Sterilisasi adalah kondisi tidak ada lah proses untuk mematikan atau merusak semua mikroba hidup termasuk virus dan endospora. Kegiatan mensterilkan alat harus dilakukan dengan benar sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal. Pengertian dari teknik aseptis yaitu suatu sistem cara bekerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian maupun praktikum di laboratorium. Alat-alat laboratorium dapat rusak atau bahkan berbahaya apabila penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Adanya pengenalan alat-alat praktikum ini, diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan praktikum.
Sterilisasi ada tiga macam yaitu Sterilisasi secara mekanik dengan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil, sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran, sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alcohol. Praktikum pengenalan alat ini diharapkan dapat melatih mahasiswa untuk memiliki keterampilan dasar bekerja di laboratorium mikrobiologi.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Mengenal jenis-jenis peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi dan cara penggunaanya.
b. Memiliki keterampilan dasar bekerja secara aseptik. c. Mengetahui cara-cara sterilisasi alat-alat laboratorium.
d. Mengetahui cara pembuatan media dan fungsi masing-masing media.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Mikrobiologi Pertanian acara pertama ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 30 Oktober 2012 pukul 15.00-17.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. B. Tinjauan Pustaka
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik yan disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan (Haryono 2001).
1. Pengenalan Alat
Cawan petri adalah alat yang terbuat dari gelas dan berfungsi sebagai tempat pembiakan mikroorganisme. Media pertumbuhan dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai ukuran yaitu berdiameter 5cm, 8 cm, 9 cm, atau 15 cm. Cawan berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameer 9 cm hanya cukp diisi media sebanyak 10 ml. Banyak juga tersedia cawan petri disposable yang terbuat dari plastik, kelebihannya tidak beresiko pecah dan aman untuk ditumpuk cukup tinggi. Terdapat dua jenis cawan petri yaitucawan tidak berventilasi (yang mum dipakai) dan berventilasi. Cawan yang berventilasi digunakan untuk pembiakan anaerob. Sedangkan untuk standardisasi gunakan cawan berukuran 15 mm kali 100 mm, dipilih cawan yang bebas gelembung dan goresan sehingga distribusi agar merata (Khasani 1990).
padat maupun cair. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk embuat media miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebarr dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabungkarena memperbesar resko kontaminasi. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau alumunium foil. Tutup tabung yang paling baik dan aman digunakan adalah tutup plastik plypropylene berulir karena akan mencegah timbulnya aerosol (Dwidjosaputro 2004).
Oven berfungsi sebagai alat sterilisasi dengan prinsip panas kering. Umumnya alat-alat yang di sterilisasi dengan oven adalah alat gelas seperti cawan atau pipet ukur. Selain oven alat sterilisasi lainnya adalah autoklaf. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi autoklaf termasuk dalam tekniksterilisasi secara fisika dengan prinsip arus uap dan tekanan, karena uap mempunyai data tembus yang lebih besar dan mengakibatkan pengumpulan pada protoplasma sel-sel yang disterilisasikan. Autoklaf yang ada di laboratorium terbagi menjadi dua yaitu yang digunakan untuk sterilisasi alat dan medium yang akan dipakai, serta yang digunakan untuk destruksi atau sterilisasi kotor (Ratu 2005).
2. Kerja Secara Aseptik
Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (John 1990).
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Rachmawati 2008)
Aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram 2001).
a. Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara, misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas orang.
b. Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan digunakan. Kotoran seringkali sulit dibersihkan pada sudut-sudut ruang.
c. Usap meja kerja dengan antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum digunakan. Di sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika telah selesai bekerja, sebaiknya meja kerja dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi. d. Semua peralatan yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua
peralatan yang telah disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang sepertinya telah disterilisai tapi masih ragu terhadap sterilitasnya maka sebaiknya jangan digunakan. Bungkus peralatan baik alat steril sekali pakai atau bukan.
e. Atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan tangan. Alat-alat yang biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum inokulum, filler, pipet dll.) letakkan disebelah kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan petri, erlenmeyer dll.) terkecuali untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja disediakan ruang lapang untuk bekerja.
f. Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.
g. Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang diperlukan beserta cadangannya.
berbahaya. Tidak menggunakan sarung tangan dirasa tidak bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti dipastikan tidak berbahaya.
i. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan (Pradhika 2009).
