• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis I"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis

I. Pengkajian

Keluhan:

Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.

Riwayat Kesehatan Saat Ini

Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari

Riwayat Kesehatan Dahulu

Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.

Pemeriksaan Fisik Aktivitas istirahat/tidur

o Lelah,, lemah atau malaise o Insomnia

o Tonus otot menurun o ROM berkurang

Sirkulasi

o Palpitasi, angina, nyeri dada o Hipertensi, distensi vena jugularis o Disritmia

o Pallor

o Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus o Edema periorbital-pretibial

o Anemia

(2)

o Trombositopeni o Pericarditis o Aterosklerosis o CHF

o LVH

Eliminasi

o Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut o Disuri, kaji warna urin

o Riwayat batu pada saluran kencing o Ascites, meteorismus, diare, konstipasi

Nutrisi/cairan

o Edema, peningkatan BB o Dehidrasi, penurunan BB

o Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati o Efek pemberian diuretic

o Turgor kulit

o Stomatitis, perdarahan gusi o Lemak subkutan menurun o Distensi abdomen

o Rasa haus o Gastritis ulserasi

Neurosensor

o Sakit kepala, penglihatan kabur o Letih, insomnia

o Kram otot, kejang, pegal-pegal o Iritasi kulit

o Kesemutan, baal-baal

Nyeri/kenyamanan

o Sakit kepala, pusing

o Nyeri dada, nyeri punggung o Gatal, pruritus,

o Kram, kejang, kesemutan, mati rasa

(3)

o Pernapasan kusmaul o Napas pendek-cepat o Ronchi

Keamanan

o Reaksi transfuse

o Demam (sepsis-dehidrasi) o Infeksi berulang

o Penurunan daya tahan o Uremia

o Asidosis metabolic o Kejang-kejang o Fraktur tulang

Seksual

o Penurunan libido o Haid (-), amenore o Gangguan fungsi ereksi

o Produksi testoteron dan sperma menurun o Infertile

Pengkajian Psikososial

o Integritaqs ego o Interaksi social

o Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya o Stress emosional

o Konsep diri

Laboratorium

(4)

o Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3

o Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun

Radiologi

o Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.

o Sidik nuklir dapat menentukan GFR

EKG

o Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia miokard.

Biopsi

o Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal

II. Diagnosa dan Intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

NO KEPERAWATANDIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Pola nafas tidak efektif b.d.

Over hidrasi:

penumpukan cairan di paru

Asidosis: pernapasan kusmaul

Anemia Hiperkalemi

Karakteristik

Klien mengeluh sesak RR > 30 X/mnt Terdapat pola napas

Pola napas efektif dengan criteria:

Keluhan sesak berkurang/hilang Retraksi interkostalis (-)

Rr 16-20 X/mnt Pola napas kusmaul (-) Sianosis (-)

Hb 10-11 mg/dl Orthopneu (-) Dispneu (-) Pallor (-) Pch (-)

1. Observasi tanda vital, kaji pola napas; kaji adanya kusmaul, periksa suara napas dari adanya ronchi.

2. Atur posisi semifowler

3. Berikan oksigen lembab sesuai kebutuhan.

4. Atur UFR dengan berdasar pada BB kering

5. Berikan dialisat bicnat

6. Lakukan ultrafiltrasi terpisah bila perlu

(5)

kusmaul

Retraksi interkostalis (+) Pernapasan cuping hidung (+)

Sianosis pada akral (+) Pallor (+)

Ronchi (+) Hb < 9 mg/dl Dispneu (+) Orthopneu (+)

Sputum berbusa darah (+)

Hb<

8. Lakukan kolaborasi pemberian therafi obat untuk mengkoreksi asidosis, anemia

2 Gangguan rasa nyaman: gatal b.d. Akumulasi garam ureum pada kulit

Peningkatan kadar fosfat Hipersensitif terhadap heparin dan alat-alat dialysis

Perubahan tekstur kulit yang ekstrim

Kondisi kulit yang kering Akumulasi calsium Penurunan aktivitas kelenjar keringat Neuropati otonomi uremikum

