• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT PHAPROS Tbk telah lama melayani masyarakat melalui pabriknya di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT PHAPROS Tbk telah lama melayani masyarakat melalui pabriknya di"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

PT PHAPROS Tbk telah lama melayani masyarakat melalui pabriknya di Jl.Simongan No.131, Semarang. Ruang lingkup kegiatan utama perusahaan adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang industri pabrik dengan membuat (memproduksi), dan memperdagangkan obat-obatan (medicine), barang-barang kimia serta barang-barang yang serupa dengan itu. Didirikan pada 21 Juni 1954 sebagai bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat pertama indonesia yang menguasai bisnis gula dan agro indusri.

Pada awal pendiriannya, OTHC menguasai 96% saham Phapros. Kemudian, dalam perkembangannya hingga awal 1970, kepemilikan saham mayoritas Phapros berada ditangan publik, terutama dikalangan dokter, apoteker, dan profesional lainnya di bidang kesehatan yang berjumlah 204 orang. Pada awal tahun 1970-an itu, PT RNI hanya menguasai sisa saham Phapros sebesar 36%.

Pada tahun 1959, pengelolaan manajerial NV Phapros diserahkan kepada NV Imaco, sebuah perusahaan jasa manajemen. Selanjutnya, pada tahun 1961, ketika seluruh kekayaan OTHC diambil alih oleh pemerintah dan diubah bentuk menjadi PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali

(2)

Nusantara Indonesia – Semarang menjadi PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Phapros ikut mengalami nasionalisasi.

RNI berhasil meningkatkan kepemilikan saham di Phapros menjadi 51% pada tahun 1997, RNI mengembalikan fungsi pemasaran kepada Phapros dan menjadikan PT Rajawali Nusindo hanya sebagai distributor tunggal produk Phapros.

Sebagai perusahaan yang berorientasi pada kualitas, Phapros termasuk salah satu dari lima perusahaan di Indonesia yang pertama kali mendapatkan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) pada tahun 1990. Komitmen tinggi Phapros terhadap standard kualitas yang bertaraf internasional dibuktikan lagi dengan perolehan sertifikat ISO 9001 pada tahun 1999 yang kemudian ditingkatkan menjadi ISO 9011 versi 2000 pada tahun 2002 dan sertifikat ISO 14001 pada tahun 2000.

Hingga kini, Phapros yang sejak November 2000 berstatus sebagai perusahaan publik telah memiliki lebih dari 1.000 karyawan, dan sebagian besar diantaranya adalah karyawan tetap. Pada pertengahan tahun 2004 Phapros memperkenalkan produk alam dalam kelompok Agro Medicine – Agromed.

(3)

3.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi

Menjadi perusahaan farmasi lima besar yang terkemuka di Indonesia 2. Misi

a. Menyediakan produk kesehatan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

b. Memberikan Pelayanan informasi terkait dengan produk-produk yang dihasilkan perusahaan

c. Mengembangkan bisnis perusahaan untuk memenuhi keinginan pihak-pihak terkait (stakeholders)

3.1.2 PT Phapros Tbk dalam RNI Group

Perusahaan anak yang tergabung dalam PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : agro industri, farmasi dan alat kesehatan serta perdagangan.

(4)

Tabel 3.1

Daftar Kepemilikan Saham Tahun 2007

No Nama Perusahaan Bidang Usaha Lokasi

Kepemilikan (%) Agro Industri

1 PT PG Rajawali I

Industri gula,pakan

ternak, particle board Surabaya 100

2 PT PG Rajawali II Industri gula Cirebon 100

3 PT PG Candi Baru Industri gula Sidoarjo 98.85

4 PT Perkebunan Mitra Ogan

Perkebunan Kelapa

Sawit dan Karet Sumatera Selatan 73.58 5 PT Perkebunan Mitra Kerinci Perkebunan teh Sumatera Barat 100 6

