• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LAB"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan disadari perlunya menghubungkan antara teori dan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek. Apa yang terdapat dalam pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya dalam teori dan dalam prinsip-prinsip. Hubungan antara teori dan praktek seyogianya bersifat berlapis-lapis yang integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap saling isi-mengisi, saling mencari dasar, dan saling mengkaji. Sehubungan kaitan antara teori dan praktek inilah laboratorium dan fasilitas lain dalam proses belajar-mengajar patut mendapat perhatian. Di laboratorium berlangsung kegiatan kerja laboratorium (laboratory work) (Mustaji, 2009).

Setiap ilmuwan harus mampu menjaga keseimbangan antara kegiatan ilmiah di ruang laboratorium dan kegiatan mengajar di ruang kelas. Penciptaan, penemuan, dan produksi ilmu pengetahuan terjadi melalui proses yang panjang, suatu sinergi antara ketekunan bereksperimen di laboratorium (termasuk riset lapangan) dan kegigihan berdialektika di ruang kuliah (Anonim, 2011).

Alat-alat yang digunakan tersebut disesuaikan dengan tujuan percobaan. Akan tetapi, selain kita sudah mengetahui masing-masing nama alat. Kita juga harus mengetahui fungsi alat-alat yang digunakan, bagaimana cara penggunaannya. Hal ini bertujuan agar praktikum yang kita lakukan bisa berjalan dengan lancar, baik, dan benar. Selain itu, kita juga harus berhati-hati serta penuh ketelitian dalam menggunakan alat-alat laboratorium, karena sebagian alat-alat laboratorium tersebut terbuat dari kaca,porselin, dan sejenisnya yang bersifat mudah pecah (Khaerul Badawi, dkk., 2011).

(2)

alat dan bahan laboratorium akan selalu menjadi buah bibir yang menyenangkan bagi mahasiswa jurusan mipa.Karena dari semua sisi akan diuntungkan.Baik bagi sipembicara atau hanya sekedar mendengarkan (Khaerul Badawi, dkk. 2011).

Berbicara tentang alat-alat laboratorium secara ilmiah tidaklah mudah.karena harus membuka bermacam referensi. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita tidak menemukan referensi yang kita harapkan Pada zaman modern ini kita mengenal alat-alat dan bahan yang sangat berguna atau menghiasi laboratorium sebagian besar gelas ukur,tabung reaksi,gelas piala,HCl,NaCl dan lain-lain. Laboratorium bagaikan sebuah dapur yang dilengkapi berbagai alat dan bahan yang banyak menghiasi laboratorium adalah alat dan bahan tidak sembarang karena apabila salah pemakaian dan penggunaan akan berakibat buruk (Khaerul Badawi, dkk. 2011).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium?

2. Teori-teori apakah yang mendasari Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium?

3. Bagaimanakah desain dari Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium? 4. Bagaimana sintaks dari Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium 5. Bagaimanakah tata tertib di dalam laboratorium?

6. Apa saja alat dan bahan yang terdapat di laboratorium mipa? 7. Apa perbedaan alat dan bahan?

8. Bagaimanakah keselmatan kerja di dalam laboratorium?

C. Cara Pemecahan Masalah

Adapun cara pemecahan masalah yang dihadapi,menurut penulis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(3)

2. Mencari referensi berupa pendapat para ahli laboratorium, misalnya seseorang yang berkecimpun di dunia laboratorium.

3. Memadukan dengan teori ataupun pendapat para ahli tentang suatu permasalahan untuk mendapatkan kesimpulan tentang permasalahan tersebut.

D. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami pengertian Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium.

2. Mengetahui dan memahami teori-teori yang mendasari Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium.

3. Mengetahui dan memahami desain dari Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium.

4. Mengetahui dan memahami sintaks dari Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium.

5. Mengetahui dan memahami tata tertib di dalam laboratorium.

6. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang alat dan bahan laboratorium 7. Menambah wawasan mahasiswa tentang alat dan bahan lab walaupun

pembahasan disajikan tidak komprehensif.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium 1. Model Pembelajaran Laboratorium

Manajemen laboratorium disebut juga pengelolaan laboratorium berasal dari kata laboratory management. Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya (resources) secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal. Mo de l p em be la j ar a n b er ba si s la bo ra to ri u m m er up ak an m od el p em be la j ar a n yang memungkinkan peserta didik dapat mempraktekkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik menggunakan sarana laboratorium. Laboratorium adalah Tempat kerja/praktek untuk unjuk kerja atau melakukan percobaan/ekspriment dapat berupa tempat real dan maya (virtual). laboratorium dapat berupa : Bengkel, Rumah sakit, Studio, Laut, Pasar, Hotel, Perkantoran, Pabrik Dll.

