• Tidak ada hasil yang ditemukan

CBT For Child Obesity Tutor 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CBT For Child Obesity Tutor 1"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY FOR CHILDHOOD OBESITY Disusun untuk Memenuhi Mata Ajaran Isu Gizi Terkini

Disusun Oleh Tutor 1:

Hilda Rahmani Fitri (1506687421)

Ira Andriani (1506687415)

Kelvin Halim (1506733125)

Latifah Hasna Umama (1506687485)

Nabilah Shofa Fauziyah (1506687314)

Nisa Auliani (1506687371)

Resky Syam (1506687491)

Ruth Desinta P (1506756942)

Seruni Khairunnisa (1506687346)

Ulfa Teni Safira (1506687434)

Winda Handika P (1506687384)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi...2 BAB I Pendahuluan...3 BAB II Isi...4 2.1...Pengertian CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

...4 2.2...Manfaat CBT

...5 2.3...Prinsip CBT

...6 2.4...Definisi Anak Usia Sekolah

...8 2.5...Obesitas pada Anak Usia Sekolah

...8 2.6...Kaitan CBT dengan Obesitas pada Anak Usia Sekolah

...9 2.7...Metode-metode yang Digunakan Dalam CBT

...10 2.8...Kelebihan dan Kekurangan CBT

...15 2.9...Efektivitas CBT dalam Menurunkan Obesitas pada Anak

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Obesitas pada masa anak-anak merupakan salah satu tantangan paling serius bagi kesehatan masyarakat di abad 21 (WHO, 2017). Secara global, pada tahun 2010, 43 juta anak mengalami kelebihan berat dan obesitas, dimana 35 juta anak diantaranya bertempat tinggal di negara berkembang (Blossner, 2017). Sementara itu, prevalensi obesitas pada anak di Indonesia pada kelompok anak usia 5-12 tahun besarnya ialah 8,8%. Prevalensi tertinggi obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Indonesa ditempati oleh provinsi DKI Jakarta yakni 30,1% (Riskesdas, 2013).

Kegemukan dan obesitas terjadi terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Meskipun faktor genetik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas, namun pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan dengan perubahan yang mengarah pada sedentary life style (Kemenkes,2012).

(4)

BAB II ISI

2.1 Pengertian CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT merupakan penanganan psikologis yang membahas interaksi antara bagaimana kita berpikir, merasakan dan berperilaku. Biasanya waktu dalam melakukan CBT ini terbatas (sekitar 10-20 sesi), berfokus pada masalah saat ini dan mengikuti gaya intervensi terstruktur (Simon Fraser University, 2007). CBT mengacu pada kelompok intervensi yang didasarkan pada prinsip bahwa perilaku maladaptif dipicu oleh pola pikir yang tidak tepat atau irasional. CBT pada disfungsi psikologis berkaitan dengan mekanisme pembelajaran dan pengolahan informasi. Cara seseorang berpikir sangat mempengaruhi cara seseorang merasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa belajar untuk berpikir dengan cara yang berbeda dapat memungkinkan kita untuk merasakan dan bertindak secara berbeda pula (Nehra dan Sharma, 2013).

CBT didasarkan pada asumsi dasar bahwa gangguan emosional dipertahankan oleh faktor kognitif, dan penanganan psikologis menyebabkan perubahan pada faktor-faktor ini melalui teknik kognitif (misalnya restrukturisasi kognitif) dan perilaku (misalnya, paparan, eksperimen perilaku, latihan relaksasi, pelatihan keterampilan sosial) (Beck & Emery dalam Taylor, 2006).

CBT pada individu yang mengalami masalah atau gangguan berbeda dalam bentuk dan penerapannya. CBT ini menekankan pentingnya mengubah kognisi dan perilaku sebagai cara untuk mengurangi gejala dan memperbaiki fungsi orang yang terkena dampak (Roth, Eng, Heimberg dalam Taylor, 2006). Terapi perilaku kognitif atau CBT selalu melibatkan mediasi perilaku kognitif sebagai inti pengobatan (Taylor, 2006).

