• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi Pe"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Alamat Korespondensi:

halim_unhalu@yahoo.com Alamat: Fak. Ekonomi Univ. Haluoleo JL.HEA Mokodompit Kendari Sultra Handphone: 081 140 2897

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi Pengaruh Orientasi Pasar

Orientasi Pembelajaran dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja

Pemasaran

(Studi pada Usaha Menengah di Sulawesi Tenggara)

Halim

Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari Djumilah Hadiwidjojo, Solimun, Djumahir

Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang

Abstract: The purpose of this research is to develop market orientation and learning orientation and entrepreneurial orientation with reviewing the role of marketing in an effort to increase the capabilities of performance marketing. Research contributions are expected to be able to develop a marketing startegi which is a blend of marketing and strategic management. Sample research as much as 158 companies spread over 7 county/city in Southeast Sulawesi. Results of the analysis, with path analysis, found that the marketing capabilities serve as a full mediation which connects learning orientation and entrepreneurial orientation with the performance marketing. However the marketing capabilities haven’t been able to market orientations mediated the relationship between on performance marketing. Market orientation of individually determine the performance marketing. Additional, The study found that the marketing capa-bilities influenced directly by the entrepreneurial orientation and learning orientation, but the orientation of the market instead of deciding the marketing capabilities.

Keywords: market orientation, learning orientation, entrepreneuer orientation,marketing capability, mar-keting performance

Abstrak: Kinerja pemasaran perusahaan menjadi perhatian utama para akademisi dan praktisi dan kapabilitas pemasaran merupakan media yang menjembatani cara pandang atau orientasi bisnis pelaku usaha. Artinya orientasi bisnis akan mampu meningkatkan kinerja pemasaran lebih efektif ketika dimediasi oleh kapabilitas pemasaran. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep orientasi bisnis yang meliputi orientsi pasar, orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan dengan menekankan peran kapabilitas pemasaran dalam usaha meningkatkan kinerja pemasaran. Penelitian ini mengembangkan bidang startegi pemasaran yang merupakan perpaduan antara bidang pemasaran dan strategi. Jumlah sampel sebanyak 158 perusahaan yang tersebar di 7 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Hasil analisis menemukan bahwa kapabilitas pemasaran berperan sebagai mediasi penuh yang menghubungkan orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan dengan kinerja pemasaran. Namun kapabilitas pemasaran belum mampu memediasi hubungan antara orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran. Orientasi pasar secara individual menentukan kinerja pemasaran. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa kapabilitas pemasaran dipengaruhi langsung oleh orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan, namun orientasi pasar bukan penentu kapabilitas pemasaran.

(2)

Permasalahan UM di Sulawesi Tenggara ber-kaitan dengan masalah SDM, akses pendanaan dan pemasaran. Dilihat dari aspek pendidikan, hanya 34,2% pengusaha UKM yang berpendidikan lanjutan dan hanya 6% yang sempat menyerap pendidikan tinggi. Ditinjau dari akses terhadap sumber daya menunjukkan bahwa hanya 2,0% yang memanfaatkan jasa kredit perbankan selebihnya mengandalkan mo-dal yang bersumber dari keluarga dan momo-dal sendiri. Konsekwensi atas permasalahan yang dihadapi oleh UM di Sulawesi Tenggara berdampak terhadap capaian kinerja yang relatif sangat rendah. Dilihat dari aspek omzet penjualan, sebagian besar, yakni sekitar 84,9% UKM di Sulawesi Tenggara hanya mampu mencapai penjualan maksimal 100 juta rupiah atau kurang dari 10 juta rupiah per bulan. Hanya sekitar 14,3% UKM yang mampu mencapai penjualan antara 100 juta–1 miliar rupiah. Jangkauan pemasaran hanya terbatas pada kabupaten/kota setempat yang menca-pai 97%. Akibatnya UKM di Sulawesi Tenggara sulit untuk berkembang.

Berbagai usaha telah dilakukan dalam usaha meningkatkan kinerja UM mulai dari kegiatan pelatihan, bantuan modal, dan pembuatan undang-undang yang mengatur UM, namun hingga saat ini UM belum menunjukkan kinerja yang optimal.

Berdasarkan uraian aspek-aspek yang terkait dengan keberhasilan perusahaan, maka usaha untuk mencapai kinerja yang lebih baik bagi usaha mene-ngah sesungguhnya bertumpu pada dua pendekatan yakni pendekatan struktural (Porter, 1980, 1985) sebagai pendekatan berbasis pasar (Makhija, 2003) dan pendekatan Resource Base View of the firm

(Barney, Wright & Ketchen Jr, 2001). Perkembangan RBV tersebut berkenaan dengan orientasi bisnis. Berdasarkan hal ini maka muncul persoalan ”Apakah orientasi bisnis yang mencakup orientasi pasar, orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan akan mampu menggerakan kinerja pemasaran perusahaan?”. Persoalan yang terakhirlah yang menjadi perhatian penelitian ini.

Budaya market-oriented diperlukan untuk membangun dan mempertahankan kemampuan inti untuk terus menciptakan nilai pelanggan yang supe-rior. Hooley, et al. (1999); Slater & Narver, (1993) menemukan bahwa kemampuan pemasaran dianggap lebih penting daripada kemampuan operasional.

sehingga ketika perusahaan yang up-to-date dengan informasi tentang pelanggan dan pesaing, perusahaan ini mampu secara efektif menangani aktivitas pema-saran di dalam organisasi mereka.

Dawes (2000) menekankan bahwa setiap kom-ponen MO sangat berhubungan dengan profitabilitas. Setiap elemen memiliki fitur yang unik dan untuk alasan utama ini, MO dinilai berdasarkan tiga indikator (Tan & Smyrnios, 2004a).

Studi empirik yang dilakukan oleh Appiah-Adu (1997) menemukan bahwa MO berpegaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang sejalan dengan temuan penelitian Kumar, Subramanian, & Yauger, (1998). Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneli-tian ini merumuskan hipotesis pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Semakin kuat orientasi pasar perusa-haan maka akan semakin tinggi kinerja pemasaran perusahaan.