PT PG Gorontalo (PT PG

Rajawali III) industri gula Gorontalo 33.33

7 PT PG Madu Baru Industri gula Jogjakarta 35

Farmasi dan Alat Kesehatan 8

PT Trophy Rajawali

Indonesia Industri alat kesehatan Jakarta 45

9 PT Phapros Tbk Industri Farmasi

Jakarta &

Semarang 54.93

10 PT Mitra Rajawali Banjaran

Industri Kondom dan Alat suntik sekali

pakai Bandung 100

Perdagangan

11 PT Rajawali Nusindo Perdagangan Umum

Jakarta,kantor cabang hampir di seluruh wilayah

Indonesia 100

12 PT GIEB Indonesia Perdagangan Umum Bali 65.4

13 PT Rajawali Citramass Industri karung plastic Mojokerto 100 14 PT Rajawali Tanjung Sari Industri kulit hewan Sidoarjo 100 15 PT Rajawali Gloves

Industri gloves

(sarung tangan kulit) Sidoarjo 61.24

(5)

3.1.3 Partnership

Untuk memperkokoh struktur bisnis, Phapros terus memperkuat hubungan dengan beberapa mitra strategis. Pada tahun 2004, Phapros telah mempertahankan aliansi dengan perusahaan mancanegara yang memiliki basis Research & Development kuat.

Tabel 3.2

Daftar Partnership Perusahaan Tahun 2007

PERUSAHAAN NEGARA ASAL SEJAK

CF, Boehringer & Soeche GmbH Mannheim, Germany 1960 American Cyanamide, Lederle

Division

United States of America

1975

Lekj Ljubljana Slovenia 1987

Trenka Austria 1990

Schwabe Germany 1995

WARF United States of

America

1997

Apogepha Germany 2005

Bilim Pharmaceutical Turkey 2007

(6)

3.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Bentuk Struktur Organsasi PT PHAPROS Tbk dapat dilihat seperti di bawah

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

(7)

Struktur organisasi adalah skema atau bagan mengenai system organisasi suatu badan usaha, lembaga atau organisasi lainnya. Struktur organisasi ini menggambarkan tata hubungan kerja dalam organisasi, baik tata hubungan kerja, wewenang atau hirarki ataupun tata hubungan tiap-tiap fungsi yang ada dan yang tercakup dalam seluruh operasi badan usaha, lembaga atau organisasi.

3.1.5 Bidang Usaha dan Produk Perusahaan

PT Phapros Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang farmasi. PT Phapros Tbk telah melayani masyarakat dengan memproduksi obat-obatan bermutu selama lebih dari lima dasawarsa. Sampai dengan tahun 2007 Phapros telah memproduksi 196 item obat, 194 diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri (non-lisensi).

PT Phapros Tbk membagi klasifikasi produknya menjadi 4 bagian yaitu :

1. Over The Counter (OTC)

Dalam mengembangkan produk OTC, phapros menekankan pengenalan kepada pelanggan secara baik sehingga dapat dengan cepat memberikan respons terhadap kebutuhan pelanggan yang spesifik dan khusus. Ciri dari produk ini adalah dijual secara bebas dipasaran. Contoh dari produk ini antara lain : antimo dewasa, antimo anak (obat anti mabuk), NOZA (obat flu), Livron B Plex dll.

(8)

2 Generik

Phapros selalu berupaya menyediakan produk yang dapat diandalkan dan memberikan servicde kepada pelanggan dengah harga yang kompetitif, serta kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut. Contoh dari produk ini adalah : amoksisilin, ampicillin, albendazol, antalgin, garam oralit, asam mefenamat, natrium diklofenak, lidocain injeksi, asam askorbat (vitamin c), diazepam, ibuprofen, pehacain injeksi dan masih banyak lagi.

3 Ethical

Phapros menawarkan produk yang inovatif, baik melalui modifikasi content maupun context, serta memberikan sercice sebagai nilai tambah kepada pelanggan. Produk ini merupakan produk branded (Obat Nama Dagang). Contoh dari produk ini adalah: bio atp, kolkatriol, becefort, febrinex, palentin, dextamine, phaproxin, pehamoxil, hemafort, pehazone, hyphobac, spirolacton dan lain sebagainya.

4 Agromed

Phapros juga melakukan inovasi yang memberikan differensiasi dengan menawarkan produk obat berbasis bahan alam yang telah teruji khasiatnya secara klinis. Contoh dari produk ini antara lain : tensigard, ocugard, dan hepagard.