(5)

2.2 Manfaat CBT

1. Program Berbasis Sekolah

Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah dan banyak bertinteraksi dengan guru dan teman sekolahnya. Sekolah adalah tempat yang aman untuk belajar mengenai keterampilan hidup sehat dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Guru dapat melatih siswa tentang bagaimana memilih makanan bergizi dan rendah kalori. Selain itu, latihan olahraga bisa diperkuat dalam kurikulum sekolah. Sebagian besar siswa dengan berat badan berlebih lebih memilih untuk makan makanan berlemak, manis, dan asin. Mereka juga memilih makanan cepat saji sebagai pilihan makanan pertama mereka. Jika petugas sekolah terlibat dalam program pencegahan obesitas, mereka dapat menyediakan lingkungan bagi anak-anak untuk membeli cemilan dan makanan yang sehat.

Jenis program ini dapat memperbaiki perilaku kesehatan pada kelompok sasaran yang besar. Hal ini ditandai dengan adanya pendidikan gizi dan perubahan kebiasaan makan, serta peningkatan aktiivtas fisik melalui program terstruktur.

2. Program Berbasis Keluarga

Keluarga adalah target yang dapat diterapkan untuk intervensi promosi kesehatan menggunakan cognitive behaviour therapy. Program intervensi cognitive behaviour therapy berbasis keluarga dianggap sebagai salah satu metode pengobatan dan pencegahan obesitas yang paling dapat mencapai keberhasilan. Melibatkan orang tua dalam program pencegahan obesitas pada anak-anak dapat membuat penurunan berat badan lebih mudah bagi anak-anak; karena mereka dapat memberikan kondisi konfirmatori untuk membantu anak-anak mereka memilih perilaku sehat.

(6)

Keluarga, terutama ibu, adalah paradigma terbaik bagi anak untuk belajar pola makan dan kebiasaan aktivitas yang menyehatkan. Melalui makanan keluarga, anak-anak bisa makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran, susu rendah lemak, dan kurang mengonsumsi permen dan lemak tidak sehat. Orang tua harus melibatkan anak-anak dalam menyiapkan makanan untuk memberi efek positif pada sikap mereka terhadap pencegahan obesitas. Dengan partisipasi orang tua dalam jenis program ini, anak-anak mereka mengonsumsi lebih banyak serat dan mengurangi durasi duduk yang terlalu lama. Tampaknya, keluarga memiliki peran kunci dalam pengendalian berat badan jangka panjang. 2.3 Prinsip CBT

Hal utama dalam penggunaan model CBT yakni bagaimana cara kognisi dan pengetahuan dapat tekonseptualisasi dengan baik. Menurut Beck (1976), penilaian tiga tingkatan dalam kognisi yaitu:

1. Core beliefs

2. Dysfunctional assumptions 3. Negative automatic thoughts

Core beliefs atau schemas adalah sebuah ‘keyakinan’ atau ‘kepercayaan’ terhadap diri sendiri dan dunia sekitarnya. Hal ini dipelajari manusia dari awal kehidupan dan dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil dan terlihat absolut. Core beliefs sendiri dikenal dengan triad kognitifnya, yakni the self, the future, and the world. Dysfunctional assumptions lebih bersifat kaku, karena merupakan aturan-aturan hidup yang diadaptasi dan diajarkan oleh lingkungan luar. Beberapa aturan terlihat surealis dan maladaptive bagi beberapa orang, namun berguna dan menjadi pegangan bagi orang lain. Automatic thoughts sendiri bersifat involunter dari pemikiran yang teraktivasi dalam situasi tertentu. Saat depresi, misalnya automatic thoughts memusatkan pada hal-hal yang berhubungan dengan keburukan seperti kegagalan, dan sebagainya.

(7)

presipitan, dan cara mempertahankan pengaruh-pengaruh dan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah individu (Eels, 1997). Formulasi tersebut dituangkan dalam model hot-cross bun oleh Greenberger dan Padesky (1995).