Reaksi transfusi pada klien dengan transfusi

Karakteristik Klien mengeluh gatal Uruem frost (+) Bekas garukan (+) UFR ↑

Warna kulit menghitam Pemakaian alat dialysis yang kurang adekuat priming/soacking Kulit kering

Klien mengatakan gatal berkurang/hilang

Kulit kering berkurang/menjadi lembab dan bersih

Ureum frost ber(-) UFR tidak ekstrim Bekas garukan (-)

Priming dan socking adekuat

1. Kaji warna kulit, tekstur, turgor dan vaskularisasi untuk

memberikan arah intervensi yang sesuai

2. Inspeksi adanya bruises, purpura dan tanda infeksi untuk deteksi dini

3. Berikan lotion pelembab untuk menurunkan kekeringan kulit 4. Berikan salicil talk

5. Berikan antihistamin sesuai anjuran

6. Berikan antipruritus sesuai anjuran

7. Anjurkan klien untuk

memelihara kuku pendek dan bersih.

8. Lakukan priming dan socking dan UF dalam sirkulasi tertutup secara adekuat

9. Anjurkan peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% berat badan kering

3 Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada tempat

Keluhan pada saat ditusuk minimal

Saat penususkan ekspresi wajah

(6)

penusukkan b.d. insersi fistula needle.

Karakeristik :

Klien mengeluh nyeri pada akses vaskuler saat dilakukan penusukkan. Ekspresi wajah tampak meringis

Terdapat luka

penusukkan untuk akses darah

tenang

resiko nyeri yang berlebihan 2. Berikan anestesi local pada

daerah yang akan ditusuk untuk mengurangi rasa nyeri terutama saat punksi femoralis. Bisa berbentuk injeksi atau spray. 3. Ajarkan dan anjurkan teknik

relaksasi dan distrraksi

4. Lakukan kompres dingin untuk memblok rasa nyeri

5. Kaji tingkat nyeri, apakah hilang setelah penusukkan, menetap atau bertambah

4 Gangguan rasa aman: penurunan daya tahan tubuh b.d.

Malnutrisi Anemia

Terpapar zat kimia seperti desinfektan, havox, formalin. Overhidrasi

Karakteristik: Status nutrisi rendah; massa otot kecil Hb < 10 mg/dl Pallor

Klien mengeluh lemas Klien mengeluh sering sakit-sakita

Daya tahan tubuh meningkat dengan criteria

Status gizi meningkat Hb > 10 mg/dl Pucat (-) Lemas (-)

Tidak mengeluh mudah/sering sakit

1. Kaji satus nutrisi, status gizi, status anemi/zat besi

2. Anjurkan untuk mendapat status nutrisi sesuai kebutuhan diet untuk klien dengan dialysis 3. Lakukan priming, soacking dan

ultra filtrasi pada sirkulasi trertutup secara adekuat untuk mengeluarkan zat-zat kimia 4. Anjurkan kepada klien, keluarga

dan tenaga kesehatan untuk mengenakan pelindung seperti masker, menerapkan prinsip universal precaution agar tidak terpapar kontaminan

5. Kolaborasi untuk koreksi anemi: EPO, terafi zat besi, dan

transfuse

6. terapkan prinsip a/anti septic saat penusukan, pencabutan atau menhindari paparan terhadap darah.

