• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini adalah bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang menjelaskan hasil konsep desain dan saran-saran yang diberikan yang dapat bermanfaat bagi interior Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Di Kabupaten Bantul.

1. Tinjauan Umum Museum

a. Pengertian Museum

1) Museum adalah lembaga dan tempat untuk mengumpulkan,menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan koleksi kepada masyarakat. 21

2) Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. 22

3) Museum menurut ICOM (International Council of Museum) adalah sebuah badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang bertugas untuk menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia, dan kebudayaan.23

21 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.15

22 UU Republik Indonesia No.66 Tahun 2015 Peraturan Pemerintah tentang Permuseuman, Bab I Pasal 1 Ayat 1).

23 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.15

34 b. Fungsi Museum

1) Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.

2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.

3) Konservasi dan preservasi

4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum 5) Pengenalan dan penghayatan kesenian

6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 7) Visualisasi warisan alam dan budaya

8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.24

c. Klasifikasi Museum

1) Klasifikasi Berdasarkan Status Hukum a) Museum swasta

b) Museum resmi 25

2) Klasifikasi Berdasarkan Jenis Koleksi a) Museum umum

Museum umum mempunyai koleksi penunjang cabang-cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan ilmu pengetahuan sosial.

24 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.19

25 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 30

35 b) Museum khusus

Museum khusus mempunyai koleksi penjunjang satu sabang ilmu saja, misalnya museum ilmu hayat, museum ilmu dan teknologi, museum antropologi, museum ethnografi, museum seni rupa. 26

3) Klasifikasi Berdasarkan Ruang Lingkup Wilayah Tugas, Status Hukum dan Tujuan Penyelenggaraan.

a) Museum Nasional

Museum Nasional adalah museum yang menjadi urusan pemerintah yang menggambarkan harta warisan sejarah dan kebudayaan nasional.

b) Museum lokal

Museum Lokal adalah museum yang dapat dibagi lagi menjadi museum dengan ruang lingkup tugas tingkat propinsi, kabupatan dan kotamadya.

c) Museum lapangan terbuka

Museum lapangan terbuka atau open air merupakan suatu komplek yang luas, seperti Taman Mini, terdiri dari model-model rumah adat, baik yang asli, yang telah berpindah tempat dari asal daerahnya semula, maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap.27

26 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 30

27 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 30

36 d. Persyaratan Museum

Secara umum persyaratan umum adalah meliputi antara lain lokasi, ruang- ruang serta bangunan.

1) Persyaratan lokasi

a) Letak museum di bagian kota yang tepat

b) Gedung museum dapat menjamin keamanan koleksi, penataan koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung

c) Pembagian ruangan yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum

d) Perencanaan pengadaan koleksi

e) Perencanaan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi, perkantoran dan pesonil serta pengunjung museum

f) Perencanaan pengadaan dan latihan jabatan personil yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum.28

2) Penyajian pameran

Menurut Pedoman Museum Indonesia, penyajian koleksi merupakan salah satu cara komunikasi antara pengunjung museum dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi, dan pendukung lainnya. Beberapa hal

28 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal 22-23

37

yang perlu diperhatikan dalam hal penyajian koleksi adalah sebagai berikut :29

3) Prinsip-Prinsip Penyajian Koleksi

Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki hal-hal sebagai berikut:

a) Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat.

b) Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, gar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran.

4) Jenis pameran

Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Pameran tetap. Pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai dengan 4 tahun. Tema pameran sesuaidengan jenis, visi dan misi

29 Direktorat Museum, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2008. Pedoman Museum Indonesia. Senayan, Jakarta.

38

museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.

b) Pameran khusus / temporer. Pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung datang ke museum.

5) Metode penyajian a) Metode estetis

Metode untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari warisan budaya atau koleksi yang tersedia.

b) Metode tematik atau intelektual

Metode dalam rangka penyebarluasan informasi tentang guna, arti dan fungsi koleksi museum.

c) Metode romantic

Metode untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung mengenai suasana dan

39

kenyataan-kenyataan sosial budaya diantara pelbagai suku bangsa.30

6) Metode pameran

Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari:

a) Metode Pendekatan Intelektual. Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.

b) Metode Pendekatan Romantik (Evokatif)Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

c) Metode Pendekatan Estetik. Cara penyajian bendabenda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum.

d) Metode Pendekatan Simbolik. Cara penyajian bendabenda koleksi museum dengan menggunakan simbolsimbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung.

30 Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan. Hal.67

40

e) Metode Pendekatan Kontemplatif. Cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.

