KABUPATEN BANTUL

TUGAS AKHIR KARYA

OLEH

RADEN RORO AJENG DIRA PINASTHIKA NIM. 18150166

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

2022

(2)

i

REDESAIN INTERIOR MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA DENGAN GAYA

POSTMODERN DI KABUPATEN BANTUL TUGAS AKHIR KARYA

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajat Sarjana Strata - 1 (S-1)

Program Studi Desain Interior Jurusan Desain

OLEH

RADEN RORO AJENG DIRA PINASTHIKA NIM. 18150166

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

SURAKARTA

2022

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

“You're going to pay a price for every bloody thing you do and everything you don't do. You don't get to choose to not pay a price. You get to choose which

poison you're going to take. That's it.”

(Jordan B. Peterson)

(6)

v ABSTRAK

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yang berlokasi di Kabupaten Bantul merupakan salah satu museum di Indonesia yang menyimpan warisan (heritage) dan koleksi benda-benda bersejarah bertema kerdigantaraan baik sejak era pra kemerdekaan hingga era pembangunan. Oleh karena itu museum harus memiliki kondisi yang nyaman, aman, menarik agar informasi yang disediakan museum dapat dipelajari dengan baik oleh pengunjung atau masyarakat. Dari persoalan yang terjadi maka salah satu solusi untuk mengatasinya adalah merancang interior yang aman dan nyaman bagi pengguna tanpa mengurangi pelayanan yang diberikan pihak museum. Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul akan menggunakan tema yang mengandung unsur kebudayaan dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan penggunaan warna yang akan diterapkan serta gaya yang digunakan pada perancangan interior yaitu gaya Postmodern bertema Gatotkaca dengan warna biru.

Kata kunci: Redesain, Interior, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Postmodern

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Akhir yang berjudul “REDESAIN INTERIOR MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA DENGAN GAYA POSTMODERN”. Karya tugas akhir ini dibuat sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Desain Program Studi Desain Interior di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Karya telah dibuat setelah melalui proses pembelajaran dan bimbingan selama di Program Studi Desain Interior Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Karya tugas akhir ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Raden Ernasthan B.P, S.Sn., M.Sn., selaku pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan waktu, mendidik dan membimbing dalam memberikan pengarahan, masukan dan dukungan yang mempu memotivasi penulis untuk bisa lebih baik lagi selama proses perkuliahan hingga selesainya karya ini.

2. Dr. Hj. Siti Badriyah, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Desain Interior yang telah memberikan izin penulis untuk membuat karya ini serta senantiasa mendukung penulis dalam setiap perkembangan menjadi mahasiswa.

3. Dr. Ana Rosmiati, S.Pd., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk membuat karya ini.

4. Putri Sekar Hapsari, S.Sn., M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Dewan Penguji Tugas Akhir yang telah memberikan masukan untuk perbaikan dalam penulisan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Desain Interior yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis dari semester pertama hingga akhir yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dan semangat.

(8)

vii

8. Kepada seluruh pengurus Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang telah membantu dan memfasilitasi penulis dalam pengumpulan data terkait penulisan ini.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2018 yang telah memotivasi agar terselesainya tugas akhir ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Ucapan dan rasa terima kasih penulis persembahkan untuk nama-nama di atas, yang telah mendukung, mendoakan, dan membantu penulis sekecil apapun bagian itu. Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan oleh seluruh pihak akan menjadi landasan berkat dan Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Akhir kata dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk melengkapi kesempurnaan penulisan ini.

Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Surakarta, Desember 2022

Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN

Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN

Error! Bookmark not defined.

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Ide Perancangan... 7

C. Tujuan Perancangan ... 7

D. Manfaat Perancangan ... 8

E. Tinjauan Sumber Perancangan ... 9

F. Landasan Perancangan ... 11

G. Metode Perancangan ... 28

H. Sistematika Penulisan ... 31

BAB II DASAR PEMIKIRAN DESAIN ... 33

A. Tinjauan Data Literatur Objek Perancangan ... 33

B. Tinjauan Data Lapangan... 103

BAB III TRANSFORMASI DESAIN ... 119

A. Pengertian Objek Garap ... 119

B. Batasan Ruang Lingkup Garap ... 120

C. Site Plan ... 122

D. Waktu Operasional dan Jenis Kegiatan ... 123

(10)

ix

E. Struktur Organisasi ... 125

F. Data Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 129

G. Program Ruang ... 148

H. Tema dan Gaya Interior ... 155

I. Elemen Pembentuk Ruang dan Pengisi Ruang ... 173

J. Tata Kondisi Ruang ... 200

K. Sistem Keamanan ... 205

BAB IV HASIL DESAIN ... 208

A. Gambar Denah Existing ... 209

B. Gambar Denah Layout ... 210

C. Gambar Denah Rencana Pola Lantai ... 211

D. Gambar Denah Rencana Ceiling dan Titik Lampu ... 212

E. Gambar Potongan ... 213

F. Gambar Detail Konstruksi Millwork ... 216

G. Gambar Detail Konstrsuksi Elemen Pembentuk Ruang ... 218

H. Gambar Furniture Terpilih ... 220

I. Skema Bahan dan Warna... 223

J. Perspektif ... 224

BAB V PENUTUP ... 227

A. Kesimpulan ... 227

B. Saran ... 228

DAFTAR PUSTAKA ... 229

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Standarisasi tempat duduk ... 17

Gambar 2. Standarisasi meja resepsionis ... 17

Gambar 3. Standarisasi sirkulasi koridor ... 18

Gambar 4. Standarisasi area pamer / Display ... 19

Gambar 5. Standarisasi Display artwork ... 19

Gambar 6. Standarisasi Area Kerja ... 20

Gambar 7. Skema pemrograman Kurtz ... 29

Gambar 8. Skema metode Kurtz ... 30

Gambar 9. Struktur Organisasi Museum ... 44

Gambar 10. Organisasi ruang terpusat ... 63

Gambar 11. Ilustrasi 1 Organisasi ruang Linier ... 64

Gambar 12. Ilustrasi 2 Organisasi ruang Linier ... 64

Gambar 13. Ilustrasi 3 Organisasi ruang Linier ... 65

Gambar 14. Ilustrasi 4 Organisasi ruang Linier ... 66

Gambar 15. Ilustrasi 1 Organisasi ruang Radial ... 67

Gambar 16. Ilustrasi 2 Organisasi ruang Radial ... 68

Gambar 17. Ilustrasi 2 Organisasi ruang Cluster ... 69

Gambar 18. Organisasi ruang Grid ... 69

Gambar 19. Efek Psikologis Warna Menurut John F. Pile ... 77

Gambar 20. Vitrin Dinding ... 86

Gambar 21. Vitrin Tengah ... 86

Gambar 22. Vitrin Sudut ... 87

(12)

xi

Gambar 23. Vitrin Lantai ... 87

Gambar 24. Vitrin Tiang ... 88

Gambar 25. Kemungkinan yang terjadi pada sistem vertical silang ... 89

Gambar 26. Sistem Kerja AC Split Duct ... 91

Gambar 27. Modifikasi penggunaan cahaya lampu ... 95

Gambar 28. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang ... 96

Gambar 29. Freestanding or Ground-Mounted ... 101

Gambar 30. Suspended or Ceiling-Hung ... 101

Gambar 31. Projecting or Flag-Mounted ... 102

Gambar 32. Flush or Flat Wall-Mounted ... 102

Gambar 33. Peta Wilayah Kabupaten Bantul ... 103

Gambar 34. Lokasi Perancangan... 105

Gambar 35. Jalur Pedestrian dan Titik Pohon ... 105

Gambar 36. Lintasan Matahari ... 106

Gambar 37. Struktur Organisasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala . 107 Gambar 38. Ruang Utama Muspusdirla ... 108

