• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN 2580-1465

 120

Received September 01, 2017; Revised October 10, 2017; Accepted November 01, 2017

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information

Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF)

Febrianto Sabirin1, Ryan Permana2 Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer

Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak

Email: rinakasaka@gmail.com1, ryanpermana.hidayat@gmail.com2

Abstrak

Pemilihan protokol routing dalam jaringan akan memungkinkan router yang diatur secara dinamis untuk bertukan informasi yang ada dalam jaringan. Pertukaran secara dinamis lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, akan terjadi perbedaan dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan. Saat ini routing protocol yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu distace vector routing protocol dan link state routing protocol. Routing Information Protocol (RIP) merupakan contoh dari distance vector routing protocol sedangkan Open Shortest Path First (OSPF) merupakan contoh dari link state routing protocol. Penentuan jenis routing protocol yang akan digunakan dalam sebuah jaringan, tentunya tergantung pada kondisi, tujuan pembentukan jaringan, serta kebijakan dari pemilik jaringan itu sendiri. Dalam penelitian ini akan membandingkan kecepatan transfer data dan banyaknya data yang berhasil diterima oleh host tujuan dengan menggunakan routing RIP dan routing OSPF menggunakan simulator GNS3 dan ENSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OSPF memberikan waktu transfer data yang lebih baik apabila dibandingkan dengan RIP, terdapat perbedaan sebesar 521 milidetik antara OSPF dengan RIP dengan menggunakan GNS3 sedangkan dengan menggunakan ENSP terdapat perbedaan 2,33 milidetik. Untuk keberhasilan pengiriman data pada GNS3 routing OSPF lebih baik dengan hanya kehilangan 2 paket data apabila dibandingkan dengan RIP yang kehilangan 18 paket data sedangkan pada penggunaan ENSP routing OSPF maupun RIP tidak terdapat kehilangan data.

Kata Kunci: RIP, OSPF, GNS3, ENSP, Link State

Abstract

The selection of the routing protocol in the network will allow routers to dynamically regulated bertukan information on the network. Dynamically exchange easier than using static routing and default, there will be a difference in terms of the processes on the router's CPU and bandwidth usage of the network link. Currently used routing protocols can be classified into two categories, namely distace vector routing protocol and link state routing protocol. Routing Information Protocol (RIP) is an example of a distance vector routing protocol while the Open Shortest Path First (OSPF) is an example of a link state routing protocol. Determination of the type of routing protocol that will be used in a network, of course, depending on the conditions, the purpose of networking, as well as the policy of the owner of the network itself. In this study will compare the speed of data transfer and the amount of data successfully received by the destination host by using routing using RIP and OSPF routing simulator GNS3 and ENSP. The results showed that OSPF gives a better data transfer when compared with RIP, there is a difference of 521 milliseconds between OSPF to RIP using GNS3 while using ENSP there is a difference 2,33 milliseconds. For successful data delivery in GNS3 OSPF routing better with only 2 packets of data loss when compared with a loss of 18 RIP data packets while in use OSPF or RIP routing ENSP there is no data loss.

(2)

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130 1. Pendahuluan

Pemanfaatan jaringan dalam kehidupan masyarakat sekarang ini sudah semakin meluas. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kemudahan untuk komunikasi dan sharing resources. Implementasi jaringan membutuhkan berbagai peralatan seperti router dan switch serta pemahaman akan berbagai teknik, seperti pengalamatan dengan menggunakan IP address dan juga teknik untuk routing. Router merupakan peralatan jaringan komputer yang dapat mengantarkan paket data antar jaringan berdasarkan pada IP address. Sedangkan routing adalah proses mengirimkan paket data dari host tujuan menuju ke host tujuan, yang dilakukan oleh router.

Untuk mengirimkan paket data sebuah router harus mempunyai informasi yang diperlukan. Informasi yang diperlukan ini diperoleh dengan dua cara, yaitu secara statis dan dinamis. Informasi secara statis adalah mekanisme routing berdasarkan tabel routing yang dikonfigurasi manual. Static route mengharuskan konfigurasi secara manual dan dimaintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi tabel routing secara dinamis dengan beberapa router lainnya.