3. Sterilisasi
Cara kerja sterilisasi adalah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi, cara kerja steril ini digunakan pada pembuatan media, pemeriksaan kultur dan pembuatan preparat. Sterilisasi dapat dilakukan secara:
1. Fisik di bagi menjadi beberapa bagian antara lain:
a. Dengan ”Hot air Sterilization” oven. Bahan dari gelas dibungkus dengan alumunium foil, suhu 170-250°C selama 2 jam.
b. Panas basah dengan tekanan, suhu 121°C selama 15 menit. Alat yang digunakan adalah autoclave, caranya: alat-alat gelas dibungkus lagi dengan alumunium foil.
c. Pressure Cooker, caranya: panaskan air mendidih, biarkan klep uap terbuka agar keluar uap kemudian klep uap ditutup, lihat suhu dan tekanan, bila suhu telah 121°C dengan tekanan 1,5 atm, dijaga konstan selama 15 menit. Kemudian buka klep uap hingga tercapai tekanan nol, dan setelah suhu mencapai suhu kamar, alat dan bahan dikeluarkan.
2. Kimia yaitu dengan menggunakan zat-zat kimia seperti desinfektan, antiseptik.
3. Radiasi yaitu dengan menggunakan sinar Ultraviolet, biasanya digunakan pada ruangan dan alat-alat plastik.
4. Filter yaitu dengan menggunakan membran filter dan Vacum Pump (Arie 2007).
dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba (Chan et al 1992).
Ada tiga cara yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering. Dipihak lain sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium mikrobologi adalah yang menggunakan panas. Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak merusak, menyala, hangus, dan menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini seperti pipet, tabung reaksi, cawan, botol sampel, dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, dan bahan-bahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi (Curtis et al 1999).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan mengguanakn uap air jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Karena titik air menjadi
121oC itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer pada ketinggian permukaan
laut, maka daur sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai : 1 atm 15 menit. Pada tempat-tempat yang lebih tingginya diperluka tekanan lebih besar untuk mencapai suhu 121oC. ada beberapa hal yang perlu
a. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan terlebih dahulu
b. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap
c. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeable terhadap uap
d. Suhu yang sebagaimana yang terukur oleh thermometer harus 121oC
sampai 15 menit (Sriwulandari 2005) 4. Pembuatan Media
Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Sutedjo 1991).
Hal yang terpenting adalah medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label 2008).
1000C, agar tersebut masih tetap baik kalau didinginkan sampai 450C. Agar hanya dipengaruhi oleh sejumlah kecil bakteri (Schlegel 1994). C. Alat, Bahan, Cara Kerja
1. Alat
a. Pengenalan Alat 1) Mikroskop 2) Petridish 3) Otoklaf
4) Hemasitometer 5) Colony counter 6) Erlenmeyer 7) Gelas ukur 8) Beker gelas 9) Jarum inokulasi 10) Jarum Ose
11) Oven 12) Dryglaski 13) Bunsen 14) Pemanas
15) Shaker/pengocok 16) Tabung reaksi 17) Toples
18) Cawan porselen 19) Pipet
20) Pipet drop b. Bekerja secara Akseptif
1) Tabung reaksi 2) Petrisish 3) Lampu Bunsen 4) Sarung Tangan
5) Masker 6) Botol semprot 7) Jarum Ose
6) Pipet
3) Koloni bakteri dalam media b. Sterilisasi Alat dan Medium
1) Aquadest untuk mencuci alat 2) Kertas pembungkus
a) Ekstrak daging 3 gr b) Peptone 5 gr
3) Menyebutkan fungsi dari masing-masing alat tersebut b. Bekerja Secara Aseptik
1) Mencuci tangan dan membersihkan meja dengan alkohol 70 % 2) Memakai sarung tangan dan masker
3) Memfiksasi ujung jarum ose pada api bunsen
4) Membuka tutup penyumbat tabung reaksi dengan tangan kanan, dan tabung reaksi berada pada tangan kiri
5) Memfiksasi tabung reaksi pada lampu bunsen sesaat
zig-zag secara tipis dalam keadaan dekat dengan api bunsen c. Sterilisasi Alat dan Medium
1) Mencuci bersih semua alat yang akan di sterilkan
2) Membungkus petridish, tabung reaksi, pipet dan pipet drop dengan kertas
3) Memasukkan alat-alat yang telah dibungkus ke dalam otoklaf 4) Mengatur suhu, tekanan, dan waktu pada otoklaf
5) Mengambil alt dari otoklaf, diusahakan alat tetap steril dengan tidak membuka kertas pembungkus
d. Pembuatan Media 1) PDA
a) Mengupas kentang, mencucinya, dan memotong kecil-kecil kemudian merebus selama 1 jam (dengan menjaga volume tetap pada 1000ml)
b) Menyaring sehingga memperoleh filtrate
c) Memasukkan dekstrosa ke dalam filtrate dan diaduk sampai homogeny
d) Memasukkan dalam erlenmeyer kemudian menyumbatnya dengan kapas
e) Melakukan sterilisasi dengan otoklaf
f) Menuangkan ke dalam petridish sesuai kebutuhan 2) NA
a) Menimbang ekstrak daging 3 gr, peptone 5 gr, dan agar-agar 20 gr
b) Melarutkan ke dalam 1000 ml aquadest hingga homogen c) Memanaskan selama 20-30 menit kemudian didinginkan d) Menetralkan pH dengan penambahan NaOH/HCl
e) Mengganti aquadest yang hilang selama pemanasan hingga volume 1000 ml dan atur pH tetap netral
f) Menyaring larutan kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer steril dan menyumbat dengan kapas
Inkubator
4
Autoklaf
Untuk
mensterilkan alat dengan uap air panas bertekanan
Autoklaf
bersuhu 120oC
dengan tekanan 1 atm dengan waktu 1-2 jam. Bagian-bagian autoklaf :
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer) 2. Katup
pengeluaran uap
3. Pengukur tekanan 4. Kelep
pengaman 5. Tombol
on-of
6. Termometer 7. Lempeng
5
Kaca preparat dan degglas
Untuk meletakan objek pengamatan
Untuk menutup objek pada kaca preparat
Kaca preparat dan degglas
6
Jarun inokulum
Untuk
memindahkan
biakan dari
medium satu ke medium yang lain
Jarun inokulum
7
Dryglaski
Untuk meratakan biakan di medium
Dryglaski
8
Petridish
Untuk menaruh
medium dan
membiakan mikroba
Gelas/tabung reaksi
10
Bea
k er
glass
Untuk mengukur cairan
Beaker glass
11
Erlenmeyer
Untuk memenaskan
cairan atau
larutan
Erlenmeyer
12
Lampu bunsen
Untuk memanaskan
Sprayer
14
Hand Colony Counter
Untuk menhitung koloni secara manual
Hand Colony Counter
15
Hemasitometer
Untuk menghitung koloni
Hemasitometer
16 Untuk melihat
benda-benda berukuran kecil
1. Eyepiece (lensa okuler) 2. Revolving
nosepiece 3. Observation
tube 4. Stage 5. Condenser 6. Objective
lense 7. Brightness
Mikroskop cahaya
8. Main switch (tombol on-off)
9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter) 10.Interpupillar
distance adjustment knob (pengatur jarak
interpupilar) 11.Specimen
holder (penjepit specimen) 12.Illuminator
(sumber cahaya) 13.Vertical feed
knob (sekrup pengatur vertical) 14.Horizontal
knob (sekrup focus kasar) 16.Fine focus
knob (sekrup focus halus)Obser vation tube securing knob (sekrup pengencang tabung okuler 17
Mikroskop elektron binokuler
Untuk melihat benda-benda berukuran kecil
Mikroskop elektron binokuler
Mikropipet
19
Pipet ukur
Untuk mengambil cairan dengan ukuran tertentu
Pipet ukur
20
Pipet tetes
Untuk mengambil cairan
Pipet tetes
21
Tabung reaksi
Sebagai tempat untuk reaksi kimia sederhana
Tabung reaksi
Sumber : Laporan sementara 2. Pembahasan
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Alat ini bekerja sebagai penyimpan kultur mikroba pada suhu dan tekanan yang yang telah ditentukan. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.
Colony counter, alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala atau kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset (Panji 1995).
Tehnik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar penggunaan tehnik aseptik adalah adanya banyak partikel yang mengandung mikroorganisme yang mungkin dapat masuk ke dalam alat laborat atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba ini tidak diinginkan dan dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan. Penggunaan tehnik aseptik meminimalisir partikel yang digunakan terhadap agen pengontaminasi (Schlegel 1994).
Ada bebearapa cara untuk sterilisasi alat yaitu dengan cara mekanik misalnya dengan penyaringan, secara kimia misalnya dengan disinfektan dan secara fisik dengan pemanasan pada suhu tertentu. Dalam praktikum ini kita menggunakan sterilisasi secara kimia yaitu dengan membersihkan alat dan meja dengan alkohol sebelum digunakan. Dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disterilkan maka hasil yang dicapai akan sesuai dengan apa yang diharapkan yang sesuai dengan teori yang sudah ada, karena hasil yang akan dicapai tidak akan terpengaruh oleh mikrobia lain.
adalah pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol. Jarum Inokulum befungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Cawan Petri atau Petridish untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Sprayer untuk menyemprot atau mensterilkan meja kerja maupun alat-alat. Gelas ukur untuk mengukur volume suatu cairan.
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan
tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan
digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu
tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisasi lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Beberapa bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
a. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim b. Pelarut organik, seperti fenol
c. Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS. Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut:
i. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
Oven merupan alat untuk memanaskan atau menghilangkan air pada suatu benda. Cara kerjanya menghubungkan kabel arus listrik ke stop kontak, menyalakan power ke kiri, mengatur suhu dengan tombol pengatur suhu. Jangan mengoven brangkasan yang mudah terbakar diatas suhu 60ºC. Cara mematikan dengan memutar power ke posisi 0.
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berdasarkan konsistensinya dibedakan atas tiga macam, yaitu: Media cair (liquid medium) adalah medium berbentuk cair yang dapat digunakan untuk tujuan menumbuhkan atau membiakan mikroba, penelaah fermentasi, uji-uji lain. Media semi padat (semi solid medium), biasanya digunakan untuk uji mortalitas (pergerakan) mikroorganisme dan kemampuan fermentasi. Media padat (solid medium) adalah medium yang berbentuk padat yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba dipermukaan sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan diisolasi (Dwijosaputro 2004).
medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat dua jenis mikrobia yaitu yang berbentuk bulat dan berbenang dan ini menandakan bahwa mikrobia tersebut yang berbenang adalah koloni jamur dan bulat dan berlendir termasuk koloni bakteri.
E. Kesimpulan
1. Kesimpulan yang diperoleh dari acara I Mengenal Peralatan Laboratorium Mikrobiologi adalah:
a. Penenalan alat-alat praktikum sangat penting karena akan menentukan kualitas hasil praktikum
b. Alat yang akan digunakan harus disterilisasi agar terbebas dari mikroorganisme kontaminan.
c. Sterilisasi merupakan cara membuat suatu alat atau bahan menjadi bebas dari pertumbuhan mikroba beserta sporanya
d. Alkohol dapat digunakan untuk mensterilkan alat-alat praktikum
e. Media merupakan salah satu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi zat makanan yang dipakai sebagai media tumbuh mikroba
2. Saran
Chan, E.C.S, M.J. Pelczar, and R.D. Reid 1992. Microbiology. New York: Mc Graw Hill.
Curtis, Helena, Barnes, N. Sue 1999. Biology 5th edition. New York: Worth Publisher Inc.
Dwidjosaputro 2004. Alat Laboraturium. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
John F. Anderson, et. al 1990. Infectious but Nonpathogenic Isolate of Borrelia burgdorferi. Journal of Clinical Microbiology Vol. 28 (12). 2693-2699. Khasani. 1990. Prosedur alat-alat Kimia. Yogyakarta: Liberty.
Label, Caray. 2008. http//Caray label makalah –dan – skripsi pembuatan-media-agar dan-sterilisasi/htm. Diakses 16 Oktober 2012.
Madigan, M.T; J.M. Martinko and J. Parker 2000. Biology of Microorganisms. Eighth edition. Prentice Hall. International. Inc.
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr 2001. Biology Living System. Waterville: Glencoe Division Mc Millan Company.
Panji, et al 1995. Metode Pada Beberapa Macam Bahan Pembawa Inokulum. Jurnal Penelitian Bioteknologi Perkebunan Vol 2 (1) 12-15. Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan.
Schlegel, H. G 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.