Gambar 39. Ruang Kronologi Muspusdirla ... 109

Gambar 40. Ruang Seragam TNI AU Muspusdirla ... 110

Gambar 41. Ruang Kotama dan Kasau Muspusdirla ... 110

Gambar 42. Ruang Alutsista Muspudirla ... 111

Gambar 43. Ruang Diorama Muspusdirla ... 111

Gambar 44. Ruang Minat Dirgantara ... 112

Gambar 45. Studio Foto Muspusdirla ... 113

(13)

xii

Gambar 46. Mini Teater Muspusdirla ... 113

Gambar 47. Toilet Muspusdirla ... 114

Gambar 48. Mushola Muspusdirla ... 114

Gambar 49. Denah Existing Muspusdirla ... 116

Gambar 50. Peta lokasi perencanaan ... 122

Gambar 51. Peta Kawasan ... 122

Gambar 52. Stuktur organisasi Muspusdirla ... 125

Gambar 53. Stuktur Organisasi Petugas Pelayanan Muspusdirla ... 128

Gambar 54. Pola Aktivitas pengunjung museum ... 130

Gambar 55. Pola Aktivitas Staff dan Karyawan Museum ... 131

Gambar 56. Pola Aktivitas pengunjung museum ... 131

Gambar 57. Pola Aktivitas pengunjung museum ... 131

Gambar 58. Hubungan Antar Ruang ... 149

Gambar 59. Zoning Grouping ... 151

Gambar 60. Sistem Sirkulasi ... 154

Gambar 61. Layout Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala ... 155

Gambar 62. Warna yang digunakan dalam perancangan ... 166

Gambar 63. Dasar Pemikiran Transformasi ... 166

Gambar 64. Transformasi elemen bentuk Gatotkaca pada elemen ceiling ... 172

Gambar 65. Transformasi elemen bentuk Gatotkaca pada elemen lantai ... 172

Gambar 66. Transformasi elemen bentuk Gatotkaca pada elemen furniture ... 173

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Koleksi Museum ... 57

Tabel 2. Pola Sirkulasi ... 71

Tabel 3. Tabel tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan ... 93

Tabel 4. Kebutuhan pemasangan sprinkler ... 100

Tabel 5. Tugas Pokok dan Fungsi Staff dan Karyawan Muspusdirla ... 125

Tabel 6. Tugas Pokok dan Fungsi Staff Petugas Pelayanan dalam Muspusdirla 128 Tabel 7. Analisis pengguna ... 130

Tabel 8. Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Aktivitas ... 132

Tabel 9. Analisis Kebutuhan Lobby ... 133

Tabel 10. Analisis Kebutuhan Kantor BIMLUH ... 135

Tabel 11. Analisis Kebutuhan Mini Teater ... 136

Tabel 12. Analisis Kebutuhan Ruang Utama ... 137

Tabel 13. Analisis Kebutuhan Ruang Kronologi ... 138

Tabel 14. Analisis Kebutuhan Ruang KOTAMA ... 139

Tabel 15. Analisis Kebutuhan Ruang Minat Dirgantara ... 141

Tabel 16. Analisis Kebutuhan Ruang Koleksi Seragam ... 143

Tabel 17. Analisis Kebutuhan Ruang Koleksi Senjata ... 144

Tabel 18. Analisis Kebutuhan Area Duduk Exit ... 145

Tabel 19. Analisis Kebutuhan Area Servis ... 147

Tabel 20. Sistem Sirkulasi ... 153

Tabel 21. Warna yang digunakan dalam perancangan ... 164

Tabel 22. Desain Lantai Muspusdirla ... 175

(15)

xiv

Tabel 23. Desain Dinding Muspusdirla ... 179

Tabel 24. Desain Ceiling Muspusdirla ... 183

Tabel 25. Desain Furniture Muspusdirla ... 189

Tabel 26. Elemen Teknis Sistem Penghawaan ... 200

Tabel 27. Elemen Teknis Sistem Pencahayaan ... 202

Tabel 28. Elemen Teknis Sistem Akustik ... 204

Tabel 29. Elemen Teknis Sistem Keamanan... 205

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Museum merupakan pusat penikmatan karya seni dan pengenalan kebudayaan antardaerah dan bangsa merupakan definisi yang disampaikan Direktorat Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Museum juga menjadi pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah dan menjadi pusat penyaluran ilmu pengetahuan untuk umum. Sebagai objek wisata, museum merupakan media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan.

Museum juga termasuk dalam suaka alam dan suaka budaya yang menjadi cerminan sejarah, manusia, alam, dan kebudayaan. Tak ketinggalan, museum menjadi sarana untuk bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.1

Museum merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai - nilai budaya luhur kepada masyarakat. Melalui museum masyarakat dapat memahami nilai - nilai luhur sejarah bangsa di masa lalu yang dapat diterapkan di masa sekarang.

Setelah kemerdekaan museum memiliki tujuan sebagai kepentingan dan pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa,

1 Direktorat Perlindungan Kebudayaan, Peran Kemdikbud dalam Pembangunan Museum, diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/peran-kemdikbud-dalam-

pembangunan-museum/, pada tanggal 27 Juni 2022 pukul 11:30

(17)

2

selain itu juga sebagai sumber belajar nonformal dan tempat destinasi wisata.2 Museum merupakan tempat yang mewakili kita untuk mengenal dan memahami sejarah yang kita miliki, sehingga siapapun kita dapat mengerti peradaban suatu bangsa.3 Untuk menyimpan, menyelamatkan dan memelihara warisan budaya dan sejarah dimana ada kiasan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya, karena itu untuk menghormati jasa para pahlawan, dan hasil karya dari ilmu pengetahuan tersebut, maka perlu adanya suatu wadah yang disebut museum.4

Museum Dirgantara di Indonesia dalam menunjang dan meningkatkan wawasan serta minat masyarakat terkait kedirgantaraan keberadaannya masih sangat sedikit. Kasubsi Penataan Koleksi Museum Dirgantara Mandala Kworoseto mengatakan Indonesia memiliki dua museum dirgantara, yaitu Museum Pusat AURI yang berdiri sejak 1967 di Jakarta dan Museum Pendidikan di Kompleks AKABRI Bagian Udara di Yogyakarta. Kedua museum digabungkan pada 1997 dan berpusat di Yogyakarta berdasarkan pertimbangan sejarah, “Yogyakarta menjadi tempat lahirnya TNI AU yang telah melahirkan banyak taruna AU hingga kini,” kata Kworoseto.5

2 Tim Penyusun Sejarah Permuseuman di Indonesia. 2011. Sejarah Permuseuman di Indonesia. Jakarta: Direktorat Permuseuman. Hal 29

3 Erza Setiana Sirait, Pemanfaatan Museum Misi Muntilan Sebagai Sumber Belajar Sejarah, Skripsi untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2017,

4 Jummy Antony M, Museum dan Pusat Indormasi Kedirgantaraan di Yogyakarta dengan Penekanan Desain High Tech Arsitektur, Skripsi untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Teknik. Semarang: Universitas Diponegoro, 2001

5 Hayati Nupus, Melihat koleksi museum dirgantara terlengkap se-Asia Tenggara¸ diakses dari https://www.aa.com.tr/id/budaya/melihat-koleksi-museum-dirgantara-terlengkap-se-asia- tenggara/941857, pada tanggal 27 Juni 2022 pukul 12:10

(18)

3

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yang berlokasi di Kabupaten Bantul merupakan salah satu museum di Indonesia yang menyimpan warisan (heritage) dan koleksi benda-benda bersejarah bertema kerdigantaraan baik sejak era pra kemerdekaan hingga era pembangunan. Muspusdirla berada di bawah pembinaan Dinas Penerangan TNI AU (Dispenau). Museum ini berperan sebagai salah satu media pembelajaran untuk mengetahui peristiwa bersejarah TNI AU dan penerbangan Indonesia yang terjadi di masa lalu sehingga mampu menumbuhkan minat terhadap dunia kedirgantaraan.6

Kabupaten Bantul merupakan wilayah paling berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai salah satu kota berkembang di Pulau Jawa khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan pusat segala kegiatan baik ekonomi, perdagangan, jasa, industri dan pariwisata. Hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab, Bantul D.I.Yogyakarta memiliki potensi sebagai pusat bisnis eksklusif di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah terkenal dengan label kota wisata. Daya pikat DIY didukung oleh label lain yaitu kota pendidikan.