CBT bertujuan untuk mengajarkan pasien sebagai subjek dan objek dalam perlakuan terapi itu sendiri. Pasien menjadi ‘dokter utama’ dengan membantu mereka memahami beberapa cara berpikir dan bertindak dan membantu mereka dengan tools dalam perubahan perilakunya. Kunci utama pada CBT ialah membuat lingkungan yang kolaboratif empiristik dan orang-orang yang mendukung fokus masalah.

(8)
(9)

2.4 Definisi Anak Usia Sekolah

Anak adalah seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun, sedang berada pada masa tumbuh kembang serta membutuhkan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Supraptini,2004). Menurut WHO, batasan usia anak adalah sejak anak dalam kandungan sampai usia 19 tahun, sedangkan menurut DeLaune dan Ladner (2002), anak usia sekolah adalah anak usia pertengahan. Periode usia sekolah dibagi menjadi 3 tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun, dan pra-remaja 10-12 tahun.

2.5 Obesitas pada Anak Usia Sekolah

Obesitas pada masa anak-anak merupakan salah satu tantangan paling serius bagi kesehatan masyarakat di abad 21 (WHO, 2017). Secara global, pada tahun 2010, 43 juta anak mengalami kelebihan berat dan obesitas, dimana 35 juta anak diantaranya bertempat tinggal di negara berkembang (Blossner, 2017). Di Amerika, prevalensi obesitas pada anak kategori usia 6-11 tahun mencapai angka 17,5% di tahun 2014 (CDC, 2014).

Sementara itu, prevalensi obesitas pada anak di Indonesia yang dihitung berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) pada kelompok anak usia 5-12 tahun besarnya ialah 8,8%. Prevalensi tertinggi obesitas pada anak usia 5-12 tahun adalah provinsi DKI Jakarta yakni 30,1% (Riskesdas, 2013). Angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami permasalahan gizi khususnya overweight yang dapat dikatakan cukup serius, karena menurut WHO 2010, suatu negara dikatakan tidak lagi memiliki masalah gizi jika indikator anak gemuk berada dibawah 5% (Kemenkes, 2017).

(10)

2.6 Kaitan CBT dengan Obesitas pada Anak Usia Sekolah

Anak-anak dengan eating disorder dan obesitas membutuhlan perhatian klinis. Gangguan yang terkait dengan aktivitas makan dan berat badan ditandai dengan pola harian yang maladaptive, termasuk penyimpangan pola pikir dan problematic behavior cycles. Terapi untuk mengontrol berat badan membutuhkan pendekatan yang komprehensif, karena makan yang tidak teratur terpengaruh dari persepsi individu, lingkungan rumah, dan lingkungan sosial. CBT menekankan pada proses untuk mengubah kebiasaan dan sikap dalam mengatur penyimpangan psikologis.

Perubahan atau modifikasi gaya hidup modern mempunyai 3 komponen utama, yaitu rekomendasi diet, aktivitas fisik, dan CBT untuk mencapai penurunan berat badan dan penjagaan berat badan yang sudah ideal. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi untuk mencapai treatment yang efektif. Khususnya untuk CBT, metode ini dimaksudkan untuk memotivasi pasien dalam ketaatannya menjalankan rekomendasi diet dan aktivitas fisik dan menyediakan seperangkat prosedur dan strategi monitoring diri selama makan, pengaturan tujuan yang realistis dan dapat dicapai, pengendalian rangsangan dan pemicu yang membahayakan dan mendorong perilaku alternatif selama situasi emosi yang kritis atau suasana hati yang negatif.

Model perubahan transtheoretical yang menggambarkan lima tahap motivasi di mana pasien harus berevolusi untuk mencoba mengubah perilaku disfungsionalnya juga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Wawancara motivasional (MI/Motivational Interviewing) dan terapi peningkatan motivasi adalah salah satu langkah potensial ke depan dibandingkan dengan model transtheoretical.

(11)

gaya konsultasi tradisional. Pendekatannya tidak mendidik tapi bertujuan untuk mengarahkan pasien menuju strategi motivasi diri untuk memperbaiki kesiapan untuk berubah.

