• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi dan Lingkungan KEBIJAKAN PEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi dan Lingkungan KEBIJAKAN PEMBANG"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi dan Lingkungan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERWAWASAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN

Pembangunan daerah sedang menghadapi tantangan serius berupa masalah-masalah dampak krisis ekonomi dan dampak globalisasi. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, kebijaksanaan pembangunan daerah seyogyanya ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan agenda pemulihan ekonomi saat ini, antara lain melalui pemberdayaan dan pemihakan kepada sistem ekonomi kerakyatan untuk menuntaskan berbagai tantangan pembangunan yang ada.

Pembangunan adalah milik masyarakat (community base development), agenda pemulihan ekonomi harus memihak kepentingan masyarakat mewujudkan kesejahteraannya secara lebih adil dan lestari. Strategi pemberdayaan masyarakat perlu dipahami dan menjadi komitmen segenap komponen masyarakat dalam menyelenggarakan kebijaksanaan ekonomi melalui sistem perencanaan pembangunan yang realistis, maupun melalui upaya pemihakan kepada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis.

Upaya pemberdayaan masyarakat dalam kerangka arah baru pembangunan, merupakan perwujudan paradigma pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada manusia (people centered sustainable development).

Strategi pemberdayaan masyarakat menekankan langkah nyata pembangunan yang demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat, yang berlangsung melalui serangkaian proses perubahan struktur dengan fungsi yang benar secara berkesinambungan. Proses perencanaan pembangunan yang demikian itu ditujukan agar setiap anggota masyarakat yang menikmati pembangunan haruslah mereka yang menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah yang menikmati.

Sejalan dengan hal tersebut kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah adalah meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama. Pembangunan demikian merupakan hal utama dalam penajaman arah baru pembangunan seiring dengan agenda reformasi pembangunan, yaitu pembangunan ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Penajaman arah baru pembangunan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perkembangan struktur masyarakat yang muncul dan dikembangkan berdasarkan kemampuan masyarakat sendiri. Menyadari bahwa potensi dan kemampuan masyarakat yang tidak merata maka perlu dirumuskan arah dan kebijaksanaan pembangunan dalam kerangka pembangunan daerah yang dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan dan pemihakan menuju masyarakat yang maju, mandiri & berdaya-saing, sejahtera, dan berkeadilan.

II. ARAH BARU PEMBANGUNAN EKONOMI

Tujuan pembangunan nasional seperti yang dikemukakan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sedangkan cita-cita pembangunan adalah melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Arah baru pembangunan merupakan strategi pembangunan yang menempatkan secara terintegrasi berbagai upaya, yaitu:

(1) Upaya pemberdayaan dan pemihakan masyarakat, (2) Upaya pemantapan otonomi daerah, dan

(2)

Untuk mencapainya maka perlu disusun kebijaksanaan dasar yang memuat beberapa unsur penting, yaitu:

(1). Mendorong penerapan mekanisme pasar yang bersahabat, yaitu yang sesuai dengan pemahaman sosial politik serta tujuan pembangunan;

(2). Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama ekonomi, baik sebagai produsen maupun konsumen sehingga masyarakatlah yang merasakan langsung dampak pembangunan; dan (3). Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu upaya transformasi sistem

produksi dari perilaku subsistensial ke perilaku yang lebih kompetitif.

Mekanisme pasar yang bersahabat (market friendly mechanism) merupakan implikasi dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan luas dan terbuka bagi semua pelaku ekonomi. Dalam konteks Indonesia pelaksanaan mekanisme pasar perlu mengikuti dasar :

1. semangat kebersamaan (cooperative),

2. terbuka dan transparan (melalui prosedur yang benar),

3. adil (saling menguntungkan dan saling membantu melalui prinsip perpajakan dan/atau subsidi), 4. mampu memberikan peluang seoptimal mungkin peran serta aktif masyarakat dari segala

lapisan/kemampuan dalam kegiatan sosial ekonomi produktif.

Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan dan/atau meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan daerah, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari beberapa sisi pandang:

(1). Mendorong terciptanya suasana atau iklim usaha yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang;

(2). Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai pemberian dukungan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah;

(3). Melindungi, melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah berlangsungnya persaingan yang tidak seimbang, namun sebaliknya diupayakan menciptakan kemitraan sinergis yang saling menguntungkan.

III. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & PEMBANGUNAN DAERAH

3.1. Kebijakan Umum

Sejalan dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka perlu upaya-upaya nyata pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan di daerah.

Paradigma pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui pemihakan kepada yang tertinggal, dan dalam konteks pemerintahan berarti pemberdayaan pemerintah daerah yang dilakukan melalui pemantapan pelaksanaan otonomi daerah.

(3)

Upaya pemberdayaan masyarakat diselenggarakan dengan sumber dana dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersifat block grant. Dana pembangunan berupa stimulan dipergunakan untuk mendanai kegiatan yang langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Bantuan dapat diberikan dalam bentuk:

(1). Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, termasuk pemberdayaan masyarakat dan aparat (capacity building).

(2). Menggerakkan dan meningkatkan perubahan struktur ekonomi rakyat mewujudkan kesejahteraannya (modernization-structural change).

(3). Membangun prasarana dasar yang mendukung kegiatan ekonomi rakyat.

(4). Meningkatkan dan memantapkan kelembagaan masyarakat (institution building), dan

(5). Mengembangkan monitoring dan evaluasi sebagai dasar penilaian dampak setiap program dan bantuan (networking).

Sementara itu jajaran pemerintah menyelenggarakan kegiatan yang mendukung pemberdayaan masyarakat sekaligus merupakan upaya pemberdayaan jajaran aparat pemerintah daerah. Upaya pemberdayaan pemerintah daerah didanai dari alokasi Bantuan Operasional dan Pemantauan (BOP) yang disesuaikan dengan besaran dan tujuan BLM yang ditetapkan. Komponen BOP digunakan untuk membiayai investasi pemerintah yang diarahkan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat yang diprioritaskan pada beberapa hal:

(1). Pengembangan pusat pemberdayaan dan pendampingan. (2). Pengembangan pusat penyedia informasi.

(3). Pengembangan pusat inovasi teknologi. (4). Pengembangan perumusan regulasi; dan

(5). Pengembangan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. 3.2. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

GBHN tahun 1999 menyebutkan perlunya mempercepat pembangunan daerah dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis, industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembagaan, penguasaan IPTEK, dan pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam daerah.

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, sangat mutlak harus ditingkatkan penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan hak-hak ekonomi, sosial, dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat .

3.2.1. Beberapa Permasalahan Serius

Permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi adalah:

(1) Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya masyarakat kecil dalam mengembangkan kegiatan usaha ekonomi kompetitif.

(2) Kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi berupa kapital, lokasi berusaha/ lahan usaha, informasi pasar, dan teknologi produksi, dan

(3) Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun organisasi ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya.

3.2.2. Beberapa Tantangan

Tantangan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana membangun kelembagaan sosial-ekonomi yang mampu memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapat lapangan kerja dan pendapatan yang layak, martabat dan eksistensi pribadi, kebebasan menyampaikan pendapat, berkelompok dan berorganisasi, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik.

(4)

untuk memberikan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi, pengembangan organisasi ekonomi yang dikuasai oleh pelaku ekonomi kecil, dan meningkatkan bantuan fasilitas bantuan teknis dan perlindungan bagi usaha masyarakat kecil.

3.2.3. Strategi Kebijakan

Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan masyarakat, strategi kebijakan yang diambil adalah:

1 . Membangun kelembagaan sosial masyarakat yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya yang berasal dari pemerintah dan dari masyarakat sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, martabat dan keberadaan, maupun memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik.

2. Mengembangkan kapasitas organisasi ekonomi masyarakat untuk dapat mengelola kegiatan usaha ekonomi secara kompetitif dan menguntungkan yang dapat memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang layak.

3. Meningkatkan upaya perlindungan bagi masyarakat miskin dengan menciptakan iklim ekonomi makro, pengembangan sektor ekonomi riil, dan memberikan jaminan sosial kepada masyarakat miskin termasuk bagi masyarakat yang terkena musibah atau menjadi korban akibat situasi ekonomi, sosial, dan gangguan alam yang di luar kekuatannya.

4. Mengembangkan lembaga keswadayaan untuk membangun solidaritas dan ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

IV.