Selain itu, sejarah panjang Yogyakarta, budaya, kondisi alam, serta suasana daerahnya turut memperkuat daya pikat DIY. Sebagai buktinya, DIY selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Pemerintah provinsi (Pemprov) telah menargetkan pada tahun 2025, Yogyakarta menjadi tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara (Website Resmi Pemda Yogyakarta, 2019). Guna mewujudkan target tersebut, diperlukan upaya yang

6 Mayor Tek Ardian Infantono, S.Kom., M.Eng., Inovasi dan Digitalisasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala¸ Suara Angkasa, 2019, Hal. 34

(19)

4

terukur dan berkesinambungan serta kerjasama dari berbagai pihak yang berkepentingan. Ibukota DIY, yaitu Kota Yogyakarta, merupakan wilayah strategis dan juga terkenal sebagai kota wisata.7

Museum di daerah Yogyakarta sudah menjadi sebuah tujuan wisata pariwisata yang merupakan salah satu sektor utama pariwisata bagi DIY.

Banyaknya objek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Keanekaragaman seni budaya dari berbagai agama serta didukung oleh kreativitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY mampu menciptakan produk- produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan.8

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) merupakan gedung bekas pabrik gula Wonocatur di area Landasan Udara Adisutjipto tepatnya terletak di Kompleks Landasan Udara Adisucipto, Jl. Raya Janti, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Memiliki bangunan 1 lantai, yang terdiri dari area pameran alutsista TNI AU dan area pameran koleksi benda bersejarah dilengkapi dengan fasilitas ruang auditorium, toko cenderamata, kantor dan area makan dengan luas bangunan 8.765 meter persegi.

Sebagai museum, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) tentunya sudah memenuhi syarat keselamatan dan keamanan kerja, kenyamanan saat berkunjung guna meningkatkan pelayanan dan aksesibilitas antar

7 Tim Penyusun Kajian Belanja Wisatawan Kota Yogyakarta Tahun 2020. 2020. Kajian Belanja Wisatawan Kota Yogyakarta Tahun 2020, Yogyakarta: Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Hal. 5

8 Lutfi Landrian dan Agus Dharma. 2016. Museum Keraton Jawa di Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Desain Konstruksi, Vol. 15 No. 1, Juni 2016, Hal. 2

(20)

5

ruang yang baik, terutama pada bagian ruang pameran. Hal ini dapat menjadi dasar dalam perencanaan re-desain interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yang mengedepankan kenyamanan dan keamanan kerja, terutama pada bagian ruang pameran, guna meningkatkan pengalaman pengunjung.

Konsentrasi perencanaan re-desain interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) menuju pada ruang pameran yaitu ruang utama, ruang kronologi, ruang koleksi seragam ruang kotama dan ruang minat dirgantara.

Adanya penambahan area bermain anak-anak dan area duduk juga dibutuhkan untuk memberikan fasilitas tambahan untuk istirahat pengunjung di dalam ruang pameran. Perencanaan re-desain interior juga mengambil konsep sesuai dengan visi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yaitu Pelestarian benda- benda bersejarah bagi TNI AU khususnya umumnya bangsa Indonesia dan pewarisan nilai-nilai kejuangan TNI AU kepada generasi muda.

Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala akan menggunakan tema yang mengandung unsur kebudayaan dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan penggunaan warna yang akan diterapkan serta gaya yang digunakan pada perancangan interior yaitu gaya Postmodern dengan warna biru.

Gaya Postmodern merupakan pertentangan dari desain-desain modern yang minimalis, simpel dan lugas yang diusung oleh Ludwig Mies Van der Rohe.

Pengambilan Gaya Interior berdasarkan pada visi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) yaitu mewariskan nilai kejuangan kepada generasi muda sehingga gaya Postmodern cocok dengan visi tersebut. Unsur budaya sebagai identitas budaya Daerah Istimewa Yogyakarta yang diangkat

(21)

6

menjadi tema yaitu wayang kulit. Tokoh pewayangan yang terkenal dan cocok dengan identitas Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala adalah Gatotkaca.

Elemen bentuk yang ada pada wayang kulit Gatotkaca akan diterapkan ke dalam Redesign Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala sebagai salah satu unsur elemen pembentuk ruang. Penggunaan gaya Postmodern untuk menunjang sebuah interior yang fungsional dengan penggunaan warna biru dan menghadirkan interior yang sesuai dengan identitas Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan Gaya Postmodern di Kabupaten Bantul memiliki ruang lingkup garap yaitu :

1. Lobby

2. Ruang Pameran Utama 3. Ruang Pameran Kronologi 4. Ruang Pameran KOTAMA 5. Ruang Pameran Minat Dirgantara 6. Ruang Pameran Koleksi Seragam 7. Ruang Pameran Koleksi Senjata 8. Area Duduk

9. Souvenir Giftshop

Penulis menawarkan redesain interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara di Kabupaten Bantul berdasarkan latar belakang diatas menggunakan pendekatan gaya Postmodern dan bertema Gatotkaca dengan pemilihan warna biru .

(22)

7 B. Ide Perancangan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul yang aman dan nyaman untuk pengelola dan pengunjung?

2. Bagaimana penerapan tema Gatotkaca melalui pendekatan Gaya Postmodern pada perancangan interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul?

C. Tujuan Perancangan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Untuk merancang interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul yang aman dan nyaman bagi pengelola dan pengunjung.

2. Untuk menerapkan tema Gatotkaca melalui pendekatan Gaya Postmodern pada perancangan interior museum Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul.

(23)

8 D. Manfaat Perancangan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Mahasiswa

a. Dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam mendesain obyek garap sesuai tema yang dipilih.

b. Dapat mengembangkan ide perencanaan desain interior khususnya perencanaan interior museum.

c. Dapat mengembangkan kreatifitas dalam mengeksploitasi permasalahan perencanaan interior museum.

2. Lembaga ISI Surakarta

Hasil perancangan ini untuk menambah literature tentang ide perancangan serta renovasi dan sumber pustaka pengembangan interior dan tema klasik dinamis.

3. Mayarakat

Perancangan ini dapat memberikan informasi mengenai perancangan interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kabupaten Bantul untuk menambah wawasan mengenai kedirgantaraan Indonesia kepada masyarakat.

4. Penulis

Perancangan ini bermanfaat sebagai wadah untuk penulis dalam mengembangkan ide dan gagasan untuk merancangan desain yang

(24)

9

sesuai dengan kebutuhan museum baik bagi pengelola maupun pengunjung.

E. Tinjauan Sumber Perancangan

Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara di Kabupaten Bantul dengan pendekatan Gaya Postmodern ini berdasarkan pengamatan dan realita yang ada di lapangan khususnya di Kabupaten Bantul belum pernah dikerjakan.

