• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Politik Terhadap Perubahan Kuri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Politik Terhadap Perubahan Kuri"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Politik Terhadap Perubahan Kurikulum

Pendidikan di Indonesia

Oleh:

Gustia Mahendra

Ilma Sulistia

Nisa Ukhdatul Jannah

SMA Negeri 1 Pasaman

Jalan Cindua Mato Simpang Ampek Pasaman Barat

(2)

Halaman Pengesahan

Pengaruh Politik Terhadap Penerapan Kurikulum

Pendidikan di Indonesia

Oleh:

Gustia Mahendra

Ilma Sulistia

Nisa Ukhdatul Jannah

Simpang Ampek, 28 September 2015

Diketahui, Guru Pembimmbing,

Kepala Sekolah

Drs. Mastudiar Asnelwita, M.Pd

(3)

ABSTRAK

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap negara, termasuk Indonesia. Pendidikan di Indonesia adalah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam kebijakan dibidang pendidikan tentu tidak lepas dari yang namanya kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Seiring berjalannya waktu kurikulum di Indonesia sudah melakukan beberapa kali perubahan. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

(4)

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah swt. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Politik terhadap Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Perubahan kurikulum di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya politik. Perubahan kurikulum yang sering terjadi tidak mampu memberikan dampak yang baik saja. Pemerintah harus mampu mengatasi perubahan kurikulum secara objektif, bukan hanya disesuaikan dengan politik saja.

Terima kasih kami ucapkan untuk semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan karya ilmiah ini, mulai dari guru pembimbing, narasumber, dan terutama kepada rekan-rekan penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam karya ilmiah ini, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Terima kasih.

Simpang Ampek, 28 September 2015

(5)

Daftar Isi

Halaman Pengesahan... ... i

Abstrak………...……….ii

Kata Pengantar...iii

Daftar Isi... iv

BAB I Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan...2

1.4 Metode Penelitian... 2

BAB II Pembahasan... 4

2.1 Pengertian kurikulum dan politik... 4

2.2 Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia... 5

2.3 Fungsi kurikulum... 9

2.4 Pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum... 10

2.5 Apakah perubahan kurikulum memberikan dampak yang baik atau sebaliknya?... 13

BAB III Penutup... 14

1.1 Kesimpulan... 14

1.2 Saran... 14

Daftar Pustaka... 16

Lampiran... 17

Lampiran 1………..17

(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia tidak pernah lepas dari berbagai macam persoalan. Salah satu persoalan yang menonjol saat ini adalah masalah kurikulum yang silih berganti. Perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan dengan harapan dapat menciptakan generasi muda yang berilmu pengetahuan dan berkarakter. Namun pada kenyataannya, perubahan kurikulum tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan, justru menimbulkan masalah baru. Perubahan kurikulum tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah politik . Tidak bisa dipungkiri lagi, seiring berubahnya tatanan politik, maka berubah pulalah kurikulum pendidikan. Politik memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia. Tidak satu pun kurikulum yang bebas dari pengaruh politik. Oleh karena itu kami tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Politik Terhadap Perubahan Kurikulum di Indonesia “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi kajian utama kami dalam karya ilmiah ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia?

2. Apakah perubahan kurikulum memberikan dampak yang baik atau sebaliknya?

1.3 Tujuan Penelitian

Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas bertujuan untuk:

(7)

2. Untuk mengetahui dampak dari perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia.

1.4 Metode Penelitian

a. Jenis penelitian

Penelitian dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan penelitian deskriptif atau lapangan dalam mencari data dengan metode wawancara.

b. Jenis data

Data yang kami peroleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang berupa pernyataan atau tulisan yang dijadikan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan untuk memperjelas pemecahan masalah berupa tanggapan responden.

c. Sumber data

1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian langsung terhadap obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui metode wawancara yang dilakukan penulis dengan Wakil Kurikulum SMA Negeri 1 Pasaman .

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari dokumentasi/tulisan (buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian) dan dari informasi pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.

(8)

e. Teknik pengolahan data

Teknik mengelola data yang kami gunakan yaitu dengan cara menyimpulkan jawaban dari narasumber dan menggabungkannya dengan data sekunder yang telah diperoleh.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kurikulum dan politik

(9)

mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Sedangkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

2.2 Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia

(10)

masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.

Perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita.

Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:

Kurikulum 1947

Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rentjana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.

Kurikulum 1952

(11)

Kurikulum 1964

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Kurikulum 1975

(12)

Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Kurikulum 2004 (KBK)

(13)

competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.

Kurikulum 2013 (K-13)

(14)

2.3 Fungsi kurikulum

1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.

2. Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.

3. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.

4. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.

5. Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.

2.4 Pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum

(15)

kerja keras yang serius untuk mempunyai nilai plus bagi rakyatnya. Dengan harapan akan terpilih kembali pada periode berikutnya. Itu sebuah kewajaran dari perjuangan politik. Pendidikan dalam konteks ini dapat dijadikan nilai plus yang dapat diterima secara massif di seluruh pelosok negeri, langsung menyentuh hajat hidup orang banyak dan hasilnya bisa dilihat di kemudian hari, atau dengan kata lain, tidak sekedar memberi tampilan yang baik tetapi dunia pendidikan adalah investasi besar untuk jangka panjang dan menengah.

Oleh karena itu, setiap menteri pendidikan yang ditunjuk oleh kepala pemerintahan akan selalu melakukan inovasi-inovasi agar bidang yang dikelola memberi nilai plus politik tersebut. Kurikulum pendidikan adalah salah satu sektor yang sangat menjanjikan. Jika berhasil dalam urusan pendidikan ini dan mempunyai nilai plus di mata rakyat, maka akan mudah mengeruk suara pada pemilu berikutnya. Namun pada kenyataannya, belum tentu perubahan kurikulum yang dilakukan mempunyai dampak baik bagi masyarakat. Seperti yang kita lihat, perubahan kurikulum yang terjadi di negara kita selalu memberikan masalah-masalah baru. Argumen bisa diajukan, mengapa kurikulum yang sudah lama berlaku kemudian diganti? Bukankah itu menunjukkan bahwa kurikulum sebelumnya memiliki kekurangan atau kelemahan? Jika memang demikian, kurikulum lama hanya perlu disempurnakan, bukan diganti secara menyeluruh.

(16)

sudah established dalam kurikulum. Begitu power politik itu berubah, akan ada berpengaruh juga pada kurikulum,” tambah pria yang menjabat sebagai Ketua Tim Inti Pengembangan Kurikulum 2013 itu. Wakil Kurikulum SMA Negeri 1 Pasaman, Nulfalinda, S.Pd., M.Si, juga mengatakan bahwa ada enam hal yang masih ditetapkan oleh pusat. Diantaranya pendidikan, hukum, fiskal, moneter, agama, dan politik luar negeri. Jadi dalam hal pendidikan, tentu saja politik sangat berpengaruh terhadap perubahan kurikulum. Untuk mengatasi masalah tersebut, beliau menyarankan agar pemerintah tidak sembarangan mengotak-atik kurikulum yang sedang berlaku. Perubahan kurikulum harus dibahas bersama, dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara luas, bukan hanya mementingkan politik saja. Anggota Panja Kurikulum DPR RI, Raihan Iskandar, juga mengatakan, untuk meminimalisasi perubahan kurikulum akibat kondisi politik yang berubah, ada baiknya dibuat Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan yang jelas dan kuat.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wiles Bondi (dalam Sudrajat, 2008) dalam bukunya “Curriculum Development: A Guide to Practice” turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum. Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, karena setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan berubah.

Walaupun kekuasaan politik terpusat pada berbagai kelompok dan individu, efektifitas dan kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi. Pola institusional pendidikan publik mungkin saja tampak kokoh, cukup mantap, sehingga untuk dapat berhasil, setiap proposal perlu menyesuaikan diri dengannya.

(17)

Dewey, John Lock, dan William Stern. Kedua, kebutuhan akan dana. Ketiga, aktivitas kelompok-kelompok berpengaruh, seperti asosiasi industri, perserikatan, dan beberapa organisasi kebangsaan yang memiliki semangat patriotik.

Fungsi politik pendidikan secara khusus juga dapat diaktualisasikan melalui proses pembelajaran. Menurut Massialas (1969: 18-79 dan 155), proses pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya, mendapatkan pengetahuan dasar tentang suatus sistem), bisa bersifat afektif (misalnya, mengetahui sikap-sikap positif dan negatif terhadap penguasa atau simbol-simbol), bisa bersifat evaluatif (misalnya, menilai peran-peran politik berdasarkan standar tertentu), atau bisa bersifat motivatif (misalnya, penanaman rasa ingin berpartisipasi). Sebagian besar unsur-unsur pembelajaran tersebut dapat dirancang dan diarahkan sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan politik tertentu.

Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik sangat menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Mereka melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesan-pesan politik melalui metode dan bahan ajar (curriculum content) pendidikan. Di negara-negara komunis, misalnya, metode brain washing digunakan secara luas membentuk pola pikir kaum muda, agar sejalan dengan doktrin komunisme.

Dari generasi ke generasi negarawan dan pemimpin politik telah menyadari dampak yang dapat ditimbulkan oleh sistem pendidikan terhadap kehidupan politik. Mereka menyadari bahwa negara tidak dapat mengabaikan sekolah jika ingin mencapai tujuan-tujuannya, termasuk tujuan untuk mempertahankan kekuasaan. Mengingat besarnya peluang untuk mengarahkan berbagai unsur kependidikan pada kebutuhan politik tertentu, tidak heran apabila pendidikan sering kali memainkan peran sentral dalam menemukan arah perubahan politik.