Metode Pendekatan Interaktif. Cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

e. Perawatan Koleksi

Perawatan koleksi termasuk dalam fungsi museum sebagai tempat konservasi dan preservasi barang koleksi. Dalam system perawatan dan pemeliharaan kolektesi terdapat system konservasi dan preservasi yang harus diperhatikan. Konservasi merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sesuatu secara teratur, untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pemusnahan, dengan cara pengawetan, sedangkan preservasi merupakan kegiatan pemeliharaan fisik maupun administrasi dari koleksi, termasuk di dalamnya masalah managemen koleksi yang terdiri dari pengumpulan, pendokumentasian, konservasi dan restorasi koleksi.31 Selain konservasi dan preservasi, terdapat hal teknis yang harus diperhatikan dalam perawatan koleksi, yaitu :

31 Magersari, Noerhadi. 2008. “Filsafat Museologi”, Museografika Vol II No. 2. Jakarta : Dinas Permuseuman. Hal 13

41 1) Iklim dan lingkungan

Adapun standar yang di atur untuk kadar kelembaban relative (RH atau Relative Humadity) antara 50-100 % dengan temperature 25 – 37 derajad Celcius.32

2) Cahaya

Dalam buku Pedoman Tata Pameran di Museum dijelaskan bahwa perlu diperhatikan tentang cahaya alami dan buatan yang mengenai benda pajang terutama benda koleksi organik (tekstil, kertas, koleksi ilmu hayat, dsb).

Cahaya mahatari yang memiliki energy elektromagnetik membahayakan benda koleksi dan dapat menimbulkan berbagai perubahan baik pada bahan maupun pada warna, sekalipun ultra violet itu sebenarnya sudah banyak terserap oleh bumi.33

Diperkuat atas pendapat Arthur Rosenblatt dalam bukunya Building Type Basic of Museum terkait sinar ultraviolet dan lampu infrared adalah sebagai berikut :

a) Meskipun tidak terlihat oleh mata manusia, risiko kerusakan pada seni sensitif oleh sinar UV cukup besar.

32 Departeman Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga. Jakarta, Balai Pustaka. Hal.54

33 Departeman Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga. Jakarta, Balai Pustaka. Hal.56-57

42

b) Standard sumber cahaya memancarkan sedikit sinar UV .

c) Cahaya halogen kuarsa memberikan sedikir lebih banyak sinar UV daripada sumber cahaya standard.

d) Kaca, seperti yang ditemukan pada permukaan lampu PAR, menyerap sebagian besar sinar UV, membuat lampu dapat diterima untuk instalasi mos tanpa menggunakan filter UV.

e) Kurator yang ingin menghilangkan 99% sinar UV dapat menggunakan filter, tanpa sering ditempatkan di dalam perlengkapan berbahan lilin .

f) Sumber flurescent mengandung lebih banyak sinar UV daripada sumber lampu pijar dan seharusnya tidak diizinkan untuk memberikan cahaya tanpa melewari filter UV berintensitas tinggi atau dipantulkan dari permukaan, seperti langit-langit sebelum menyentuh permukaan koleksi.34

34 Rosenblatt, Arthur. 2000. Building Type Basic of Museum. USA – John Coufrey & Son, Inc.

Hal. 251

43

Menurut Rosenblatt, tingkat pencahayaan yang direkomendasikan pada museum terbagi dalam 3 tingkat sensitivitas benda terhadap cahaya, yaitu :

a) Objek sensitive terhadap cahaya : 50 lux / 5 footcandles

(1) Tekstil, permadani dan lukisan (2) Manuskrip

(3) Miniature

(4) Lukisan di media distemper (5) Wallpaper

(6) Guas

(7) Kulit yang dicelup

(8) Objek alam paling bersejarah, termasuk specimen alam, bulu hewan.

b) Objek tidak sensitive terhadap cahaya : 200 lux / 20 footcandles.

(1) Lukisan minyak dan tempera . (2) Kulit yang tidak dicelup . (3) Tanduk, tulang dan gading . (4) Pernis oriental.

44

c) Objek tidak peka terhadap cahaya : 300 lux / 30 footcandles

(1) Metal (2) Batu (3) Kaca (4) Keramik (5) Perhiasan35 f. Struktur Organisasi

Gambar 9. Struktur Organisasi Museum (Sumber: Pedoman Museum Indonesia)

35 Rosenblatt, Arthur. 2000. Building Type Basic of Museum. USA – John Coufrey & Son, Inc.

Hal 250

45

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

1) Kepala Museum:

a) Bertanggung jawab terhadap keberadaan seluruh koleksi museum.

b) Melakukan pengawasan terhadap segala aktivitas di dalam museum.

c) Mengelola dan melakukan pembinaan, evaluasi dan monitoring terhadap seluruh staf.

d) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggung jawaban kepada direktorat permuseuman.