Permasalahan tentang pengelolaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara di Kabupaten Bantul perlu diwujudkan untuk menunjukan eksistensi dirgantara ke msayarakat dan meningkatkan potensi museum sebagai obyek wisata edukatif.

1. Tugas Akhir Fakultas Desain dan Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, oleh Agi Sulistiansyah Prabowo dengan judul

“Perancangan Desain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta Dengan Tema Space and Journey” pada tahun 2017. Pada perancangan ini, perancangan mengambil obyek yang sama dengan penulis yaitu Museum Pusat TNI AU Dirgantara di Yogyakarta.

Perancangan ini mengambil gaya Industrial bertema Space & Journey dengan ruang lingkup garap yang dirancang adalah Ruang Kronologi, Ruang Koleksi & Seragam dan Ruang Kotama.

Perbedaan “Perancangan Desain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta Dengan Tema Space And Journey”

dengan “Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan Gaya Postmodern di Kabupaten Bantul” yang penulis rancang

(25)

10

terletak pada gaya yang diusung serta tidak menerapkan Gaya Postmodern pada desain. Kesamaan ruang lingkup yang dirancang yaitu pada ruang lingkup garap yang dirancang berupa Ruang Kronologi, Ruang Koleksi & Seragam dan Ruang Kotama.

2. Tugas Akhir Fakultas Sains Dan Teknologi, Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang oleh Fa’iqoh Septyanda yang berjudul “Redesain Museum Digantara A. Sulaksono Malang Dengan Pendekatan Smart Building” pada tahun 2020. Pada redesain ini, penulis mengambil obyek museum dirgantara yang ada di Kota Malang dengan konsep smart building.

Perbedaan “Redesain Museum Digantara A. Sulaksono Malang Dengan Pendekatan Smart Building” dengan “Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan Gaya Postmodern di Kabupaten Bantul” yang penulis rancang terletak pada obyek desain yang diambil berbeda. Kesamaan ruang lingkup yang dirancang yaitu pada jenis obyek perancangan yang sama Museum TNI AU Dirgantara.

3. Tugas Akhir Fakultas Seni dan Desain, Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra oleh Esther Patricia Wirantono yang berjudul

“Perancangan Interior Museum Jakarta Fashion Week” pada tahun 2020. Pada redesain ini, penulis mengambil obyek museum Jakarta Fashion Week yang ada di Kota Jakarta Pusat. Ruang Lingkup yang dirancang adalah Lobby, Giftshop, Café dan Display Area.

(26)

11

Perbedaan “Perancangan Interior Museum Jakarta Fashion Week”

dengan “Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan Gaya Postmodern di Kabupaten Bantul” yang penulis rancang terletak pada obyek desain yang diambil berbeda. Kesamaan ruang lingkup yang dirancang yaitu pada ruang lingkup garap yang dirancang berupa Lobby, Giftshop, Café dan Display Area.

F. Landasan Perancangan

1. Pendekatan Fungsi

Pendekatan fungsi dalam desain interior adalah merancang sebuah ruang interior yang memperhatikan aspek kegunaan ruang dan kebutuhan pengguna. Pendekatan fungsi yang harus dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut.9

a. Pengelompokan furniture yang spesifik sesuai dengan Aktivitas.

b. Dimensi ruang gerak.

c. Privasi visual dan akustik yang memadai.

d. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang memadai.

9 Francis D.K. Ching, edisi kedua desain interior dengan ilustrasi (Jakarta: Erlangga, 2011) Hal. 36

(27)

12

Upaya untuk memenuhi kebutuhan pengunjung Musuem Pusat TNI AU Dirgantara Mandala ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas penunjang, yaitu:

a. Lobby

Lobby adalah ruang pertama yang dikunjungi. Fungsi lobby yaitu sebagai tempat layanan informasi. Selain sebagai tempat untuk mencari informasi, lobby juga berfungsi sebagai ticketing untuk pembelian tiket dan ruang tunggu bagi pengunjung.

a. Kantor Pengelola

Kantor dirancang berdasarkan fungsinya. Tujuan dari perancangan kantor supaya pengelola dan karyawan merasa nyaman dalam berkerja, efisien, efektif dan aman. Kantor terdiri dari ruang owner, ruang manajer, ruang marketing, ruang keuangan, ruang supervisor, ruang meeting, dan ruang karyawan.

b. Mini Teater

Fasilitas teknologi informasi dan multimedia untuk memberikan informasi kepada para pengunjung melalui pemutaran film tentang berbagai hal terkait kedirgantaraan.

c. Souvenir Giftshop

Toko yang menjual aneka macam Souvenir atau cenderamata khas suatu acara atau daerah tertentu yang dikelola

(28)

13

secara komersial. Pada Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang akan dijual adalah cenderamata khas TNI AU.

d. Toilet

Toilet merupakan area untuk melayani kebutuhan pribadi pengunjung dan karyawan. Diharapkan toilet sudah terpisahkan atas toilet laki-laki dan toilet perempuan. Sekaligus toilet ini diharapkan terdapat di tiap lantai dan berdekatan dan mudah diakses dari segala sisi bangunan. Berdasarkan fungsinya area ini mengutamakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung dan staff.

e. Area Duduk

Ruang untuk para pengujung bisa duduk dan istirahat sejenak dari perjalanan melihat pameran.

f. Area Pameran 1) Ruang Utama

Memamerkan koleksi berupa replika pataka jajaran Kotama TNI AU, patung empat Pahlawan Nasional TNI AU, lambang Swa Bhuwana Paksa, foto Kepala Staf TNI AU, lukisan, foto tokoh penerima Bintang Swa Bhuwana Paksa, tanda-tanda kehormatan militer serta koleksi tanda pangkat yang pernah digunakan prajurit TNI AU dari awal berdiri sampai dengan sekarang.

2) Ruang Kronologi

(29)

14

Memamerkan koleksi dokumentasi yang menggambarkan sejarah perjuangan dan perkembangan TNI AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, , dokumentasi sejarah Industri kedirgantaraan, koleksi benda-benda peninggalan peristiwa 29 Juli 1947, koleksi benda-benda peninggalan Pasukan Garuda Mulya, foto dokumentasi operasi militer dan operasi non militer, koleksi foto dan benda sejarah Garuda Indonesia Airways serta koleksi foto dan benda sejarah Dinas Kesehatan TNI AU.

3) Ruang KOTAMA

Memamerkan koleksi foto dan benda yang berkaitan denagan Kotama di jajaran TNI AU, koleksi foto dan benda yang pernah gunakan oleh Para Mantan Kasau yang disertai dengan patung serta koleksi daftar nama lulusan Sekolah Penerbang TNI AU.

4) Ruang Minat Dirgantara

Memamerkan koleksi foto dan lambang skadron, koleksi pesawat Starlite dan pesawat Fisher, koleksi senjata, miniatur pesawat , koleksi buku-buku terbitan TNI AU.

5) Ruang Koleksi Seragam

(30)

15

Memamerkan berbagai koleksi seragam yang pernah digunakan TNI AU sejak tahun 1945 hingga saat ini.

6) Ruang Koleksi Senjata

Memamerkan koleksi seperti koleksi rudal, radar, senjata, mesin pesawat serta koleksi senjata pemberian tokoh TNI AU.