(18)

Kurikulum merupakan aturan dan cara yang di pakai oleh sebuah lembaga pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dari pada pendidikan atau lembaga pendidikan. Kurikulum di katakan penting dalam sebuah pendidikan karena keberhasilan sebuah pendidikan untuk dapat mencetak output atau disebut dengan peserta didik yang bermutu dan baik sangat ditentukan oleh kurikulum sebuah pendidikan. Kurikulum pendidikan yang kurang tepat bagi siswa atau sekolah justru akan memberi masalah masalah baru dalam dunia pendidikan, karena kurikulum baru belum tentu sesuai dengan siswa atau dapat di terima siswa tersebut bahkan mungkin siswa tidak siap dengan sistem baru yang mungkin dapat menyusahkan mereka, lalu mengapa sistem pendidikan di indonesia hampir sering digonta-ganti, mengapa sekolah atau lembaga pendidikan tidak memfokuskan diri pada satu sistem atau kurikulum supaya siswa dapat menyesuaikan dan menerima sistem tersebut dengan baik.

Tujuan pemerintah mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak lain adalah karena ingin memperbaiki mutu pendidikan supaya bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya. Tapi apakah demikian. Pada kenyataannya tidak ada perubahan mutu yang diberikan oleh pendidikan di Indonesian, bahkan mutu pendidikan selama kurang lebih dalam lima tahun ini memberikan hasil yang mengecewakan, justru perubahan kurikulum pendidikan yang begitu cepat menimbulkan masalah-masalah baru dalam dunia pendidikan, seperti halnya banyak prestasi siswa akan menurun hal ini mungkin disebabkan karena siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada kurikulum yang baru. Lalu apakah pemerintah memikirkan masalah yang demikian, saya rasa tidak pemerintah mungkin lebih berfikir dampak positif yang hanya memudahkan sebagian pihak saja.

(19)

3.1 Kesimpulan

Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang senantiasa berubah turut dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan kurikulum itu menggambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah penerus kemajuan bangsa dan negara itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kurikulum adalah elemen yang saling berkait antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan meneruskan kebudayaan.

Pengaruh politik didalam dunia pendidikan sangatlah kuat, perubahan kurikulum yang disebabkan faktor politik banyak menimbulkan masalah-masalah baru. Namun para pengambil kebijakan di bidang pendidikan tetap bersikap acuh tak acuh dan tidak mau mengambil keputusan apapun untuk menjadikan dunia pendidikan bersih dari praktik-praktik bisnis politik.

3.2 Saran

(20)
(21)

I. Buku :

a. Wiles Bondi, 2008, Curriculum Development: A Guide to Practice, Amerika Serikat: Merril.

a. Nulfalinda, S.Pd., M.Si pada tanggal 28/09/2015, beliau meraih gelar S-1 Akutansi di UNP dan gelar S-2 P erencanaan Pembangunan

Konsentrasi Pendidikan di UNAND.

IV. Produk Perundang-undangan :

a. Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

b. Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Lampiran

Lampiran 1

Hasil wawancara dengan Wakil Kurikulum SMA Negeri 1 Pasaman.

1. Apakah politik berpengaruh terhadap perubahan kurikulum? Jawaban: Berpengaruh.

(22)

Jawaban: Ada enam hal yang masih ditetapkan oleh pusat. Diantaranya pendidikan, hukum, fiskal, moneter, agama, dan politik luar negeri. Setiap pergantian kepala negara, maka kebijakan yang diterapkannya pasti akan berbeda, begitu juga kebijakan dibidang pendidikan. Salah satu kebijakan dibidang pendidikan itu sendiri adalah kurikulum.

3. Menurut Ibuk bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?

Jawaban: Untuk mengatasi masalah tersebut, seharusnya pemerintah tidak sembarangan mengotak-atik kurikulum yang sedang berlaku. Perubahan kurikulum harus dibahas bersama, dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara luas, bukan hanya mementingkan politik saja.

Lampiran 2

Biodata Penulis

1. Nama : Gustia Mahendra

Tempat/ tanggal lahir : Simpang Gadang, 20 Agustus 1997

Kelas : XII IPA 1

2. Nama : Ilma Sulistia

Tempat/ tanggal lahir : Ophir, 26 Mei 1998

(23)

3. Nama : Nisa Ukhdatul Jannah Tempat/ tanggal lahir : Jambak, 21 Juni 1997

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

[r]

Pada tahun 2010 kabupaten yang memiliki kontribusi luas panen jagung terbesar adalah kabupaten simalungun yaitu sebesar 26,56 persen dan disusul oleh Kabupaten Karo yaitu

kehilangan gaya prategang dalam sistem post-tension pada balok, tidak mencakup. kedalam

Data karakteristik devitrifikasi gelas limbah yang diperoleh seperti kandungan limbah yang optimal (< 30 %berat), saat mulai terjadinya devitifikasi (suhu sekitar 1000 0

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan matriks untuk imobilisasi LCTT adalah proses pembuatan yang mudah, praktis, kandungan limbah ( waste loading )

Rancang bangun Sistem Tangki Anaerobik Tertutup (Resirkulasi Gas)/

Perpindahan lapisan sosial yang dimaksud adalah perpindahan status sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya yang terjadi pada keluarga petani padi di