2.7 Metode-metode yang Digunakan dalam CBT

Dalam penerapan metode CBT (Cognitive Behaviour Therapy) pada anak-anak dan remaja, sangat penting untuk mengikutsertakan orang tua dan keluarga. Orang tua dapat memfasilitasi perubahan perilaku yang positif dengan menciptakan lingkungan rumah yang sehat dan meminimalisasi stimulus-stimulus negatif untuk mendukung gaya hidup yang sehat. Lebih daripada itu, obesitas merupakan penyakit yang bersifat cyclical (misalnya orang tua yang overweight akan cenderung memiliki anak overweight yang juga cenderung akan menjadi orang dewasa yang obesitas. Peningkatan inisiatif dari orang tua dan anak akan menurunkan tren overweight yang sekarang meningkat [ CITATION Wil12 \l 1033 ].

Metode CBT untuk pengobatan obesitas pada anak-anak telah menunjukkan hasil yang jauh lebih baik daripada obesitas pada orang dewasa, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Alasannya, yaitu:

 Penurunan berat badan pada anak-anak mungkin memerlukan lebih sedikit motivasi diri, karena orang tua dapat membantu anak-anak dalam melakukan perubahan, seperti memodifikasi jenis makanan yang tersedia di rumah dengan pilihan yang lebih sehat.

 Pola diet dan olahraga tidak terlalu susah pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.

 Kenaikan pesat pada tinggi badan membuat anak lebih mudah menunjukkan penurunan persen kelebihan berat badan meski mereka tidak menurunkan berat badan.

(12)

makanan tinggi lemak dan tinggi gula terbatas. Demikian pula, peralatan yang digunakan untuk aktivitas fisik dibuat lebih mudah diakses sementara yang digunakan untuk aktivitas menetap ditempatkan di area yang kurang terjangkau.

Program family-based behavioral treatment telah menjadi intervensi yang paling banyak dipelajari untuk kejadian obesitas pada anak dan telah menghasilkan hasil jangka pendek dan jangka panjang yang terbaik. Keterlibatan orang tua dianggap penting, namun tingkat dan sifat keterlibatan itu bervariasi menurut program. Pengobatan yang efektif tidak hanya menyebabkan penurunan berat badan tetapi juga terkait dengan manfaat kesehatan yang signifikan, kebugaran fisik yang lebih baik, dan keadaan lipid yang lebih baik (Faith, Saelens, Wilfley, & Allison, 2001).

Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas pengobatan jangka panjang, terdapat program behavioral skillsbased maintenance (BSM), sebuah rencana perawatan yang mengajarkan strategi kognitif untuk membantu meningkatkan pemeliharaan berat badan. Teori dasarnya yaitu komponen perilaku efektif dalam mengurangi berat badan, sementara komponen kognitif mungkin diperlukan untuk membantu mencegah penambahan berat badan (Wilfley et al., 2005).

Modifikasi diet

Mengurangi asupan kalori adalah hal utama untuk keberhasilan menurunkan berat badan. Self-monitoring adalah langkah awal yang disarankan untuk membantu meningkatkan kesadaran anak akan kebiasaan makan saat ini dan perubahan yang terus berlanjut. Anak diinstruksikan untuk memantau sendiri berbagai aspek makan mereka, seperti diet harian dan asupan kalori. Selain itu, pemantauan berat mingguan membantu anak-anak untuk mempelajari hubungan antara perilaku makan dan perubahan berat badan mereka. Pemantauan diri terus berlanjut selama pengobatan sebagai alat untuk mencatat asupan makanan. Terdapat kontrak (janji) dengan anak dimana penghargaan diberikan kepada anak jika telah memenuhi tujuan perilaku, dengan melihat penurunan berat badan. Anak dan orangtua juga diajarkan untuk saling memuji satu sama lain untuk perilaku makan yang sehat (Wilfley & Saelens, 2002).