7. Lakukan pengontrolan rutin terhadap water treatment

(7)

5 Gangguan rasa nyaman: kram b.d. Hipotensi

UFR↑/penarikan cairan di bawah BB kering Kandungan sodium pada cairan dialisat rendah Hipokalsemi

Karakteristik: Klien mengeluh kram Otot pada anggota tubuh yang kram nampak tegang

Klien nampak kesakitan Klien nampak gelisah Tensi menurun

Kram berkurang/hilang dengan criteria

Keluhan kram berkurang Otot yang kram rileks Klien nampak tenang Tensi dalam batas normal

1. Anjurkan klien untuk relaksasi, hiperekstensi bagian tubuh yang kram.

2. Lakukan distraksi, kaji penyebab kram, ukur tekanan darah

3. Bila disertai hipotensi, berikan normal salin;diikuti pemberian larutan hipertonik dianjurkan glukosa 40% (tidak diberikan pada klien diabetic)

4. Kolaborasi pemberian kalsium iv bila hipokalsemi

5. Kolaborasi pemberian relaksan oral 2 jam sebelum dialysis 6. Evaluasi BB kering klien, atur

UF Goal dengan hati-hati 7. Anjurkan kepada klien untuk

latihan peregangan pada anggota badan yang serting kram

8. atur nilai sodium pada cairan dialisat tidak terlalu rendah.

6 Resiko terjadi hipotensi b.d.

Penurunan volume darah yang berlebihan akibat:

o Fluktuasi UFR o UFR yang tinggi

akibat

peningkatan BB yang tinggi o BB kering yang

terlalu rendah o Sodium cairan

dialisat terlalu rendah

Penurunan fungsi vasokonstriksi akibat

o Obat anti

hipertensi (OAH)

Hipotensi tidak terjadi dengan criteria:

Tanda vital dalam batas normal Keluhan pusing, mual (-)

UFR tidak lebih dari selisih BB per time dialysis < 5% BB kering

Mengkonsumsi OAH pada wakrtu yang tepat

Menggunakan dialisat bicnat, Na ditingkatkan, suhu diturunkan BB kering terkendali

1. Monitor tanda vital tiap jam/lebih sering bila perlu sebagai deteksi dini hipotensi 2. Kaji adanya keluhan mual,

pusing sebagai deteksi dini hipotensi

3. Atur UFR dengan cara: BB sebelum cuci dikurangi BB kering dibagi time dialysis tidak lebih dari 5% BB kering

4. Anjurkan tidak mengkonsumsi OAH sebelum cuci

5. Atur pemberian dialisat :

1) Gunakan bicnat hindari asetat

2) Tingkatkan nilai sodium

3) Turunkan suhu dialisat ke 34-36°C

(8)

o Cairan dialisat asetat

o Suhu cairan dialisat terlalu panas

Penurunan fungsi jantung

o Kegagalan meningkatkan denyutan jantung secara tepat karena penurunan pengisiannya akibat: memakan β bloker,

neuropati otonom uremikum, ketuaan. o Ketidak

mampuan meningkatkan kardiak output karena alas an lain : penurunan kontraktilitas otot jantung akibat ketuaan, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll

Sepsis, perdarahan samar, arritmia,

hemolisis, emboli udara, anafilksis

Karakteristik

Klien mengeluh pusing, mual, kram

Tensi menurun UFR tinggi

Suhu dialisat rendah

secara berlebihan saat menjalani HD

8. Bila diketahui tensi menurun dan terdapat keluhan pusing:

1) Berikan oksigen lembab

2) Atur posisi kepala lebih rendah

3) Turunkan UFR serendah mungkin

4) Berikan normal salin 100 cc/lebih

(9)

Sodium dialisat terlalu rendah

Pemakan asetat dialisat Ureum sangat tinggi Riwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis

7 Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.d

Sindroma dis-eq ringan Penggunaan larutan dialisat yang

mengandung asetat Penarikan kafein dari darah secara mendadak bagi klien peminum kopi

Karakteristik: Klien mengeluh sakit kepala

Ekspresi wajah nampak meringis

Nampak gelisah

Riwayat peminum kopi QB tinggi

Penggunaan dialisat asetat

Time dialysis terlalu lama

Ekspresi wajah tenang

Keluhan sakit kepala berkurang/ hilang

Gelisah (-)

Minum kopi terkendali Qb minimal

Menggunakan dialisat bicnat Time dialysis terkendali

1. Observasi tanda vital, kaji tingkat nyeri

2. Anjurkan relaksasi dan lakukan distraksi

3. Turunkan QB sampai batas minimal (150 ml/mnt) 4. Ganti dialisat asetat dengan

bicnat

5. Berikan asetaminofen sesuai anjuran

6. Anjurkan untuk membatasi kopi sebelum cuci darah

7. Hentikan dialysis bila sakit kepala tidak hilang

8 Gangguan rasa nyaman: nyeri

dada/nyeri punggung b.d.