VISI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH MASA DEPAN

Visi pembangunan ekonomi ke depan adalah memilih bidang ekonomi yang dapat mewujudkan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan. Mengingat sebagian besar penduduk mempunyai orientasi kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam, maka optimasi pemanfaatannya harus menjadi perhatian. Dalam kerangka paradigma pembangunan manusia, pembangunan berbasis sumberdaya lokal, dan pembangunan kelembagaan, maka pembangunan harus difokuskan pada sektor-sektor unggulan. Dengan demikian visi pembangunan ekonomi ke depan menempatkan “sektor unggulan tertentu” sebagai prioritas utama dalam pembangunan ekonomi daerah.

Peran “sektor-sektor unggulan” dalam pembangunan daerah sangat luas, mencakup berbagai indikator. Berdasarkan kenyataan ini, maka ditentukan prioritas kebijaksanaan pembangunan di masa depan. Prioritas ke depan adalah keterkaitan yang kohesif antara sasaran lingkungan mikro, makro, dan global yang cepat meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi rakyat.

Sasaran lingkungan mikro

Sasaran lingkungan mikro adalah rakyat sebagai pelaku ekonomi yang sebagian besar hidup dari sektor ekonomi riil. Pelaku ekonomi maju perlu mendapatkan suasana untuk kegiatan ekonomi produktif yang berkesinambungan. Sementara pelaku ekonomi transisi perlu didampingi oleh pemerintah. Sedangkan pelaku ekonomi tertinggal perlu mendapat subsidi, pembinaan, dan perlindungan dalam berbagai bentuk pemberdayaan.

Bagi pelaku ekonomi tertinggal, maka sasaran pembangunan ekonomi adalah meningkatkan akses masyarakat tertinggal terhadap faktor produksi terutama sumberdana, teknologi dan manajemen, dan sistem distribusi.

Sasaran lingkungan makro

(5)

kaitan ke depan (forward linkages) dalam kegiatan industri pengolahan dan pemasaran serta dimensi kaitan ke belakang (backward linkages) kegiatan faktor produksi primer. Berkembangnya kedua dimensi kaitan sektor tersebut akan menciptakan kesempatan kerja baru, menyerap tenaga kerja, menjadikan sektor unggulan sebagai penggerak ekonomi, dan memantapkan swasembada “pangan”. Pembangunan “sektor unggulan” dilaksanakan dengan dukungan langsung dari sektor-sektor lain terutama INDAG dalam kerangka pengembangan sistem produksi modern dan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan “sektor unggulan” merupakan sektor pendorong dalam menggerakkan keterkaitan pembangunan dengan sektor-sekor di bidang ekonomi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan selanjutnya bermuara pada kesempatan kerja yang luas dan pendapatan ekonomi yang memadai bagi para pelaku pembangunan ekonomi (widely multiplier effects).

Sasaran lingkungan global

Sasaran lingkungan global adalah mempersiapkan “sektor unggulan” dalam menghadapi tantangan global dan perdagangan bebas. Oleh karena itu, perlu segera melakukan penajaman orientasi yaitu mempercepat peningkatan proses alih teknologi dan aliran investasi masuk ke dalam sektor unggulan, mulai dari hulu hingga ke hilir. Besaran impor untuk peningkatan produktivitas berupa teknologi dan investasi (modal) dapat memutar kegiatan ekonomi secara luas. Muaranya pada peningkatan kemampuan produk unggulan

(comparative advantage) untuk meningkatkan daya saing (competitive advantage) dalam

lingkungan global guna menghasilkan produk yang mempunyai nilai jual dan digemari dalam lingkungan pasar internasional.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka program-program pembangunan “sektor unggulan” seyogyanya berorientasi pada:

(1). Pengembangan/penguatan akses ekonomi masyarakat terutama masyarakat tertinggal ---terhadap fasilitas sumber pembiayaan;

(2). Pengembangan/ penguatan kualitas sumberdaya manusia, termasuk peningkatan kualitas jajaran aparat yg relevan ;

(3). Pengembangan/penguatan kualitas prasarana / sarana yang mendukung langsung kegiatan pembangunan “sektor unggulan” , seperti adopsi sistem teknologi tepat guna baik dalam bentuk perangkat kerasnya (instrumen teknis) maupun perangkat lunaknya (prosedur) dan pengembangan sistem informasi manajemen;

(4). Penguatan kelembagaan pembangunan berbasis komunitas; dan

(5). Penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat.

V. KELOMPOK SASARAN PROGRAM

Paradigma pembangunan yang berorientasi pada rakyat menegaskan pentingnya pemberdayaan ekonomi rakyat dalam menyelenggarakan pembangunan guna mengembangkan kemampuan masyarakat sendiri. Sehingga masyarakat setempat mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri atas inisiatif sendiri dalam urusan rumah tangga daerahnya.

Sejalan dengan berlakunya desentralisasi, mekanisme penyaluran bantuan pembangunan yang semula direncanakan dikelola dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, secara bertahap telah dialihkan kepada koordinasi pelaksanaannya oleh pemerintah daerah dan akhirnya dapat disalurkan langsung dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang paling memerlukan, khususnya kelompok masyarakat pelaku ekonomi. Dengan pengalihan ini bantuan dapat diterima dan dikelola langsung oleh masyarakat pelaku bisnis.

(6)

Pembangunan seyogianya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan pemerintah sebagai pihak yang memperlancar pelaksanaan dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Jajaran pemerintahan di daerah, baik jajaran pemerintah daerah dan instansi teknis perlu membuat identifikasi kelompok sasaran program di daerah masing-masing berdasarkan kondisi SDM, potensi sumberdaya, dan komoditas unggulannya secara akurat dan mutakhir.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemberdayaan masyarakat, maka peran kelompok fungsional masyarakat sangat diharapkan. Jajaran pemerintah daerah diharapkan dapat membantu menyiapkan masyarakat dalam memanfaatkan bantuan sebagai dana kegiatan ekonomi produktif. Penyiapan masyarakat dilakukan dalam wadah kelompok lokal-tradisional yang tumbuh berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, seperti kelompok tani, ternak dan nelayan. Penyiapan masyarakat dalam wadah kelompok ini diharapkan dapat tumbuh menjadi embrio lembaga pengelola dana pembangunan yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat.

Pada dasarnya kelompok masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan, yaitu (1). Kelompok yang tidak/belum berorientasi pasar, dengan status pendapatan di bawah garis

pendapatan minimal atau kelompok tertinggal;

(2). Kelompok yang berada pada tahapan transisi, dengan status pendapatan mulai meningkat dari kondisi minimal dan mempunyai potensi pasar yang berkembang; dan

(3). Kelompok yang sudah berorientasi pasar, dengan status pendapatan di atas rata-rata dan mempunyai pasar potensial yang lebih maju.

Bantuan program pembangunan akan sangat dipengaruhi oleh klasifikasi kelompok masyarakat tersebut. Sudah bukan saatnya lagi semua bantuan program pembangunan disama-ratakan dan direncanakan dari pusat (top-down planning). Untuk dapat melaksanakan pemilahan kelompok sasaran maka perlu identifikasi secara rinci pada kelompok masyarakat yang ada. Tersedianya pangkalan data yang memadai meliputi potensi sumberdaya manusia dan masyarakat, potensi sumberdaya alam, tersedianya prasarana pendukung dan pelayanan yang telah ada dan masih diperlukan akan sangat membantu penentuan sasaran pelayanan kepada masyarakat. Pangkalan data ini sekaligus bermanfaat untuk penajaman alokasi bantuan sebagai media pemantauan pembinaan dan melakukan penilaian kinerja pembangunan.

Bagi “kelompok tertinggal”, yang tidak mampu dan belum berorientasi pasar perlu secara khusus diperhatikan untuk mendapatkan bantuan dana yang bersifat hibah bergulir (revolving

block grant) namun perlu disertai pendampingan & pembinaan intensif agar mampu mandiri.

Pemanfaatan bantuan hibah bergulir ini diarahkan untuk dioptimalkan sesuai potensi wilayah dan kemampuan masyarakat.

Secara umum block grant tersebut dapat digunakan dalam dua bentuk, yaitu:

(1) Investasi sosial yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, seperti sarana dan prasarana, termasuk teknologi tepat guna;

(2). Investasi ekonomi yang meningkatkan pendapatan seperti “modal kerja”.