Henri Fayol seorang ahli manajemen menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian komando (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengendalian (controlling) dengan akronim yang terkenal POCCC.

Luther M. Gullick menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan(planning),pengorganisasian (organizing), pengadaan tenaga kerja (staffing), pemberian bimbingan (directing),pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan penganggaran (budgeting) dengan akronim yang terkenal POSDCoRB.

(5)

laboratorium umumnya terdiri dari Kepala Laboratorium, Ketua laboratorium, Pimpinan / Pembimbing praktikum, tenaga Teknisi dan Analis serta tenaga Pembantu atau Juru laboratorium .

Menurut Ikhwan Insan Cita (2012), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan dan fungsinya dapat dibagi menjadi:

a. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan siswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.

b. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengemban tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil yang ada di laboratorium tersebut.

c. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi pengajaran di sekolah mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan (performance) guru dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis (keguruan) bagi guru-guru di sekolah, sehingga laboratorium metodologi pengajaran sangat Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk diperlukan di suatu sekolah dan atau madrasah.

(6)

Teori belajar yang mendasari strategi pembelajaran berbasis labaraotorium diantaranya:

1. Gestalt dan eld teories (pandangan kognitif): menurut pandangan kognitif belajar merupakan perubahan kognitif (pemahaman). Belajar bukan hanya ulangan tetapi perubahan struktur pengertian.

2. Teori belajar piaget: bahwa Interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan adalah pengetahuan. Untuk memahami pengetahuan seseorang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.

3. Teori belajar brunner, menyatakan untuk mendapatkan pemahaman belajar dengan menemukan sendiri, sehingga menggunakan pendekatan discovery (menemukan sendiri). Pemahaman didapatkan secara induktif dengan membuat perkiraan yang masuk akal atau menarik kesimpulan.

C. Desain Laboratorium

Dalam pengertian terbatas laboratorium yang merupakan suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan. Untuk design laboratorium kimia harus mulai dari awal, seperti yang dilakukan berikut ini: 1. Analysis apakah yang akan dilakukan.

2. Peralatan apa yang dibutuhkan. 3. Seperti apa Lay Outnya.

4. Pengaturan ruangan compatibility antara suatu analysis dengan analysis lain 5. Masalah instalasi listrik, limbah, air dan gas dan juga rencana pengembangan

Lab ke depan.

Jadi memang harus benar-benar direncanakan dari awal. Terkait dengan laboratorium yang ada di Indonesia, beberapa diantaranya ada dulu ruangan baru ada laboratoriumnya, sehingga ketika ada pengembangan dari lab tersebut mengakibatkan adanya keterbatasan. Jadi ketika merancang suatu lab, harus tahu perhitungan sbb:

(7)

5. chemical godown bentuk SOP Operationals, FORM, JSA dan HES Manuals. HES Manuals adalah uraian tentang point-point HES yang ada di Laboratorium. SOP Operationals adalah prosedurs bagaimana menjalankan sebuah laboratory misal:

1. Sample Custody Procedure

(8)

Gambar 1. Bangunan Laboratorium, Desain Laboratorium Tipe Klasikal

Gambar 2. Bangunan Laboratorium, Desain Laboratorium Tipe Kelompok

(9)

Gambar.3. Laboratorium Kimia Gambar. 4. Meja pada praktikum

Gambar. 5. Ruang Persiapan ( Preparasi )

Gambar. 6. Ruang bahan Kimia Gambar. 7. Ruang Timbang

Gambar. 8. Ruang Untuk Instrumen Gambar. 9. Ruang Staf

D. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium (Laboratory Based Learning)

Berbagai pengembang pembelajaran berbasis laboratorium telah menunjukkkan ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.

1. Guru

(10)

mensosialisasikan zat-zat yang akan dipakai praktikum. Guru juga harus memberikan arahan kepada siswa agar pada kegiatan praktikum dapat bejalan dengan lancar. Selain itu guru harus sudah siap dengan perangkat dalam praktikum. Seperti :

a. Membuat LKS praktikum yang di dalamnnya terdapat tujuan praktikum, rincian alat dan bahan , dan prosedur praktikum da tugas.

b. Setelah itu guru mengawasi dan membimbing siswa saat pelaksanaan praktikum.