Untuk informasi secara dinamis diperoleh dari pertukaran routing protocol antar router. Pertukaran secara dinamis lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, akan terjadi perbedaan dalam beberapa proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan. Saat ini routing protocol yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu distace vector routing protocol dan link state routing protocol. Kedua kelompok ini sudah tentu mempunyai karakter masing-masing. Routing Information Protocol (RIP) merupakan contoh dari distance vector routing protocol sedangkan Open Shortest Path First (OSPF) merupakan contoh dari link state routing protocol. Penentuan jenis routing protocol yang akan digunakan dalam sebuah jaringan, tentunya tergantung pada kondisi, tujuan pembentukan jaringan, serta kebijakan dari pemilik jaringan itu sendiri.

RIP menawarkan kemudahan dalam implementasi, baik dari aspek konfigurasi maupun maupun dari aspek biaya yang harus dikeluarkan, tetapi waktu untuk converged di jaringan menjadi lebih lama sedang implementasi OSPF membuat waktu untuk converaged menjadi lebih cepat, meskipun konfigurasi dan implementasinya dirasakan lebih sulit.

Untuk implementasi pembuatan jaringan baik dengan routing OSPF ataupun RIP dapat menggunakan GNS3 atau ENSP. GNS3 dan ENSP merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mensimulasikan jaringan yang akan dibuat baik untuk jaringan besar ataupun kecil.

GNS3 merupakan perangkat lunak open source yang telah dapat mensimulasikan jaringan yang kompleks pada router-router Cisco cukup menggunakan Cisco IOS simulator sedangkan ENSP merupakan perangkat lunak simulasi gratis yang dikembangkan oleh Huawei untuk mensimulasikan jaringan yang menggunakan perangkat dari Huawei.

Kedua perangkat lunak ini dapat menunjukkan jaringan yang nyata sehingga memungkinkan pemakai untuk melakukan operasi perangkat dan belajar mengenai teknologi jaringan tanpa menggunakan perangkat lunak yang sebenarnya.

Dengan menggunakakan sebuah jaringan yang terdiri dari delapan buah router yang saling terhubung secara dinamis, akan dilakukan pengujian untuk mengukur performance dari kedua jenis routing dinamis ini. Pengukuran performance akan menggunakan paramter kecepatan pengiriman paket data dan packet loss.

a. Topologi Jaringan

(3)

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin& Ryan Permana) Gambar 1. Topologi jaringan

Berdasarkan bentuk topologi fisik, topologi yang digunakan berupa topologi mesh. Topologi mesh adalah suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana setiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan. Akibatnya, dalam topologi mesh setiap perangkat dapat berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju (dedicated links).Adapun topologi jaringan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Topologi jaringan b. Router

Router adalah suatu alat/program yang mengarahkan paket-paket data dalam jaringan hingga mencapai tujuannya. Dalam melakukan tugasnya, router menggunakan “algoritma routing” untuk menentukan rute terbaik dalam proses penghataran paket data tersebut. Rute

terbaik ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain „hop‟ (lintasan yang dilalui paket data dari

satu router ke router lain suatu jaringan)

Router merupakan device layer 3 karena membuat keputusan dalam meneruskan paket data berdasarkan alamat IP tujuan yang terdapat pada paket data yang diterimanya. Router memiliki routing table yang berisi alamat dari network yang terhubung dengannya.

c. Routing Protocol

Routing Protocol merupakan aturan dalam melakukan pertukaran informasi routing. Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah devicedan mengirimkannya melalui network ke device lain pada sebuah network. Semua routing protocol bertujuan mencari rute tersingkat untuk mencapai tujuan dan mempunyai cara sendiri dalam proses pengiriman paket.

d. Routing Information Protocol (RIP)

(4)

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

(1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya).