Gounaris, et al. (2004) mengidentifikasi bahwa perusahaan yang mengadopsi pendekatan MO secara sistematis melakukan riset pasar secara formal, me-ngumpulkan dan menyebarkan intelijen keseluruh pa-sar perusahaan dan menekankan perencanaan pema-saran strategis. Selain itu, organisasi ini cenderung melakukan segmentasi dan menyesuaikan produk, harga dan strategi promosi agar sesuai dengan segmen sasaran. MO juga mempengaruhi kontrol terhadap arah perusahaan dengan membuat perusahaan lebih fokus pada pelanggan, pasar dan informasi yang terkait dengan produk, serta merespon informasi yang dikumpulkan.

Dalam perusahaan manufaktur dan jasa skala besar di Australia dan Amerika (Vorhies & Harker, 2000, 1999)menemukan MO berpengaruh signifikan positif kapabilitas pemasaran. Slater dan Narver (1994a) menyatakan bahwa budaya market-oriented

diperlukan untuk membangun dan mempertahankan kemampuan inti yang terus menciptakan nilai pelanggan yang superior. Dalam usaha memperkuat pernyataan Slater dan Narver (1994a) dalam konteks UM di negara berkembang maka hipotesis penelitian ini adalah:

(3)

Sinkula, et al. (1997) menyatakan bahwa LO adalah serangkaian nilai-nilai organisasi yang mem-pengaruhi kecenderungan perusahaan untuk mencip-takan dan menggunakan pengetahuan. Orientasi pembelajaran dikaitkan dengan tiga nilai: commitment to learning, open mindedness dan shared vision

(Sinkula, et al., 1997).

Para peneliti menggarisbawahi bahwa LO dikait-kan dengan kinerja perusahaan (Stewart & Mavondo, 2004). Farrell (1999) mengidentifikasi bahwa LO berhubungan secara positif dengan komitmen organi-sasi, kebersamaan dan inovasi organisasi. Demikian pula, Sadler-Smith, Spicer dan Chaston (2001) menunjukkan secara empiris bahwa pertumbuhan yang lebih tinggi dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang lebih aktif LO-nya yang membuat lebih baik dalam menggunakan aset pengetahuan dibandingkan dengan pesaingnya dengan perumbuhan yang lebih rendah. Namun, sesungguhnya LO bisa menimbulkan masalah karena inside-out orientation (Day, 1994). Senada dengan hal tersebut, sejumlah peneliti (Baker & Sinkula, 1999b, 2002; Farrell & Oczkowski, 2002) setuju bahwa pasar dan LO adalah anteceden bagi kinerja perusahaan. Hult, et al. (2004), menunjuk-kan bahwa hubungan positif antara LO dan kinerja perusahaan. berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis pengaruh LO terhadap kinerja perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hipotesis 3 : Semakin kuat orientasi belajar perusa-haan maka kinerja perusaperusa-haan akan semakin tinggi.

Celucha, et al. (2002)secara empiris menunjuk-kan bahwa manajer yang menganggap perusahaan mereka memiliki LO lebih tinggi, menemukan bahwa sistem informasi dan kemampuan pemasarannya, lebih baik. Sebagai learning organization yang berusaha memahami pasar mereka, mereka mengem-bangkan aturan-aturan untuk memproses informasi yang akan mempengaruhi organisasi internal dan eksternal (Sinkula, et al., 1997, Calantone, et al., (2002). Tindakan-tindakan eksternal merujuk kepada produk, promosi, distribusi dan strategi harga dan taktik yang semuanya merupakan bagian dari kapa-bilitas pemasaran. LO secara positif meningkatkan informasi pasar dan penyebaran luasan informasi yang pada gilirannya, mempengaruhi tingkat dimana perusahaan melakukan perubahan strategi pemasaran.

Dengan demikian, maka hipotesis yang diusulkan adalah bahwa:

Hipotesis 4 : Semakin kuat orientasi pembelajaran maka kapabilitas pemasaran perusahaan akan semakin tinggi.

Kewirausahaan yang diindikasikan oleh keinova-sian, keproaktipan, agresif dalam bersaing dan bersi-kap risk taking akan mampu meningkatkan kemam-puan penelitian pasar, distribusi, penentuan harga produk dan jasa, pengembangan produk, komunikasi/ promosi dan pengelolaan pemasaran, sebagai indikator kapabilitas pemasaran. Artinya bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan akan mening-katkan kapabilitas pemasaran. Capability-base theory menyatakan bahwa dalam usaha mencapai keunggulan bersaing maka entrepreneur merupakan unsur yang penting. Entrepreneurship akan mendo-rong kapabilitas untuk mencapai keunggulan bersaing. Penelitian Guenzi & Troilo (2006) menemukan bahwa kemampuan untuk menciptakan nilai superior bagi konsumen mengalir dari kapabilitas pemasaran yang dimiliki perusahaan. Lee & Hsieh (2010) menya-takan bahwa dalam periode dengan tingkat persaing-an ypersaing-ang spersaing-angat tinggi maka perusahapersaing-an perlu memiliki keunggulan bersaing dalam pasar global. Hal ini berarti bahwa kapabilitas mampu meningkatkan keunggulan bersaing secara langsung. Atas dasar temuan ini maka dapat dinyatakan

Hipotesis 5 : Semakin kuat orientasi kewirausahaan maka kinerja pemasaran akan semakin tinggi.

(4)

Hipotesis 6 : Semakin kuat orientasi kewirausahaan perusahaan maka kapabilitas pemasaran perusahaan akan semakin tinggi. Perkembangan yang baik tentang kemampuan pemasaran sangat penting untuk kegiatan pemasaran dalam usaha pengumpulan informasi tentang kebu-tuhan pasar dan pemilihan segmentasi target pasar (pasar kegiatan perencanaan); pengembangan layan-an baru untuk memenuhi kebutuhlayan-an segmen ylayan-ang ditargetkan (melalui kegiatan pengembangan produk); harga jasa/produk dan layanan komunikasi manfaat yang ditawarkan kepada target pasar (Day, 1994). Kegiatan ini dapat dicapai melalui iklan/promosi atau penjualan personal (Vorhies & Yarbrough, 1998; Tzokas,

et al. (2001); Weerawardena, 2003b). Perusahaan kecil/kewirausahaan (Chaston, 1998a) menekankan bahwa pemasaran memiliki pengaruh besar terhadap kinerja pemasaran. Untuk alasan ini, maka hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa:

Hipotesis 7 : Semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan maka kinerja pemasaran akan semakin meningkat.