2. Pendekatan Ergonomi

Suatu rancangan memenuhi kriteria baik apabila mampu memenuhi suasana yang nyaman, aman, sehat dan edukatif. Untuk mencapai suasana ini maka ilmu ergonomi memiliki peran yang sangat besar. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya. 10

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari ilmu terapan yang berusaha untuk menyerasikan pekerja dengan lingkungan kerjanya atau sebaliknya dengan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimalnya. Sasaran ergonomic adalah agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi (produktif) tetapi dalam suasana yang aman dan nyaman.11 Menurut Sunarmi, pada dasarnya perancangan desain interior harus mampu menciptakan sarana untuk

10 Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta – CV. Haji Masagung. 1

11 Sunarmi, Ergonomi dan Aplikasinya Pada Kriya, (Surakarta, STSI Surakarta, 2001), hal 4

(31)

16

kepentingan manusia, sehingga ada beberapa unsur yang harus diperhatikan yaitu; aktifitas, kapasitas dan anthopometri.12

Pemenuhan fungsi pada ruang bertujuan agar mampu memfasilitasi pengguna dalam beraktifitas di dalamnya diperlukan beberapa disiplin ilmu.

Disiplin ilmu tersebut adalah pendekatan ilmu Ergonomi. Disiplin ilmu ergonomi memberikan pemecahan pada psikologi dan perilaku pengguna desain dalam beraktifitas, baik dari segi kenyamanan maupun keamanannya.

Pertimbangan yang diperlukan dalam sebuah perancangan tentunya harus memiliki landasan atau dasar dalam ukuran pada elemen interior agar dapat diakses oleh manusia dengan baik dan benar. Penggunaan furniture terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kenyamanan, keamanan dan keselamatan yakni :

a. Ketinggian objek pajang yang akan dipamerkan pada dinding harus sesuai dengan stndar ergonomi tubuh manusia.

b. Ukuran furniture sesuai dengan ukuran tubuh manusia.

c. Fungsi furniture sesuai dengan fungsi ruang dimana mebel atau furniture ditempatkan.

Pendekatan ergonomi yang dilakukan berdasarkan area yang dirancang bersumber dari buku Human Dimension and Interior space karya Julius Panero dan Martin Zelnik dan buku Arsitek Data karya Ernst Neufert.

Standarisasi yang digunakan diantaranya adalah :

12 Sunarmi, Buku Pegangan Kuliah Metodologi Desain (Surakarta: Program Studi Desain Interior Jurusan Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Surakarta, 2008). Hal 11

(32)

17 a. Area Lobby dan Area Duduk

Gambar 1. Standarisasi tempat duduk ( Sumber: Panero, Zelnik, 1979)

Gambar 2. Standarisasi meja resepsionis (sumber: Panero, Zelnik, 1979)

(33)

18

Gambar 3. Standarisasi sirkulasi koridor (Sumber: Panero, Zelnik, 1979)

(34)

19 b. Area Pameran

Gambar 4. Standarisasi area pamer / Display (Sumber: Panero, Zelnik, 1979)

Gambar 5. Standarisasi Display artwork (Sumber: Panero, Zelnik, 1979)

(35)

20 c. Ruang Kerja

Gambar 6. Standarisasi Area Kerja ( Sumber: Panero, Zelnik, 1979) 3. Pendekatan Tema dan Gaya

a. Tema

Tema sering dikaitkan dengan karya yang berupa tulisan, namun hakikatnya tema banyak digunakan dalam berbagai karya yang tidak sebatas hanya tulisan saja. Dalam arsitektur pun tema sangat dibutuhkan dalam perancangan, karena tema akan menghasilkan judul pada sebuah rancangan. Selain itu, tema juga membuat arsitek lebih mudah dalam merancang karena tema telah membuat konsep lebih spesifik. Menurut Gunawan Tjahyono, “Tema dalam arti purbanya lebih merupakan pijakan bagi sebuah tajuk. Dari situlah kita yang terlibat dalam kehadirannya berangkat untuk melakukan bahasan, ulasan, dan tindakan (intelektual). Dengan demikian, tema

(36)

21

melandaskan seluruh olahan berkarya dan tindakan intelektual atau seni. Dari contoh yang sama, dalam bidang arsitektur, tema dapat melandasi tindakan berarsitektur.”13 Arsitektur adalah dunia yang tidak bisa dilepaskan dari tema, karena dengan tema itulah kehadirannya dapat lebih bermakna. Lebih daripada itu arsitektur adalah dunia yang di dalamnya terdapat semangat untuk teru mencari sesuatu yang baru dan semangat untuk mencari jawaban.”14

Tema yang digunakan dalam Redesain Interior Museum di Kabupaten Bantul adalah tokoh pewayangan Gatotkaca. Tokoh Gatotkaca merupakan inspirasi patung dirgantara seperti yang dijelaskan dalam katalog pameran Edhi Sunarso.15 Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang popular. Selama ini, banyak yang mengetahui bahwa Gatotkaca adalah anak dari Bima dan Dewi Arimbi setelah melalui penggodokan di Kawah Candradimuka. Sosoknya digambarkan sakti sebagai ksatria sejati.16 Gatotkaca merupakan salah satu tokoh pewayangan yang mempunyai kemampuan untuk terbang.

Nama Gatotkaca juga digunakan untuk pesawat terbang pertama Indonesia yaitu N250 Gatotkaca. Pemilihan tema tersebut karena mulai diangkatnya unsur-unsur budaya tradisional oleh generasi milenial sebagai bentuk pelestarian budaya lokal. Kesenian budaya jawa yang

13 ( Kilas Jurnal FTUI, Januari 2000, volume 2 nomor 1, halaman 79 )

14 ( AMI – Arsitek Muda Indonesia, Penjelajahan 1990 – 1995, Subur, Jakarta, 1995 ).

15 Katalog Pameran Edhi Sunarso, ISI Yogyakarta

16 Febrianto Saptodewo. “Perancangan Visualisasi Tokoh Wayang Bambang Tetuka”. Program Desain Komunikasi Visual, Universitas Indraprasta PGRI. 2014. Hal. 103

(37)

22

umum dikenal masyarakat yaitu batik dan wayang terutama yang dari Daerah Istimewa Yogyakarta akan digunakan sebagai tema desain perancangan. Pola-pola dari ornamen wayang kulit Gatotkaca sangat cocok dengan prinsip desain modern yang minimalis namun dinamis.

Konsep Wayang Gatotkaca akan dijadikan sebagai identitas dari area yang ada di Museum.

b. Gaya

1) Pengertian Gaya

Postmodern adalah campuran antara macam-macam tradisi dan masa lalu. Postmodern adalah kelanjutan dari modernism sekaligus melampaui modernism. Ciri khas karya-karyanya adalah makna ganda, ironi, banyaknya pilihan, konflik, dan terpecahnya berbagai tradisi karena heterogenitas sanagt memadai bagi pluralism. Arsitek dapat diratapi atau kita dapat mencoba untuk mengabaikan mereka (mengacu pada unsur-unsur hias dan dekoratif pada bangunan) atau bahkan mencoba untuk menghilangkan mereka, tetapi mereka tidak akan pergi. Atau mereka akan pergi tapi tidak untuk waktu yang lama, karena arsitek tidak memiliki kekuatan untuk menggantikan mereka.Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian arsitektur postmodern adalah unsur-unsur dekoratif pada bangunan yang kelanjutan dari modernism sekaligus melampaui modernism.

2) Ciri-ciri Gaya Postmodern

(38)

23

a) Ideologi (IDEOLOGICAL) : Konsep yang menjadi asas arah dan tujuan.

(1) Dua Gaya (Double coding of Style)

Suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu : Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.

(2) Popular dan pluralis (Popular and pluralist)

Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam.

(3) Bentuk tanda (Semiotic form)

Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan.

(4) Traditional dan pilihan (Tradition and choice) Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.