Sedangkan “kelompok transisi” yang sudah mampu ke luar dari kondisi tertinggal dapat memperoleh bantuan dana semi-komersial, seperti antara lain kredit usaha tani (KUT) atau Kredit kepada Koperasi (KKop), dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) yang dapat dimanfaatkan membiayai kegiatan usahanya. Bagi kelompok ini masih perlu disediakan pendampingan dan pembinaan sebagai upaya nyata pemberdayaan masyarakat. Hal yang perlu ditanamkan dalam pembinaan kepada kelompok masyarakat ini dalam mengelola bantuan modal usaha adalah adanya tiga sukses, yaitu:

(1). Sukses dalam penyaluran dana secara lancar;

(2). Sukses dalam memanfaatkan pengunaan bantuan modal secara adil;

(7)

Sejalan dengan semangat menuju mekanisme pasar yang bersahabat dan otonomi daerah maka bagi kelompok yang sudah maju dan memenuhi kriteria orientasi pasar tidak lagi harus mendapatkan bantuan dana yang disubsidi, tetapi diberikan kesempatan dan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kredit komersial. Kelompok yang sudah berorientasi pasar perlu difasilitasi, khususnya penyediaan informasi pasar untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.

VI. SEKTOR-SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

6.1. Pendahuluan 6.1.1. Latar Belakang

Salah satu dampak penting akibat dari liberalisasi perdagangan adalah bahwa perkembangan unit-unit produksi dan distribusi sangat ditentukan oleh daya saing secara internasional. Dalam situasi seperti ini kebijakan industrialisasi DAERAH seyogyanya berbasis keunggulan kompetitif. Permasalahan klasik yang dihadapi adalah (1) rendahnya daya saing produk industri daerah di pasar internasional, (2) lemahnya standarisasi kualitas produk, dan (3) lemahnya promosi di tingkat internasional.

Industrialisasi pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan "Sistem Wilayah", terutama "Subsistem Masyarakat" nya, dalam rangka untuk mencapai tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang lebih baik. Pada kenyataannya proses perubahan tersebut melibatkan transformasi struktural dan kultural di dalam sistem masyarakat.

Transformasi struktural ditandai oleh bergesernya struktur perekonomian dari

agraris ke arah industrialis dengan segala bentuk konsekwensinya, termasuk

pergeseran pergeseran dalam aspek-aspek pranata sosial-ekonomi dan sosio-

teknologi. Proses transformasi ini berlangsung secara bertahap dan

berkesinambungan dengan menggunakan masukan yang bersifat internal maupun

eksternal, baik masukan material, kebijakan, maupun informasi terutama informasi

tentang IPTEK yang tepat guna. Transformasi kultural pada hakekatnya merupakan

transformasi budaya masyarakat agraris menuju budaya masyarakat yang lebih

industrialis. Proses transformasi ini menyangkut banyak aspek kehidupan, antara lain

adalah:

1. Pandangan masyarakat tentang "Makna Hidup", dimana masyarakat agraris lebih banyak menggantungkan hidupnya kepada nasib secara pasif;

2. Pandangan masyarakat tentang "Persepsi Waktu", dimana masyarakat agraris lebih mengacu ke masa sekarang dan masa silam;

3. "Hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya", dimana masyarakat agraris lebih berpandangan bahwa manusia harus tunduk dan hidup selaras dengan alam;

4. "Hubungan antara manusia dengan sesamanya", dimana masyarakat agraris lebih mengutamakan pola kehidupan gotong royong dan konsensus untuk kerja sama.

Sebagaimana telah disinggung di atas, proses industrialisasi dengan transformasi strukturalnya secara langsung dan tidak langsung pasti akan terkait dengan mekanisme interaksi antara sektor pertanian dan sektor industri. Mekanisme interaksi antar sektor ini dapat berupa transfer sumberdaya manusia (tenaga kerja), transfer modal usaha, dan transfer IPTEK. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk lebih mendinamisasikan ekonomi masyaraakat maka kebijakan pembangunan sektor industri harus memprioritaskan kaitan ke belakang ("backward linkage").

Dalam perspektif pembangunan yang lebih luas, industrialisasi bukan merupakan tujuan yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan lain dari proses pembangunan. Beberapa tujuan yang ingin dicapai tersebut adalah :

(8)

2. Peningkatan produktivitas tenagakerja dan value added (nilai tambah) yang diperolehnya; 3. Pencapaian tingkat penghasilan yang memadai bagi masyarakat dan daerah;

4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat;

5. Mendorong mekanisme akumulasi kapital (investasi) intern daerah, sehingga tidak selalu memerlukan suntikan dana dari luar;

6. Mengembangan keterkaitan yang dinamis dengan sektor-sektor lain dalam ekonomi regional, seperti sektor agraris. Hal ini akan menyangkut dua masalah penting, yaitu (i) hubungan industrialisasi dengan peningkatan produksi dan produktivitas, baik melalui demand linkage maupun input linkage, dan (ii) peluang bagi masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan yang berasal dari proses industrialisasi.

Paradigma pembangunan bidang industri adalah terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri – perdagangan yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, sejalan dengan perkembangan kondisi dan potensi pembangunan. Hal ini akan dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan pembangunan yang bertahap. Dengan melalui peningkatan bidang industri dan perdagangan secara bertahap ini diharapkan akan terpenuhi kebutuhan pokok rakyat sesuai dengan tingkat kesejahteraannya.

Kebijakan pembangunan industri pada hakekatnya dibedakan menjadi dua, yaitu (i) peningkatan pembangunan industri yang dapat menghasilkan mesin industri, baik industri berat maupun industri ringan; dan (ii) peningkatan pembangunan industri kecil dan kerajinan rakyat yang diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja baru, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produksi baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor serta peningkatan pemanfaatan bahan baku lokal.

Kebijakan pokok pembangunan sektor industri tersebut di atas dapat dirinci sebagi berikut:

1. Pembangunan industri dilakukan dalam rangka merombak struktur ekonomi ke arah struktur yang lebih kokoh dan lebih seimbang antara pertanian, industri dan perdagangan. Hal ini berarti pembangunan sub sektor agroindustri mendapatkan prioritas yang tinggi.

2. Pembangunan industri yang mengolah bahan mentah dan barang setengah jadi menjadi barang jadi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan peningkatan ekspor.

3. Pembangunan industri lebih diarahkan pada pengembangan industri kecil yang bersifat padat karya, yang mampu memperluas kesempatan kerja dan memeratakan kesempatan berusaha. Penyempurnaan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan usaha industri kecil lebih diprioritaskan dan diarahkan bagi usaha golongan ekonomi lemah.

4. Pembangunan industri yang menunjang sektor pertanian, seperti industri yang menghasilkan alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang mengolah hasil pertanian, mendapatkan prioritas yang tinggi.

5. Pembangunan industri harus senantiasa diusahakan untuk mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup serta pemborosan penggunaan sumberdaya alam, serta menghindari rangsangan bagi tumbuhnya pola konsumsi mewah.

Khusus dalam hal keterkaitan antara sektor industri-perdagangan dengan sektor pertanian masih terdapat beberapa jalur yang lemah, terutama antara produksi bahan baku dan pengolahan hingga ke penawaran bahan masukan untuk pengemasan produk agroindustri.

6.1.2. Strategi Visi

Visi 2020:

Terwujudnya sektor industri dan perdagangan sebagai tumpuan kemajuan dan kemandirian perekonomian daerah secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

(9)

1. meningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan wilayah yang bernilai tambah besar dan berdaya saing tinggi, dengan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan

2. meningkatkan kinerja sistem perdagangan domestik dan peningkatan ekspor barang dan jasa, 3. menciptakan lapangan kerja/usaha baru yang dapat diakses oleh segenap masyarakat secara

berkeadilan dan berkelanjutan,

4. mengatasi masalah modal, promosi dan pemasaran, manajemen dan kualitas sumberdaya manusia.

5. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperlukan untuk mendukung keempat misi tersebut di atas.

Tujuan

Memperkukuh struktur ekonomi daerah secara berkelanjutan dengan jalan:

1. Perluasan dan penguatan serta pendalaman struktur industri, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan antar daerah / ekspor

2. Mendorong pengembangan wilayah serta pemerataan hasil pembangunan melalui peningkatan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar industri, antara industri hulu dengan industri hilir, antara industri dengan sektor ekonomi lainnya, serta antara usaha besar, usaha menengah, usaha kecil, dan koperasi;

3. Peningkatan keanekaragaman dan kelancaran proses produksi dan distribusi produk unggulan yang ramah lingkungan;

4. Pemantapan kegiatan rancang bangun, rekayasa, dan konstruksi yang berdaya saing tinggi; 5. Peningkatan penelitian dan pengembangan serta percepatan proses alih teknologi secara

berkelanjutan.