METODE

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh usaha mene-ngah (UM) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penentuan sampel wilayah menggunakan judgement sampling. Sampel kabupaten/kota di wilayah daratan dipilih 1 kota dan 3 kabupaten sedangkan sampel di wilayah kepulauan dipilih 1 kota dan 1 kabupaten, Kabupaten/ kota yang menjadi sampel di wilayah daratan adalah (1) Kota Kendari, (2) Kabupaten Kolaka, (3) Kabupaten Konawe Selatan (4) Kabupaten Bombana. Sementara itu sampel kabupaten/kota di wilayah kepulauan terdiri dari satu kota yakni Kota Bau-Bau dan satu Kabupaten yakni Kabupaten Buton. sehingga total wilayah penelitian adalah 2 kota dan 4 kabupaten.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 20 variabel manifes (indikator) dengan 5 faktor (variabel) yang dianalisis untuk menentukan berapa faktor (variabel) yang akan terbentuk. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :Tiga Variabel independen yakni Orientasi

pasar (MO), Orientasi Belajar (LO), Orientasi Kewirausahaan (EO), Satu variabel dependen yakni dan Kinerja Pemasaran.Satu variabel mediasi yakni Kapabilitas Pemasaran (MC).

Variabel Orientasi Pasar ( Eksogen-Bebas)

Orientasi pasar merupakan perilaku untuk mem-berikan nilai superior kepada pelanggan, respon terhadap tindakan pesaing dan melakukan komunikasi secara internal (Venkatesan,Soutar, 2000); Farrell, Oczkowski; 2002), berdasarkan definisi tersebut, maka orientasi pasar diukur oleh tiga indikator yakni: Orientasi konsumen; Orientasi pesaing; Koordinasi antar fungsi/komunikasi secara internal

Variabel Orientasi Pembelajaran adalah derajat penekanan perusahaan terhadap nilai belajar demi kemanfaatan jangka panjang (Sinkula et al. (1997) yang diukur dengan indikator : Komitmen untuk belajar (commitment to learning); Berbagi visi(shared or-ganizational vision) Keterbukaan pemikiran (open mindedness).

Variabel Orientasi kewirausahaan

Miller (1983), Lamkin dan Des (2001) mendefini-sikan orientasi kewirausahaan sebagai entrepreneurial perusahaan yang berkaitan dengan inovasi produk, melakukan kegiatan yang beresiko dan yang pertama memperkenalkan inovasi yang proaktif serta dalam persaingan yang agresif maka diperlukan kegiatan yang intensif untuk mengungguli pesaing yang dicirikan dengan mengkombinasikan postur atau respon agresif untuk meningkatkan posisi dalam persaingan. Indikator untuk variabel ini adalah: Keinovatifan ( innovati-veness); Keproaktipan (proactiveness); Keagresip-an bersaing (competitive aggressiveness dan Berani mengambil risiko (risk taking).

Variabel Kapabilitas Pemasaran

(5)

Variabel Kinerja Pemasaran

Kinerja pemasaran adalah hasil yang dicapai perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen (Vorhies, et al., 1999; Vorhies & Harker, 2000; Vorhies, 1998) Variabel ini diukur dengan empat indikator yakni: Kepuasan pelanggan (customer sat-isfaction; Penyampaian nilai (customer value de-livery; Efektivitas program pemasaran (efektiveness marketing program); Kesuksesan produk baru (new product success. Skala Likert digunakan untuk mengukur fenomena sosial, dimana dalam penelitian fenomena sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya di sebut variabel penelitian.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian

Sebelum instrumen penelitian digunakan sebagai media pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Semua indikator memenuhi syarat validitas (korelasi > 0,3) dan reliabeilitas (alpha cronbach >0,6)

Metode Analisis Data

Berhubung masalah yang diuji merupakan hubungan berbagai variabel dan mempunyai hubungan

kausal antar variabel, maka analisis data yang digunakan adalah Path Analysis (analisis jalur)(Hair, J.F. Jr., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. O., Tatham, R. L. 2006). Alasan spesifik penggunaan analisis jalur adalah: hubungannya antar variabel adalah kausalitas berjenjang. Variabel-variabel dalam penelitian adalah variabel laten yaitu variabel yang bersifat unobservable. Dengan adanya variabel-variabel laten dalam model disatu sisi sementara analisis jalur menghendaki variabel observable maka untuk mendapatkan nilai variabel laten digunakan

score factor dengan metode Comfirmatory Factor Analysis, menggunakan software SPSS.

HASIL

Hasil Analisis Faktor Konfirmatory

Analisis faktor konformatori digunakan untuk meneliti variabel-variabel yang mendefiniskan sebuah konstruk yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang diberikan pada variabel-variabel laten atau konstruk lain yang dikonfirmasi. Hasil analisis Faktor Konfirmatori untuk setiap variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Faktor Konfirmatori

Sumber: Lampiran 5. 2012.

Variabe l Indikator Bobot faktor Orientasi Pasar Orient asi

Konsumen 0,979 Orient asi

Berbagi Visi 0.928 Keterbukaan

pemikiran

0.878

Orientasi Kewirausa haan

Keinovatifan 0.657 Keproaktifan 0.545 Berani

me ngambi l Risiko

0.624

Agre sif

bersaing 0.699

Kapabilitas Pemasaran

Penelitian Pasar 0,968 Penet apan harga

Produk 0,930

Pengembangan

produk 0,944

Relationship 0,964 Komunikasi

(6)

Hasil analisis konfirmatori sebagaimana tampak pada Tabel 1 diketahui bahwa indikator yang terkuat mengukur variabel orientasi pasar adalah koordinasi antar fungsi dengan nilai loading Disisi lain indikator yang dominan untuk mengukur variabel orientasi pembelajaran adalah Berbagi Visi. Indikator Agresif bersaing adalah indikator dominan untuk variabel orientasi kewirausahaan. Penelitian pasar dan efekti-fitas program pemasaran adalah indikator dominan untuk variabel kapabilitas pemasaran dan kinerja pemasaran.