First use syndrome Angina

Hemolisis Emboli

Karakteristik: Klien mengeluh nyeri dada/pinggang

Ekspresi wajah meringis Tanda vital abnormal

Keluhan nyeri dada/punggung berkurang/hilang

Ekspresi wajah tenang Tanda vital normal Klien tampak tenang

1. Kaji tanda vital

2. Anjurkan relaksasi, lakukan distraksi, atur posisi yang nyaman

3. Turunkan QB, UFR

4. Berikan oksigen lembab bila perlu

5. Identifikasi penyebab nyeri dada, tentukan apakah dari dializer baru, jantung, emboli, hemolisis

(10)

gelisah 7. Berikan analgetik sesuai anjuran 8. Hentikan dialysis bila nyeri

menetap/bertambah

9 Gangguan

keseimbangan cairan : berlebih b.d.

Penurunan fungsi ginjal dalam dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

Karakteristik: Klien mengeluh

bengkak-bengkak pada perut, wajah atau anggota gerak, sesak

Anuri/oliguri (+) Hipertensi (+)

Peningkatan BB yang signifikan

Pernapasan pendek-cepat Ronchi (+), edema paru

Klien mengatakan bengkak berkurang/hilang

Klien mengatakan sesak berkurang

Edema (-)

Peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering Pola napas normal, RR Normal

1. Monitor peningkatan tensi, edema perirbital dan peripheral 2. Auskultasi paru untuk

mengidentifikasi adanya cairan dalam paru

3. Ajarkan klien untuk pentingnya pengendalian dan pengukuran air dan berat badan untuk mencegah overhidrasi; jumlah air yang diminum = 500 cc + diuresis / hari

4. Ajarkan klien tentang diet rendah sodium untuk mengontrol edema dan hipertensi

5. Ajarkan klien agar peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering

6. Berikan oksigen lembab bila sesak

7. Lakukan UF untuk mencapai BB kering

8. Lakukan SQHD bila perlu

10 Perubahan pola nutrisi b.d.

Pembatasan diet Mual-muntah Anoreksia

Penurunan BB kering Gangguan keseimbangan elektrolit

Karakteristik:

Klien mengeluh mual-muntah, tidak nafsu makan

Keluhan mual-muntah, tidak napsu makan berkurang/hilang Protein total dan albumin dalam batas normal

BB kering terpelihara

1. Monitor BB, kadar ureum, kreatinin, protein total, albumin, dan elektrolit sebagai indicator dari adekuasi dialysis, status gizi dan respon therafi

2. Anjurkan perawatan mulut untuk mencegah stomatitis, membuang bau mulut

3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat 4. Anjurkan klien untuk memilih

(11)

BB kering menurun

Bau mulut (+) 5. Berikan makanan dengan kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk mengimbangi proses

katabolisme dialysis dan memelihara BB kering

6. Batasi protein 1,2 gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk

mengurangi metabolisme dan produk ureum, kalium, fosfat dan H+

7. Berikan permen dan sejenisnya untuk meningkatkan rasa pada klien yang tidak menderita DM

11 Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d. Gangguan absorbsi calsium

Gangguan sekresi fosfat Perubahan metabolisme kalsitriol

Tidak terjadi fraktur tulang Perlambatan penyakuit tulang (+)