(5) (Artist or client)

Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) & Bersifat umum (extern), yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara umum.

(6) Elitis dan partisipasi (Elitist and participative)

(39)

24

Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern.

(7) Terapan dasar (Piecemal)

Penerapan unsur dasar, seperti: sejarah, arsitektur vernacular, lokasi

(8) Wakil arsitek dan aktivis (Architect as representative and activist)

Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif berperan serta dalam perancangan.

b) Ragam (STYLITIC) : suatu pemahaman bentuk, cara, rupa.

(1) Expresi (Hybrid Expression)

Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, contextual.

(2) Kompleks (Complexity)

Perancangan yang bersifat kompleks.

(3) Ruang variabel dengan kejutan (Variable Space with surprise)

Perubahan ruang–ruang yang tercipta akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.

(40)

25

(4) Konvensional dan bentuk abstrak (Conventional and Abstract Form)

Kebanyakan menampilkan bentuk–bentuk konvensional dan bentuk–bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artinya.

(5) Ekletik (Eclectic)

Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara kontinu untuk menciptakan unity.

(6) Semiotik (Semiotic)

Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.

(7) Campuran variabel tergantung konteks expresi pada konten dan kesesuaian semantic terhadap fungsi

Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.

(8) Aplikasi ornament organic (Pro Or Organic Applied Ornament)

Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya ornament.

(9) Representasi (Pro Or Representation)

Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.

(10) Metaphora (Pro-metaphor)

(41)

26

Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi bangunan.

(11) Nilai sejarah (Pro-Historical reference)

Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.

(12) Humoris (Pro-Humor)

Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih menikmatinya.

(13) Simbolis (Pro-simbolic)

Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang dikehendaki perancang.

c) Ide – ide desain (Design ideas) : suatu gagasan perancangan (1) Kontekstual daerah dan rehabilitas (Contextual

Urbanism and Rehabilitation)

Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.

(2) Campuran fungsi (Functional Mixing)

Gabungan beberapa fungsi dalam perancangan.

(3) Cara dan gaya (Mannerist and Baroque) Kecenderungan untuk menonjolkan diri.

(42)

27

(4) Semua sarana (All Phetorical Means) Bentuk rancangan yang berarti.

(5) Ruang dan extensi (Skew Space and Extensions) Pengembangan rancangan yang asimetris- dinamis.

(6) Jalan bangunan (Street Building) (7) Dua unit (Ambiquity)

Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih unity dalam fungsi.

(8) Tren kesimetrisan seimbang (Trends to Asymetrical Symetry)

Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan kesimetrisan yang seimbang.

(9) Berlawanan/ bertabrakan (Collage/Collision) Gabungan atau paduan elemen-elemen yang berlainan.

(43)

28 G. Metode Perancangan

Metode Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara dengan Gaya Postmodern di Kabupaten Bantul menggunakan metode perancangan John M.

Kurtz. Model Kurtz menekankan pemrograman pada sisi kualitatif dari pada kuantitatif, meskipun tetap mempertimbangkan kedua aspek tersebut. Sehingga bangunan yang cocok adalah yang memliki tingkat kompleksitas yang lumayan besar dan menonjolkan kualitas daripada jumlah desain bangunan. Juga tidak mementingkan kecepatan dalam pembangunan, serta melakukan literasi pada setelah pemrograman keseluruhan.

Tahapan proses desain pada Redesain Interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan Gaya Postmodern di Kabupaten Bantul mengadopsi metode proses desain dari mengadopsi metode pemrograman Kurtz yang terdiri dari empat tahap utama, yaitu :

1. Tahap orientasi. Merupakan tahap pengkajian filosofi, kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai dengan klien berdasarkan hasil diskusi dengan klien.

2. Tahap pembuatan program dasar. Tahap pengkajian kebutuhan klien, kajian literatur pendukung dan rencana awal program yang terdiri dari organisasi bangunan, organisasi ruang, luasan ruang, dan lain-lain.

3. Tahap pengulangan pemrograman. Desainer mempresentasikan program dasar kepada klien, mendapat masukan atau feedback dari klien yang nantinya dikaji ulang oleh desainer. Proses ini terus berulang hingga terjadi kesepakatan antara arsitek dengan klien.

(44)

29

4. Tahap desain. Desainer melakukan penyajian awal desain skematik kepada klien, mendapat masukan dari klien yang nantinya akan direvisi secara berulang hingga terjadi kesepakatan antara arsitek dengan klien.17

Gambar 7. Skema pemrograman Kurtz18

Disimpulkan bahwa pemrograman model Kurtz secara garis besar terdapat empat tahap utama. Peran klien pada model ini sebagai user ataupun owner dan klien terlibat dalam setiap tahap pemrograman. Kurtz lebih menekankan pada proses mendesain selama pemrograman yang bertujuan untuk memberikan masukan langsung ke dalam program yang diajukan kepada klien.

Adanya feedback yang menunjukkan upaya pengkajian tahap-tahap sebelumnya yang tidak sesuai kemudian dilakukan pemrograman ulang menjadi letak kelebihan pemrograman Kurtz. Tapi model ini juga memiliki kekurangan

17 Anonim. 2016. “Metode Pemrograman Kurtz”. dokumen.tips/documents/metodepemrograman- kurtz.html.

18 Satyo Baskoro. 2015. “Metode Pemrograman John M. Kurtz”. prezi.com/m/i0uaulk42k- u/metode-pemrograman-john-m-kurtz/.

(45)

30

karena klien bertindak sebagai evaluator. Dengan adanya proses perancangan dalam pemrograman Kurtz menentukan perbaikan program dan final program, menyebabkan hasil menjadi rancu dan kemudian hanya terbentuk desain tunggal.Ini berarti hasil pemrograman hanya berupa penyelesaian, bukan alternative.19

Gambar 8. Skema metode Kurtz20

19 Anonim. 2016. “Metode Pemrograman Kurtz”. dokumen.tips/documents/metodepemrograman- kurtz.html.

20 Satyo Baskoro. 2015. “Metode Pemrograman John M. Kurtz”. prezi.com/m/i0uaulk42k u/metode-pemrograman-john-m-kurtz/.

(46)

31 H. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran ringkas mengenai isi proposal tugas akhir, dan mempermudah pemahamannya, maka dalam pembahasan proposal ini dibagi dalam beberapa bab yang di rinci sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini tercantum latar belakang masalah yang menceritakan tentang kondisi

“Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala” yang akan ditinjau keberadaannya, gambaran umum, dan perumusan masalah merupakan pokok dari masalah yang dihadapi, tujuan, sasaran desain, originalitas karya dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA PIKIR PEMECAHAAN DESAIN

Dalam bab ini berisi teori-teori yang mendukung proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang menjadi acuan dalam mencari alternatif pemecahan masalah dalam hal ini berisi tentang Pendekatan Pemecahan Desain dan Ide Perancangan.

BAB III : PROSES DESAIN / METODE DESAIN

Berisi tentang tahapan proses desain, proses analisis alternatif desain terpilih, gambar kerja dan maket. Diawali pengumpulan data terkait dan pembandingnya, berisikan pengumpulan data-data potensi daerah Kabupaten Bantul. Baik dari hasil pengamatan, survey, berbagi sumber literature kepustakaan dan internet. Setelah data-data yang diperlukan sudah terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis. Analisa data dilakukan untuk melengkapi konsep desain interior

(47)

32

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala khususnya yang diharapkan mampu meningkatkan potensi pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta guna terciptanya desain yang terpilih selanjutnya ditranformasikan ke dalam gambar kerja dan direalisasikan kedalam bentuk animasi.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan hasil desain yang berkaitan dengan kejujuran desainer, tentang kelebihan dan kekurangan yang perlu disampaikan kepada calon pengguna sebagai salah satu informasi penting tentang karyanya apabila nanti akan direalisasikan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini adalah bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang menjelaskan hasil konsep desain dan saran-saran yang diberikan yang dapat bermanfaat bagi interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Di Kabupaten Bantul.