Hasil Analisis Jalur (

Path Analysis)

Hasil analisis Jalur dapat dilihat pada Gambar 1. dan Tabel 2.

Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 2 maupun pada Gambar 1. tampak pengaruh langsung antar variabel penelitian baik yang signifikan (s) maupun yang tidak signifikan (ts). Tabel 2 menunjukkan bahwa dari tujuh pengaruh langsung antar variabel yang diuji terdapat empat yang berpengaruh signifikan dan tiga yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien jalur pengaruh langsung orientasi pasar

terhadap kinerja pemasaran diperoleh nilai sebesar 0,344 dengan probabilitas 0,003. Hal menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H1) bahwa Semakin kuat orientasi pasar perusahaan maka akan semakin tinggi kinerja pemasaran perusahaan. Koefisien jalur

Tabel 2. Pengujian Pengaruh Langsung

Sumber: Lampiran 4. 2012.

0,344S

0,062ts

0,167ts

0,426S

0,301S

0.105t s

0.203s Orientasi

Pasar (X1)

Orientasi Pembelajaran

(X2)

Orientasi Kewirausahaan

(X3)

Kinerja pemasaran

(Y2) Kapabilitas

Pemasaran (Y1)

Gambar 1.

Sumber: hasil analisis

Variabel Independen Variabel dependen Koefisien

Jalur Prob. Keterangan

Orientasi Pasar Kinerja Pemasaran 0,344 0,003 signifikan Orientasi pasar Kapabilitas pemasaran 0,062 0,585 Tidak signifikan

Orientasi pembelajaran Kinerja Pemasaran 0,167 0,153 Tidak signifikan

Orientasi pembelajaran Kapabilitas pemasaran 0,426 0,000 signifikan

Orientasi kewirausahaan Kinerja Pemasaran 0,105 0,198 Tidak signifikan

Orientasi kewirausahaan Kapabilitas pemasaran 0,301 0,000

signif ikan

Kapabilitas pemasaran Kinerja Pemasaran 0,203 0,012 signif ikan

(7)

bertanda positif dapat diartikan bahwa hubungan antara orientasi pasar dengan kinerja pemasaran bersifat searah. Artinya bahwa semakin kuat orientasi pasar maka semakin tingi kinerja pemasaran perusa-haan.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi pasar terhadap kapabilitas pemasaran diperoleh nilai sebesar 0,062 dengan probabilitas 0,585. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H2) bahwa Semakin kuat orientasi pasar perusahaan maka akan semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan.

Hasil analisis pengaruh orientasi pembelajaran

terhadap kinerja pemasaran diperoleh nilai sebesar 0,167 dengan probabilitas 0,153. Hasil ini menunjuk-kan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H3) bahwa Semakin kuat orientasi pembelajaran maka kinerja pemasaran semakin tinggi.

Hasil analisis pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kapabilitas pemasaran diperoleh nilai sebesar 0,426 dengan probabilitas 0,000. Hasil ini menunjuk-kan bahwa terdapat cukup bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H4) bahwa semakin kuat orien-tasi pembelajaran perusahaan maka kapabilitas pemasaran akan semakin tinggi. Koefisien jalur yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin kuat orientasi pembelajaran maka semakin tinggi kapabili-tas pemasaran perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa koe-fisien jalur pengaruh langsung orientasi kewirausa-haan terhadap kapabilitas pemasaran perusakewirausa-haan diperoleh nilai sebesar 0,301 dengan signifikansi 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H5) bahwa semakin kuat orientasi kewirausahaan maka kinerja perusahaan akan semakin tinggi. Koefisien jalur bertanda positif dapat diartikan bahwa hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kapabilitas pemasaran bersifat searah. Artinya bahwa semakin kuar orientasi kewirausahaan maka semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa koefisien jalur pengaruh langsung orientasi kewira-usahaan terhadap kinerja pemasaran perkewira-usahaan diperoleh nilai sebesar 0,105 dengan signifikansi 0,198. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup

bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H6) bahwa semakin kuat orientasi kewirausahaan maka kinerja perusahaan akan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa koe-fisien jalur pengaruh langsung kapabilitas pemasaran terhadap kinerja pemasaran perusahaan diperoleh nilai sebesar 0,203 dengan signifikansi 0,012. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H7) bahwa sema-kin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan maka kinerja pemasaran perusahaan akan semakin tinggi. Koefisien jalur bertanda positif dapat diartikan bahwa hubungan antara kapabilitas pemasaran perusahaan dengan kinerja pemasaran perusahaan bersifat se-arah. Artinya bahwa semakin tinggi kapabilitas saran perusahaan maka semakin tinggi kinerja pema-saran perusahaan.

Pemeriksaan pengaruh tidak langsung bertujuan untuk mendeteksi kedudukan variabel intervening

dalam suatu model. Artinya bahwa pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pola hubungan antar variabel. Dalam Pendekatan Path, untuk mengetahui pengaruh tidak langsung dilakukan dengan cara mengalikan nilai koefisien jalur pengaruh variabel eksogen dengan variabel antara dan nilai koefisien pengaruh variabel antara dengan variabel endogen. Sedangkan pengaruh total dihitung dengan cara menjumlahkan nilai koefisien pengaruh langsung dengan hasil kali nilai koefisien pengaruh tidak langsung.

Berdasarkan model empirik pada Gambar 1, maka nilai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil pengujian pengaruh tidak langsung antar variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

dengan mengamati signifikansi jalur-jalur pengaruh yang dilalui. Berdasarkan hal tersebut maka kapabilitas pemasaran sebagai variabel yang memediasi secara sempurna pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kinerja pemasaran.

Pengaruh tidak langsung orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran perusahaan melalui kapa-bilitas pemasaran sebesar 0,0611. Signifikansi penga-ruh tidak langsung dapat ditentukan dengan meng-amati signifikansi jalur-jalur yang dilalui. Berdasarkan hal tersebut maka kapabilitas pemasaran sebagai variabel yang memediasi secara sempurna pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kinerja pemasaran.

PEMBAHASAN

Bagian berikut menjelaskan perbandingan antara

loading factor dan rata-rata indikator. Loading Factors ataubobot faktor mendeskripsikan nilai setiap indikator yang memberikan kontribusi dalam mem-bentuk variabel. Sementara nilai rata-rata mencer-minkan persepsi responden terhadap indikator setiap variabel penelitian. Persepsi responden terhadap indikator-indikator variabel penelitian ditinjau dari nilai

loading factor dan nilai rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.

Ketiga indikator orientasi pasar merupakan indi-kator yang valid dalam karena bobot faktor ke-tiga indikator tersebut di atas 0,5 pada alpha (α) 5%.

Berdasarkan nilai bobot faktor ke-tiga indikator tersebut, indikator koordinasi antara fungsi adalah yang terkuat dalam merefleksikan orientasi pasar. Temuan penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Narver dan Slater (1990). Temuan

penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilaku-kan oleh Appiah-Adu, Kwaku (1997); Appiah-Adu, Ranchhold (1998); Kumar, et al. (1998; 2004)’ Dawes John (2000); Farrell M.A & Oczkowski E (2002); Medina C & Rufin R (2009); yang mengukur orientasi pasar dengan tiga indikator tersebut di atas. Variabel orientasi pembelajaran dalam penelitian ini diukur oleh tiga indikator yakni komitmen belajar,

berbagi visi dan keterbukaan pemikiran. Temuan penelitian ini mendukung pendapat pengukuran yang dilakukan Sinkula, et al. (1997), Calantone (2002), Panayides (2005); Deakins &Freel, (1998) dan Hendry (1996)

Variabel orientasi kewirausahaan dalam penelitian ini diukur oleh empat indikator yakni keinovasian, keproaktifan, agresif dalan bersaing dan berani mengambil risiko. Temuan ini mendukung pernyataan bahwa orientasi kewirausahaan memiliki tiga karakte-ristik utama, yaitu inovasi, pengambilan risiko dan proaktif (Covin & Slevin, 1989; Miller, 1983; Miller & Friesen, 1982).

Hasil analisis menemukan bahwa semua indi-kator yang merefleksikan kapabilitas pemasaran adalah valid. Indikator yang paling dominan mereflek-sikan variabel kapabilitas pemasaran adalah kemam-puan perusahaan dalam penelitian pasar dengan load-ing faktor 0,964. Temuan ini mengkonfirmasi pernya-taan Vorhies, et al. (1999) dan Conant, et al. (1990). Mereka mengungkapkan prinsip-prinsip pemasaran seperti penelitian, pengembangan produk, penetapan harga, penyiapan saluran distribusi, promosi dan manajemen pemasaran.

Indikator kinerja pemasaran meliputi; kepuasan konsumen, penyampaian nilai kepada konsumen, Tabel 3. Identifikasi Kapabilitas pemasaran sebagai Variabel Mediasi

Keterangan: * = signifikan pada

Sumber: Lampiran 14, diolah, 2012.

Keterangan

Langsung Tidak lgs

1. Orientasi Pasar Kapabilitas Pemasaran

Kinerja

Pemasaran 0.344* 0.0126 Bukan mediasi

2. Orientasi

Pembelajaran

Kapabilitas Pemasaran

Kinerja

Pemasaran 0.167 0.0865*

Mediasi sempurna

3. Orientasi

Kewirausahaan

Kapabilitas Pemasaran

Kinerja

Pemasaran 0.105 0.0611*

Mediasi sempurna No. Variabel

Independen Variabel Antara

Pengaruh Variabel

(9)

kefektipan program pemasaran dan kesuksesan produk baru. Hasil analisis menemukan bahwa semua indikator ini merupakan merefleksi kinerja pemasaran. Berdasarkan nilai bobot faktor ditemukan bahwa ke-efektifan program pemasaran adalah indikator yang paling besar loading faktornya. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vorhies et al., (1999) Vorhies & Harker ( 2000) dan Vorhies (1998). Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran menunjukkan pe-ngaruh positif dan signifikan. Hal ini berarti bahwa kemampuan berbagi informasi tentang konsumen, keberhasilan dan kegagalan pemasaran yang terin-tegrasi dalam memenuhi kebutuhan pasar sasaran guna menciptakan nilai pelanggan akan meningkatkan keefektifan program pemasaran yang lebih baik dari pada pesaing. Walaupun koordinasi antar fungsi meru-pakan indikator penting yang mampu meningkatkan kinerja pemasaran, namun kurang maksimal dilaku-kan. Hal ini disebabkan karena fungsi-fungsi perusa-haan belum secara formal dibentuk, sehingga persepsi koordinasi antar fungsi lebih pada kegiatan bukan pada bentuk formal. Temuan penelitian ini mengkonfirmasi pernyataan Slater dan Narver (1993). Temuan

penelitian ini mendukung penelitian Appiah-Adu (1997) Kumar, et al., (1998) dan Pelham (2000)

Berdasarkan temuan penelitian ini yang dikompa-rasikan dengan temuan penelitian lain, maka dapat dinyatakan bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja cenderung konsisten baik pada perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Temuan penelitian ini mendukung pandangan bahwa orientasi pasar seba-gai budaya organisasi yang berkaitan dengan semua aktivitas untuk melahirkan dan menyebar-luaskan keresponsipan terhadap orientasi pasar sebagai mana pandangan Narver dan Slater (1990).

Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi pasarterhadap kapabilitas pemasaran menunjukkan pengaruh positif namun tidak signifikan. Temuan penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Vorhies & Harker, (2000) Vorhies, et al. (1999, Namun Penelitian ini juga bertentangan dengan peneliti lainnya (Hooley, et al., 1999; Slater & Narver, 1993) yang menemukan bahwa kapabilitas pemasaran dianggap lebih penting daripada kepabilitas operasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa orien-tasi pembelajarantidak berpengaruhterhadap kinerja pemasaran. Fakta ini boleh jadi karena kesadaran Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian

Sumber: Lampiran 5, 2012

Variabel Indikato r Bobot Faktor Rerata

Orientasi Pasar Orientasi Ko nsumen 0,979 3.64

Orientasi p esaing 0,985 3.60

Koo rdinasi antar fun gsi 0,989 3.57 Orientasi Belajar Komitmen belajar 0.925 3.47

Berbagi Visi 0.928 3.49

Keterb ukaan pemikiran 0.878 3.44 Orientasi

Kewir ausahaan

Keinovatifan 0.657 3.63

Keproaktifan 0.545 3.63

Beran i meng ambil Risiko 0.624 3.66

Agresif b ersaing 0.699 3.62

Kap abilitas Pemasaran

Penelitian Pasar 0,968 3.65

Penetapan harga Produk 0,930 3.66 Pengembangan produk 0,944 3.63

Relationship 0,964 3.59

Komunikasi pemasaran 0,960 3.59 Manajemen pemasaran 0,950 3.59 Kinerja Pemasaran Kepuasan pelanggan 0.966 3.65

Penyampaian nilai 0.955 3.58

(10)

tentang bisnis perusahaan, apa yang di hasilkan dan konsumen sasaran yang dituju bukan kegiatan ekster-nal. Tetapi lebih pada pengkayaan kognisi karyawan. Sementara usaha menemukan pasar dan konsumen baru merupakan suatu upaya yang dijalankan oleh bagian R & D. Kenyataan menunjukkan bahwa belum ada satupun perusahaan menengah di Sulawesi Tenggara yang memiliki bagian R&D sebagai bagian yang mendesain usaha mendapatkan konsumen baru. Temuan penelitian ini tentu saja berbeda dengan penelitian Farrell (1999) Sadler, et al. (2001. Selain itu penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Salavou (2002) Baker & Sinkula, (1999b, 2002); Farrell & Oczkowski, (2002) Hult, et al. (2004), Vijande, Perez & Gonjales (2005), Panayides (2005) Weerawardena, O’Cass dan Julian (2006)

Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi pembelajaranterhadap kapabilitas pemasaran menun-jukkan pengaruh positif dan signifikan. Temuan peneli-tian ini mendukung temuan Celucha, et al. (2002) bahwa manajer yang menganggap perusahaan mere-ka memiliki LO lebih tinggi, menemumere-kan bahwa sistem informasi dan kemampuan pemasarannya, lebih baik. Selain itu, perusahaan tersebut juga memiliki pengem-bangan produk/jasa yang lebih kuat, pemenuhan pesa-nan dan kemampuan kemitraan eksternal. Sebagai

learning organization yang berusaha memahami pasar mereka, mereka mengembangkan aturan-aturan untuk memproses informasi yang akan mempengaruhi organisasi internal dan eksternal. Tindakan-tindakan eksternal merujuk kepada produk, promosi, distribusi dan strategi harga dan taktik yang semuanya meru-pakan bagian dari kapabilitas pemasaran.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kapabilitas pemasaran menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Temuan penelitian mendukung penelitian Lee dan Hsieh (2010) yang menemukan hubungan positif antara orientasi kewirausahaan dan kapabilitas pemasaran. Penelitian ini juga mendukung pernyataan Tzokas, et al. (2001) yang mencatat bahwa orientasi kewirausahaan ber-kontribusi secara sinergis dengan munculnya teknik-teknik pemasaran yang unik dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Konsisten dengan pandangan ini, Smart dan Conant (1994) menegaskan bahwa hu-bungan yang kuat tampaknya ada antara perusahaan EO dan kemampuan pemasaran yang khas.

Berdasarkan temuan penelitian ini maka terbuka pe-luang bagi perusahaan menengah di Sulawesi Teng-gara untuk meningkatkan kapabilitas pemasaran karena adanya orientasi kewirausahaan yang melekat pada pengelola perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi kewirausahanterhadap Kinerja Pemasaran menun-jukkan pengaruh positif tetapi tidak signifikan. Temuan penelitian ini mendukung penelitian Arbaughcox & Camp (2009) yang menemukan bahwa EO tidak mempengaruhi kinerja. Hal ini disebabkan karena EO kurang fokus pada hubungan antara budaya organisa-sional dan orientasi bisnis dan lebih pada hubungan antara struktur perusahaan, gaya manajemen dan kinerja (Tzokas, et al., 2001). Entrepreneurship ada-lah proses menciptakan nilai dengan menggabungkan sumber daya. Entrepreneur diwajibkan untuk mem-pertimbangkan skala ekonomi, kemampuan untuk me-ngunci pelanggan, pertumbuhan pesaing, keterbatasan sumber daya, kemampuan pembiayaan internal dan toleran pada tujuan pelanggan dan tujuan personal pribadi pelanggan (Bhide, 1996).

Berdasarkan hasil analisis pengaruh kapabilitas pemasaranterhadap Kinerja Pemasaran menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Temuan penelitian ini mendukung pernyataan Vorhies & Yarbrough, (1998) Penelitian ini juga mendukung penelitian, Tzokas, et al. (20010 (Weerawardena, (2003b)

Pembahasan peran Kapabilitas Pemasaran

sebagai Variabel Mediasi

Hasil analisis jalur menemukan bahwa variabel kapabilitas pemasaran mampu menjadi mediasi penga-ruh orientasi pembelajaran terhadap kinerja pemasaran dan pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran. Sementara itu dalam hubungannya dengan pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran, variabel kapabilitas tidak berperan sebagai mediasi. Artinya pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran tidak terlalu memerlukan kapabilitas pemasaran.

Temuan penelitian ini mendukung pandangan

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang Kapabilitas Pemasaran Sebagai Mediasi Pengaruh Orientasi Pa-sar Orientasi Pembelajaran Dan Orientasi Kewira-usahaan Terhadap KinerjaPerusahaan, maka disim-pulkan bahwa: kapabilitas pemasaran mampu menajdi mediasi sempurna orientasi kewirausahaan dan pem-belajaran terhadap kinerja namun menjadi mediasi semu untuk pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja.