Kadar calsium darah > 8 mg/dl

1. Kaji adanya hipokalsemia, hiperfosfat, nyeri otot serta kaku sendi untuk mengetahui

kemungkinan resiko fraktur 2. Observasi adanya nyeri tulang

sebagai indikasi adanya kerusakan tulang

3. Lakukan ROM dan dorong klien berambulasi untuk merangsang osteoblas dan mengurangi reasorbsi tulang

4. Berikan lingkungan yang aman untuk mengurangi resiko kecelakaan, mis penerangan yang cukup, pegangan tangan 5. Berikan Suplemen kalsium,vit D

dan fosfat binder sesuai anjuran untuk mengobati demineralisasi tulang

6. Anjurkan untuk mengkonsumsi suplemen tersebut di tengah-tengah saat makanan

12 Intoleransi aktivitas b.d.

Anemia karena kekurangan EPO

Klien mengatakan lemas/lelah berkurang/hilang

Tanda vital dalam batas normal Pallor berkurang/hilang

(12)

Anemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh blood pump, rusak saatkeluar dari jarum karena QB yang besar Anemia defisinsi besi karena darah tersangkut di dializer, blood line, needle

Malnutrisi

Proses katabolisme hemodialisis

Karakteristik:

Klien mengeluh lemas dan mudah lelah Klien nampak lelah Pallor (+)

Tachikardi Napas pendek Hb dan hematokrit rendah

Hb dan Hct meningkat Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan

2. Berikan zat besi dan EPO sesuai anjuran

3. Berikan folic acid sesudah dialysis

4. Berikan istirahat yang cukup 5. Ajarkan klien untuk

merencanakan kegiatan dan menghindari kelelahan 6. Usahakan meminimalkan

kehilangan darah selama dialysis 7. Observasi adanya perdarahan

pada daerah penusukan 8. Modifikasi heparin untuk

mencegah adeanya resiko perdarahan

13 Perubahan pola eliminasi BAB: konstipasi b.d.

Menurunnya motilitas saluran cerna

Pembatasan air Modifikasi diet Ketidakseimbangan elektrolit

Karakteristik:

Klien mengeluh susah BAB

Klen mengatakan sudah lebih dari tiga hari tidak BAB

Klien mengatakan BAB keras.

Pola defekasi normal

Klien mengatakan BAB lancer Kobnsistensi feces lembut

1. Kaji pola eliminasi BAB klien, auskultasi bising usus

2. Dorong klien untuk melakukan ambulasi semampunya untuk meningkatkan peristaltic usus 3. Berikan pelembek feces sesuai

anjuran

4. Ajarkan klilen untuk menghjindari laksatif yang mengandung magnesium

14 Perubahan pola eliminasi BAB: diare

Pola defekasi normal dengan

(13)

b.d.

Inflamasi gastrointestinal sekunder terhadap ureum Efek samping kayeksalat

Karakteristik

Klien mengeluh BAB mencret

Frekuensi BAB sering Konsistensi feces cair

Klien mengatan BAB tidak mencret

Konsistensi feces normal BAB tidak sering (1-2X/hari)

memonitor kehilangan cairan dan elektrolit

2. Monitor kadar elektrolit terutama kalium, kalsium, dan bicnat saat klien mengalami diare persisten

3. Anjurkan/berikan untuk meminum cairan yang mengandung elektrolit yang aman (yang mengalami deficit) 4. Berikan perawatan perianal

dengan hati-hati menggunakan lotion untuk memelihara keutuhan kulit perianal

5. Berikan asupan cairan pengganti bila dehidrasi

6. Berikan antidiare sesuai anjuran

15 Perubahan pola eliminasi BAK b.d. Penurunan fungsi filtrasi ginjal

Karakteristik:

Klien mengatakan BAK sedikit

Anuri (+) Oliguri (+) GFR < 15 cc/mnt

Pola mikturisi mengalami

modifikasi oleh mesin dialysis 1. Kaji pola eliminasi BAK klien; jumlah urine perhari, frekuensi BAK/hari, Karakter urin, keluhan saat BAK

2. Berikan diuretic sesuai anjuran 3. Anjurkan untuk minum

sejumlah urin ditambah 500cc 4. Lakukan penarikan ultra filtrasi

sesuai BB kering

16 Gangguan rasa aman: cemas b.d.

Perubahan konsep diri Ancaman fungsi peran Ketidakpastian hasil terafi pengganti ginjal Batasan-batasan diet obat dan penanganan