6. 2. Pilihan Program

6.2.1. Program PENGEMBANGAN INDUSTRI DENGAN PENINGKATAN PEMANFAATAN BAHAN BAKU LOKAL

2.1.1. Dasar Pertimbangan

Dua hal yang harus mendapatkan perhatian khusus dan prioritas dalam pembangunan daerah di masa mendatang, yaitu proses transformasi ekonomi dan proses globalisasi. Transformasi ekonomi terwujud dalam perubahan sumbangan menurut sektor, sumber pertumbuhan ekonomi dan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Proses transformasi perlu diarahkan untuk keserasian dan keseimbangan, baik dari produksi dan penyerapan tenaga kerja antar sektor pertanian dan industri maupun antar sektor pedesaan dan sektor perkotaan. Pergeseran pola permintaan ke arah peningkatan produk industri dan jasa berlandaskan ketangguhan sektor pedesaan ( dan tradisional ) akan mendorong pertumbuhan yang dinamis.

Dalam situasi seperti sekarang, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang menjadi masalah, yang terpenting adalah pembangunan masyarakat seutuhnya. Pembangunan tidak hanya berarti pertumbuhan total, tetapi mencakup sasaran yang lebih luas, yaitu “peningkatan kesejahteraan rakyat secara lebih merata”. Partisipasi masyarakat di dalam pembangunan ekonomi dan penciptaan struktur ekonomi yang seimbang sangat diperlukan untuk berlangsungnya pembangunan berkelanjutan. Dalam hubungan ini peningkatan partisipasi masyarakat di wilayah pedesaan, dalam konteks linkage antara rural-urban, merupakan strategi peningkatan kemandirian daerah dan masyarakat.

2.1.2. Tujuan

(10)

Sasaran program ini adalah (1) meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi; (2) meningkatkan ekspor; (3) menciptakan lapangan kerja baru; (4) mengatasi pemasalahan pada permodalan, pemasaran, managemen dan kualitas sumberdaya manusia.

2.1.3. Rencana Strategis

Pembangunan industri dan perdagangan dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antar industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri.

Pembangunan industri dan perdagangan meliputi upaya mengaitkan pengembangan industri dengan perkembangan perdagangan, transportasi dan teknologi, penciptaan iklim yang lebih mendukung dengan peningkatan pemberian insentif bagi penanaman modal dan penyebaran pembangunan industri di berbagai kawasan sesuai dengan potensi masing-masing kawasan, dengan peranserta aktif masyarakat dan disesuaikan dengan rencana umum tata ruang. Guna memantapkan perkembangan industri dan perdagangan , pemusatan kekuatan ekonomi dalam berbagai bentuk monopoli yang merugikan masyarakat harus dicegah.

Pembangunan industri yang mempunyai nilai tambah tinggi dan jangkauan strategis seperti industri maritim, industri transportasi darat, industri telekomunikasi, industri informatika, industri elektronika, industri energi, industri kimia, industri bioteknologi, industri alat dan mesin pertanian, terus didorong perkembangannya agar menjadi lebih efisien dan memperkuat struktur industri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang andal, kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara sinergi antar lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah, swasta dan perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Industri penghasil bahan baku, barang modal, komponen dan bahan penolong terus dikembangkan untuk makin memperdalam struktur industri, meningkatkan efisiensi, kualitas dan nilai tambah produk sehingga daya saing industri nasional meningkat dan mampu bersaing secara regional dan global serta mengurangi ketergantungan pada impor dan menghasilkan devisa.

Pembangunan agroindustri perlu ditingkatkan agar mampu menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui upaya pemanfaatan, pengembangan, penguasaan teknologi dan bioteknologi.

Industri yang mengolah bahan mentah termasuk hasil tambang lainnya serta industri pengolahan hasil hutan terus ditingkatkan dalam rangka peningkatan nilai tambah dengan tetap menjaga kelestarian dan fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan peran aktif dan kemampuan masyarakat luas dalam pengusahaannya dengan berbagai skala usaha.

2.1.4. Aktivitas

1. Pengembangan usaha kecil dan menengah sektor industri dan perdagangan (UKM-INDAG) melalui peningkatan produksi, teknologi dan manajemen, serta kemudahan permodalan..

2. Menumbuhkan dan mengembangkan industri rumah tangga, kecil dan menengah baru dalam rangka mengatasi pengangguran, kemiskinan, dan perluasan lapangan kerja.

3. Meningkatkan dan mengembangkan diversifikasi, kualitas dan desain produk dalam rangka pengembangan pasar yang berorientasi ekspor.

4. Meningkatkan dan mengembangkan upaya standarisasi kualitas proses dan produk dengan mengacu kepada kaidah-kaidah internasional.

6. Peningkatan utilisasi kapasitas produksi, untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dalam kerangka pemberdayaan ekonomi rakyat.

6.2.2. Program PENGUASAAN TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK

(11)

Upaya menjaga dan mempertahankan kualitas produk industri dalam persaingan global harus ditunjang dengan cara yang sistematis dalam mendorong penemuan, inovasi, serta peningkatan mutu dan efisiensi industri, perlindungan hak milik intelektual, dan hasil penelitian. Standardisasi perlu disempurnakan agar mencapai tingkat pengakuan standar internasional sehingga terjamin kualitas produksi industri.

Pemberian insentif bagi usaha masyarakat yang melakukan penelitian dan pengembangan serta pelatihan perlu didorong.

2.2.2. Tujuan

Program peningkatan pemanfaatan dan penguasaan teknologi bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan dan penguasaan teknologi dalam rangka meningkatkan efisiensi, mutu dan daya saing industri sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk industri.

2.2.3. Rencana Strategis

1. Menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka alih teknologi; 2. Merekayasa dan menghasilkan produk unggulan yang bernilai tambah besar dan berdaya saing

tinggi;

2.2.4. Kegiatan

1. Peningkatan dan pengembangan teknologi tepat guna dalam kegiatan industri terutama yang berskala kecil dan menengah.

2. Meningkatkan jenis dan kualitas layanan Unit Pelayanan Teknis (UPT).

3. Meningkatkan dan menyempurnakan data stastistik sebagai sumber informasi dalam pengembangan IPTEK.

4. Pelatihan peningkatan kualitas SDM dalam rangka alih teknologi.

6.2.3. Program PENGEMBANGAN SISTEM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PRODUK UNGGULAN

2.3.1. Dasar Pertimbangan

Pembangunan industri meliputi upaya mengaitkan pengembangan industri dengan perkembangan perdagangan, transportasi dan teknologi, penciptaan lklim yang kondusif dan pemberian insentif bagi penanaman modal; penyebaran pembangunan industri di berbagai kawasan sesuai dengan potensi masing-masing kawasan, dengan peranserta aktif masyarakat dan disesuaikan dengan rencana umum tata ruang.

2.3.2. Tujuan

Pengembangan industri antar daerah bertujuan untuk meningkatkan keterkaitan antara industri rumah tangga, kecil dan menengah serta daya saing dalam menghadapi era globalisasi

2.3.3. Rencana Strategis

1. Mendorong sinergi antara sektor industri dan sektor perdagangan serta sektor ekonomi lainnya yang relevan;

2. Mentransformasikan ekonomi berbasis pertanian ke arah berbasis industri yang didukung oleh jasa-jasa perdagangan yang memadai;

3. Meningkatkan informasi potensi industri dan potensi pasar domestik. 2.3.4. Kegiatan

1.

Mendorong semakin mudahnya prosedur perizinan dan menghilangkan sekat-sekat kewilayahan atau kedaerahan (Kabupaten).

2. Perencanaan dan strategi pengembangan industri DAERAH.

3. Penyediaan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan informasi potensi industri.

4. Pengembangan pusat informasi pasar yang dapat mengakses pasar nasional dan global, serta terintegrasi dengan daerah-daerah lain.

(12)

Proses globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya terbatas jangkauannya menjadi berkembang tidak terbatas. “Dunia tanpa batas” ini akan meningkatkan arus perdagangan dan investasi dunia, dan setiap negara mempunyai peluang untuk memanfaatkannya. Persiapan yang diperlukan untuk menangkap peluang tersebut meliputi bidang IPTEK, sumberdaya manusia, manajemen dan sistem kelembagaan yang diarahkan pada peningkatan daya saing ekonomi. Peningkatan daya saing ini dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi sistem dan penguatan kelembagaan yang terkait.

Sistem dan kelembagaan ekspor barang dan jasa yang semakin efisien, efektif, dan transparan, sangat diperlukan guna memberdayakan para pelaku usaha, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan memperluas pasar di dalam dan luar negeri.

2.4.2. Tujuan

Pembangunan perdagangan ditujukan untuk meningkatkan daya saing, memperlancar arus barang dan jasa guna menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat antar wilayah, melindungi masyarakat dari gejolak harga, menunjang peningkatan produksi, meningkatkan pendapatan masyarakat terutama petani produsen, serta memperluas kesempatan usaha, menciptakan lapangan kerja produktif, dan meningkatkan penerimaan devisa negara.