2) Kepala Bagian Tata Usaha:

a) Bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggung jawaban kepada kepala museum

b) Melakukan pengelolaan segala sesuatu di bidang tata usaha yang meliputi kegiatan regitrasi, administrasi, keuangan, kepegawaian, rumah tangga/maintenance.

3) Bagian Perpustakaan:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai keperpustakaan dan refrensi.

4) Bagian Registrasi:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai registrasi dan kepegawaian.

46 5) Bagian Administrasi:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai surat menyurat administrasi.

6) Bagian Keuangan:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai keuangan museum.

7) Bagian Umum:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai kerjasama dengan pihak luar museum.

8) Bagian Rumah Tangga/Manitenance:

Menangani dan mengelola segala sesuatu mengenai kebutuhan perawatan museum.

9) Tenaga fungsional:

a) Pengelola meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi, koleksi sesuai dengan jenis koleksi.

b) Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi

10) Tenaga Fungsional Bidang Koleksi/Konservasi:

a) Pengelolaan meliputi kegiatan konservasi prefentif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang.

47

b) Serta penanganan laboraturium koleksi.

11) Tenaga Fungsional Bidang Preparasi:

Pengelolaan meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif kultural dan penanganan bengkel preparasi.

12) Tenaga Fungsional Bidang Bimbingan Edukasi dan Publikasi:

Pengelolaan meliputi kegiatan bimbingan edukasi kultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.

g. Sistem Keamanan

Pengamanan gedung adalah termasuk setiap orang menggunakan museum seperti pengunjung, tamu, karyawan/staf, dan pekerja lain. Sasaran pengamanan adalah pencegahan terhadap kehilangan, kerusakan, dan kecelakaan yang dapat dilakukan dengan mengadakan pengawasan, memeriksa koleksi, karyawan/staf, kendaraan dan material/benda yang keluar masuk museum. Beberapa usaha-usaha pengamanan museum dapat dilakukan melalui :36

1) Sumber Daya Manusia

Untuk membentuk etika baik terhadap karyawan/staf dapat dilakukan skrening untuk mencegah terjadinya korupsi, kolusi

36 Tjahyono, Herry. 2002. Ebook Pengamanan Museum. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Pengembangan Kebijakan Kebudayaan diakses dari

http://repositori.kemdikbud.go.id/13694/1/Pengamanan%20Museum.PDF pada 27 Juni 2022 pukul 17:27

48

dan perbuatan tercela lainnya. Demikian juga halnya pengawasan terhadap pengunjung setiap museum dapat membuat peraturan tentang aktivitas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2) Konstruksi Bangunan

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam erencanakan sebuah bangunan museum terutama dalam hal pengamanannya adalah sebagai berikut :

a) Lokasi museum b) Ukuran/luas museum c) Ukuran dan jenis koleksi d) Bentuk bangunan

e) Kemampuan dana f) Faktor iklim g) Jumlah staf h) Analisa resiko i) Jenis kegunaan

j) Antisipasi jumlah kendaraan k) Antisipasi pengunjung l) Kebutuhan kerja

m) Jumlah kegiatan museum

49 3) Sarana

Beberapa jenis peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan program pengamanan museum antara lain:

a) Peralatan deteksi kejahatan elektronik b) Peralatan kontrol pintu masuk elektronik c) CCTV/kamera pengintai

d) Peralatan komunikasi dalam keadaan darurat e) Pos komando keamanan

f) Peralatan deteksi kebakaran

g) Kontrol panel peralatan deteksi dan kebakaran h) Peraturan dan tata tertib lingkungan

i) Pembangkit listrik atau emergency lamp 4) Koleksi

Melindungi koleksi museum merupakan kewajiban yang paling penting bagi setiap museum koleksi sangat mudah mengalami kerusakan akibat kelengahan manusia, vandalisme, dan pencurian, untuk itu pengawasan secara fisik harus ditangani oleh tenaga profesional. Untuk melaksanakan program pengamanan koleksi diperlukan tindakan sebagai berikut :

a) Perlindungan terhadap koleksi baik yang di ruang pamer maupun di ruang penyimpanan sesuai dengan aturan yang berlaku