Berkurangnya rasa kendali diri

Karakteristik:

Karakteristik:

Perilaku yang tidak patuh Penolakan

Cemas

Mudah marah

Peningkatan denyut jantung, RR, dan tensi

Ketidakmampuan berkonsentrasi

1. Mengkaji tingkat kecemasan: a. Apabila ringan sampai

sedang, dilanjutkan dengan penyelesaian masalah (problem solving)

(14)

Perilaku yang tidak patuh Penolakan

Cemas

Mudah marah Peningkatan denyut jantung, RR, dan tensi Ketidakmampuan berkonsentrasi

focusing dan relaksasi 2. Mengkaji stressor tertentu

terhadap ancaman-ancaman yang tidak spesifik dan umum 3. Menunjukkan sikap pengertian 4. Mempertahankan cara yang

santai, tidak mengancam dan empati

5. Membantu mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa klien gunakan

6. Identifikasi cara klien

meminimalkan stressor-stressor yang dihadapinya

7. Berikan umpan balik realistis terhadap ancaman nonspesifik yang dihadapi klien

8. Gali cara-cara klien mengontrol dirinya

9. Gali konsep diri klien dan persepsi akan perasaannya 10. Berikan konsistensi terhadap apa

yang kita lakukan

17 Ketidakberdayaan b.d. Penyakit ginjal kronis Ketidakmampuan untuk melakukan tanggung jawab peran

Kurangnya pengetahuan Kehilangan kendali diri

Dapat mengidentifikasi area di mana klien dapat melakukan kendali diri

Ikut terlibat dalam menentukan keputusan dalam penanganan klien sendiri

Menunjukkan fungsi peran yang memadai

1. Bantu klien mengidentifikasi perasaan-perasaan

ketidakberdayaan

2. Identifikasi faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan 3. Libatkan dalam pengambilan

keputusan

4. Bantu klien mengenali situasi yang dapat dan tidak dapat diubah

5. Berikan dukungan terhadap penggunaan potensi yang ada 6. Berikan edukasi kepada klien

18 Kesedihan yang mendalam b.d

Hilangnya fungsi ginjal

Mengekspresikan perasaanyang berhuibungan dengan kehilangan Menyatakan realitas kehilangan

(15)

Gagalnya alat-alat akses Hilangnya fungsi peran

Karakteristik: Adanya ekspresi:

o Kemarahan o Penolakan o Rasa bersalah o Perilaku menarik

diri

Mengekspresikan pandangan

akan masa yang akan dating 1. Fase penolakan

o Jujur mengenai hal kehilangan

o Menyatakan bahwa penolakan adalah hal yang normal

2. Fase kemarahan

o Toleran dan sabar terhadap sikap klien

untuk mencegah penggunaan mekanisme pertahanan diri o Memfasilitasi klien dalam

mengekspresikan kemarahan dalam cara yang konstruktif dan dapat diterima o Mengeksplorasi perasaan bersalah pada

klien

3. Fase penyadaran

o Memberikan dukungan dan penerimaan

o Menganjurkan klien untuk berbagi

perasaan dengan orang lain o Menunjukkan kepada klien bahwa

perilaku menangis adalah hal yang dapat diterima dan sehat

4. Fase penerimaan

o Membantu klien dalam

memformulasikan tujuan dan penyesuaian

o Menggali persepsi klien akan perubahan

yang ditimbulkan penyakit ginjak kronis Mengadakan diskusi dengan klien penderita penyakit ginjal kronis lain tentang bagaimana memberikan respon terhadap penyakit.