Pengembangan sistem perdagangan juga bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan daya saing global produk serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Sasaran jangka pendek adalah menurunnya hambatan prosedural dan permasalahan likuiditas dan memperluas pasar ekspor dalam rangka mendorong ekspor, utamanya ekspor non migas.

2.4.3. Rencana Strategis

Pembangunan perdagangan harus ditunjang oleh sumber daya manusia yang berakhlak mulia serta professional dan berjiwa kewirausahaan, sistem kelembagaan, sistem distribusi, sistem komunikasi, sistem transportasi, dan penyebaran informasi pasar yang semakin efektif dan efisien, serta peraturan perundang-undangan yang mendorong persaingan sehat untuk mencegah munculnya etatisme, berbagai bentuk monopoli, oligopoli, monopsoni, dan oligopsoni yang merugikan masyarakat.

Pembangunan perdagangan juga diarahkan untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri melalui kebijaksanaan perdagangan. Upaya secara sistematik perlu dilakukan untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai budaya bangsa dalam menghargai produk dalam negeri sehingga merangsang perkembangan produksi domestik dalam menghadapi era perdagangan bebas. Upaya tersebut perlu didukung secara terpadu dan berkesinambungan oleh sektor-sektor terkait terutama industri, pertanian, transportasi, komunikasi, dan keuangan, yang mendorong peningkatan produksi dalam negeri yang bermutu dan memenuhi standar international meningkatkan kemampuan perluasan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Keberhasilan upaya tersebut akan memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan menghemat devisa dalam memperkukuh kemandirian bangsa.

Penyediaan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya serta usaha pemasarannya perlu disesuaikan dengan pola produksi dan konsumsi masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan dan jasa sistem transportasi baik antar daerah maupun antar pulau serta sarana, prasarana, dan kelembagaan distribusi yang mantap guna menjamin penyebaran barang dan jasa secara merata dengan harga yang layak dan terjangkau oleh daya beli masyarakat di seluruh wilayah tanah air dengan memperhatikan nilai tukar petani. Usaha dometik dengan mengutamakan koperasi dan UKM untuk berperan seluas-luasnya dalam penyediaan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya.

(13)

waktu penyerahan, serta penganekaragaman produk dan pasar serta pengembangan sentra pemasaran produk Indonesia di luar negeri, yang didukung oleh penyempurnaan sarana dan prasarana perdagangan termasuk jaringan transportasi, informasi pasar, peningkatan promosi serta peningkatan akses pasar inclalui kerja sama perdagangan internasional, baik bilateral maupun multilateral. Berbagai sarana dan prasarana penunjang ekspor terutama kelembagaan perkreditan, pembiayaan, per-asuransian, Ialu lintas keuangan, dukungan perangkat hukum serta pelayanan usaha perlu dimantapkan. Dalam pelaksanaan ekspor perlu dibina keterkaitan yang kuat antara perdagangan internasional dan perindustrian dengan sistem produksi dan sistem pendukungnya; serta keterkaitan yang saling menguntungkan antara produsen dengan lembaga pemasaran, khususnya koperasi, serta memperbesar efek ganda dan perluasan lapangan kerja. Perluasan produk-produk unggulan disertai perluasan pasar negara tujuan ekspor, perlu didorong dan pelaksanaannya dilakukan secara lebih transparan.

2.4.4. Kegiatan

1. Peningkatan utilitas kapasitas terpasang produk antara lain melalui perluasan pasar luar negeri non kuota, 2. Penyederhanaan prosedur kepabeanan dan berbagai bentuk fasilitas ekspor impor yang ada

untuk mengefektifkan aliran kredit modal dari perbankan. 3. Penataan sistem informasi perdagangan internasional.

4. Peningkatan akses informasi serta sistem fasilitasi perdagangan internasional kepada pelaku usaha skala kecil dan menengah.

7. Optimalisasi upaya diplomasi perdagangan

8. Peningkatan kualitas penyebaran informasi kerjasama perdagangan internasioonal 9. Penataan kelembagaan dan sistem fasilitasi perdagangan internasional

10. Peningkatan partisipasi dunia usaha dalam penetrasi pasar luar negeri.

6.2.5. Program PENGUATAN INSTITUSI PASAR 2.5.1. Dasar Pertimbangan

Untuk mewujudkan landasan pembangunan daerah berkelanjutan yang kokoh, penguatan institusi pasar yang mencakup pasar barang dan jasa, modal dan tenaga kerja , serta penguatan badan-badan usaha milik daerah sangat diperlukan agar mekanisme pasar berjalan semakin baik sehingga sumberdaya pembangunan yang terbatas dapat teralokasikan secara optimal. Ada empat masalah utama yang dapat menghambat bekerjanya mekanisme pasar barang dan jasa, yaitu (1) adanya pemusatan kekuatan ekonomi dalam penguasaan faktor produksi dan manajemen usaha melalui integrasi vertikal, integrasi horisontal, dan konglomerasi; (2) penguasaan informasi yang tidak sama di antara pelaku ekonomi; (3) masih lemahnya mekanisme hukum yang menunjang proses interaksi antara pelaku usaha, konsumen dan masyarakat; dan (4) keterbatasan sarana dan prasarana penunjang mekanisme pasar secara sehat, hal ini dapat mengakibatkan tingginya biaya-biaya transaksi.

Kebijaksanaan dan kegiatan perdagangan yang “fair” sangat diperlukan untuk mendorong dan membantu pengusaha kecil, menengah, dan koperasi secara terpadu melalui penciptaan iklim yang mendukung, penyediaan tempat usaha, kemudahan memperoleh permodalan, peningkatan penyuluhan dan informasi pasar, serta pembinaan kemampuan, perlindungan, dan pemberian kepastian berusaha. Kerja sama antara usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil termasuk usaha informal serta tradisional terus didorong perkembangannya dalam suasana kemitraan sepadan yang saling mendukung, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

2.5.2. Tujuan

Program penguatan institusi pasar bertujuan menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan usaha yang kompetitif sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah berbasis efisiensi.

2.5.3. Rencana Strategis

(14)

yang berkeadilan, mengurangi berbagai hambatan usaha, dan memberikan perlindungan terhadap konsumen.

2.5.4. Kegiatan

1. Pengembangan transparansi proses persaingan usaha dan perlindungan konsumen. 2. Pengembangan jaringan dan kelembagaan informasi pasar barang dan jasa di daerah.

3. Penegakan peraturan perundang-undangan agar terjamin adanya kepastian hukum dalam menjalankan usaha, dan pasar modal.

4. Pembangunan secara bertahap jaringan informasi pasar barang dan jasa dalam rangka menyediakan dan memperluas akses masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa.

5. Peningkatan aksesibilitas produsen primer dalam mekanisme pasar 6. Peningkatan daya saing terhadap tuntutan pasar global

7. Pengembangan sistem informasi dan mekanisme pasar modal daerah 8. Pengembangan skema modal yang kompetitif.

6.2.6. Program PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM 2.6.1. Dasar Pertimbangan

Pemberdayaan koperasi diarahkan untuk memantapkan posisi dan peran koperasi yang seimbang dengan usaha lainnya sehingga menjadi sokoguru perekonomian nasional dalam pelaksanaan sistem ekonomi Pancasila guna mewujudkan demokrasi ekonomi. Pembangunan koperasi sebagai gerakan nasional untuk memajukan ekonomi masyarakat ditujukan pada penumbuhan budaya dan citra positif serta penguatan kelembagaan koperasi agar mampu berperan sebagai wadah kegiatan ekonomi masyarakat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat melalui peningkatan kapasitas dan peranserta aktif anggota koperasi. Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada penguatan dan perluasan basis usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama pengurus, pengelola, dan anggotanya yang berakhlak mulia termasuk kewirausahaan dan profesionalisme koperasi sehingga dengan kinerja yang makin sehat, kompetitif, dan mandiri, koperasi mampu menjadi bangun usaha utama dalam perekonomian nasional guna memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya sekaligus memacu kehidupan perekonomian terutama di perdesaan melalui peningkatan akses dan pemanfaatan sumber daya, penciptaan iklim yang mendukung, peningkatan kemampuan usaha dan kelembagaan, pengembangan koperasi dalam bidang usaha unggulan bernilai tambah tinggi, peningkatan kemitraan usaha, serta perlindungan dari praktek bisnis yang tidak sehat. Khusus koperasi di perdesaan perlu dikembangkan mutu dan kemampuannya dan makin ditingkatkan perananya dalam kehidupan ekonomi di perdesaan.