2. Siswa

Siswa harus memahami aspek yang akan dilakukan ketika kegiatan praktikum berlangsung seperti keterampilan dalam mengamati objek, menafsirkan dan mengolah data, serta menarik kesimpulan yang sesuai dengan tujuan praktikum. Siswa diberikan pre-test yakni tes awal yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum melakukan praktikum. Ketika sudah selesai melaksanakan praktikum dilakukan post-test yakni test akhir yang dilakukan ketika selesai praktikum untuk mengecek sejauh mana siswa memahami materi yang di praktikumkan.

3. Materi

Materi yang disajikan untuk memenuhi pembelajaran berbasis laboratorium adalah Materi-materi kimia SMA yang bisa di-praktikumkan adalah untuk kelas X daitaranya: Kelas X: Kepolaran suatu senyawa, Larutan Elektrolit, Reaksi Redoks, reaksi Hidrokarbon. Kelas XI: Kalorimeter, Asam Basa, Ksp, Kesetimbangan, Titrasi, Koloid, Laju reaksi. Kelas XII: Koligatif dan Unsur Golongan Alkali & Alkali Tanah.

4. Media pembelajaran

(11)

tempat. virtual lab adalah laboratorium dalam computer. Meskipun dengan computer, semua keterampilan proses sains bisa di laksanakan.

Mengacu kepada Meril Physical Science: Laboratory Manual (1995), isi petunjuk praktikum diorganisasikan sebagai berikut.

1. Pengantar

Berisi uraian singkat yang mengetengahkan bahan pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam kegiatan/praktikum. Selanjutnya tuliskan Informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan melalui praktikum.

2. Tujuan

Memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang diungkapkan di pengantar atau berkaitan dengan unjuk kerja siswa (misalnya dapat membuat grafik kecepatan terhadap waktu)

3. Alat dan Bahan

Memuat alat dan bahan yang diperlukan. Saat merumuskan alat dan bahan, yakinkan pada diri Anda bahwa peralatan tersebut dapat Anda peroleh untuk kelas IPA Anda. Bila diperlukan, rancanglah kebutuhan alat dan bahan sehingga untuk beberapa di antaranya dapat dipenuhi oleh siswa dengan membawa dari rumah.

4. Prosedur/Langkah Kegiatan

Merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan selangkah demi selangkah. Bila Anda anggap perlu, tampilkan sketsa gambar untuk mempermudah kerja siswa.

5. Data Hasil Pengamatan

Meliputi tabel-tabel data atau grafik kosong yang dapat diisi siswa untuk membantu siswa mengorganisasikan data. Selain itu berikan tempat agar siswa dapat menuliskan semua hasil pengamatan dengan indera yang sesuai.

6. Analisis

(12)

atau isian yang jawabannya berupa perhitungan terhadap data. Bisa juga pada bagian ini Anda meminta siswa untuk membuat grafik, untuk melihat hubungan sebab-akibat antara dua hal seperti yang dirumuskan dalam masalah.

7. Kesimpulan

Berisi pertanyaan-pertanyaan yang didesain sedemikian rupa hingga jawabannya berupa kesimpulan (menjawab permasalahan). Anda dapat pula

Menurut Sarna Suryana (2010), bekerja di laboratorium perlu aturan atau tata tertib yang mengatur sehingga siswa/mahasiswa/peneleliti atau siapapun yang menggunakan laboratorium merasa aman dan pihak yang memiliki laboratorium merasa aman, contoh tata tertib sebagai berikut :

1. Dilarang

a. Merokok, makan dan minum di laboratorium

b. Membuang sampah dan bahan lain dalam washtafel, laci meja dan lantai c. Menulis dan atau mencoret-coret dinding dan permukaan meja.