(9)

3.2 Desain dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran secara terinci mengenai situasi atau kejadian dari perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang didapat langsung dari perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan yang telah dibuat oleh perusahaan.

Data yang berupa laporan keuangan tersebut akan dianalisa dengan cara membandingkan antara satu periode dengan periode lainnya dengan menggunakan analisa rasio keuangan.

Menggunakan metode diskriminan Altman untuk mengetahui kemungkinan kebangkrutan.

3.3 Variabel dan skala pengukuran

Pengukuran Kebangkrutan Perusahaan dengan Analisis Diskriminan Altman (Z-Score)

Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat univariate, yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didsarkan pada pertimbangan para analisi keuangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio maka perlu dikombinasikan berbagai rasio agar menjadi model prediksi yang berarti. Untuk tujuan tersebut digunakan dua teknik statistik yaitu

(10)

analisis regresi dan analisis diskriminan. Analisis regresi menggunakan data masa lampau untuk memprediksi nilai yang akan datang dari suatu variabel dependent, sedangkan analisis diskriminan menghasilkan suatu data indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat a priori.

Masalah umum dari klasifikasi timbul jika seorang analis mempunyai ciri-ciri pengamatan tertentu dan mengharapakan klasifikasi tersebut menjadi satu dari beberapa yang ditentukan sebelumnya berdasarkan ciri-ciri tersebut. Sebagai contoh, seorang analisis keuangan memiliki berbagai rasio keuangan dari suatu perusahaan dan ingin menggunakan rasio tersebut untuk mengklasifikasikan apakah suatu perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut. Analisis diskriminan merupakan salah satu teknik statistik yang bisa digunakan untuk pengklasifikasian yang demikian.

Variabel yang di gunakan pada pengukuran ini adalah : 1. Nett Working Capital

Yaitu : Modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan utang lancar, untuk membiayai kegiatan usaha.

2. Total Asset

Atau total aktiva merupakan penjumlahan antara aktiva lancar dan aktiva tetap

3. Retained Earning

(11)

tambahan penyertaan pemegang saham. 4. EBIT (Earning Before Interes and Taxes)

Laba sebelum bunga dan pajak

5. Market Value of Equity (Nilai pasar modal sendiri)

Di dapat dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa dengan harga per lembar saham biasa

6. Book Value of debt (Nilai buku hutang)

Dengan menjumlahkan kewajiban lancer dan kewajiban jangka panjang. 7. Sales

Penjualan

Pengukurannya dengan menggunakan ratio – ratio sebagai berikut :

Rasio X1 = Net Working to Capital Assets, rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi hutang jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menetupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

(12)

Rasio X2 = Retained Earnings to Total Assets, rasio menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam untuk laba dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan perusahaan merupakan terjadi dikarenakan pemegang saham biasa mengizinkan untuk menginvestasikan kembali laba yang yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Dengan demikian laba ditahan yang dilaporkan kedalam neraca bukam merupakan kas dan “tidak tersedia” untuk pembayaran dividen atau yang lain.

Rasio X3 = Earnings Before Interest and Tax to Total Assets, rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman.

Rasio X4 = Market Value Of Equity to Book Value Of Debt, rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar modal sendiri diperoleh

(13)

dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.

Rasio X5 = Sales to Total Assets, rasio ini menunjukkan apakah

perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan dengan investasi total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa, apabila perusahaan memperoleh nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan berisiko tinggi. Untuk nilai Z-Score 1,81 sampai dengan 2,99 perusahaan berada dalam wilayah abu-abu (Grey Area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat, kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Untuk nilai Z-Score lebih dari 2,99 dinilai bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sehat dan kemungkinan kebangkrutan sangat kecil.

Hal yang menarik mengenai Z-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z-Score mulai turun dengan tajam,

(14)

lonceng peringatan harus berdering. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z-Score bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.

Tujuan dari perhitungan Z-Score adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila Z-Score perusahaan lebih rendah daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangannya untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu.

Pengamatan dimulai dengan menghitung Z-Score dari periode-periode sebelumnya dan dibandingkan dengan dengan score sekarang. Bila kecenderungannya turun, coba pahami apa yang telah berubah sehingga menghasilkan rasio-rasio yang menyebabkan score perusahaan menjadi jatuh. Memantau kecenderungan Z-Score juga akan membantu mengevaluasi kekuatan perubahan (turnaround) perusahaan. Cara lain menganalisis Z-Score adalah membandingkan hasil suatu perusahaan dengan perusahaan lain atau rata-rata industrinya dan temukan apakah ada penyimpangan.

