• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKN ORDE BARU (1966-1998)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PKN ORDE BARU (1966-1998)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

ORDE BARU (1966-1998) 

KELOMPOK 11

Nama Anggota:

 Nur Ihsani Rahmawati (14144600186)

 Rizki Utami

(14144600210)

 Siti Aminah

(14144600198)

Kelas: A5-14

FKIP/PGSD

Tugas Kelompok : PKN

A. Pengertian Orde Baru

 Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.

 Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

B. Supersemar dan Kebangkitan Soeharto 

a. Kelahiran Surat Perintah Sebelas Maret 1996 (SUPERSEMAR) 

Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret

(Supersemar) pada tahun 1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya.

Orde Baru bertujuan meletakkan kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat,

bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Kelahiran Supersemar terjadi dalam serangkaian

peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966.

Lanjutan... 

b. Tindak Lanjut Supersemar

Sebagai tindak lanjut keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret, Letnan Jenderal Soeharto mengambil beberapa tindakan. Pada tanggal 12 Maret 1966, ia mengeluarkan surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan bagi PKI serta ormas-ormas yang bernaung dan berlindung atau senada dengannya untuk beraktivitas dan hidup di wilayah Indonesia. Keputusan pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh rakyat karena merupakan salah satu realisasi dari Tritura.

Pada tanggal 20 Juni hingga 5 Juli 1955, diadakanlah Sidang Umum IV MPRS. Hasil dari Sidang Umum IV MPRS ini menjadi landasan awal tegaknya Orde Baru dan dinilai berhasil memenuhi dua dari tiga tuntutan rakyat (tritura), yaitu pembubaran PKI dan pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI.

c. Pembentukan Kabinet Ampera

Dalam rangka memenuhi tuntutan ketiga Tritura, Soeharto membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Ampera. Tugas utama Kabinet Ampera adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas

C. Kebijakan Ekonomi

a. Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)

Pemerintah Orde Baru membuat program jangka pendek yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang. Mulai tanggal 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

Repelita I (1969) tersebut fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi. Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994), selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai bergerak menitikberatkan pada sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri.

b. Swasembada beras 

c. Pemerataan Kesejahteraan Penduduk

Pemerintah juga berusaha mengiringi pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan kesejahteraan penduduk melalui program-program penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, penyediaan air bersih, dan pembangunan perumahan sederhana.

D. Penataan Kehidupan Politik

a. Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya

Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan: 1. Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966, 2. Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia, 3. Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965.

b. Penyederhanaan Partai Politik

Pada masa Orde Baru pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik, yaitu: 1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI, 2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo, 3. Golongan Karya.

c. Pemilihan Umum

Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik. Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalam kenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontrestan Pemilu yaitu Golkar.

d. Peran Ganda(Dwi Fungsi) ABRI

Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI.

Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu.

e. Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4) 

E. Penataan Politik Luar Negeri

a. Kembali Menjadi Anggota PBB

Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk kembali

menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada tahun 1955-1964. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. 

F. Normalisasi Hubungan dengan Negara Lain

a. Pemulihan Hubungan dengan Negara Singapura b. Pemulihan Hubungan dengan Negara Malaysia 

G. Penataan Kehidupan Ekonomi 

a. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi

Pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:1. Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan, 2. MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilisasi dan rehabilitasi, 3. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, 4. Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian, 5. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil, 6. Mengadakan operasi pajak, 7. Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang, 8. Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara, 9. Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

b. Kerjasama Luar Negeri

a. Pertemuan Tokyo

c. Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun.

H. Warga Tionghoa

Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di

bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Mereka pergi hingga ke

Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa

Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) lahirnya Orde Baru memberikan perubahan sikap pemerintah terhadap kehidupan pers, dan munculnya berbagai kebijakan

Kebijakan Asimilasi Etnis Tionghoa Pada Masa Orde Baru Tahun 1966-1998 ; Silsilatil Faidho, 060210302114; 2011:114 halaman; Program Studi Pendidikan Sejarah; Jurusan Pendidikan

Kebijakan Asimilasi Etnis Tionghoa Pada Masa Orde Baru Tahun 1966-1998 ; Silsilatil Faidho, 060210302114; 2011:114 halaman; Program Studi Pendidikan Sejarah; Jurusan Pendidikan

Periode ini merupakan masa pemerintahan Soeharto dengan Orde Barunya. Sebutan ini merupakan kritik terhadap periode sebelumnya, yaitu orde lama. Kebijakan yang menetapkan masa jabatan

Dalam penelitian ini, reportase jurnalis kepresidenan pada era Orde Baru terjadi pada masa Presiden Soeharto, dan era kebebasan pers difokuskan pada masa pemerintahan Joko

Pers dipaksa untuk memuat setiap berita harus tidak boleh bertentangan dengan pemerintah, di era pemerintahan Soekarno dan Soeharto, kebebasan pers ada, tetapi lebih terbatas

Pendidikan pada Pemerintahan Masa Orde Baru Perubahan pendidikan dari masa ke masa mengalami peningktan yang sangat baik pada Orde Baru juga perubahan itu terlihat mulai dari

Pada masa pemerintahan Bapak Presiden Habibie yang cukup singkat mulai muncul indikasi penerapan demokrasi yang sesuai dengan prinsip kemerdekaan bersuara berbeda ketika masa orde baru,