• Tidak ada hasil yang ditemukan

Banjir informasi dalam otak dan Cara men

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Banjir informasi dalam otak dan Cara men"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

19

OLEH: TONNY

Saya melakukan multi-tasking

setiap detik saya online. Pada saat ini juga saya menonton TV, mengecek e-mail saya setiap dua menit, membaca berita tentang siapa yang menembak JFK, membakar musik ke CD, dan menulis pesan ini.”—Pengakuan se-orang responden dalam satu survei oleh Kaiser Faimly Foundation pada tahun 2006.

Kita hidup dalam dunia ‘masa depan’sebagaimana yang digam-barkan oleh Alvin Toler da-lam bukunya “Future Shock” sekitar empat dekade yang lalu: masyarakat yang sedang men-galami transisi ke bentuk super-industrial. Salah satu fenome-na yang diramalkan oleh Toler tersebut mulai menjadi ke-nyataan pada saat ini, yaitu bahwa kita hidup dalam dunia “banjir informasi” (information overload) –yang membentuk gaya

hidup yang serba terburu-buru, berisik, dan dikejar-kejar oleh luapan informasi dan teknologi yang mendukungnya.

Gambaran tentang masyarakat yang mengalami “banjir informa-si” semakin hari semakin nyata: Di mana-mana dengan mudah-nya kita menemukan seseorang yang asyik berkutat dengan ber-bagai teknologi digital yang me-nempel di tubuhnya layaknya kepanjangan organ tubuhnya se-raya melakukan aktivitas keseha-riannya seperti belanja, menye-tir, memasak, menjaga anak, dan sebagainya. Dalam dunia yang dibanjiri arus informasi, manu-sia juga dituntut untuk multi-tasking: melakukan beberapa tugas secara bersamaan. Hal ini semakin wajar akhir-akhir ini, terlebih semakin yakinnya kita dengan teknologi digital yang membantu kita mewujudkan be-berapa pekerjaan sekaligus.

Di satu sisi seorang anggota masyarakat super-industrial ala “Future Shock”, yang tidak lain adalah dunia dewasa ini, harus menerima informasi yang me-lebih kapasitas otaknya dalam melebihi informasi, di sisi lain ia dituntut bergerak cepat menye-suaikan diri dengan teknologi yang semakin beragam. Dalam kondisi demikian, ia dituntut meyakini bahwa manusia me-mang memiliki kemampuan

multi-tasking, meskipun hal de-mikian tidaklah benar.

Dalam tulisannya, “The Myth of Multitasking,” Christine Rosen mengingatkan bahwa keunggulan

multi-tasking merupakan mitos yang dikukuhkan oleh gaya hidup tergesa-gesa, gaduh, dan gelisah –yang mengandalkan teknologi digital. Mitos ini telah disanggah oleh banyak pakar yang meng-ingatkan pada kita bahwa tidak mungkin bagi otak manusia untuk

membagi perhatiannya secara ber-samaan kala kita berusaha untuk menjalankan beberapa aktivitas dalam rentang waktu tertentu.

Kata multi-tasking sendiri ban-yak mengandung kesalahan yang kaprah, karena seolah-olah men-gandaikan bahwa otak kita memi-liki kapasitas untuk menangani beberapa aktivitas secara bersa-maan. Saat manusia memaksakan diri untuk melakukan lebih dari satu tugas, yang terjadi bukanlah

multi-tasking, namun otak kita di-paksa untuk beralih terus menerus –yang lebih tepatnya disebut seba-gai task-switching.

Otak kita didesain secara nat-ural untuk tidak mampu mem-fokuskan dirinya pada lebih dari satu hal secara bersamaan. Ken-datipun seringkali kita merasa sedang melakukan dua hal sekali-gus, sebenarnya tidaklah demiki-an. Hal sebenarnya yang terjadi ketika kita melakukan

multi-task-ing adalah pengalihan dari satu hal ke hal yang lain yang beru-lang-ulang sehingga kita sendiri melupakan adanya proses pen-galihan itu sendiri. Misalnya ke-tika Anda sedang memasak sam-bil berbicara dengan seseorang lewat telepon. Untuk menjawab lawan bicara Anda, otak akan me-matikan perhatiannya pada ak-tivitas memasak agar dapat mem-proses respon yang benar untuk menjawab lawan bicara Anda, dan setelah itu baru kemudian mengembalikan perhatiannya pada aktivitas mengemudi.