19 Perubahan konsep diri b.d.

Hilangnya fungsi ginjal Perubahan gambaran diri Perubahan peran

Perubahan kendali diri

Citra diri meningkat

Mengambil tanggung jawab peran

Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

1. Tunjukan penerimaan kepada klien, bahwa klien adalah manusia yang berharga

(16)

Karakteristik: Perilaku tergantung Menarik diri

Mengkritik diri secara berlebih

Ekspresi

ketidakberdayaan

kehilangan

3. Gali makna dari penyakit dan therafi bersama klien

4. Bantu klien mengenali sumber kecemasan yang berhubungan dengan perubahan citra diri 5. Gunakan problem solving dan

role play bersama klien untuk meminimalkan kecemasan 6. Fokuskan kekuatan dan potensi

yang ada pada klien

7. Kurangi tekanan pada kegagalan dan ketidakberdayaan

8. Hindari pujian palsu

9. Dorong untuk interaksi social

20 Resiko terjadi shock hipovolemi b.d. UFR tinggi

UF di bawah BB kering Sirkulasi ekstrakorporeal Perdarahan

Faktor resiko:

Klien mengeluh pusiong UFR Tinggi

Penurunan tensi

UF melewati BB kering Terdapat sirkulasi ekstra corporeal

Tidak terjadi shock hipovolemik dengan kriteria

Tanda vital dalam batas normal UF tidak melewati BB kering Sirkulasi ekstra corporeal minimal

1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai keadaan, kaji keluhan 2. Anjurkan untuk membatasi

peningkatran BB < 5% BB kering

3. Kaji ulang BB kering klien 4. Kaji ulang pemakain ginjal

dengan volume priming minimal

21 Resiko terjadi perdarahan b.d. Heparinisasi Uremia Anemia

Faktor resiko: Pemberian heparin Kadar ureum yang tinggi Kadar Hb yang rendah Terdapat luka tusuk

Perdarahan tidak terjadi dengan criteria:

Melena (-) Petechiae (-) Hematuri (-) Ekimosis (-) Perdarahan gusi (-)

Rembesan pada luka tusuk minimal

Pemberian heparin terkendali Kadar ureum terkendali Kada Hb terkoreksi

1. Observasi tanda vital, tanda-tanda perdarahan seperti petechiae, ekimosis, perdaran gusi, rembesan pada luka penusukan yang berlebihan, melena, hematuri

2. Berikan heparin dalam dosis yang aman melalui cara pemberian yang tepat

(17)

4. Kaji kadar ureum pre dialysis untuk mengantisipasi perdarahan 5. Kaji kadar Hb, koreksi dulu bila

memungkinkan.

6. Kaji clotting time dan bleeding time

22 Resiko terjadi kloting b.d.

Sirkulasi ekstrakorporeal Darah bersentuhan dengan alat-alat dialysis Heparinisasi tidak adekuat

UFR tinggi QB rendah

Akses darah tidak adekuat

Faktor resiko: Adanya sirkulasi ekstrakorporeal

Adanya kontak dengan benda asing/alat dialysis Heparinisasi yang tidak adekuat

Akses darah tidak paten QB rendah

UFR tinggi

Busa/kloting di bubble trap

Cloted dializer

Kloting tidak terjadi dengan criteria

Sirkulasi ekstra corporeal lancer Dosis heparin sesuai kebutuhan/ BB

Akses paten QB optimal

UF < 5% BB kering

1. Inspeksi bubble trap dari adanya busa/clot

2. Inspeksi dializer dari adanya warna darah yang lebih hitam (cloted dializer) dengan cara membilas dengan NaCl 3. Optimalkan QB sesuai BB 4. Batasi peningkatan BB klien <

5% BB kering

5. Berikan dosis heparin sesuai BB/kondisi

6. Cek CT dan BT bila ditemukan gejala kloting

7. Lakukan priming soacking dan UF pada sirkulasi tertutup secara adequate

23 Resiko terjadi Emboli udara b.d.

Adanya akses masuk udara via sirkulasi ekstrakorporeal

Faktor resiko: Proses kanulasi tidak tepat/kencang/teliti, klem

Emboli udara tidak terjadi dengan criteria:

Tanda vital normal, tidak

terdapat gejala emboli pada klien seperti sesak nyeri dada

Prosese kanulasi aman Klem-klem aman

Detector udara aktif, bubble trap siap

1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai kondisi, waspadai gejala emboli

2. Lakukan kanulasi dengan cermat sehingga bebas dari udara

(18)

tidak kencang. line dengan fistula needle dengan cermat sehingga terbebas dari udara

6. Lakukan priming dengan baik sehingga gelembung udara daapat terbilas

7. Atur bubble trap dengan

permukaan darah mengisi 2/3 – ¾.

24 Resiko menggigil b.d. Priming tidak adekuat Proses reuse tidak adekuat

Water treatment terkontaminasi

Rinsing tidak adekuat UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat Daya tahan tubuh lemah

Factor resiko:

Penggunaan ginjal reuse Kontaminasi water treatment

Priming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat

K/U klien lemah

Menggigil tidak terjadi dengan criteria:

Proses reuse dilakukan secara adekuat

Priming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup adekuat Water treatment aman dari kontaminan/rutin dikontrol

1. Lakukan reuse sesuai protap untuk mencegah MO masuk 2. Lakukan soacking pada

kompartemen dialisat ginjal buatan min. 10 mnt

3. Lakukan priming pada kompartemen darah ginjal buatan min 2 labu normal salin, untuk ginjal baru 1 labu

4. lakukan rinsing kimiawi dan air (sesuai kebijakan masing-masing institusi) min 40 mnt. 5. Lakukan pemeriksaan secara berkala pada instalasi water treatment termasuk uji kandungan air murni

6. Tingkatkan daya tahan tubuh, salah satunya dengan melakukan koreksi pada malnutrisi

25 Gangguan fungsi seksual b.d

Penurunan libido

Penurunan fungsi ereksi Penurunan hormone testoteron

Anemia Uremikum infertil

Karakteristik

Keluhan tidak bergairah

Fungsi seksual meningkat Dengan criteria

Keluhan penurunan gairah berkurang

Klien mengetahui pengaruh PGK terhadap kehidupan seksual

Klien melakukan modifikasi hubungan seksual

1. Kaji status seksual klien dan pasangan

2. Kaji factor penyebab yang berkaitan dengan gangguan fungsi seksual klien

(19)

Tidak bisa ereksi

Tidak haid 5. Kolaborasi untuk koreksi anemia, azotemia

III. Implementasi dan Evaluasi

Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi, kita melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah disusun. Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan dengan respon dari klien

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata bobot badan Sapi PO dengan gigi seri berganti 2 dan Sapi Simpo dengan gigi seri berganti 2 di Kecamatan Terbanggi Besar lebih rendah dibandingkan dengan hasil

Pengimplementasian UNCLOS 1982 di Provinsi Riau dikatakan dapat berjalan dengan baik namun masih banyak hal yang perlu diatur kembali misalnya dalam hal hak berdaulat atas

Pada penelitian ini hanya ditentukan kisaran ukuran sel udara saja, hasil pengukuran menunjukkan bahwa diameter partikel udara dari sampel sangat kecil (0,91 –

Dari hasil analisis keseimbangan aliran bahan pada kondisi nyata, kinerja sistem antrian menunjukan bahwa pada model 1 tidak terjadinya antrian dengan nilai utilitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji stok rajungan melalui analisis pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan populasi, laju mortalitas, tingkat eksploitasi, dan

Karena itu, dalam tatalaksana terhadap gagal nafas, yang perlu segera dilakukan adalah: perbaikan ventilasi dan pemberian oksigen, terapi terhadap penyakit primer

Dokumen pengadaan Bab II Persyaratan peserta halaman 2 2.6 pengalaman di lingkungan pemerintah maupun swasta paling sedikit 1 pekerjaan , kok di halaman 28 bab V LDK point B

Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode pendampingan secara komprehensif kepada siswa MA-Alwathoniyyah Semarang melalui sosialisasi aplikasi desain grafis,