(48)

33 BAB II

DASAR PEMIKIRAN DESAIN

A. Tinjauan Data Literatur Objek Perancangan

1. Tinjauan Umum Museum

a. Pengertian Museum

1) Museum adalah lembaga dan tempat untuk mengumpulkan,menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan koleksi kepada masyarakat. 21

2) Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. 22

3) Museum menurut ICOM (International Council of Museum) adalah sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang bertugas untuk menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia, dan kebudayaan.23

21 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.15

22 UU Republik Indonesia No.66 Tahun 2015 Peraturan Pemerintah tentang Permuseuman, Bab I Pasal 1 Ayat 1).

23 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.15

(49)

34 b. Fungsi Museum

1) Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.

2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.

3) Konservasi dan preservasi

4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum 5) Pengenalan dan penghayatan kesenian

6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 7) Visualisasi warisan alam dan budaya

8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.24

c. Klasifikasi Museum

1) Klasifikasi Berdasarkan Status Hukum a) Museum swasta

b) Museum resmi 25

2) Klasifikasi Berdasarkan Jenis Koleksi a) Museum umum

Museum umum mempunyai koleksi penunjang cabang-cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan ilmu pengetahuan sosial.

24 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.19

25 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 30

(50)

35 b) Museum khusus

Museum khusus mempunyai koleksi penjunjang satu sabang ilmu saja, misalnya museum ilmu hayat, museum ilmu dan teknologi, museum antropologi, museum ethnografi, museum seni rupa. 26

3) Klasifikasi Berdasarkan Ruang Lingkup Wilayah Tugas, Status Hukum dan Tujuan Penyelenggaraan.

a) Museum Nasional

Museum Nasional adalah museum yang menjadi urusan pemerintah yang menggambarkan harta warisan sejarah dan kebudayaan nasional.

b) Museum lokal

Museum Lokal adalah museum yang dapat dibagi lagi menjadi museum dengan ruang lingkup tugas tingkat propinsi, kabupatan dan kotamadya.

c) Museum lapangan terbuka

Museum lapangan terbuka atau open air merupakan suatu komplek yang luas, seperti Taman Mini, terdiri dari model-model rumah adat, baik yang asli, yang telah berpindah tempat dari asal daerahnya semula, maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap.27

26 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 30

27 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 30

(51)

36 d. Persyaratan Museum

Secara umum persyaratan umum adalah meliputi antara lain lokasi, ruang- ruang serta bangunan.

1) Persyaratan lokasi

a) Letak museum di bagian kota yang tepat

b) Gedung museum dapat menjamin keamanan koleksi, penataan koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung

c) Pembagian ruangan yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum

d) Perencanaan pengadaan koleksi

e) Perencanaan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi, perkantoran dan pesonil serta pengunjung museum

f) Perencanaan pengadaan dan latihan jabatan personil yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum.28

2) Penyajian pameran

Menurut Pedoman Museum Indonesia, penyajian koleksi merupakan salah satu cara komunikasi antara pengunjung museum dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi, dan pendukung lainnya. Beberapa hal

28 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 22-23

(52)

37

yang perlu diperhatikan dalam hal penyajian koleksi adalah sebagai berikut :29

3) Prinsip-Prinsip Penyajian Koleksi

Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki hal-hal sebagai berikut:

a) Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat.

b) Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, gar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran.

4) Jenis pameran

Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Pameran tetap. Pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai dengan 4 tahun. Tema pameran sesuaidengan jenis, visi dan misi

29 Direktorat Museum, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2008. Pedoman Museum Indonesia. Senayan, Jakarta.

(53)

38

museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.

b) Pameran khusus / temporer. Pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung datang ke museum.

5) Metode penyajian a) Metode estetis

Metode untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari warisan budaya atau koleksi yang tersedia.

b) Metode tematik atau intelektual

Metode dalam rangka penyebarluasan informasi tentang guna, arti dan fungsi koleksi museum.

c) Metode romantic

Metode untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung mengenai suasana dan

(54)

39

kenyataan-kenyataan sosial budaya diantara pelbagai suku bangsa.30

6) Metode pameran

Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari:

a) Metode Pendekatan Intelektual. Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.

b) Metode Pendekatan Romantik (Evokatif)Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

c) Metode Pendekatan Estetik. Cara penyajian bendabenda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum.

d) Metode Pendekatan Simbolik. Cara penyajian bendabenda koleksi museum dengan menggunakan simbolsimbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung.

30 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.67

(55)

40

e) Metode Pendekatan Kontemplatif. Cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.

Metode Pendekatan Interaktif. Cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

e. Perawatan Koleksi

Perawatan koleksi termasuk dalam fungsi museum sebagai tempat konservasi dan preservasi barang koleksi. Dalam system perawatan dan pemeliharaan kolektesi terdapat system konservasi dan preservasi yang harus diperhatikan. Konservasi merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sesuatu secara teratur, untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pemusnahan, dengan cara pengawetan, sedangkan preservasi merupakan kegiatan pemeliharaan fisik maupun administrasi dari koleksi, termasuk di dalamnya masalah managemen koleksi yang terdiri dari pengumpulan, pendokumentasian, konservasi dan restorasi koleksi.31 Selain konservasi dan preservasi, terdapat hal teknis yang harus diperhatikan dalam perawatan koleksi, yaitu :

31 Magersari, Noerhadi. 2008. “Filsafat Museologi”, Museografika Vol II No. 2. Jakarta : Dinas Permuseuman. Hal 13

(56)

41 1) Iklim dan lingkungan

Adapun standar yang di atur untuk kadar kelembaban relative (RH atau Relative Humadity) antara 50-100 % dengan temperature 25 – 37 derajad Celcius.32

2) Cahaya

Dalam buku Pedoman Tata Pameran di Museum dijelaskan bahwa perlu diperhatikan tentang cahaya alami dan buatan yang mengenai benda pajang terutama benda koleksi organik (tekstil, kertas, koleksi ilmu hayat, dsb).

Cahaya mahatari yang memiliki energy elektromagnetik membahayakan benda koleksi dan dapat menimbulkan berbagai perubahan baik pada bahan maupun pada warna, sekalipun ultra violet itu sebenarnya sudah banyak terserap oleh bumi.33

Diperkuat atas pendapat Arthur Rosenblatt dalam bukunya Building Type Basic of Museum terkait sinar ultraviolet dan lampu infrared adalah sebagai berikut :

a) Meskipun tidak terlihat oleh mata manusia, risiko kerusakan pada seni sensitif oleh sinar UV cukup besar.