Proses ini akan berlangsung berulang-ulang dengan cepat da-lam aktivitas multi-tasking, atau lebih tepatnya task-switching,

menimbulkan ilusi bahwa kita

se-dang melakukan beberapa tugas secara bersamaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa task-switch-ing meningkatkan risiko kesala-han dalam bekerja. Polda Metro Jaya melaporkan kenaikan angka kecelakaan di jalan raya akibat ponsel meningkat sebesar 1.200 persen antara 2009 hingga 2010 (Merdeka.com).

Selain meningkatkan kesalah-an dalam bekerja, kebiasakesalah-an task-switching dapat menyebabkan otak bekerja lebih keras daripada yang seharusnya dengan menin-gkatkan secara pesat kebutuhan energi pada otak. Akibatnya ada-lah energi kita terkuras seteada-lahnya: kita mengalami sindrom kelelahan informasi (information fatigue syn-drome). •(BERSAMBUNG)

BANJIR INFORMASI DALAM OTAK DAN CARA MENGATASINYA (1)

Mitos yang Dikukuhkan oleh Gaya Hidup Tergesa-gesa

SABTU, 15 FEBRUARI 2014

Surabaya Post bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya membuka rubrik Pengem ba ng an Diri khususnya untuk pemberdayaan atau pengembangan pri badi anak-anak sampai orang dewasa. Kalau Anda memiliki permasalah yang berkait an dengan hal tersebut diatas, bisa menu lis kannya ke redaksi Surabaya Post di Ruko Rich palace Kav H19-20 Jl. Mayjend Sungkono 149-151 Surabaya. Bisa juga melalui Email: redaksi@surabayapost.info atau faks (031) 5635000

BAGI semua manusia, tidur adalah sebuah kewajiban, untuk menjaga tubuh, otak dll agar tetap sehat agar bisa menikmati hidup yang indah setiap terbangun.Bagaima-na jika tidur tanpa mengguterbangun.Bagaima-nakan bantal? Penelitian membuktikan bahwa ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan tidur tan-pa bantal. Para ahli setan-pakat bah-wa tidur di atas kasur jauh lebih natural bagi tubuh. Dengan de-mikian, tidur Anda menjadi lebih berkualitas seperti ketika masih bayi karena tubuh berada pada tingkat yang alami dan normal. Meski belum ada penelitian yang membuktikan kebenarannya, ti-dur tanpa bantal bisa mengemba-likan posisi tubuh yang salah.

Tidur tanpa bantal membuat tu-lang punggung kita lebih kencang

dan tu-l a n g

leher kita tidak sering sakit atau yang biasa disebut dengan salah ti-dur. Tidur tanpa bantal yang ide-al bisa dipadukan dengan gaya ti-dur miring ke kanan yang tidak kalah bermanfaat. Jadi Anda bisa mendapatkan dua manfaat sekali-gus yaitu mencegah sakit leher dan sakit pinggang.

Manfaat lain tidur tanpa bantal adalah terhindar dari debu atau kotoran yang menempel pada bantal atau sarung bantal, bah-kan kita pun sering tidur dengan bantal yang tidak ada sarungnya, ini malah beresiko bagi pengidap penyakit asma jika bahan atau isi bantal tersebut dari bahan-bah-an ybahan-bah-ang mudah berserakbahan-bah-an sep-erti kapuk, kapas, dan sejenisnya. Tapi,bagi yang ingin tidur lebih

berkualitas Anda harus menco-ba sebuah tips kesehatan yang sangat luar biasa yang mana ti-dur tanpa bantal itu sangat ber-manfaat dan sangat di anjurkan. Penasaran dengan manfaat luar biasa tidur tanpa bantal bagi kes-ehatan

Berikut manfaat tidur tanpa bantal:

1.Dengan tidur tanpa meng-gunakan bantal Anda akan lebih awet muda dengan kata lain tidak akan terjadi atau memperlam-bat terjadinya penuaan dini. Hal ini karena tidak ada penekanan wajah Anda terhadap tidak ada kerutan-kerutan yang membekas diwajah Anda ketika Anda ban-gun

2.Tidur Anda akan menjadi ti-dur yang berkualitas. Hal ini kar-ena posisi badan Anda akan men-jadi seperti yang seharusnya ketika dalam keadaan normal.

3.Tidur tanpa bantal sangat bermanfaat buat Anda yang san-gat takut dengan kesakitan yang Anda rasakan di punggung kare-na tidak ada pembengkokan atau perubahan posisi tidur yang be-rarti bagi kesehatan.