RIP adalah routing vektor jarak-protokol, yang mempekerjakan hop sebagai metrik routing. Protokol RIP memiliki tingkat kompleksitas komputasional yang lebih rendah, sehingga konsumsi sumber daya memorinya juga lebih rendah. Akan tetapi, konsekuensi yang ditimbulkan dari hal tersebut adalah bahwa penggunaan RIP hanya terbatas pada jaringan menengah ke bawah dengan jumlah host yang tidak terlalu besar. Jumlah maksimum hop diperbolehkan untuk RIP adalah 15 kali lompatan (Edward & Bramante,2009). Batas hop ini, bagaimanapun, juga membatasi ukuran jaringan yang dapat mendukung RIP. Sebuah hop 16 adalah dianggap jarak yang tak terbatas dan tidak dapat diakses.

Awalnya setiap router RIP mentransmisikan / menyebarkan pembaruan(update) penuh setiap 30 detik. Pada awal penyebaran, tabel routing cukup kecil bahwa lalu lintas tidak signifikan. Seperti jaringan yang tumbuh dalam ukuran, bagaimanapun, itu menjadi nyata mungkin ada lalu lintas besar-besaran meledak setiap 30 detik, bahkan jika router sudah diinisialisasi secara acak kali. Diperkirakan, sebagai akibat dari inisialisasi acak, routing update akan menyebar dalam waktu,

Namun Sally Floyd dan Van Jacobson menunjukkan pada tahun 1994 bahwa, tanpa sedikit pengacakan dari update timer, penghitung waktu disinkronkan sepanjang waktu dan mengirimkan update pada waktu yang sama. Implementasi RIP modern disengaja memperkenalkan variasi ke update timer interval dari setiap router. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, perute tetap harus mengirimkan informasi perutean karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, perute dalam jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan kalang loop (routing loop) terjadi.

e. Open Shortest Path First

OSPF (Open Shortest Path First) merupakan sebuah routing protokol berjenis IGRP (InteriorGateway Routing Protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal.

OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasikan. OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area.

(5)

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin& Ryan Permana) f. GNS3

GNS3 (www.gns3.net) adalah software simulator jaringan berbasis grafis yang memungkinkan kita melakukan simulasi / percobaan pada jaringan, bahkan yang rumit sekalipun. GNS3 bahkan bisa diintegrasikan ke jaringan fisik (misalnya laboratorium komputer). Untuk dapat melaksanakan simulasi secara lengkap, GNS3 sangat terkait pada software pendukungnya yaitu (Detrias 2013):

1. Dynamips, suatu program yang menyediakan emulasi terhadap file image Cisco IOS. 2. Dynagen, front-end teks utk Dynamips.

3. Qemu, program virtualisasi / emulasi berbasis teks.

4. VPCS (Virtual PC Simulator), freeware yang dapat mengemulasikan PC.

GNS3 merupakan aplikasi pelengkap yang baik bagi teknisi jaringan, administrator jaringan atau para pembelajar CCNA, CCNP, dan lainnya. GNS3 dirilis dalam proyek open source dan tersedia dalam berbagai platform OS, seperti Windows, Linux dan MAC OSX.

Beberapa fitur GNS3:

1. Mendukung desain jaringan bertopologi sederhana dan rumit.

2. Mampu melakukan emulasi platform router Cisco IOS, IPS, PIX dan firewall ASA, JunOS.

3. Mampu melakukan simulasi ethernet switch sederhana, ATM dan Frame Relay. 4. Dapat dihubungkan ke jaringan fisik.

5. Dapat diintegrasikan dengan wireshark (tools packet capture/analyzer) untuk analisa traffic jaringan.

g. ENSP

Enterprise Network Simulation Platform (eNSP) adalah simulasi jaringan yang dikembangkan oleh Huawei yang mana simulasi tersebut gratis dan terukur. Simulasi Huawei memberikan gambaran terkait dengan router dan switch dengan desain seperti aslinya (menunjukkan jaringan secara nyata). eNSP dapat mensimulasikan jaringan yang berukuran besar dan memungkinkan pengguna untuk menjalankan perangkat operasi. Pengguna dapat belajar terkait teknologi jaringan tanpa harus menggunakan real devices.