50

b) Semua koleksi tercatat dalam buku registrasi dan inventaris

c) Setiap koleksi yang akan dipindahkan dari tempat pentimpanan untuk suatu keperluan harus mengikuti prosedur “pemindahan koleksi” yang berlaku

d) Benda koleksi yang dipinjam harus melalui prosedur dan ketentuan yang berlaku

e) Perlindungan kerusakan akibat dari pengaruh lingkungan

f) Cara membawa/mengangkat koleksi dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku

g) Mencegah perbuatan vandalisme h) Koleksi perlu diasuransikan 5) Kerjasama dengan instansi terkait

2. Tinjauan Umum Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

a. Sejarah TNI Angkatan Udara

Pada tanggal 23 Agustus 1945, PPKI membentuk tiga wadah perjuangan yaitu: Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesisa (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR adalah badan yang bertugas untuk menjamin ketentraman umum dan merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Dengan terbentuknya BKR, Presiden mengamanatkan

51

kepada seluruh rakyat Indonesia agar tetap tenang, memegang teguh disiplin dan siap sedia berjuang untuk Indonesia merdeka. Kepada semua pejuang mantan prajurit PETA, HEIHO, Pelaut dan pemuda- pemuda diperintahkan untuk sementara waktu bergabung dan bekerja dalam BKR. Kemudian berdirilah BKR Udara di daerah-daerah yang memiliki pangkalan udara atau pemusatan unsur-unsur penerbangan.37

Pada tanggal 5 Oktober 1945, BKR ditingkatkan menjadi TKR, maka BKR Udarapun otomatis menjadi TKR Udara yang dikenal dengan TKR Djawatan Penerbangan. Pada tanggal 12 November 1945 di Yogjakarta dilaksanakan Konferensi TKR dan peserta konferensi bersepakat untuk secepatnya dapat mengembangkan kekuatan udara Indonesia. Sebagai realisasinya, pada tanggal 12 Desember 1945, Markas Tertinggi TKR mengeluarkan pengumuman yang ditandatangani Kepala Staf Umum Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo yang menyatakan;

Tanggal 25 Januari 1946 Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berubah nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), TKR Djawatan Penerbanganpun mengalami perubahan karena makin besarnya kepercayaan pemerintah dan rakyat kepadanya. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Penetapan Pemerintah Nomor :

37 TNI Angkatan Udara. Sejarah TNI Angkatan Udara diakses dari: https://tni- au.mil.id/profil/sejarah/ pada tanggal 27 Juni 2022 pukul 17:28

52

6/SD/1946 yang berisi tentang Pembentukan Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara, dan menetapkan Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara pertama. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Angkatan Udara.

Perjalanan TNI Angkatan Udara untuk menjadi sebuah angkatan perang diwarnai berbagai peristiwa bersejarah. Diawali dengan berdirinya Badan Keamanan Rakyat Bagian Udara, kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan.

Organisasi ini kemudian berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara. Kekuatan utama saat itu adalah pesawat- pesawat bekas rampasan penjajah Jepang seperti pesawat Cureng, Cukiu, Nishikoreng, Guntei, Sansikisin dan Hayabusha.

b. Sejarah Museum Dirgantara Mandala

Museum yang kini dikenal dengan Museum Dirgantara Mandala pada awalnya terletak di Jakarta. Hal-hal yang mendorong didirikannya museum Angkatan Udara ini adalah yang pertama, peristiwa sejarah dalam pertumbuhan TNI AU serta perjuangan dan pengorbanan pahlawan udara dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia perlu dilestarikan. Kedua, mewariskan nilai juang 45 bahwa pengabdian dan pendokumentasian perlu direalisasikan dalam bentuk visualisasi bukti sejarah agar dapat diterima dan diamalkan kepada penerus bangsa.38

38 Buku Panduan Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala

53

Hasrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan apapun peristiwa bersejarah di lingkungan AURI merupakan gagasan pimpinan AURI yang dituangkan dalam keputusan Menteri/Panglima angkatan udara nomor 491 tanggal 6 Agustus 1960 tentang dokumentasi, sejarah dan museum angkatan Udara Republik Indonesia. Museum angkatan udara baru terwujud tanggal 21 April 1967. Pada awalnya organisasi di dalamnya masih bersifat embro berada dibawah pembinaan asisten hubungan direktorat hubungan masyarakat angkatan udara Republik Indonesia. Kegiatan didalamnya masih sangat terbatas, kemudian sejak dikeluarkannya intruksi menteri/panglima Angkatan Udara No.2 tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya dan museum Angkatan Udara mulailah ada titik terang. Seiring berjalannya waktu dan perhatian besar dari pimpinan Angkatan Udara maka pada tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia oleh Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nurjadin. Museum pusat ini terletak di kawasan markas komando wilayah udara V (Makowilu) Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat.39