32 Departeman Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga. Jakarta, Balai Pustaka. Hal.54

33 Departeman Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga. Jakarta, Balai Pustaka. Hal.56-57

(57)

42

b) Standard sumber cahaya memancarkan sedikit sinar UV .

c) Cahaya halogen kuarsa memberikan sedikir lebih banyak sinar UV daripada sumber cahaya standard.

d) Kaca, seperti yang ditemukan pada permukaan lampu PAR, menyerap sebagian besar sinar UV, membuat lampu dapat diterima untuk instalasi mos tanpa menggunakan filter UV.

e) Kurator yang ingin menghilangkan 99% sinar UV dapat menggunakan filter, tanpa sering ditempatkan di dalam perlengkapan berbahan lilin .

f) Sumber flurescent mengandung lebih banyak sinar UV daripada sumber lampu pijar dan seharusnya tidak diizinkan untuk memberikan cahaya tanpa melewari filter UV berintensitas tinggi atau dipantulkan dari permukaan, seperti langit-langit sebelum menyentuh permukaan koleksi.34

34 Rosenblatt, Arthur. 2000. Building Type Basic of Museum. USA – John Coufrey & Son, Inc.

Hal. 251

(58)

43

Menurut Rosenblatt, tingkat pencahayaan yang direkomendasikan pada museum terbagi dalam 3 tingkat sensitivitas benda terhadap cahaya, yaitu :

a) Objek sensitive terhadap cahaya : 50 lux / 5 footcandles

(1) Tekstil, permadani dan lukisan (2) Manuskrip

(3) Miniature

(4) Lukisan di media distemper (5) Wallpaper

(6) Guas

(7) Kulit yang dicelup

(8) Objek alam paling bersejarah, termasuk specimen alam, bulu hewan.

b) Objek tidak sensitive terhadap cahaya : 200 lux / 20 footcandles.

(1) Lukisan minyak dan tempera . (2) Kulit yang tidak dicelup . (3) Tanduk, tulang dan gading . (4) Pernis oriental.

(59)

44

c) Objek tidak peka terhadap cahaya : 300 lux / 30 footcandles

(1) Metal (2) Batu (3) Kaca (4) Keramik (5) Perhiasan35 f. Struktur Organisasi

Gambar 9. Struktur Organisasi Museum (Sumber: Pedoman Museum Indonesia)

35 Rosenblatt, Arthur. 2000. Building Type Basic of Museum. USA – John Coufrey & Son, Inc.

Hal 250

(60)

45

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

1) Kepala Museum:

a) Bertanggung jawab terhadap keberadaan seluruh koleksi museum.

b) Melakukan pengawasan terhadap segala aktivitas di dalam museum.

c) Mengelola dan melakukan pembinaan, evaluasi dan monitoring terhadap seluruh staf.

d) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggung jawaban kepada direktorat permuseuman.

2) Kepala Bagian Tata Usaha:

a) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggung jawaban kepada kepala museum

b) Melakukan pengelolaan segala sesuatu di bidang tata usaha yang meliputi kegiatan regitrasi, administrasi, keuangan, kepegawaian, rumah tangga/maintenance.

3) Bagian Perpustakaan:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai keperpustakaan dan refrensi.

4) Bagian Registrasi:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai registrasi dan kepegawaian.

(61)

46 5) Bagian Administrasi:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai surat menyurat administrasi.

6) Bagian Keuangan:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai keuangan museum.

7) Bagian Umum:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai kerjasama dengan pihak luar museum.

8) Bagian Rumah Tangga/Manitenance:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai kebutuhan perawatan museum.

9) Tenaga fungsional:

a) Pengelola meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi, koleksi sesuai dengan jenis koleksi.

b) Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi

10) Tenaga Fungsional Bidang Koleksi/Konservasi:

a) Pengelolaan meliputi kegiatan konservasi prefentif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang.

(62)

47

b) Serta penanganan laboraturium koleksi.

11) Tenaga Fungsional Bidang Preparasi:

Pengelolaan meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif kultural dan penanganan bengkel preparasi.

12) Tenaga Fungsional Bidang Bimbingan Edukasi dan Publikasi:

Pengelolaan meliputi kegiatan bimbingan edukasi kultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.

g. Sistem Keamanan

Pengamanan gedung adalah termasuk setiap orang menggunakan museum seperti pengunjung, tamu, karyawan/staf, dan pekerja lain. Sasaran pengamanan adalah pencegahan terhadap kehilangan, kerusakan, dan kecelakaan yang dapat dilakukan dengan mengadakan pengawasan, memeriksa koleksi, karyawan/staf, kendaraan dan material/benda yang keluar masuk museum. Beberapa usaha-usaha pengamanan museum dapat dilakukan melalui :36

1) Sumber Daya Manusia

Untuk membentuk etika baik terhadap karyawan/staf dapat dilakukan skrening untuk mencegah terjadinya korupsi, kolusi

36 Tjahyono, Herry. 2002. Ebook Pengamanan Museum. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Pengembangan Kebijakan Kebudayaan diakses dari

http://repositori.kemdikbud.go.id/13694/1/Pengamanan%20Museum.PDF pada 27 Juni 2022 pukul 17:27

(63)

48

dan perbuatan tercela lainnya. Demikian juga halnya pengawasan terhadap pengunjung setiap museum dapat membuat peraturan tentang aktivitas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2) Konstruksi Bangunan

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam erencanakan sebuah bangunan museum terutama dalam hal pengamanannya adalah sebagai berikut :

a) Lokasi museum b) Ukuran/luas museum c) Ukuran dan jenis koleksi d) Bentuk bangunan

e) Kemampuan dana f) Faktor iklim g) Jumlah staf h) Analisa resiko i) Jenis kegunaan

j) Antisipasi jumlah kendaraan k) Antisipasi pengunjung l) Kebutuhan kerja

m) Jumlah kegiatan museum

(64)

49 3) Sarana

Beberapa jenis peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan program pengamanan museum antara lain:

a) Peralatan deteksi kejahatan elektronik b) Peralatan kontrol pintu masuk elektronik c) CCTV/kamera pengintai

d) Peralatan komunikasi dalam keadaan darurat e) Pos komando keamanan

f) Peralatan deteksi kebakaran

g) Kontrol panel peralatan deteksi dan kebakaran h) Peraturan dan tata tertib lingkungan

i) Pembangkit listrik atau emergency lamp 4) Koleksi

Melindungi koleksi museum merupakan kewajiban yang paling penting bagi setiap museum koleksi sangat mudah mengalami kerusakan akibat kelengahan manusia, vandalisme, dan pencurian, untuk itu pengawasan secara fisik harus ditangani oleh tenaga profesional. Untuk melaksanakan program pengamanan koleksi diperlukan tindakan sebagai berikut :

a) Perlindungan terhadap koleksi baik yang di ruang pamer maupun di ruang penyimpanan sesuai dengan aturan yang berlaku

(65)

50

b) Semua koleksi tercatat dalam buku registrasi dan inventaris

c) Setiap koleksi yang akan dipindahkan dari tempat pentimpanan untuk suatu keperluan harus mengikuti prosedur “pemindahan koleksi” yang berlaku

d) Benda koleksi yang dipinjam harus melalui prosedur dan ketentuan yang berlaku

e) Perlindungan kerusakan akibat dari pengaruh lingkungan

f) Cara membawa/mengangkat koleksi dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku

g) Mencegah perbuatan vandalisme h) Koleksi perlu diasuransikan 5) Kerjasama dengan instansi terkait

2. Tinjauan Umum Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

a. Sejarah TNI Angkatan Udara

Pada tanggal 23 Agustus 1945, PPKI membentuk tiga wadah perjuangan yaitu: Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesisa (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR adalah badan yang bertugas untuk menjamin ketentraman umum dan merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Dengan terbentuknya BKR, Presiden mengamanatkan

Gambar

Gambar 1. Standarisasi tempat duduk  ( Sumber: Panero, Zelnik, 1979)
Gambar 4. Standarisasi area pamer / Display  (Sumber: Panero, Zelnik, 1979)
Gambar 5. Standarisasi Display artwork  (Sumber: Panero, Zelnik, 1979)
Gambar 6. Standarisasi Area Kerja   ( Sumber: Panero, Zelnik, 1979)  3.  Pendekatan Tema dan Gaya
+7

Referensi

Dokumen terkait