h. Pengujian Status Koneksi

Untuk melakukan pengecekkan status koneksi antar router maka dapat menggunakan

perintah “PING” atau “TRACEROUTE” ke alamat IP tujuan. Hal ini dilakukan untuk menguji rute

antara host awal ke host tujuan, karena terkadang jalur yang digunakan dalam keadaan sibuk atau membutuhkan waktu yang lebih besar dari waktu timeout yang diberikan.

i. Ping Time Average (PTA)

Ping adalah sebuah utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas antar jaringan melalui sebuah protokol Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) dengan cara mengirim sebuah paket Internet Control Message Protocol (ICMP) kepada alamat IP yang hendak diuji coba konektivitasnya.

Utilitas ping akan menunjukkan hasil yang positif jika dua buah komputer saling terhubung di dalam sebuah jaringan. Hasil berupa statistik keadaan koneksi kemudian ditampilkan di bagian akhir. Kualitas koneksi dapat dilihat dari besarnya waktu pergi-pulang (roundtrip) dan besarnya jumlah paket yang hilang (packet loss). Semakin kecil kedua angka tersebut, semakin bagus kualitas koneksinya.

Ping bekerja dengan mengirimkan sebuah paket data dengan ukuran 100 byte dan waktu timeout selama 2 detik. Pada saat melakukan ping dari hostawal ke host tujuan maka akan menampilkan waktu yang diperlukan dalam satuan milisecond. Penggunaan ping yaitu

dengan mengetikkan “ping” disertai ip tujuan.

j. Time To Live (TTL)

(6)

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

Untuk mendapat nilai TTL dapat menggunakan perintah traceroute yang sekaligus menunjukkan jalur router yang dilewati oleh paket yang dikirimkan ke host tertentu. Traceroute akan mengirimkan tiga paket traceroute mengirimkan paket yang memiliki TTL satu, maka sesampainya paket tersebut pada router pertama (menghasilkan loncatan yang pertama) TTL akan dikurangi dengan satu sehingga menjadi 0 kemudian paket tersebut akan di drop. Berikutnya router tersebut akan mengirimkan paket ICMP ke komputer yang berisi pemberitahuan bahwa TTL dari paket yang kita kirimkan sudah habis dan paket yang kita kirimkan di drop. Dari pesan ini, traceroute dapat menentukan nama router tempat data kita meloncat dan berapa waktu yang dibutuhkannya. Berikutnya traceroute akan mengirimkan paket dengan nilai TTL yang ditambah satu demi satu sampai host tujuan dicapai. Karena itu traceroute menggunakan port yang tidak dipakai oleh servis lain sehingga paket yang dikirim

mendapat respon dan tidak „dimakan‟ oleh servis lain yang mungkin ada.

2. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan membaca dan mempelajari buku-buku,

e-book, dan sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan jaminan kualitas perangkat lunak.

2 Analisis komparatif yaitu salah satu teknik analisis kuantitatif yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai ada atau tidaknya perbedaan antar variabel atau sampel yang diteliti. Jika ada perbedaan, apakah perbedaan itu signifikan ataukah perbedaan itu hanya kebetulan saja. Dalam analisis komparatifakan dilakukan perbandingan antar mean satu atau dua sampel dengan menggunakan Uji-T atau T-Test.

Pada percobaan ini terdapat kelompok yaitu kelompok yang menggunakan routing OSPF dan kelompok lainnya menggunakan routing RIP. Percobaan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GNS 3 versi 0.8.6 dan ENSP V 1.200 dengan sistem operasi Windows 8 dan perangkat keras berupa laptop dengan spesifikasi processor Intel Dual Core

P2600 2,13 GHz, RAM 2 GB. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perintah “ping” dan “tracingroute” untuk mendapatkan 30 buah data pada masing-masing routing protocol.