(13)

(mengacu pada Piramida Panduan Makanan USDA), terutama berdasarkan kandungan lemak dan nilai gizi, dengan beberapa pengkodean berdasarkan kadar gula. Makanan dikelompokkan menjadi satu dari tiga kategori warna, menunjukkan frekuensi yang disarankan dari masing-masing makanan. Makanan "merah" (misalnya kentang goreng dan donat) adalah makanan yang harus paling dihindari, makanan "kuning" (misalnya pasta dan keju rendah lemak) dapat dimakan secukupnya, dan makanan "hijau" (misalnya, kebanyakan buah dan sayuran) bisa dimakan dengan bebas. Anak-anak dididik tentang bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi mereka dengan mengurangi asupan lemak dan kalori total mereka dan dengan memilih makanan padat nutrisi berdasarkan kode warna. Anak-anak diberi target rentang kalori individual, sekitar 1.000-1.200 kalori per hari, dan sejumlah makanan merah yang terbatas, yang bertujuan

(14)

Aktivitas Fisik

Penargetan perubahan aktivitas fisik meningkatkan efek jangka panjang dari intervensi diet. Penargetan baik peningkatan aktivitas fisik atau pengurangan aktivitas tidak menetap menyebabkan penurunan berat badan yang sukses. Pengurangan aktivitas ringan dilakukan dengan mengurangi aktivitas hiburan seperti menonton televisi, waktu komputer, dan bermain video game. Self-monitoring aktivitas fisik dan aktivitas anak-anak adalah langkah awal yang masuk akal dan harus berlanjut selama pengobatan (Faith et al., 2001).

Partisipasi Orang Tua

Memiliki orang tua yang kelebihan berat badan, yang kemungkinan disebabkan oleh kombinasi genetika dan lingkungan (misalnya, orang tua mempertahankan makanan berlemak tinggi di sekitar rumah) meningkatkan risiko menjadi anak yang kelebihan berat badan. Orang tua memainkan peran penting karena kemampuan mereka untuk secara langsung mengubah lingkungan rumah melalui stimulus control. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka menurunkan berat badan dengan mendukung perilaku makan yang sehat (misalnya, menyajikan makanan sehat dan membatasi akses anak ke restoran cepat saji), mendukung perubahan aktivitas fisik yang sehat (misalnya, merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan), dan mendukung perubahan gaya hidup sehat (misalnya, memodelkan dan memuji perilaku sehat).

Family-based treatment menargetkan modifikasi perilaku orang tua dan anak, mengajari mereka keterampilan yang diperlukan untuk membangun dan memelihara makanan dan aktivitas fisik yang lebih sehat. Orangtua diajarkan bahwa anak-anak tidak

Traffic Light Diet

(15)

boleh mendapat penghargaan dalam bentuk makanan atau uang tapi idealnya harus bersifat interpersonal (misalnya, acara keluarga, menambahkan hak istimewa, atau kadang-kadang membeli sesuatu seperti CD favorit). Seiring dengan ini, pujian digunakan secara terus menerus untuk mendorong perubahan positif, dan perhatian terhadap perilaku negatif diminimalkan. Selain itu, orang tua diinstruksikan dalam perubahan perilaku yang serupa dengan anak mereka, termasuk pemantauan diri dan perubahan perilaku diet dan aktivitas fisik, sehingga orang tua dapat menjadi model bagi anak-anak mereka.

Menargetkan hanya orang tua sebagai agen perubahan untuk kelebihan berat badan juga telah terbukti efektif. Golan dan rekan (1998) mengadaptasi pendekatan berbasis keluarga untuk mengobati kelebihan berat badan pada anak-anak sehingga hanya orang tua yang berpartisipasi dalam perawatan. Dalam intervensi orang tua saja, orang tua menghadiri sesi kelompok dan lima sesi individu pendek, tanpa keterlibatan langsung anak-anak. Orangtua diinstruksikan dalam modifikasi perilaku untuk seluruh keluarga, seperti mengurangi perilaku keluarga tidak teratur, memperbaiki pola makan, dan mengurangi ketersediaan makanan yang lebih menggemukkan di rumah. Program Golan menempatkan tanggung jawab di tangan orang tua, mengajarkan bahwa adalah tanggung jawab orang tua untuk menawarkan makanan yang layak, dan anak-anak harus diberi wewenang untuk membuat keputusan sendiri.