Saran

Berdasarkan temuan penelitian tentang kapabili-tas pemasaran sebagai medisi pengaruh orienkapabili-tasi pasar, orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausa-haan terhadap kinerja pemasaran perusakewirausa-haan maka rekomendasi dari penelitian ini adalah: Pengelola perusahaan sebaiknya memberikan nilai tambah atas prodk/jasa, lebih banyak berkomunikasi dengan pelanggan, meningkatkan layanan purna jual. Perlu meningkatkan pemahaman kepada karyawan tentang arti penting belajar, memberikan bonus bagi karawan yang berprestasi. Perusahaan sebaiknya lebih respon atas tindakan pesaing. Meningkatkan usaha mencari segmen pasar baru, perlu melakukan pelatihan yang lebih banyak dan insentif kepada karyawan bagian pemasaran. Kapabilitas pemasaran perusahaan diten-tukan oleh orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan. Artinya bahwa untuk mengggerakan UM Sulawesi Tenggara menjangkau pasar yang lebih luas Pemerintah Daerah perlu merumuskan kebijakan yang memberi peluang bagi UM meningkatkan penge-tahuannya tentang

DAFTAR RUJUKAN

Appiah-Adu, K. 1997. Market orientation and performance: do the findings established in large firms hold in the small business sector? Journal of Euromarketing, 6(3), 1–26.

Appiah-Adu, R. 1998. Market orientation and performance in the biotechnology industry an exploratory empiri-cal analysis, Technology Analysis & Strategic Ma-nagement; Jun 1998; 10, 2; ABI/INFORM Global pg. 19.

Arbaughcox, & Camp. 2009. Is Entrepreneurial Orientation a Global Construct? A Multi-Country Study of

Entrepreneurial Orientation, Growth Strategy, and Per-formance.

Baker, W.E., & Sinkula, J.M. 1999b. The synergistic effect of market orientation and learning orientation on or-ganizational performance. Journal of the academy of marketing science, 27(4), 411–427.

Baker, W.E., & Sinkula, J.M. 2002. Market orientation, learn-ing orientation and product innovation: delvlearn-ing into the organization’s black box. Journal of market-fo-cused management, p5, 5–23.

Barney, J.B. 2001. Resource-based theories of competitive advantage: a ten year retrospective on the resource-based view. Journal of management, 27, 643–650. Bhide, A. 2000. The origin and evolution of new

busi-nesses. New York: Oxford.

Brush, C.G., & Chaganti, R. 1998. Business without glam-our? An analysis of resources on performance by size and age in small service and retail firms. Journal of business venturing, 14, 233–257.

Brush, C.G., & Greene, P.G. 1996, August. Resources in the new venture creation process: strategies for acqui-sition. Paper presented at the Academy of Manage-ment, Cincinnati, OH.

Calantone, R.J., Cavusgil, S.T., & Zhao, Y. 2002. Learning orientation, firm innovation capability, and firm per-formance. Industrial marketing management, 31, 515–524.

Celucha, K.G., Kasoufb, C.J., & Peruvembac, V. 2002. The effects of perceived market and learning orientation on assessed organizational capabilities. Industrial marketing management, 31(6), 545–554.

Chandler, G., & Hanks, S.H. 1994. Market attractiveness, resource-based capabilities, venture strategies and venture performance. Journal of business venturing, 9(4), 331–349.

Chaston, I. 1998. Importance of entrepreneurial marketing competencies influencing growth potential in small service sector firms. In M. P. Miles & G. E. Hills (Eds.), Research at the Marketing/Entrepreneurship Inter-face (Vol. 11, pp. 408–426). Chicago: Institute for En-trepreneurial Studies.

Conant, J.S., Mokwa, M.E., & Varadarajan, P.R. 1990. Stra-tegic types, distinctive marketing competencies and organizational performance: a multiple measure-based study. Strategic management journal, 11(5), 365–383. Cooney, T.M., & Malinen, P. 2004. Firm growth as a re-search issue. European Council for Small Business and Entrepreneurship (ECSB) online journal (No-vember), 4–16.

(12)

Dawes, J. 2000. Market orientation and company profit-ability: further evidence incorporating longitudinal data. Australian journal of management, 25(2), 173– 199.

Day, G.S. 1994. The capabilities of market driven organiza-tions. Journal of marketing, 58(4), 37–52.

Deakins, D., dan Freel, M. 1998. Entrepreneurial learning and the growth process in SMEs, The Learning Or-ganization, Volume 5 · Number 3 · pp. 144–155. Farrell, M.A., & Oczkowski, E. 2002. Are Market

Orienta-tion and Learning OrientaOrienta-tion Necessary For Supe-rior Organizational Performance? Working Paper Charles Sturt University.

Farrell, M.A. 1999. Antecedents and consequences of a learning orientation. Marketing bulletin, 10, 38–51. Gimeno, J., Folta, T., Cooper, A., & Woo, C. 1997. Survival of the fittest? Entrepreneurial human capital and the persistence of underperforming firms. Administrative science quarterly, 42(4), 750–783.

Gounaris, S.P., Avlonitis, G.J., & Papastathopoulou, P. 2004. Managing a firm’s behavior through market orienta-tion development: some empirical findings. European journal of marketing, 38(11/12), 1481–1508. Guenzi, P., & Troilo, G. 2006. Developing marketing

capa-bilities for customer value creation through market-ing-sales integration. Industrial marketing manage-ment, 35, 974–988.

Hair, J.F., Jr., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.O., Tatham, R.L. 2006. Multivariat data Analysis. Pearson Prentice Hall.

Hendry, C. 1996. ”Understanding and creating whole organisational change through learning theory”, Human Relations, Vol. 49 No. 5, pp. 621–41. Hooley, G., Fahy, J., Cox, T., Beracs, J., Fonfara, K., & Snoj,

B. 1999. Marketing capabilities and firm performance: a hierarchical model. Journal of market-focused man-agement, 4(3), 259–278.