3 Hasil dan Analisis

Desain jaringan dalam penelitian ini menggunakan 8 buah router. Analisis dilakukan berdasarkan waktu pengiriman data dengan menggunakan tracingroute dan jumlah paket yang hilang dengan menggunakan ping. Paket data akan dikirim dari Router A dengan alamat IP 192.168.10.2 ke Router H dengan alamat IP 192.168.40.2. Adapun pengaturan ip pada masing-masing router adalah sebagai berikut :

(7)

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin& Ryan Permana) No Router Int

Gambar 3. Host sumber dan host tujuan

3.1. Perbandingan Packet Loss

Pengujian yang dilakukan pada routing dengan RIP dan OSPF akan mencoba mengirimkan data dari router A dengan IP 192.168.10.1 menuju router H dengan IP 192.168.40.2. Pengujian ini dilakukan untuk melihat berapa banyak paket data yang berhasil diterima oleh router tujuan. Untuk mengetahui berapa banyak paket data yang berhasil terkirim ke host tujuan digunakan perintah ping sebanyak 10 kali untuk mendapat 30 data.

Hasil routing RIP dari router A dengan menggunakan GNS3 dapat terlihat pada gambar 4 dibawah ini :.

Gambar 4. Rute IP dari Router A dengan GNS3

Hasil pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan “ping” terdapat 18 buah

paket yang gagal dari 30 paket data yang dikirim. Hal ini menunjukkan pada penggunaan router RIP terdapat kemungkinan kehilangan paket data sebesar 60%. Hal ini terjadi karena paket data yang dikirim melebihi waktu timeout yang disediakan yaitu 2 detik.

(8)

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130 Gambar 5. Rute IP pada Router A

Hasil pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan “ping” didapatkan 2 paket

yang gagal dari 30 paket data yang dikirim. Hal ini menunjukkan pada penggunaan router OSPF terdapat kemungkinan kehilangan paket data sebesar 6.67%. Jumlah yang jauh lebih kecil apabila dibandingkan kehilangan paket data dengan menggunakan RIP yang memiliki kemungkinan kehilangan data sebesar 60%. Grafik perbandingan data tersebut dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Persentase perbandingan dengan GNS3

Untuk routing RIP dari Router A dengan menggunakan ENSP dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Pengujian routing RIP

Sedangkan routing OSPF dari Router A dengan menggunakan ENSP dapat dilihat pada gambar 8.

60.00%

6.67%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%

RIP OSPF

(9)

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin& Ryan Permana) Gambar 8. Pengujian routing OSPF

Hasil pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan “ping” tidak terdapat

paket yang gagal dari 30 paket data yang dikirim. Hal ini menunjukkan pada penggunaan router OSPF dan router RIP di ENSP tidak terdapat perbedaan dibandingkan dengan pengiriman yang dilakukan pada GNS3. Grafik perbandingan data tersebut dapat diihat pada gambar 9.

Gambar 9. Persentase perbandingan dengan ENSP

3.2. Perbandingan Kecepatan Transfer

Pengujian perbandingan kecepatan dilakukan dengan menghitung waktu TTL dengan melakukan traceroute sebanyak 10 kali pada masing-masing jenis routing sehingga didapatkan waktu untuk 30 paket data.

Untuk rata-rata waktu yang dibutuhkan masing-masing routing untuk mengirimkan data dari Router A menuju Router H dengan GNS3 pada protokol RIP adalah 1994,97 ms. Dengan menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router H akan melalui 4 buah router yaitu Router B, D, G, dan H. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 10.

Gambar 10. Kecepatan RIP

0.00% 0.00%

0.00% 100.00%

RIP OSPF

Packet Loss

(10)

CYBERNETICS Vol. 01, No. 02, November 2017 : 120 – 130

Sedangkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket data Router A menuju Router H dengan GNS3 pada protokol OSPF adalah 1473.2 ms. Dengan menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router H akan melalui 3 buah router yaitu Router B, F dan H. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 11.