Kapabilitas koperasi ditingkatkan dengan mendayagunakan dan memadukan segenap sumber daya untuk memberdayakan koperasi guna memantapkan pelaksanaan fungsi, peran, dan kinerja koperasi yang didasari oleh semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan profesionalisme.

Pelaksanaan fungsi dan peran koperasi baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha diupayakan melalui peningkatan prakarsa dan peranserta aktif anggota dan masyarakat secara luas dan peningkatan kemampuan usaha serta sarana dan prasarana kelembagaan yang dikelola secara professional agar koperasi dapat menumbuhkan kemampuan menolong diri sendiri dan melayani kepentingan ekonomi masyarakat, dan peningkatan peran lembaga gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan pembawa aspirasi gerakan koperasi. Kesadaran, kemauan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat, terutama pada lembaga yang telah mandiri dan berakar di masyarakat, terus ditingkatkan melalui penelitian dan pengembangan, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, proses belajar masyarakat, serta bimbingan konsultasi.

(15)

perlindungan dari praktek bisnis yang tidak sehat. Koperasi perlu lebih didorong dan diberi keleluasaan yang memadai untuk menangani dan mengembangkan lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip koperasi dan kebutuhan anggotanya. Koperasi perlu diberi peran seluas-luasnya dalam penyediaan kebutuhan pokok anggota dan masyarakat. Untuk mengembangkan dan melindungi usaha masyarakat yang diselenggarakan dalam wadah koperasi demi kepentingan rakyat, perlu ditetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh koperasi. Kegiatan ekonoini di suatu wilayah, baik yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi maupun yang memiliki potensi untuk diusahakan dalam wadah koperasi agar tidak dimasuki oleh badan usaha lainnya dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional dalam rangka pemerataan kesempatan usaha dan penciptaan kesempatan kerja dan lapangan kerja produktif.

Keterkaitan usaha secara vertikal dan horizontal antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha swasta dan usaha negara dalam bentuk kemitraan usaha perlu dilaksanakan dengan jiwa dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan serta saling menguntungkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha nasional serta sebagai sarana dan wahana pengembangan sistem ekonomi Pancasila guna mewujudkan demokrasi ekonomi. Pengembangan koperasi menjadi badan usaha berskala besar terus ditingkatkan antara lain melalui keterkaitan usaha antar koperasi, baik secara horizontal maupun vertikal dan perluasan jaringan usaha koperasi, peningkatan penyediaan kredit investasi dan kredit modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha koperasi dan anggotanya yang disertai kemudahan dalam memperoleh perizinan, pengembangan koperasi sekunder di bidang produksi, distribusi dan pemasaran, jasa keuangan dan jasa lainnya, dan pemilikan saham oleh koperasi di berbagai usaha.

2.6.2. Tujuan

Membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi sebagai prasyarat utama untuk berkembangnya koperasi, pengusaha kecil dan menengah.

Sasaran yang ingin dicapai adalah menurunnya biaya transaksi dan meningkatnya skala usaha UKM dalam kegiatan ekonomi.

2.6.3. Rencana Strategis

Pengembangan Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah dapat dilaksanakan melalui Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif, peningkatan akses kepada sumberdaya produktif, dan pengembangan kewirausahaan.

Pengembangan industri kecil dan menengah, termasuk industri kerajinan serta industri rumah tangga, perlu lebih didorong dan dibina menjadi usaha yang makin berkembang dan efisien sehingga mampu mandiri dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta mampu meningkatkan peranannya dalam menyediakan barang, jasa, dan berbagai komponen untuk memenuhi keperluan masyarakat dan permintaan pasar dalam maupun luar negeri dalam rangka memperkukuh perekonomian daerah.

Pemberdayaan pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan koperasi di bidang industri dilakukan dengan memberi kemudahan akses dalam permodalan, informasi, teknologi, pelatihan, perizinan, pemasaran, dan perlindungan dari persaingan pasar yang tidak sehat serta dengan meningkatkan keterkaitan dan peranannya terhadap industri yang berskala besar secara efisien dan saling menguntungkan melalui pola kemitraan sepadan dalam upaya meningkatkan peran dan kedudukannya dalam pembangunan industri.

2.6.4. Kegiatan

Mengembangkan Koperasi komoditas yang mampu mengelola usaha agribisnis komoditas unggulan secara terpadu mulai sektor primer, sekunder hingga tersier; seperti misalnya:

(16)

milik Masyarakat), yang meliputi unit usaha pemeliharaan sapi perah, unit industri pengolahan awal susu (IPAS), unit produksi pakan dan konsentrat, unit usaha simpan-pinjam, dan unit pemasaran.

2. Koperasi Petani Tebu Rakyat, yang mampu mengelola KIGUMAS (Kawasan Industri Gula Milik Masyarakat) ), yang meliputi unit usaha produksi tebu rakyat, Pabrik Gula sekala Mini, unit pengolahan limbah, unit usaha simpan-pinjam, dan unit pemasaran.

VII. SISTEM PERDAGANGAN GLOBAL, INSTRUMEN EKONOMI , NERACA EKONOMI DAN LINGKUNGAN TERPADU

7.1. DASAR PEMIKIRAN 7.1.1. Latar Belakang

Paradigma pembangunan berkelanjutan mensyaratkan bahwa aspek lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pembangunan. Sistem perdagangan global yang mendayagunakan pasar domestik sebagai bagian dari pasar global berupaya mengaitkan sistem perdagangan dengan prinsip perdagangan yang berwawasan lingkungan.

Pembangunan sektor industri untuk mendukung sistem perdagangan yang tidak mengganggu

fungsi lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan menerapkan standarisasi kualitas dan audit

lingkungan. Proses nilai tambah dilaksanakan dengan bertumpu kepada sumberdaya yang

dimiliki dan memanfaatkan keunggulan komparatif menunju terciptanya keunggulan kompetitif

ditopang dengan kemampuan insani yang unggul dan berbudaya lingkungan. Industri,

perdagangan, sektor publik dan sektor terkait seyogianya bertumpu pada peningkatan kapasitas

intelektual yang mampu memadukan perangkat insani, perangkat organisasi, perangkat

teknologi, dan perangkat informasi yang tersedia di lingkungan internal dan eksternal.

Perkembangan ekonomi eksternal sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Perkembangan ini secara ideologi disebut liberalisasi ekonomi yang berdampak kepada transformasi ekonomi di Indonesia. Ada tiga hal penting dari perkembangan ekonomi global tersebut yang sangat berpengaruh. Pertama, disetujuinya hasil Putaran Uruguay tentang GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) tahun 1995 dan kemudian digantikan oleh WTO (World Trade Organization) mulai tahun 1996. Secara global, hal ini menandai terbentuknya rejim perdagangan bebas yang bertujuan meminimumkan hambatan perdagangan. Ke dua, pemerintah Republik Indonesia bersama 17 pemerintah negara lain dalam pertemuan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation), menghasilkan deklarasi Bogor tentang liberalisasi perdagangan dan investasi yang akan berlaku pada 2010 untuk negara maju, dan tahun 2020 untuk negara berkembang. Ke tiga, pemerintah negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, merencanakan untuk memberlakukan AFTA (ASEAN Free

Trade Area) pada 2003.

Sistem Perdagangan Dunia Pasca Putaran Uruguay

1. Penurunan Hambatan Tarif dan Non-Tarif

Tujuan perjanjian mengenai penurunan hambatan tarif dan non-tarif adalah liberalisasi perdagangan dan peningkatan akses pasar. Masing-masing negara menawarkan komitmen untuk mengurangi atau menghapus hambatan tarif dan non-tarif yang berlaku terhadap perdagangan barang.

2. Penyempurnaan Beberapa lmplementasi Peraturan GATT

(17)

Tujuan utama dari penyempurnaan implementasi peraturan GATT adalah untuk mencegah dan mengurangi penggunaan peraturan GATT sebagai proteksi terselubung.

Technical Barriers to Trade, ditujukan guna mencegah terjadinya hambatan perdagangan

melalui penentuan standar teknis, pengujian dan prosedur sertifikasi, namun demikian perlu disadari, bahwa setiap negara memiliki hak untuk melindungi kehidupan dan keselamatan manusia, kehidupan binatang dan tumbuhan serta kelestarian sumberdaya alam. Adapun kesepakatan yang telah dicapai agar "technical standards, testing and certification"

menggunakan standar yang telah diakui secara internasional, di mana standarisasi tersebut dapat mencakup pada cara, proses can metode produksi.