Hult, G.T.M., & Ketchen, Jr., D.J. 2001. Does market orien-tation matter?: a test of the relationship between po-sitional advantage and performance. Strategic man-agement journal, 22, 899–906.

Kumar, K., Subramanian, R., & Yauger, C. 1998. Examining the market orientation-performance relationship: a context-specific study. Journal of management, 24(2), 201–233.

Lee, & Hsieh. 2010. A Research in Relating Entrepreneur-ship, Marketing Capability, Innovative Capability and Sustained Competitive Advantage.

Lichtenstein, B.M.B., & Brush, C.G. 2001. How do’ resource bundles’ develop and change in new ventures? a dynamic model and longitudinal exploration. Entre-preneurship theory and practice, 25(3), 37–57.

Lumpkin, G.T., & Dess, G.G. 2001. Linking two dimensions of entrepreneurial orientation to firm performance: the moderating role of environment and industry life cycle. Journal of business venturing, 16, 429–451. Makhija, M. 2003. Comparing the resource-based and

mar-ket-based views of the firm: empirical evidence from Czech privatization. Strategic management journal, 24, 433–451.

Medina, C., & Rufin, R. 2009. The mediating effect of inno-vation in the relationship between retailers’ strategic orientations and performance, International Journal of Retail & Distribution Management .37, 7. Miller, D. 1983. The correlates of entrepreneurship in three

types of firms. Management science, 29(7), 770–791. Miller, D., dan Friesen, P.H. 1982. Innovation in conserva-tive and entrepreneurial firms: two models of strate-gic momentum. Strategic Management Journal 3. pp. 1–25.

Narver, J.C., Slater, S.F., & MacLachlan, D. 2000. Total mar-ket orientation, business performance, and innova-tion. Marketing Science Institute Working Paper Series (No. 00-116).

Panayides. 2005. The impact of organizational learning on relationship orientation, logistics service effective-ness and performance.

Pelham. 2000. Market orientation and other potential influ-ences on performance in SMEs Manufacturing Firm. Journal of Small Business Management; Jan 2000; 38, 1; ABI/INFORM Global pg. 48.

Penrose, E. 1959. The theory of the growth of the firm. Oxford: Basil Blackwell.

Porter, M.E. 1980. Competitive strategy. New York: The Free Press.

Sadler-Smith, E., Spicer, D.P., & Chaston, I. 2001. Learning orientations and growth in smaller firms. Long range planning, 34, 139–158.

Salavou, H. 2002. Profitability in market-oriented SMEs: does product innovation matter? European journal of innovation management, 5(3), 164–171.

Sinkula, James, M., Baker, William, E., & Noordewier, T.G. 1997. A framework for market-based organizational learning: Linking values, knowledge and behavior. Journal of the Academy of Marketing Science, 25(4), 305– 318.

(13)

Smart, D.T., & Conant, J.S. 1994. Entrepreneurial orienta-tion, distinctive marketing competencies and organi-zational performance. Journal of applied business research, 10(3), 28–38.

Stewart, J., & Mavondo, F.T. 2004, 24-25 February. Under-standing individual components of market orienta-tion and learning orientaorienta-tion as predictors of types of innovation. Paper presented at the AGSE-Babson Regional Entrepreneurship and Innovation Research Exchange Forum, Melbourne, Australia.

Storey, D.J. 1994. Understanding the small business sec-tor. London: Routledge.

Tan, C.S.L., & Smyrnios, K.X. 2003, 2-5 December. Com-petitive advantage is not firm performance: concep-tual ambiguities. Paper presented at the Australia New Zealand Academy of Management (ANZAM), Fremantle, Western Australia.

Teece, D.J., Pisano, G.P., & Shuen, A. 1997. Dynamic capa-bilities and strategic management. Strategic manage-ment journal, 18(7), 509–533.

Tzokas, N., Carter, S., & Kyriazopoulos, P. 2001. Marketing and entrepreneurial orientation in small firms. Enter-prise and innovation management studies, 2(1), 19– 33.

Venkatesan, V.S., & Soutar, G. 2000. The applicability of some market orientation models to Australian SMEs: an empirical study. Paper presented at the ANZMAC 2000 visionary marketing for the 21st century: facing the challenge, Goldcoast, Queensland.

Vijande, M.L.S., Perez, M.J.S., Gonzales, L.I.A. 2005 Orga-nizational learning and market orientation: interface and effects on performance, Industrial Marketing Management 34.

Vorhies, D.W., & Harker, M. 2000. The capabilities and per-formance advantage of market-driven firms: an em-pirical investigation. Australian journal of ma-nagement, 25(2), 145–172.

Vorhies, D.W., Harker, M., & Rao, C.P. 1999. The capabili-ties and performance advantage of market-driven firms. European journal of marketing, 33(11/12), 1171–1202.

Weerawardena, J. 2003a. Exploring the role of market learn-ing capability in competitive strategy. European jour-nal of marketing, 37(3/4), 407–429.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Faktor Konfirmatori
Tabel 2. Pengujian Pengaruh Langsung
Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan perluasan teori dibidang psikologi klinis, yaitu mengetahui kontribusi

Berbagai cara dapat dilakukan untuk pengendalian epidemi penyakit jamur pada anggrek antara lain dengan memotong bagian tanaman yang sakit seperti daun, batang atau

Analisis regresi menggunakan data masa lampau untuk memprediksi nilai yang akan datang dari suatu variabel dependent, sedangkan analisis diskriminan menghasilkan suatu data

Di samping itu, SAPSP juga turut menawarkan kepakaran dalam program bukan akademik seperti Sijil Eksekutif dalam semua bidang tersebut (psikologi gunaan, kerja sosial,

Bagi dua tanah pertanian padi yang berdasarkan pada ketidaksanggupan pihak petani untuk memanen hasil pertanian tersebut, baik karena tenaga, biaya dan lain sebagainya kasus I, III,

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Memberi Perintah dan Peringatan kepada mantan pengurus, mantan anggota, pengikut dan/atau simpatisan organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) atau