Gambar 11. Kecepatan OSPF

Dari hasil perhitungan didapatkan ada perbedaan sebesar 521 milidetik yang secara signifikan terdapat perbedaan waktu pengiriman data melalui RIP dengan OSPF, dengan OSPF memiliki waktu yang lebih singkat. Perbandingan data tersebut dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Rata-rata waktu pengiriman data

Sedangkan untuk rata-rata waktu yang dibutuhkan masing-masing routing untuk mengirimkan data dari Router A menuju Router H dengan ENSP pada protokol RIP adalah 128 ms. Dengan menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router H akan melalui 3 buah router. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 13.

Gambar 13. Rata-rata waktu dengan RIP

Untuk rata-rata waktu yang dibutuhkan masing-masing routing untuk mengirimkan data dari Router A menuju Router H dengan ENSP pada protokol OSPF adalah 125,667 ms. Dengan menggunakan traceroute diketahui bahwa untuk mengirimkan dari Router A ke Router H akan melalui 3 buah router. Kecepatan tersebut dapat dlihat pada gambar 14.

Gambar 14. Rata-rata waktu dengan OSPF 1994.97

1473.2

0 500 1000 1500 2000 2500

RIP OSPF

(11)

Perbedaan Routing Menggunakan Routing Information Protocol (RIP) Dengan Open Shortest Path First (OSPF) (Febrianto Sabirin& Ryan Permana) Dari hasil perhitungan didapatkan ada perbedaan sebesar 2,33 milidetik yang tidak signifikan. Sehingga perbedaan waktu pengiriman data melalui RIP dengan OSPF hanya berlaku untuk percobaan ini saja. Perbandingan grafik pengiriman data melalui RIP dan OSPF dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Perbandingan waktu antara RIP dengan OSPF

4 Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan jumlah paket data yang hilang pada saat mengirimkan data dari Router A ke Router B dengan menggunakan GNS3 sedangkan dengan menggunakan ENSP tidak terdapat perbedaan paket data yang hilang

2. Terdapat perbedaan waktu pengiriman data yang signifikan dengan menggunakan GNS3 sedangkan dengan menggunakan ENSP tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

3. Secara performa ENSP lebih baik dari pada GNS3 apabila dilihat dari paket data yang berhasil dikirim dan waktu pengiriman data.

Daftar Pustaka

[1] Ayub, N., et al., “Performance Analysisof OSPF and EIGRP Routing Protocols with

Respect to The Converged”, European Journal of Scientific Research. Volume 6, 2011.

[2] Binanto, Iwan. 2010. “Multimedia Digital - Dasar Teori dan Pengembangannya”. Andi

Publisher: Yogyakarta

[3] Edward, J., & Bramante, R. 2009. “Networking Self Teaching Guide.Indianapolis”. Willey Publishing

[4] Forouzan, Behrouz., “Data Communication andNetwork Fifth Edition” McGraw-Hill,2012.

[5] Setiawan, A., Sevani, N., “Perbandingan Quality of Service antara Routing Information

Protocol (RIP) dengan Open Shortest Path First (OSPF)” Jurnal Teknik dan Ilmu

Komputer, 2012.

[6] Soujanya. B., Sitamahalakshmi, T., and Divakar, C.H., “Study of Routing Protocols in Mobile Ad-Hoc Network”, International Journal of Engineering Science and Technology, Volume 3, 2011

128

126

124 126 128 130

RIP OSPF

Gambar

Gambar 2. Topologi jaringan
Tabel 1. Antarmuka konfigurasi router
Gambar 3. Host sumber dan host tujuan
Gambar 5. Rute IP pada Router A
+3

Referensi

Dokumen terkait

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk 

As is in the planar case, one can perform various operations on this manipulator Jacobian to obtain different corresponding robots that still have the property of optimal

[r]

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Keberhasilan program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan tahun 2016 diukur dengan indikator kinerja jumlah kemitraan

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Kompetensi Kecerdasan Ekologis Siklus I

1) Manajemen bandwith dengan per connection queue (PCQ) ini dapat membantu pembagian bandwith secara merata pada masing - masing client. 2) Dengan menggunakan

Untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis sehingga mengkarakter maka peserta didik yang belajar sejarah juga harus berlatih sejak awal, alternatif yang paling mudah adalah