4.Bermanfaat bagi tulang punggung karena selalu dalam keadaan lurus sehingga sesuai dengan posisi yang seharusnya

Untuk lebih menyamankan ti-dur Anda, gunakan kasur yang agak keras. Kasur seperti ini jus-tru baik untuk menjaga tubuh agar tidak bungkuk dan tetap pada postur yang baik. Selamat bersitirahat dengan nyaman

tan-pa bantal.•ins

Salah Pilih Kasur ‘Hantui’ Tidur

ELAIN kurang tidur, masalah penting yang dialami banyak orang namun banyak tak disadari adalah salah pilih kasur. Pada-hal dalam sebuah polling di tahun 2011 ditemukan bahwa 92% orang mengaku kasur yang nyaman adalah kunci penting tidur yang berkualitas.

Perlu diingat bahwa salah memilih ka-sur atau malas mengganti kaka-sur takkan hanya menyebabkan nyeri punggung, le-her atau gangguan isik lainnya. Dikutip dari Huingtonpos salah satu pengaruh pada kesehatan adalah membeli kasur baru bisa redakan stres

Dalam sebuah studi di tahun 2009, 59 partisipan pria dan wanita diminta tidur selama 28 malam berturut-turut di kasur mereka sendiri dan 28 malam di kasur baru. Kemudian tingkat stres mereka di-evaluasi berdasarkan faktor-faktor sep-erti khawatir, gugup, lekas marah, sakit kepala, dan gemetar yang diperlihatkan partisipan.

Ternyata kasur baru menyebabkan ‘penurunan stres secara signiikan’. Bisa jadi ini ada kaitannya dengan peningka-tan kualitas tidur dan penurunan rasa nyeri yang berkaitan dengan alas tidur yang lebih baik.

Pelru diingat bila ukuran nyaman ka-sur tergantung masing-masing orang. Tak ada deinisi standar untuk mengu-kur tingkat kelembutan dan kenyaman-an sebuah tempat tidur. Untuk itu jkenyaman-angkenyaman-an tergiur dengan iklan, pastikan sebelum membeli Anda sudah mencoba

berbar-ing di atasnya kira-ki-ra sebelum 20 me-nit.

Lagipula hanya sedikit yang mem-buktikan bila kasur empuk atau keras adalah kasur yang pas untuk meningkatkan kualitas tidur Anda, karena nyatanya yang terpenting adalah kenya-manan.

Bila ada lubang mengan-ga di kasur atau pemengan-gas yang sudah menyembul dari dalam kasur, sudah jelas ini saatnya Anda menggantinya dengan tem-pat tidur baru. Tapi sebenarnya ada

alasan lain juga.

USA Today melaporkan orang yang lebih suka tidur di luar daripada di ru-mahnya sendiri misal memilih menginap di hotel atau tempat lain menandakan bahwa kasur orang yang bersangkutan sudah tak nyaman.

Ada juga efek negatif bekerja di atas tempat tidur. Para pakar sepakat kamar tidur hanya boleh dipakai untuk tidur dan berhubungan intim dengan suami/ istri. Tapi jika Anda membawa pekerjaan ke atas tempat tidur, maka memacu otak agar tetap terjaga dan Anda pun jadi su-sah tidur.

Lagipula cahaya biru yang memancar dari perangkat elektronik dapat meng-ganggu mekanisme tidur alami yang te-lah diatur otak sehingga Anda bisa ter-bangun dalam waktu lama.

Binatang Merayap

Selain itu perlu diketahui kasur po-tensi memicu alergi. Bisa jadi ini disebab-kan oleh makhluk mikroskopis di bawah kasur yaitu debu tungau yang memakan sel-sel kulit mati orang-orang yang meni-durinya. Bahkan WebMD melaporkan sekitar 20 juta orang di Amerika alergi pada kasurnya sendiri dan kebanyakan dari mereka adalah penderita asma.

Untuk menghilangkan debu tungau, seprai dan sarung bantal harus dicu-ci dengan air panas secara rutin. Selain dibersihkan dengan vacuum, Anda juga bisa memakai alas berlabel ‘anti alergi’ karena ini dapat mencegah debu tungau dan teman-temannya masuk ke seprai dan sarung bantal Anda.

“Tidak ada tempat yang mengganggu kekebalan manusia, siang dan malam, se-lain kasur,” kata ahli mikrobiologi Philip Tierno dalam bukunya “The Secret Life of Germs.” Kasur biasanya menyerap cairan tubuh seperti keringat, darah, air seni, dan jadi tempat berkembang biak bakteri. Walaupun kebanyakan bakteri tersebut tidak berbahaya, menurut Tier-no, beberapa bakteri dapat menyebab-kan kondisi serius seperti gangrene yaitu pembusukan atau kematian organ atau jaringan tubuh.

Anak-anak, orang tua, dan orang den-gan sistem kekebalan tubuh yang ter-ganggu sangat rentan terhadap masalah

tersebut. Beberapa hama kasur mik-roskopis lainnya antara lain jamur, ka-pang dan tungau. Tungau adalah kerabat laba-laba yang kerjanya memakan sel-sel kulit kering manusia. Serangga ini dapat menyebabkan alergi, bersin, dan asma. Sementara makhluk pengganggu yang lebih besar adalah kutu busuk.

Kutu busuk, yang dulu dianggap tidak masalah, kini menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh Amerika Serikat. Kutu busuk memang tidak menularkan penyakit, tetapi mereka menyebabkan gatal-gatal, ruam yang menyakitkan, dan mereka sangat sulit diberantas. Alat fog-ging (pengasapan) komersial tidak dap-at efektif menanggulangi kutu busuk dan meninggalkan residu pestisida yang be-racun pada permukaan kamar tidur.

Jika hewan peliharaan Anda ikut tidur di kasur, maka kutu, kuman dan kotoran apa pun yang berada di telapak kaki kuc-ing dan anjkuc-ingmu akan menambah hama di tempat tidur. Dilaporkan, tidur ber-sama hewan peliharaan dapat mengaki-batkan Methicillin-Resistant Staphylo-coccus aureus (MRSA), infeksi parasit seperti cacing tambang, dan bahkan pes.

Ada lagi bahaya yang mengintai di tempat tidur: bahan kimia. Kasur kon-vensional terbuat dari campuran bah-an produk berbasis minyak bumi seper-ti busa poliuretan, nilon, poliester, dan PVC. Zat-zat tersebut dapat memicu al-ergi dan masalah pernapasan. Dari itu, Anda disarankan untuk menjemur dahu-lu semua kasur yang baru dibeli beberapa hari sebelum digunakan.

Untuk menjaga kasur sebebas mung-kin dari kuman, cara terbaik adalah un-tuk dengan membersihkannya dengan penyedot debu dan segel dengan penutup rapat dan tahan alergi.

Cuci tempat tidur setiap pekan den-gan air panas dan sedikit pemutih. Ca-haya ultra violet juga dapat berfungsi se-bagai disinfektan. Walaupun memang kamu enggan dan tidak nyaman untuk membawa kasur ke luar, namun menje-mur kasur secara berkala pada hari yang cerah sangat penting. Ini juga akan mem-bantu menghilangkan bahan kimia yang melekat pada kasur.

Jadi, apakah Anda siap tidur nyenyak malam ini?•ins

Tidur yang nyaman

menjadi salah satu

kunci hidup berkualitas.

Walhasil, bila Anda

salah memilih kasur,

berbagai penyakit pun

menghantui.

Referensi

Dokumen terkait

The incremental value delivered with every build enables quick feedback loops and opportunities for DevTest teams to deliver higher quality faster by building in performance

(Ranunculaceae), was an unexpected find at Cameron Highlands, a horticul - tural and agricultural hotspot prone to invasive alien plants. Its bright yellow flowers and

Penulis bertanya lagi, “Apakah komunikasi ibu dengan anak baik?”, narasumber menjawab, “Bagus”, kemudian penulis bertanya lagi, “Bagaimana upaya ibu dalam menjalankan

Jikalau pemerintah yang disalahkan, namun nyatanya mereka para pejabat telah berusaha sedemikian rupa, mengeluarkan berbagai peraturan untuk menertibkan

Bahwa Bahwa pentingnya pentingnya mengedukasi mengedukasi masyarakat masyarakat agar agar berperilaku berperilaku sehat, sehat, perlunya perlunya mengajak

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh yang signifikan dan secara bersama-sama antara variabel model pembelajaran open ended dan problem posing

 Complex, in which the relationship between cause and effect can only be perceived in retrospect, but not in advance, the approach is to Probe - Sense - Respond and we can..

Anggapan yang kemudian berpandangan bahwa semua hanya dipermukaan sudah barang tetu dapat diberikan pemahaman bahwa relasi yang terjadi selama ini bukannya tiada cacat dan