Subsidi dan Countervailing Measure

Pada dasarnya subsidi dibagi menurut tiga kategori. (1) Dilarang, adalah subsidi yang dikaitkan dengan kinerja ekspor atau penggunaan produk domestik dibanding dengan impor, (2)

Actionable Subsidies adalah subsidi yang menyebabkan dampak negatif kedada anggota GATT

lain, (3) Non-Actionable Subsidies adalah nonspecific subsidies atau specific subsidies yang dikaitkan dengan kegiatan riset, dan lain-lain.

Provisi safeguard sering disalah-gunakan dan telah menyebabkan proteksi terselubung yang tidak transparan. Penyempurnaan provisi safeguards (Pasal XIX dari GATT) diharapkan akan dapat mengurangi penggunaan safeguards secara ad-hoc, non-transparan dan tidak terkendali. Penyempurnaan telah terjadi melalui prosedur penggunaan peraturan-peraturan yang lebih transparan, namun masih terdapat kelemahan, yaitu bahwa perangkat yang ada tidak akan dapat mendisiplinkan penggunaan peraturan-peraturan tersebut untuk proteksi dan untuk perangkat “dispute settlement" yang dicakup oleh WTO.

3. lsu Baru TRIMS dan TRIPS (Trade Related Investment Measures dan Trade Related Intellectual Property Right)

lsu pokok dari TRIMS adalah menertibkan kebijakan investasi yang menghambat dan menyebabkan distorsi perdagangan. Penggunaan kebijakan investasi tidak boleh inkonsisten dengan perlakuan nasional (national treatment) dan larangan pembatasan kuantitatif

(prohibition of quantitative restrictions). Daftar TRIMS yang dianggap inkonsisten dengan

kedua aspek tersebut adalah ketentuan muatan lokal atau ketentuan-ketentuan yang menghambat volume atau nilai impor yang dapat dibeli oleh sebuah perusahaan asing atau yang harus digunakan sesuai dengan tingkat ekspor yang dilakukan (trade balancing requirements).

Tujuan TRIPS adalah menertibkan praktek-praktek bagi negara-negara yang berbeda dalam memberikan standar perlindungan dan pelaksanaan hak milik intelektual, termasuk penanganan perdagangan barang tiruan/palsu. Adanya perbedaan praktek-praktek tersebut telah menimbulkan ketegangan dalam hubungan ekonomi internasional, maka penertiban perlu untuk mencegah ketegangan antar negara. Standar minimum ditentukan dalam berbagai aspek, seperti penertiban perdagangan palsu dan perlindungan "copyright", "trademark", dan hak paten.

4. Persetujuan Umum Tarif Jasa

(General Agreement on Tariffs and Services,GATS)

Tujuan perjanjian ini adalah liberalisasi perdagangan jasa-jasa dan mencari kerangka yang disepakati mengenai ketentuan nasional yang mengatur perdagangan jasa-jasa. Semua negara berjanji untuk memberi status MFN untuk semua negara dalam perdagangan jasa-jasa dan pengaturan sektor jasa-jasa secara transparan. Sedangkan komitmen negara-negara mengenai "national treatment' dan akses pasar ditentukan dalam masing-masing komitmen nasional untuk GATS. Kerangka untuk sektor jasa-jasa mencakup mobilitas sumberdaya manusia, jasa-jasa keuangan, telekomunikasi, maritim, dan penerbangan.

(18)

Kerjasama ekonomi Asia-Pasifik dilakukan untuk mendorong:

1. Diperkuatnya sistem perdagangan multilateral yang terbuka (berdasarkan persetujuan GATT dan WTO);

2. Perluasan liberalisasi perdagangan dan investasi dalam Asia-Pasifik; 3. Peningkatan kerjasama pembangunan Asia-Pasifik.

Tujuan jangka panjang adalah terciptanya perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di Asia-Pasifik (Free trade and investment in the area).

Kesepakatan Putaran Uruguay

Komitmen Indonesia dalam Putaran Uruguay secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Akses Pasar

Indonesia mengikat Bea Masuk sebagian besar pos tarif (95%) pada tingkat 40%. b. Jasa

Komitmen Indonesia adalah sebatas hal-hal yang sudah terbuka sesuai dengan kebijakan yang sudah berlaku seperti dalam perbankan, asuransi, perhubungan, tenaga ahli dan lain-lain. c. TRIPs/TRIMs

Negara-negara berkembang termasuk Indonesia diberi kesempatan berbenah diri masing-masing 5 tahun untuk TRIPs dan 3 tahun untuk TRIMs.

d. Rules/WTO

Adanya perbaikan rumusan Anti Dumping dalam Putaran Uruguay dan disepakatinya WTO memberi kepastian bagi produk ekspor negara-nerara berkembang karena negara-negara maju tidak lagi dapat mengadakan "retailiasi" sebelum disetujui "panel" dalam WTO.

lnternalisasi Perdagangan dan Lingkungan Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Beberapa asas dasar berikut ini harus dimasukkan ke dalam peraturan GATT untuk menangani

masalah lingkungan:

Keterbukaan:

Persyaratan "pemberitahuan" perlu dimasukkan sehingga semua

peraturan mengenai lingkungan yang dapat berdampak terhadap perdagangan tidak

bermakna ganda secara internasional.

Keabsahan:

Tindakan perlindungan lingkungan yang membatasi perdagangan harus

sah; jadi didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Badan atau panel pakar ilmiah

internasional harus dibentuk untuk menguji keabsahan tindakan semacam itu. Kalau

ancaman terhadap lingkungan sangat serius atau tidak dapat diubah, GATT WTO harus

menerapkan asas pencegahan.

Kesebandingan: Tindakan yang membatasi perdagangan tidak boleh melampaui batas yang

memang diperlukan untuk melindungi lingkungan.

Subsidioritas: jika kepentingan lingkungan sudah terpenuhi tanpa tindakan yang

mempengaruhi perdagangan, maka tindakan yang mengganggu perdagangan harus ditiadakan. Pada tahun 1993, ISO membentuk TC 207 yang khusus bertugas mengembangkan standar pengelolaan lingkungan yang dikenal sebagai ISO seri 14000. Standar yang dikembangkan mencakup rangkaian enam aspek, yaitu:

1. Environmental Management System (EMS).

2. Environmental Auditing (EA).

3. Environmental Lobelling (EL).

4. Environmental Performance Evaluation (EPE).

5. Life Cycle Analysis (LCA).

6. Term and Definitions (TD).

(19)

Lampiran Kepmen LH No. 41/94 tersebut didefinisikan bahwa:

"Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara sistematik terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol pengelolaan terhadap

pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian kelayakan usaha atau

kegiatanterhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan".

"Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat pengelolaan yang

dilakukansecara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab pengelolaan

dan pemantauanlingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan pemeriksaan resmi yang

diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan, melainkan suatu usaha proaktif yang

diIaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul

sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya".

Produksi Bersih dalam Pengelolaan Lingkungan UNEP mendefinisikan Produksi Bersih sebagai:

"Pelaksanaan yang terus menerus mengurangi sumber pencemaran secara terpadu guna

mencegah pencemaran udara, air dan tanah pada proses industri dan produk dan

meminimalkan risiko bagipopulasi manusia dan lingkungan”.

Untuk “proses”, produksi bersih mencakup upaya penghematan bahan baku dan energi, tidak menggunakan bahan baku B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), mengurangi jumlah toksin semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum produk meninggalkan proses.

Untuk “produk”, produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak yang timbul di keseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak dapat digunakan lagi.

Keuntungan yang didapat melalui penerapan produksi bersih adalah: 1. Sebagai pedoman bagi perbaikan produk dan proses.

2. Penghematan bahan baku dan energi yang sekaligus pengurangan ongkos produksi per satuan produk.

3. Peningkatan daya saing melalui penggunaan teknologi baru dan/atau perbaikan teknologi. 4. Pengurangan kebutuhan bagi penaatan baku mutu dan peraturan yang lebih banyak. 5. Perbaikan citra perusahaan di mata masyarakat.

6. Pengurangan biaya secara nyata sebagai alternatif solusi pengolahan “ujung pipa” yang mahal.

1.2. Strategi

1.2.1. Visi

Pengembangan Instrumen Ekonomi Yang Mendukung Pembangunan Berkelanjutan.

1.2.2. Misi

Untuk mengurangi pencemaran lingkungan dilakukan tiga pendekatan dalam pengendalian lingkungan.

Pertama, Command and Control: Merupakan perangkat yang diterapkan oleh pemerintah melalui

baku mutu lingkungan dan program lain.