Penargetan orang tua mungkin lebih efektif dilakukan pada anak yang lebih muda, karena orang tua memiliki kontrol lebih besar terhadap asupan makanan dan tingkat aktivitas anak mereka. Namun, pendekatan yang berbeda mungkin lebih berhasil tergantung pada usia anak. Untuk anak yang lebih besar, mungkin lebih efektif untuk menargetkan orang tua dan anak secara terpisah.

Komponen Kognitif

(16)

restrukturisasi kognitif (misalnya, menghindari semua atau tidak ada yang berpikir seperti "Saya telah menghancurkannya hari ini, jadi saya mungkin juga makan apapun yang saya inginkan," atau "Saya keluar dari program minggu ini") sangat penting untuk mengurangi kemungkinan perilaku menyimpang dan perasaan kurang percaya diri yang akan menyebabkan peningkatan berat badan (Perri, 2002).

Intervensi BSM berupaya memperbaiki hasil jangka panjang melalui strategi CBT, termasuk:

 Keterampilan peningkatan motivasi, seperti membantu anak-anak dan orang tua untuk memandang pemeliharaan berat badan sebagai tujuan yang layak;

 Restrukturisasi kognitif;

 Pencegahan kambuh, mengajarkan orang tua dan anak untuk menghindari atau pulih dari penyimpangan dalam menghadapi situasi berisiko tinggi. Menggunakan strategi ini berpotensi untuk membatasi kelalaian perilaku dan meningkatkan keefektifan diri anak untuk mengatasi situasi sulit, yang kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan jangka panjang yang lebih baik (Wilfley et al., 2005).

2.8 Kelebihan dan Kekurangan CBTKelebihan CBT

(17)

masalah untuk mengatasi lebih efektif dengan mereka. Instruksi dalam restrukturisasi kognitif (misalnya, menghindari semua pikiranseperti "Saya telah menghancurkannya hari ini, jadi saya mungkin juga makan apapun yang saya inginkan," atau "Saya keluar dari program minggu ini") sangat penting untuk mengurangi kemungkinan perilaku melenceng yang akan mengakibatkan kebiasaan buruk kembali terulang. Selain itu, beberapa keunggulan CBT lain meliputi:

a. Dapat membantu dalam kasus di mana pengobatan saja tidak berhasil. b. Bisa selesai dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan

terapi bicara lainnya.

c. Sifat CBT yang sangat terstruktur berarti dapat disediakan dalam format yang berbeda, termasuk dalam kelompok, buku self-help dan program komputer.

d. Mengajarkan strategi berguna dan praktis yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan setelah perawatan selesai.

Kekurangan CBT

Kekurangan Cognitive Behavior Therapy (CBT) antara lain:

1. Tidak dapat diaplikasikan pada sebagian orang (masalah tertentu) CBT dinilai kurang efektif untuk orang dengan masalah kesehatan mental yang lebih kompleks atau bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar. Fokus CBT selalu tentang klien dan kemampuan mereka untuk membawa perubahan pada diri mereka sendiri. Beberapa orang merasa fokus ini terlalu sempit dan mengabaikan banyak isu penting lainnya seperti keluarga, sejarah pribadi, dan masalah emosional yang lebih luas. Tidak ada ruang lingkup dalam CBT untuk eksplorasi personal terhadap emosi, atau melihat masalah yang mengganggu dari berbagai perspektif. Agar masalah ini ditangani, klien perlu beralih ke pendekatan yang berbeda.

(18)

Ketika klien membuat perubahan pribadi yang signifikan, sangat mungkin bagi orang lain di sekitarnya untuk bereaksi terhadap perubahan mereka dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini bisa saja mempengaruhi terapi atau mengganggu diri klien. Sebelum memutuskan terlalu cepat pada tujuan terapi CBT ini, perlu dibahas terlebih dahulu mengenai kelebihan dan kekurangan yang terjadi karena perubahan terapeutik ini.