(13)

d. Memahami dan mengikuti petunjuk penggunaan alat, dan mengisi daftar isian kartu alat.

e. Membersihkan sisa praktikum/penelitian pada setiap meja dan washtafel tempat anda bekerja.

f. Kegiatan mahasiswa di laboratorium harus diketahui kepala laboratorium atau penanggung jawab praktikum.

g. Setiap pemakaian alat (elektrik, mekanik, optik atau perpaduannya) wajib memahami petunjuk pemakaian dan mengisi format isian pada kartu alat. h. Bila terjadi kerusakan terhadap alat, setiap pemakai alat wajib mengganti

kerusakan komponen atau alat dengan spesifikasi yang setara.

i. Peralatan yang telah selesai digunakan, dikembalikan kepada laboran dalam keadaan bersih dan kering.

j. Setelah selesai melakukan kegiatan, ruangan laboratorium harus dalam keadaan bersih.

3. Dianjurkan

a. Ambil bahan seperlunya dan gunakan sendok zat yang sesuai dan bersih. Gunakan alas yang tepat (kertas perkamen, botol timbang, kaca arloji, cawan, dsb.) ketika menimbang.

b. Gunakan air secukupnya dan membuka kran tidak berlebihan (air bertekanan tinggi).

c. Buanglah sampah atau sisa praktikum pada tempat yang disediakan. 4. Sanksi

a. Teguran.

b. Dianggap tidak hadir dalam praktikum

c. Tidak diizinkan masuk dalam kegiatan praktikum/perkuliahan.

F. Penataan Alat dan Bahan Laboratorium 1. Penataan Alat Laboratorium

(14)

erat dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance).

Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya.

Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan. Hanya diperkenalkan beberapa contoh alat secara terbatas untuk kepentingan pembahasan tentang penataannya.

Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :

1) Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia saja

2) Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian (Alat) alat 3) Keperangkatan

4) Nilai/ harga alat

5) Kuantitas alat termasuk kelangkaannya

6) Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan 7) Bahan dasar penyusun alat, dan

8) Bentuk dan ukuran alat 9) Bobot / berat alat

(15)

(Swing

Patent weighing room & divert from high temperature

pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab fisika penataan alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst. Demikian untuk alat biologi dikelompokkan secara khas pula seperti penataan untuk alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan, gambar dst.

Kembali pada sembilan aspek di atas, suatu alat ada yang memiliki satu fungsi dan yang multi fungsi. Misalnya buret hanya dapat digunakan untuk mengukur volume zat cair saja, sedangkan pH meter dapat digunakan untuk mengukur pH dan juga mV, demikian juga multimeter (AVO-meter) dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik (mA, A), tegangan listrik (mV, V), dan tahan listrik (ohm). Tentu kalau penyimpanan alat mengacu atas dasar fungsi alat, maka akan diperoleh jumlah kelompok alat yang relatif banyak sesuai konsep-konsep kimia yang harus dipelajari.

Oleh karena itu pengelompokkan berdasarkan fungsi alat cukup kita bagi menjadi alat yang berfungsi sebagai alat ukur dan alat bukan alat ukur. Demikian alat lab yang berfungsi sebagai alat ukur harus mendapat perhatian lebih dalam mempertimbangkan penyimpanan, penataan dan pemeliharaannya dibandingkan dengan alat lab bukan alat ukur. Tabel-2 memperlihatkan beberapa contoh fungsi alat ukur dan penyimpanannya.

(16)

(Measuring cylinder)

(Measuring the liquid volume)

(Measuring fask)

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.

Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).

Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.

Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.

(26)

diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi lab dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksi putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.

E. Pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)

a. Harmful (Berbahaya). Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.

b. Toxic (beracun). Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.

c. Corrosive (korosif). Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.

(27)

permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan lain-lain.

e. Explosive (mudah meledak). Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)

f. Oxidator (Pengoksidasi). Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor).

F. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium

Menurut chemistry for peace not for war (2012), dalam laboratorium kimia sangat banyak bahan-bahanber bahaya. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam laboratorium. Perhatikan label-label yang tertera pada kemasan zat tersebut (Baca : Rambu lalulintas bahan kimia). Untuk menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berada dalam laboratorium, yakni

1. Jagalah agar semua senyawa dan pelarut jauh darimulut, kulit, mata dan pakaian.

2. Hindarilah dari menghirup uat atau debu. Untuk mencium gas kibaskas gas menggunakan tangan sampai bau tercium.

3. Jangan mencicipi atau membawa makanan atau minuman dalam laboratorium. 4. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen

yang volatil dan mudah terbakar.

(28)

6. Bagi yang menggunakan lensa kontak berhati-hati agar tidak ada bahan kimia yang masuk ke mata. Zat-zat yang bersifat korosif atau beracun dapat masuk dengan cepat ke bagian belakang lensa kontak, sehingga tidak mungkin dapat dicuci.