Ke dua, Self Regulation: Merupakan tindakan proaktif dalam pencegahan pencemaran oleh

perusahaan yang membawa keuntungan adanya kelenturan pada perusahaan untuk mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kondisi perusahaannya.

Ke tiga, lnstrumen Ekonomi: Dapat dilakukan melalui insentif, disinsentif, dan tradeable emission

permit - untuk tradeable emission permit, industri diberi hak menggunakan jasa lingkungan

untuk membuang limbah; hak ini dapat diperjual-belikan.

Fungsi utama perangkat ekonomi di sini adalah untuk menciptakan sebuah perubahan perilaku dengan cara menghukum atau memberi penghargaan secara moneter.

1.2.3. Tujuan

1. Mendorong berkembangnya implementasi pendekatan ekonomi-ekologi (ecological economics) dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan

(20)

hidup (Minimasi Limbah atau Produksi Bersih)

3. Mengembangkan sistem akuntansi, audit dan neraca ekonomi, sumberdaya alam dan lingkungan hidup daerah Daerah

4. Mengembangkan sistem informasi perdagangan global dan standarisasinya

5. Mengembangkan sistem informasi produk unggulan Daerah dan sistem produksi bersih

(ecolabelling).

7.2. Pilihan Program

7.2.1. Program PENGEMBANGAN PENDEKATAN EKONOMI-EKOLOGI DALAM INDAG

2.1.1. Dasar Pertimbangan

lnstrumen ekonomi adalah alat yang dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan untuk mempengaruhi perubahan lingkungan secara positif melalui modifikasi (eksplisit atau implisit) yang ditawarkan melalui kebijakan lingkungan. Tujuan kebijakan lingkungan dapat dilakukan melalui tiga kategori kegiatan, yaitu mempengaruhi harga, mempengaruhi jumlah polutan atau material yang diekstraksi dan mempengaruhi teknologi produksi. lnstrumen ekonomi memberikan kebebasan kepada pemeran kegiatan pembangunan tanggap terhadap stimulus tertentu sesuai dengan manfaat yang diperkirakan. Untuk tujuan perbaikan lingkungan, instrumen ekonomi menjadikan insentif moneter bagi yang suka rela dan upaya yang tidak dipaksakan pada pencemar.

Hingga saat ini pengembangan pendekatan ekonomi untuk pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan telah disadari manfaatnya oleh para pengambil keputusan.

Pendekatan ekonomi semakin penting untuk dimanfaatkan dengan semakin meningkatnya volume pembangunan. Meningkatnya volume pembangunan yang dilaksanakan tanpa wawasan lingkungan akan meningkatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Bila efisiensi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tidak dapat dkingkatkan maka meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan akan menaikkan biaya lingkungan yang harus ditanggung masyarakat.

Hal ini dapat meningkatkan masalah sosial sebagai akibat masalah lingkungan. Dibandingkan hanya melalui pendekatan regulasi maka kebijakan "campuran" antara pendekatan regulasi dan pendekatan ekonomi akan meningkatkan efisiensi.

2.1.2. Tujuan

1. Mengupayakan pemanfaatan instrumen ekonomi dan menjadikannya sebagai masa peralihan bagi peningkatan kesadaran dan pengetahuan para pengambil keputusan.

2. Menganalisis kendala-kendala pemanfaatan instrumen ekonomi dari segi institusi, segi sumberdaya manusia, segi infrastruktur, segi makro dan mikro ekonomi, dan segi pengertian pelaksana kegiatan pembangunan.

2.1.3. Rencana Strategis

Peningkatan institusi, sumberdaya manusia serta infrastruktur diikuti oleh uji coba pelaksanaan pemanfaatan instrumen ekonomi di beberapa kegiatan pembangunan.

2.1.4. Kegiatan

Kajian dan telaahan untuk mengetahui: 1. Kendala pendapatan di sektor publik.

2. Kendala kapasitas pemantauan dan penegakan hukum.

3. Ketidakpastian biaya pengelolaan limbah dan manfaat yang didapat dari pengendalian pencemaran.

4. Pasar yang tidak kompetitif, yaitu terdiri dari kegiatan yang masih dilindungi sehingga bersifat monopoli dan kegiatan yang mempunyai daya saing rendah.

5. Dampak pemerataan dari pemanfaatan instrumen ekonomi.

(21)

7. Peran asuransi lingkungan ke dalam aspek kegiatan yang tercermin dan telah termasuk pada harga pokok produksi.

Berbagai upaya-upaya penunjang :

1. Peningkatan instrumen ekonomi dan hubungan antar departemen terkait (departemen keuangan dan departemen terkait secara langsung) guna pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, termasuk pula peningkatan hukum dan perundang-undangan.

2. Peningkatan kapasitas pemantauan dan penegakan hukum di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

3. Subsidi dan berbagai upaya untuk mempertahankan monopoli harus dihilangkan. Upaya swastanisasi harus terus dilakukan. Kebijakan fiskal yang dapat menimbulkan pencemaran secara tidak langsung perlu dihilangkan karena menimbulkan kondisi yang tidak efisien dan tidak adil.

4. Dialog secara terbuka (transparant) dengan pelaku kegiatan pembangunan tentang manfaat penggunaan instrumen ekonomi.

7.2.2. Program PENGEMBANGAN PENDEKATAN PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN (MINIMISASI LIMBAH ATAU PRODUKSI BERSIH)

2.2.1. Dasar Pertimbangan

ldealnya, setiap kegiatan industri berusaha mencegah pencemaran sebelum pencemaran itu terjadi. Kalau pencemaran sudah terjadi, maka upaya yang harus dilakukan adalah menghilangkan sumber masalah dan bukan menanggulangi gejala melalui cara "end of pipe" yang sering mahal biayanya tanpa menyelesaikan permasalahan intinya.

Konsep pencegahan atau pengurangan limbah pada sumbemya antara lain memanfaatkan teknologi bersih (clean technology atau low- and no-waste technologies), yang melandasi program Produksi Bersih (CleanProduction). Konsep ini lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan Pengendalian Pencemaran dengan "end-of-pipe".

lstilah produksi bersih dikenalkan untuk menggambarkan pendekatan baru terhadap permasalahan produksi yang meliputi proses produksi, daur produk dan pola konsumsi, yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia tanpa perlu mengganggu atau merusak tatanan lingkungan, tempat berlangsungnya segala kegiatan pembangunan. Dalam berbagai rujukan, istilah bersih dikaitkan dengan berbagai inovasi teknologi, termasuk upaya pencegahan yang terpadu, pengendalian pencemaran, dan bahkan remediasi dan pembersihan (clean-up). Produksi bersih diartikan pula sebagai pendekatan operasional ke arah pengembangan sistem produksi dan konsumsi yang dilandasi oleh suatu pendekatan pencegahan bagi perlindungan lingkungan.

Peningkatan efisiensi proses, produk dan pola konsumsi yang berkaitan dengan penggunaan energi dan bahan merupakan kunci pertama dalam mengoperasionalkan konsep produksi bersih. Langkah operasional ini erat kaitannya dengan upaya mengurangi atau minimisasi limbah. Mengingat limbah merupakan hilangnya materi, sedangkan bahan baku memiliki nilai, maka peningkatan efisiensi secara ekonomi merupakan tindakan penghematan.

Adapun peluang yang dapat digunakan dalam penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan pada 5 bagian, yaitu (1) perubahan material masukan; (2) perubahan teknologi; (3) pengukuran tata laksana rumah tangga yang baik, (4) perubahan produk, dan (5) pemanfaatan kembali di lapangan (on-site).

2.2.2. Tujuan

Implementasi pendekatan pencegahan pencemaran (minimisasi limbah atau produksi bersih).

2.2.3. Rencana strategis

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Afik Kurniawan

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

Nama Paket : Pengawasan Teknis Pembangunan Pasar Lakologou Kategori Pekerjaan : Pekerjaan Jasa Konsultansi. Metode Pemilihan : e-Seleksi Sederhana 1 (satu) File Pagu Anggaran

Panit ia Pengadaan Barang/ Jasa Kant or Pengendalian Lingkungan Hidup.. Kabupat en Bungo

Penghindaran pajak umumnya dapat dibedakan dari penggelapan pajak (tax evasion), di mana penggelapan pajak terkait dengan penggunaan cara-cara yang melanggar hukum

at Penawaran Saudara melalui LPSE Provin i Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah aka dengan ini kami mengundang Saudara u si di Kantor Balai Pelaksana Teknis Bina

Candidates for the A Level Further Mathematics examination use the List of Formulae and Statistical Tables (MF10).. The MF10 list is sent out to Centres as needed in a stationery

Kelompok volunteer adalah kelompok sosial yang mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas