• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK PENYIMPANGAN PERILAKU AGAMA DI DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KRITIK PENYIMPANGAN PERILAKU AGAMA DI DA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK PENYIMPANGAN PERILAKU AGAMA DI DALAM

ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) ISLAM SEBAGA BENTUK

RADIKALISME:

Studi Kasus Front Pembela Islam (FPI)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain karena boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah beriman, dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS: Al-Hujurat, 11)

Mayoritas penduduk Negara Indonesia adalah Islam. Dengan adanya mayoritas

tersebut banyak sekali kelompok-kelompok organisasi bentukan masyarakat beragama Islam

yang menuntut adanya pemberlakuan tentang hukum yang sesuai dengan Syari’at Islam.

Salahsatunya adalah Front Pembela Islam (FPI).1 Ialah sebuah kelompok organisasi bentukan

masyarakat yang secara terbuka dan intensif dalam penuntutan atas pemberlakuannya hukum

Syari’at Islam di Indonesia. Aksi-aksi yang ditunjukan oleh FPI yang mengatas namakan

Islam dan perjuangan Islam kerap kali bersinggungan dan melanggar hukum yang berlaku.

Aksi perusakan dan penghancuran terhadap tempat-tempat yang mereka anggap bukan suatu

hal yang representatif untuk kepentingan mereka sebagai penganut Agama Islam. Bahkan

tidak sedikit korban-korban yang berjatuhan akibat perilaku yang ditunjukan oleh Ormas ini.

Dalam kasus ini, HAM dipandang sebelah mata oleh FPI. Kepentingan orang-orang yang

mereka anggap tidak sejalan dengan doktrin dan prinsip yang mereka anut, akan terbentur

secara otomatis dengan Ormas ini. Dalam Ayat Al-Qur’an diatas, penulis berpendapat bahwa

Agama Islam sangat menentang segala bentuk kekerasan yang ditimbulkan oleh suatu

(2)

golongan tertentu dengan tujuan untuk mengganggu dan merugikan suatu golongan atau

minoritas tertentu.

Haram hukumnya memakai kaos Playboy!

Sumber: http://fpi-online.blogspot.com/2007/04/fpi-anti-playboy.html

Radikalisme Agama adalah suatu tindakan dan perbuatan ekstrim yang dilakukan oleh

seorang individu atau golongan (kelompok) tertentu yang cenderung mengakibatkan

pergesekan dan menimbulkan kekerasan serta hal itu terjadi dikarenakan berlandaskan atas

nama Agama.2 Islam radikal merupakan sebuah doktrin yang dipahami oleh suatu individu

atau kelompok tertentu yang ingin adanya perubahan sosial dan politik yang sejalan dengan

aturan Syari’at Islam dengan cara-cara yang cenderung mengarah kepada kekerasan dan

tempo drastis. Dasar-dasar kerangka pemikiran Islam Radikal:

1. Islam harus menjadi dasar negara.

2. Syari’at harus diterima sebagai konstitusi negara.

3. Kedaulatan politik ada ditangan Tuhan YME.

4. Gagasan tentang negara-bangsa (nation-state) bertentangan dengan konsep umat

yang tidak mengenal batas-batas politik atau kedaerahan.

5. Prinsip Syura (musyawarah) berbeda dengan gagasan demokrasi.

Perkembangan baru ini muncul dikarenakan oleh dua hal: Pertama, carut-marutnya

permasalahan bangsa sehingga memunculkan semangat menyodorkan ''negara berdasarkan

syariat Islam secara kaffah'' sebagai alternatif. Kedua, dominasi pengaruh Barat dan segala

(3)

produk-sekulernya. Selain itu, kebijakan politik Barat yang menekan Islam di berbagai

negara Muslim telah membangkitkan solidaritas Islam melawan Barat.3

Adanya krisis kepercayaan pada lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga agama,

lembaga-lembaga sosial dan politik, menimbulkan sebuah faktor yang paling menonjol dari

kemunculan ekstremisme Islam. Islam radikal diambil dari kerangka yang telah dibuat oleh

Horace M. Kallen, bahwa radikalisasi paling tidak ditandai tiga kecenderungan umum4, yaitu:

Pertama, radikalisasi merupakan respon terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Biasanya

respon tersebut muncul dalam bentuk-bentuk evaluasi, penolakan atau bahkan sebuah

perlawanan. Kedua, radikalisasi tidak berhenti pada upaya penolakan, melaikan mengganti

suatu tatanan tersebut dengan tatanan yang lain. Ketiga, kuatnya keyakina kaum radikalis

akan kebenaran sebuah program atau ideologi yang mereka bawa. Biasanya hal ini didasari

oleh doktrin-doktrin suatu individu tertentu yang kaum radikalis anggap mempunyai power,

pemahaman yang tinggi, serta peranan yang besar dalam pengaruhnya.

Landasan Teori

Demokrasi Islam.

Demokrasi tumbuh begitu pesat ketika Eropa bangkit di abad pencerahan. Pada masa

itulah lahir pemikiran-pemikiran besar tentang relasi antara penguasa dengan rakyat, atau

negara dan masyarakat. Gagasan demokrasi itu dibawa ke negara-negara berpenduduk

Muslim oleh para pemikir Islam yang mempelajari budaya Barat. Dalam islam sendiri

terdapat 2 (dua) pemikiran yang berbeda, Para pemikir inilah yang kemudian menekankan

3 Zada, Khamami. 2002, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis Keras di Indonesia, Jakarta : Teraju.

(4)

pentingnya umat Islam untuk mengadopsi budaya dari islam yang hilang didaratan

Negara-negara islam serta sempat dicaplok oleh pemikir Barat, dengan cara selektif, Diantaranya;

Salah satu pemikir Islam yang menekankan hal itu adalah Muhammad Abduh (1848-1905) –

“pembaru pemikiran Islam di Mesir”.

Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. membagi pandangan umat Islam

terhadap demokrasi ke dalam dua kelompok, yakni liberal dan konservatif.5

1. Kelompok Islam liberal.

Dipengaruhi Muhammad Abduh. Kelompok ini menyatakan bahwa agama Islam tak

bertentangan dengan perspektif sekuler. Melalui Al-Manar, Abduh menekankan pentingnya

penguatan moral akar rumput masyarakat Islam, dengan kembali ke masa lalu, namun

mengakui dan menerima kebutuhan untuk berubah, serta menghubungkan perubahan itu

dengan ajaran Islam. Abduh meyakini Islam dapat mengadopsi untuk berubah sekaligus

mengendalikan perubahan itu. ”Islam dapat menjadi basis moral sebuah masyarakat yang

progresif dan modern,” papar Abduh. Seabad kemudian, banyak negara Muslim didunia yang

memilih demokrasi untuk diterapkan dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Menurut kelompok ini, Islam mendorong umatnya untuk mendirikan pemerintahan

yang berbasis pada pemikiran modern. Tiga konsep yang menjadi perhatian penganut

kelompok Islam liberal adalah Syura (musyawarah), Al-Maslahah (kepentingan umum), dan

‘Adl (keadilan).

2. Kelompok konservatif

(5)

Menyatakan kedaulatan bukan berada di tangan manusia, tetapi di tangan Tuhan.

Pandangan kelompok konservatif banyak dipengaruhi pemikiran ulama asal Mesir, Sayyid

Qutb (1906-1966). Ia menyatakan, sistem negara-negara Arab yang tak Islami sebagai bagian

dari jahiliyah modern.

Menurut Sayyid Qutb, banyak aspek yang berlaku dalam kehidupan modern,

termaksut institusi dan kepercayaan barat sebagai kejahatan dan bertentangan dengan Islam.

Dia meyakini, universalitas dan kesempurnaan Islam sangat cocok bagi setiap orang tanpa

memandang tempat dan waktu. Syariah menjadi sumber aturan kehidupan. Pemikir Islam

lainnya, Hasan Al-Turabi, menyatakan sistem sosial dan politik perlu didasarkan pada tauhid.

Menurut dia, syura dan tauhid bergandengan tangan.

Pemikiran lain Ayatollah Khomeini (pemimpin Spiritual Iran) mengutarakan:

Demokrasi adalah sebuah bentuk dari prostitusi, sebab dia yang memenangkan suara

terbanyak akan meraih kekuasaan, yang sesungguhnya kekuasaan itu adalah milik Tuhan.

Analisis Kritis

FPI sebagai sebuah kelompok subkultur yang mengembangkan nilai-nilai Agama

Islam dan berpatokan pada norma-norma Islam dalam bertingkah laku bagi para anggotanya.

Pada tingkat yang ekstrim FPI menganggap nilai dan norma yang mereka anut itu benar. Dan

mereka akan melakukan sebuah perlawanan secara terbuka terhadap nilai dan norma yang

berlawanan dengan pemahaman mereka. Penulis berpendapat bahwa kelompok ini

mengalami yang dinamakannya status frustration disebabkan dimana kelompok tersebut

tidak mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan kebudayaan yang dominan.

Banyak para Alim Ulama menentang dan mengkritik keras keberadaan FPI tersebut,

mereka mengenggap bahwa FPI tidak sejalan dengan ajaran Islam. Para Alim Ulama juga

(6)

kesejahteraan serta kedamaian bagi seluruh umat.6 Dengan melihat apa yang FPI perbuat dan

lakukan bukanlah cerminan dari jati diri Islam yang sebenarnya menentang keras perbuatan

anarki dan segala bentuk hal yang merusak dan merugikan. Penulis berpendapat bahwa

doktrin-doktrin yang diadopsi oleh FPI haruslah dibenahi dan dikaji ulang kembali.

Hubungan antara Agama dan demokrasi harus dipahami secara substantive, bukun simbolis.

Nilai-nilai moral (religius) harus terintegralisasi ke dalam sistem demokrasi. Jika tidak,

demokrasi akan pincang, seperti sistem demokrasi yang sedang berlangsung saat ini.

Di kalangan barat maupun Islam memiliki perbedaan berikut persamaan dalam

mengartikan demokrasi, dan terlepas dari itu semua, pada tataran konsep, memang apapun

sistem politik yang digunakan dalam menjalakan sebuah roda pemerintahan dan negara pada

dasarnya adalah ideal dan baik, begitu pun dengan demokrasi. Merubah keadaan agar

menjadi lebih baik dan berguna untuk setiap kalangan, haruslah dilakukan dengan

gerakan-gerakan yang baik pula. Perusakan, kekerasan, penganiayaan dan segala bentuk gerakan-gerakan yang

buruk lainnya bukanlah suatu cara yang tepat untuk merubah suatu keadaan.

“Bila engkau menganggap Allah ada karena engkau merumuskannya, hakikatnya engkau menjadi kafir. Allah tidak perlu disesali kalau ia “menyulitkan” kita. Juga tidak perlu dibela kalau orang menyerang hakikat-Nya...” (Al-Hujwiri)

Unsur Penyimpangan perilaku tentang Radikalisme Agama Haruslah dihentikan. Ormas Islam

haruslah mulai mencari cara yang baik dan benar untuk melakukan perubahan serta menjaga

umat Muslim khususnya. Syari’at Islam memang haruslah ditegakkan dan dijunjung tinggi

sebagai landasan nilaidan norma setiap umat Muslim. Namun Syari’at Islam pada hakikatnya

(7)

bukanlah sebagai alat untuk merusak atau menghancurkan suatu tatanan terhadap suatu

golongan minoritas tertentu, karena pada dasarnya Islam tidak pernah memaksa siapapun

untuk masuk kedalamnya.

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS: Al-Kahfi, 29)

Sekian.

***

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,001 maka dapat disimpulkan ada pengaruh teknik kombinasi hidroterapi rendam hangat dan terapi relaksai benson terhadap penurunan tekanan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Memperoleh pengetahuan mengenai hambatan yang dialami masyarakat sebagai penerima kredit dan UPK sebagai pelaksana kegiatan atau pemberi kredit dalam proses pemberian

maksud untuk memahami makna yang terkandng dalam ajaran tersebut. b) Metode komparatif, yaitu ajaran ajaran islam itu dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

Indikator proses pembelajaran yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah jika keterlibatan guru dan siswa pada proses pembelajaran mencapai 75% (berkriteria

Bagaimana human relation , beban kerja dan kelelahan kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan pada PT. MP Leiodng