Sementara itu di lembaga pendidikan AKABRI bagian Udara Yogyakarta yang saat ini bernama AAU (Akademi Angkatan Udara) sudah berdiri museum pendidikan atau karbol, sehingga mulailah

39 Katalog Museum

54

adanuya pemikiran yang mengarah pada pengembangan dan upaya menyatukan kedua museum tersebut. Disamping itu timbul pemikiran untuk mempertimbangkan lokasi atau kedudukan museum yang nantinya mengarah ke Yogyakarta. Dasar pertimbangan penentuan lokasi di Yogyakarta adalah pertama, pada peristiwa 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahirnya dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara. Kedua, Yogyakarta tempat penggodokan Taruna Angkatan Udara (Karbol) calon perwira TNI AU. Ketiga, perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU dengan mengacu kepada semangat Maguwo.40

Atas dasar pertimbangan tersebut maka Kepala Staf TNI AU mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1987 tanggal 17 April 1987 yang menetapkan bahwa museum pusat AURI yang semula berada di Jakarta dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan dengan museum pendidikan/ kabrol menjadi museum pusat TNI AU Dirgantara Mandala dan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan ksatrian AKABRI Bagian Udara.

Dengan pertimbangan dan koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala terus berkembang dan bertambahnya alutsista udara berupa pesawat terbang sehingga gedung museum di Kesatrian

40 TNI Angkatan Udara. Lanud Adi Sutjipto diakses dari: https://tni-au.mil.id/portfolio/lanud- lanud-adi-sutjipto/ pada tanggal 27 Juni pukul 18:04

55

AKABRI bagian udara tidak dapat lagi menampung dan keberadaanya sulit dijangkau oleh pengunjung maka Pimpinan TNI AU memutuskan memindahkan lagi. Pimpinan TNI AU memutuskan pemindahan ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto, pada masa pemerintahan Jepang digunakan sebagai gudang senjata dan logistik. Sebagai tanda dimulainya pembangunan gedung tersebut maka pada tanggal 17 Desember 1982 Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti, hal ini diperkuat dengan SP Kepala Staf TNI AU no.Sprin/05/IV/1984 tanggal 12 April 1984 tentang rehabilitasi gedung bekas pabrik gula untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat Dirgantara Mandala. Kemudian pada tanggal 29 Juli 1984 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah direhab sebagai Museum Pusat Dirgantara Mandala dengan luas 4,2 Ha serta luas bangunan 9000 Meter Persegi. Namun dalam penyepakatan lokasi terjadi hal unik. Menurut pegawai Museum Dirgantara Mandala museum tersebut terletak di Kabupaten Sleman akan tetapi lokasi sebalah utara museum terletak di Kabupaten Bantul.41

41 Dandhy Satria. 2019. Pemanfaatan Museum Dirgantara Mandala Sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Wisata di Yogyakarta, untuk memenuhi syarat sarjana S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

56

c. Koleksi Museum Dirgantara Mandala

Museum Dirgantata Mandala memiliki koleksi sebagian besar dulunya merupakan alat perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya melalui jalur udara. Koleksi yang didapat berasal dari alutsista yang sudah usang namun memiliki tingkat sejarah yang tinggi. Salah satu contohnya adalah pesawat replika WEL I RI. X, yakni pesawat pertama buatan Indonesia, yang dirancang selama lima bulan dan bermesin VW (Volks Wagon). Pesaawt ini diterbangkan dari PU (Pangkalan Udara) Iswahyudi menuju SMO Lanud Adisucipto kemudian di museumkan.42

Selain dari koleksi pesawat, Museum Dirgantara Mandala juga memiliki koleksi berupa pakaian atau sergam yang pernah digunakan oleh TNI AU. Mulai dari petinggi TNI AU, penerbang udara dan juga koleksi yang dikenakan oleh WARA (Wanita Angkatan Udara) mulai dari Bintara hingga Perwira Tinggi.43

42 Dandhy Satria. 2019. Pemanfaatan Museum Dirgantara Mandala Sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Wisata di Yogyakarta, untuk memenuhi syarat sarjana S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Hal. 47

43 Buku Panduan Museum

Dokumen terkait