3. Keterbatasan dalam mengaplikasikan CBT pada anak-anak

(19)

2.9 Efektivitas CBT dalam Menurunkan Obesitas pada Anak

(20)

BAB III PENUTUP

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Alimoradi, M, et al. 2016. Cognitive Behavioral Therapy for Treatment of Adult Obesity. International Journal of Medical Reviews, Vol 3, Issue 1; 371-379.

Beck, J. 1995. Cognitive therapy: Basics and beyond. New York: Guilford Press. Castelnuovo, G, et al. 2017. Cognitive behavioral therapy to aid weight loss in obese

patients: current perspectives. Psycjol Res Behav Manag. 2017; 10: 165-173. Journal. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5476722/ Kemenkes RI.2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan

Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Dirjen Bina Gizi.

Kendall, Phillip C. 2006. Child and Adolescent Therapy: Cognitive-Behavioral Procedures. New York: The Guillford Press

Kennard, J. 2014. Benefits and Limitations of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) for

Treating Anxiety. [online] Tersedia di :

https://www.healthcentral.com/article/benefits-and-limitations-of-cognitive-behavioral-therapy-cbt-for-treating-anxiety

Nehra, Dharmender Kumar dan L, Sharma K. 2013. Cognitive Behaviour Therapy: An

Overview. [Online] Tersedia di :

https://www.researchgate.net/publication/237358832

Roya, K., dan Soleiman, F. A. 2014. Controlling Childhood Obesity: A Systematic Review on Strategies and Challenges. J Res Med Sci. Vol. 19 (10): 993–1008.

Scheeringa, M.S., Salloum, A., Arnberger, R.A., Weems, C.F., Amaya-Jackson, L & Cohen, J.A. (2007). Feasibility and effectiveness of cognitive-behavioural therapy for post-traumatic stress disorder in preschool children: Two case reports. Journal of Traumatic Stress, 20, 631–636

Simon Fraser University. 2007. Cognitive Behavioural Therapy. Columbia: Ministry of Health

(22)

United Kingdom’s National Health Service. 2016. Cognitive Behavioral Theraphy. [online] Tersedia di: https://www.nhs.uk/Conditions/Cognitive-behavioural-therapy/Pages/Introduction.aspx

Vos, R.C., Huisman, S.D., Houdijk, E.C.A.M., Pijl, H., & Wit, J.M. 2012. The effect of family-based multidisciplinary cognitive behavioral treatment on health-related quality of life in childhood obesity. Quality of Life Research, 21(9), 1587-1594

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas layanan, brand image dan atmosfir yang dimiliki oleh kedai Deja-Vu Surabaya juga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, selanjutnya kepuasan konsumen berpengaruh

3.1 Waktu, Tempat dan Peralatan Dalam perancangan dan pembuatan sistem penerapan mikrokontroler pada RFID sebagai sistem kendali keamanan kendaraan berbasis sms

Pada metode perancangan dilakukan dengan membuat diagram topologi jaringan serta menentukan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk merancang teknologi VPN, kemudian memberikan

Untuk interaksi, distribusi akar tertinggi ditemukan pada jarak 45 em dari lubang dengan kedalaman 10 em (1-45 x K-IO) namun ini tidak berbeda

Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada tanggal pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat

Akibat Kena Penyakit Sipilis _ Penyakit sipilis yang dirasakan dari para pendrita penyakit aini adalah menurunya dayatahan tubuh mereka yang mengakibatkan mereka mudah

Sebagaimana sudah diuraikan pada penjelasan di atas, Yayasan tidak mempunyai anggota. Individu yang bekerja di dalam Yayasan baik pendiri, Pembina, Pengurus

Mean abundances of Ephemeroptera, Plecoptera and Trichoptera (individuals/samples ± SE) collected in Tupah, Batu Hampar and Teroi rivers from Gunung Jerai Forest Reserve, Kedah..