9. baju yang digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci secara teratur dan berhati bila telah terkontaminasi.

10. Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat wajah dan tubuh sendiri ataupun orang lain.

11. Jangan mengambil larutan menggunakan mulut, selalu gunakan filer pipet. 12. Berhati-hati terhadap asam dan basa kuat khusunya bila dipanaskan dan

jangan pernah menambah air ke asam atau basa pekat.

13. Bahan-bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di lemari asam dan menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah halida fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam nitrat berasap, larutan ammonia pekat, cairan amonia, belerang dioksida. 14. Bahan-bahan kimia yang telah di ambil tidak boleh dikembalikan ke dalam

botol stok dan jangan membuang pelarut ke wadah yang telah disediakan terutama bahan-bahan organik. Untuk bahan-bahan yang lain dibuang sesuai petunjuk pembimbing.

(29)

16. Jangan memanaskan cairan atau larutan terutama cairan organik ditempat yang terbuka. Jika ingin dipanaskan harus menggunakan kondensor yang dapat disusun

17. sebagai refluks atau destilasi. Untuk semua cairan organik jangan pernah menguapkan ke udara.

18. Jangan pernah memanaskan sistem tertutup karena dapat terjadi ledakan. 19. Beberapa pelarut misalnya eter dan hidrokarbon dapat membentuk peroksida

yang eksplosif secara spontan waktu disimpan. Destilasi pelarut yang mengandung peroksida sangat berbahaya, sebab residu peroksida dapat meledak dengan hebat bila dipanaskan. Oleh karena itu pelarut seperti ini tidak boleh diuapkan atau didestilasi.

BAB III P E N U T U P

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini dengan judul “Pengantar Laboratorium” adalah sebagai berikut:

1. Dengan terwujudnya suatu desain laboratorium yang baik, maka akan mudah dalam menyusun suatu struktur oranisasi dalam suatu laboratorium.

2. Dengan terpenuhinya segala tata tertib yang ada, maka keselamatan kerja di dalam laboratorium secara otomatis akan terwujudkan.

(30)

4. Alat merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan lab dimana sifatnya bisa digunakan berulan-ulang. Contohnya Thermometer.stopwact, gelas kimia. Labu ukur dll.Sedangkan bahan adalah benda yang digunakan dalam kegiatan lab yang sifatnya habis di pakai. Misalnya NaCl,NaOH.Kcl.CaCO3,Gula,dll.

B. Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini penulis harapkan saran dan kritiknya dari pembaca yang membangun karena penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2010. Bagaimana Desain Laboratorium yang Baik. http://www.desainlab.blogspot.com.

Badawi, Khaerul dkk. 2011. Pengantar Laboratorium Pengenalan Alat dan Bahan Laboratorium. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

Chemistry For Peace Not For War. 2012. Keselamatan Kerja di Laboratorium. http://www.chemistryforpeacenotforwar.blogger.com.

(31)

La, Tahang. 2013. Desain Laboratorium IPA. Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unhalu.

(32)

Gambar

Gambar 1. Bangunan Laboratorium,  Desain Laboratorium  Tipe Klasikal
Gambar. 6. Ruang bahan Kimia                        Gambar. 7. Ruang Timbang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

User mengirim sms dengan format yang telah ditentukan, contoh : “log check” setelah sampai dan diambil kedalam program, maka diidentifikasi apakah format yang dikirim

Perusahaan, Berau dan Maple mengadakan perjanjian pemasaran batubara selama umur tambang (“Maple-Noble CMA”) dengan Noble, di mana Maple menyetujui untuk menunjuk Noble

Tanggal Pencatatan 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 09-Des-97 2 DSFI Dharma Samudera Fishing Ind...

Peneliti tertarik untuk mengkaji makna pada simbol-simbol yang ada pada kesenian tradisional, terutama untuk meneliti makna pada simbol-simbol yang ada pada kesenian Tari

Penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yang tidak dapat membaca ini dengan sendirinya kurang mempunyai harapan yang cerah karena tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi

antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif, metode ceramah dan pemberian tugas.. Artinya, pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat

Bab ini memuat penjelasan mengenai konsep aljabar max-plus meliputi definisi aljabar max-plus, vektor dan matriks atas aljabar max-plus, hubungan aljabar max- plus dengan teori