Model-model klasifikasi kebangkrutan yang ada, termasuk Z-Score tidaklah mutlak bisa digunakan. Kenyataannya antara model yang satu dan lainnya ada yang seringkali bertentangan. Model-model ini dapat memberikan peringatan-peringatan yang berharga akan adanya kesulitan dan petunjuk-petunjuk

(15)

yang berguna untuk menghindari kesulitan dimasa depan. Disamping itu, model-model ini dapat digunakan untuk melengkapi laporan-laporan dan analisis-analisis lain dalam perusahaan.

3.4 Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan antara lain : 1. Observasi

Teknik penelitian data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di dalam lingkungan perusahaan.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan data yang diperlukan dengan mencatat dokumen-dokumen yang diperoleh dari perusahaan.

3. Studi kepustakaan

Mempelajari dan membaca buku-buku, karya ilmiah, dan literature untuk mengkajinya secara teoritis.

3.5 Jenis data

Data yang di gunakan pada penelitian ini adalah : Data sekunder yaitu merupakan data primer yang telah di olah dan dapat di gunakan oleh pihak lain.

Berupa laporan keuangan yang di dapat peneliti dari laporan tahunan PT.Phapros periode 2005 – 2008

(16)

3.6 Populasi dan sampel

Subyek penelitian merupakan laporan keuangan PT Phapros Tbk, di ambil sampel pada periode tertentu yaitu laporan keuangan periode 2005 – 2008

3.7 Metode analisis data

Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960 menggunakan analisa diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya, setelah menyelesaikan 22 rasio keuangan, Altman menemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut.

Fungsi Diskriminan yang ditemukannya adalah :

Z = 1,2 X

1

+ 1,4 X

2

+ 3,3 X

3

+ 0,6 X

4

+ 1,0 X

5

Dimana :

X1 = Net Working Capital / Total Asset

X2 = Retained Earnings / Total Asset

X3 = EBIT / Total Asset

X4 = Market Value Of Equity / Book Value Of Debt

X5 = Sales / Total Asset

Bentuk dari fungsi diskriminan adalah V1X1 + V2X2 +…+VnXn. Fungsi

diskriminan merubah bentuk rasio keuangan yang berdiri sendiri kedalam suatu skor diskriminan tunggal Z-score. Z-Score ini kemudian digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kategori “bangkrut” atau “tidak

(17)

bangkrut”. Pada persamaan selanjutnya V1, V2 adalah koefisien diskriminan dan X1, X2 dan seterusnya adalah rasio keuangan.

Gambar

Gambar 3.1  Struktur Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Paling tidak terdapat tiga macam bentuk pengendalian konflik, yakni : 1) Konsiliasi, iaitu pengendalian konflik yang dilakukan dengan melalui lembaga-lembaga tertentu

Sedangkan menurut penulis, Desain Grafis dapat diartikan sebagai media penyampaian informasi kepada yang membutuhkan (masyarakat) yang disampaikan dalam bentuk

Jaringan komputer memungkinkan suatu organisasi untuk menggunakan sistem pengolahan data yang terdistribusi yang menggunakan PC dan dapat saling mengakses satu dengan

Dalam melaksanakan penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah, harus ada perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah Negara pengguna TKI di Negara

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kedua subjek mengalami gejala post power syndrome yaitu gejala emosi, pada kedua subjek mengalami perubahan emosi setelah

rumah tangga di daerah perkotaan telah memiliki akses terhadap telepon kabel, sedangkan di perdesaan hanya 1,7%. MEMILIKI TELEPON KABEL 4,5% 95,5% TIDAK MEMILIKI TELEPON

Analisis runtun waktu adalah salah satu prosedur statistik untuk melakukan suatu pendugaan terhadap nilai pada masa yang akan datang menggunakan data pada masa

Berdasarkan penelitian Natalman (2007) tingkat keefektifan kepemimpinan tidak dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap kepercayaan karyawan. Oleh karena